Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Gagal jantung adalah merupakan suatu sindrom, bukan diagnosa
penyakit. Sindrom gagal jantung kongestif (Chronic Heart Failure/ CHF)
juga mempunyai prevalensi yang cukup tinggi pada lansia dengan prognosis
yang buruk.

Prevalensi CHF adalah tergantung umur/age-dependent.

Menurut penelitian, gagal jantung jarang pada usia dibawah 45 tahun, tapi
menanjak tajam pada usia 75 84 tahun. Semakin meningkatnya angka
harapan hidup, akan didapati prevalensi dari CHF yang meningkat juga.
Hal ini dikarenakan semakin banyaknya lansia yang mempunyai hipertensi
akan mungkin akan berakhir dengan CHF. Selain itu semakin membaiknya
angka

keselamatan

(survival)

post-infark

pada

usia

pertengahan,

menyebabkan meningkatnya jumlah lansia dengan resiko mengalami CHF,


semakin banyak pasien yang hidup dengan disfungsi ventrikel kiri yang
selanjutnya masuk ke dalam gagal jantung kronis, akibatnya angka
perawatan di rumah sakit karena gagal jantung kongestif juga ikut
meningkat. Prevalensi gagal jantung di Amerika dan Eropa sekitar 1 2%.
Diperkirakan bahwa 5,3 juta warga Amerika saat ini memiliki gagaljantung
kronik dan setidaknya ada 550.000 kasus gagal jantung baru didiagnosis
setiap tahunnya. Pasien dengan gagal jantung akut kira-kira mencapai 20%
dari seluruh kasus gagal jantung (Indrawati,2009).
Pada kejadian gagal jantung, jantung tidak dapat memompa darah secara
memadai untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Gagal jantung terjadi
gangguan jantung memompa darah mengakibatkan penurunan ejeksi
ventrikel dan gangguan darah balik pada vena. Gagal sirkulasi adalah
menurunnya curah jantung yang disebabkan oleh abnormalitas satu atau
lebih

komponen

sirkulasi

(jantung,

volume

darah,

konsentrasi

oksihemoglobin, vaskulatur). Sehingga gagal jantung merupakan satu dari

banyak kasus gagal sirkulasi. Jantung, seperti pompa, mengalami kegagalan


karena: tidak dapat memompa darah yang cukup ke dalam aorta atau arteri
pulmoner untuk mempertahankan tekanan arteri (gagal jantung output
rendah), atau tidak dapat secara adekuat mengosongkan cadangan vena
(gagal jantung kongestif = congestive heart failure [CHF]). Karena itu,
secara klinik gagal jantung dapat dikenali melalui tanda: rendahnya curah
jantung (misalnya depresi, letargi, hipotensi) atau kongesti (misalnya asites,
efusi pleura, edema pulmoner). Gagal jantung dapat juga diklasifikasikan
berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan: gagal jantung
kanan, gagal jantung kiri, atau gagal jantung bilateral (kiri dan kanan).
Gagal jantung kanan berkaitan dengan tandatanda kongesti pada sirkulasi
sistemik (asites, edema perifer), sedangkan gagal jantung kiri menyebabkan
tanda-tanda kongesti pada sirkulasi pulmoner (edema pulmoner, dispne).
Gagal jantung bilateral mengakibatkan kombinasi tanda-tanda klinik gagal
jantung kanan dan kiri. Pada praktik hewan kecil, efusi pleura biasanya
berkaitan dengan CHF bilateral. Gagal jantung dapat diakibatkan karena
ketidakmampuan jantung mengeluarkan darah secara memadai (gagal
sistolik), atau karena pengisian ventrikel yang tidak adekuat (gagal
diastolik), atau keduanya. Akibat dari ketiga hal tersebut adalah
berkurangnya

volume

stroke,

yang

selanjutnya

mengakibatkan

berkurangnya curah jantung dan mengarah kepada menurunnya tekanan


arteri. Pasien penderita gagal jantung parah, curah jantungnya menurun atau
tidak adekuat pada keadaan istirahat, sedangkan pasien penderita gagal
jantung ringan atau gagal diastolik curah jantungnya menjadi tidak adekuat
misalnya pada saat beraktivitas atau stres.
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan
merupakan penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung
(Maggioni AP, 2005). Diperkirakan hampir lima persen dari pasien yang
dirawat di rumah sakit, 4,7% wanita dan 5,1% laki-laki. Insiden gagal
jantung dalam setahun diperkirakan 2,33,7 perseribu penderita pertahun
(Santoso A, dkk, 2007). Kejadian gagal jantung akan semakin meningkat di

masa depan karena semakin berkembangnya terapi penanganan infark


miokard mengakibatkan perbaikan harapan hidup penderita dengan
penurunan fungsi jantung (Davis RC, dkk, 2000).
1.1. RUMUSAN MASALAH
1 Apa yang dimaksud dengan Gagal Jantung?
2 Apa etiologi dan klasifikasi Gagal Jantung?
3 Bagaimana patofisiologi dan mekanisme terjadinya manifestasi klinis
4
5
6
7

pada Gagal Jantung?


Bagaimana penegakkan diagnosis Gagal Jantung?
Bagaimana penatalaksanaan pasien Gagal Jantung?
Bagaimana komplikasi pasien Gagal Jantung?
Bagaimana prognosis pasien Gagal Jantung?

1.2. TUJUAN
1 Mengetahui definisi Gagal Jantung.
2 Mengetahui etiologi dan klasifikasi Gagal Jantung.
3 Memahami patofisiologi dan mekanisme terjadinya manifestasi klinis
4
5
6
7

pada Gagal Jantung.


Mengetahui penegakkan diagnosis Gagal Jantung.
Mengetahui penatalaksanaan pasien Gagal Jantung.
Mengetahui komplikasi pasien Gagal Jantung.
Mengetahui prognosis pasien Gagal Jantung.

1.3. MANFAAT
1 Mnafaat untuk Penelaah
1 Menambah ilmu pengetahuan tentang Gagal Jantung.
2 Khususnya dapat memahami tentang Gagal Jantungbaik itu
etiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, penegakan
2

diagnosis, penatalaksanaannya, komplikasi, maupun prognosisnya.


Manfaat untuk Pembaca
1 Menambah ilmu pengetahuan tentang Gagal Jantung.
2 Memahami tentang Gagal Jantungbaik itu etiologi, klasifikasi,
patofisiologi,
3

manifestasi

klinis,

penegakan

diagnosis,

penatalaksanaannya, komplikasi, maupun prognosisnya.


Sebagai bekal bagi para dokter muda, khususnya mahasiswa FK
Unisma dalam prakteknya dan aplikasinya di lapangan sesuai

dengan kompetensi dokter umum.


Manfaat untuk Ilmu Pengetahuan

Sebagai

salah

satu

literatur

dalam

mengembangkan

pengetahuan tentang kedokteran, khususnya Gagal Jantung.


Memberikan inspirasi kepada para ilmuwan untuk dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran.

ilmu

Anda mungkin juga menyukai