BAB 2 Halusinasi
BAB 2 Halusinasi
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1 Pengertian
Halusinasi adalah persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya
rangsangan dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal,
halusinasi sebenarnya merupakan bagian dari kehidupan mental penderita
yang teresepsi. (Yosep, I. 2009)
Halusinasi merupakan pengalaman atau kesan sensori yang salah
terhadap stimulus sensori atau penerapan tanpa adanya rangsangan
maupun panca indra utama yaitu pendengaran terhadap suara, visual terhap
penglihatan, taktil terhadap sentuhan, pengecpan terhadap rasa, penciuman
terhadap bau (Damaiyanti, M. 2010)
Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang
datang disertai gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi
terhadap stimulus tersebut ( Nanda-I,2012 )
Halusinasi adalah salah satu gejala ganguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara,penglihatan,pengecapan,perabaan atau penghiduan.klien merasakan
stimulus sebetulnya tidak ada(damayanti,2008).
2.1.2
Pikiran logis
Respon Maladaptif
Distorsi
(pikiran kotor)
Persepsi
akurat
Emosi
Reaksi
berlebihan
dengan
kurang
Gangguan
pikir/delusi
Ilusi
konsisten
pengalaman
pikiran
Halusinasi
emosi
atau
Prilaku
disorganisasi
Isolasi sosial
Prilaku sesuai
biasa
Gambar 2.1 Rentang Respon neurobiologis ( Stuart, G.W, 2007 )
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan
masalah tersebut, respon adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyatan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul
dari pengalaman ahli
4) Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran.
b. Respon psikososial
9
10
11
Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep, I. (2010) faktor predisposisi klien dengan
halusinasi adalah :
1) Faktor Perkembangan
12
Akibat
stress
berkepanjangan
menyebabkan
13
14
interpersonal
yang
memuaskan,
serta
15
detik.
Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori
Sulit berhubungan dengan orang lain.
Ekspresi muka tegang
Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
Tampak tremor dan berkeringat
Perilaku panic.
Agitasi dan kataton
Curiga dan Bermusuhan
Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan
Ketakutan
Tidak dapat mengurus diri
Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat, dan orang
16
Tahapan Halusinasi
Menurut Yosep, I (2010), klien yang mengalami gangguan jiwa
sebagian besar disertai Halusinasi yang meliputi beberapa tahapan antara
lain :
Tabel 2.1 Tahapan Halusinasi
Karakteristik
kekasih
hamil,
terlibat
narkoba
dihianati kekasih, masalah dikampus,
drop out, dst. Masalah tersa tertekan
karena
terakumulasi
sedangkan
berlangsung
terus
menerus
17
Stage II : Comforting
Klien
mengalami
emosi
yang
yang alami
dapat
dia
kontrol
bila
kecenderungan
klien
merasa
mendatangi klien
18
Level Of Anxiety
mendapatkan
trapeutik.
komunikasi
Terjadinya
gangguan
psikotik berat.
2.2
dan mengevalusi
2.2.1
Pengkajian
Menurut Rohmah dan Walid (2012) pengkajian adalah tahap awal
dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian merupakan tahap yang
paling menentukan bagi tahap berikutnya. Kegiatan dalam pengkajian
19
adalah pengumpulan data. Sumber data terbagi menjadi dua yaitu sumber
data primer yang berasal dari klien dan sumber data sekunder yang
diperoleh selain klien seperti keluarga, orang terdekat, teman, orang lain
yang tahu tentang status kesehatan klien dan tenaga kesehatan. Data
pengkajian
kesehatan
jiwa
dapat
dikelompokkan
menjadi
faktor
c. Prilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah, bingung, prilaku merusak diri, kurang
perhatian, bicara inkoheren, bicara sendiri tidak dapat membedakan
nyata dan tidak nyata.
d. Mekanisme Koping
Progressif merupakan koping yang umum dipakai untuk
mengurangi perasaan cemas
e. Fokus Pengkajian Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Persepsi :
Halusinasi : (Pendengaran, Penglihatan, Perabaan, Pengecapan,
dan Penghidu)
Jelaskan :
Jenis
Halusinasi
..
Isi
Halusinasi
21
Waktu
Halusinasi
..
Frekuensi
Halusinasi
..
Situasi
Halusinasi
..
Respon
klien
..
Masalah Keperawatan klien : Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi
2.2.2 Masalah Keperawatan
a. Resiko Prilaku Kekerasan pada ( diri sendiri, orang lain, lingkungan
dan Verbal )
b. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
c. Isolasi Sosial
22
Core Problem
Isolasi Sosial
Causa
2.2.4
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan gangguan status
kesehatan jiwa klien baik actual maupun potensial yang dapat dipecahkan
atau diubah melalui tindakan keperawatan yang dilakukan didalam
diagnosa keperawatan terdapat pernyataan respon klien dimana perawat
bertanggung jawab dan mampu mengatasinya (Stuart and Laraia, 2001)
23
b.
Isolasi Sosial
c.
2.2.5
Perencanaan
Perencanaan yaitu tahapan dari proses keperawatan atau tahap
penentuan apa yang akan dilakukan untuk membantu klien pada tahap ini
mempunyai 4 komponen yaitu : menetapkan masalah prioritas masalah,
merumuskan tujuan, criteria hasil dan menentukan rencana tindakan
sehingga nyata dapat diukur dan mempunyai batas waktu pencapaian serta
dapat mengetahui tindakan apa selanjutnya (Stuar and Laraia, 2001)
Berdasarkan pohon masalah diatas dan masalah keperawatan sebagai
berikut :
Diagnosa keperawatan 1
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Tujuan 1 :
Kriteria Evaluasi
24
timbulnya
halusinasi.
2. Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya
Intervensi :
25
1.
(marah,
sedih,
senang,
takut)beri
kesempatan
mengungkapkan
perasaannya.
Tujuan 3 : Klien dapat mengontrol halusinasinya
26
Kriteria Evaluasi :
a. Klien dapat menye utkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk
mengatasi untuk mengendalikan halusinasinya
b. Klien dapat menyebutkan cara baru
c. Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah
didiskusikan dengan klien
Intervensi :
1. Identifikasi bersama klien ccara tindakan yang dilakukan jika
terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri, dan lain lain)
2. Diskusikan manfaat cara yang dilakukan klien, jika bermanfaat
berikan pujian
3.
27
Intervensi :
1.
2.
28
2.
3.
4.
5.
Intervensi :
1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi, dan
manfaat obat
2. Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya
3. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek
samping obat yang dirasakan
4. diskusikan akibat berhenti obat obat tanpa konsultasi
5. Bantu klien mengguankan obat dengan prinsip 5 benar
29
Pasien
Keluarga
SPIP
.
1.
SPIK
2.
masalah
yang
Mengidentifikasi
isi
pasien
halusinasi Menjelaskan
pasien
halusinasi,
pengertian
tanda
dan
gejala
4.
pasien
Mengidentifikasi
5.
halusinasi pasien
Mengidentifikasi
6.
7.
terhadap halusinasi
Mengajarkan pasien
8.
halusinasi
Menganjurkan pasien memasukkan
halusinasi
frekuensi
situasi
yang
menghardik
SP2K
Mengevaluasi
jadwal
harian pasien
2.
Melatih
pasien
cara
merawat
pasien
dengan
halusinasi
mengendalikan Melatih keluarga melakukan cara
SP3P
1.
SP3K
Mengevaluasi
jadwal
kegiatan Membantu
harian pasien
jadwal
keluarga
aktivitas
membuat
di
rumah
Melatih
pasien
planning)
mengendalikan Menjelaskan follow up pasien
(kegiatan
yang
biasa
dilakukan di rumah)
3.
1.
SP4P
Mengevaluasi
2.
harian pasien
Memberikan pendidikan kesehatan
jadwal
kegiatan
teratur
Menganjurkan pasien memasukkan
ke dalam jadwal kegiatan harian
Diagnosa 2 : Isolasi sosial
Tujuan 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi :
1. Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata,
mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam,
31
Diri sendiri
Orang lain
Lingkungan
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan klien tentang prilaku menarik diridan tanda tandanya
32
Kriteria Evaluasi :
1.
33
Intervensi :
1. Kaji kemampuan klien mebina huungan dengan orang lain
2. Dorong dan bantu klien untuk berhubunga dengan orang lain melalui
tahap :
KP
K P P lain
K P P lain K lain
K P Kel/Klp/masy
3. Berireinforcement terhadap keberhasilan yang telah dicapai
4. Bantu klien untuk mengevaluaasi manfaat berhubungan
34
Intervensi :
1.
Dorong
klien
untuk
mengungkapkan
perasaannya
bila
Diskusikan
dengan
klien
tentang
perasaan
manfaat
Beri
Reinforcemen
positif
atas
kemampuan
klien
mengembangkan
kemampuan
klien
untuk
35
Kriteria Evaluasi :
1. Keluarga dapat :
a.
Menjelaskan perasaannya
b.
c.
d.
Beri Reinforcemen atas hal hal yang telah dicapai oleh keluarga
36
Pasien
Keluarga
SP1P
SP1K
1.
masalah
yang
2.
berinteraksi
orang lain
3.
4.
Mengajarkan
pasien
cara
latihan
berbincang-
SP2K
Mengevaluasi
jadwal
harian pasien
cara
merawat
pasien
dengan
isolasi sosial
2.
mempraktekkan
37
3.
Membantu
kegiatan
pasien
memasukkan
latihan
berbincang-
SP3K
Mengevaluasi
jadwal
kegiatan Membantu
harian pasien
2.
keluarga
membuat
mempraktekkan
lebih
Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
Diagnosa 3 : Resiko Prilaku Kekerasan (pada diri sendiri, orang lain,
lingkungan)
Tujuan 1 : Klien dapat Membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.
Intervensi :
1.
2.
39
Intervens 2 :
1. Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel atau kesal yang
dialami klien
Tujuan 4 : Klien dapat mengidentifikasi akibat PK yang biasa dilakukan
Kriteria Evaluasi
1. Klien dapat mengungkapkan Pk yang biasa dilakukan
2. Klien dapat bermain peran dengan PK yang biasa dilakukan
3. Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyesuaikan masalah
atau tidak
Intertvensi :
1. anjurkan klien untuk mengungkapkan Pk yang biasa dilakukan
2. Bantu klien bermain peran sesuai dengan Pk yang biasa dilakukan
3. Bicarakan denga klien apakah cara yang klien lakukan masalahnya
selesai
Tujuan 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat Pk
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang dilakukan klien
Intervensi :
1.
2.
40
Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat
2.
3.
41
2.
3.
2.
1.
2.
3.
42
5.
bantu
keluarga
mengungkapkan
perasaannya
setelah
melakukan demonstrasi
Tujuan 9 : Klien dapat menggunakan obat obatan yang diminum dan
keguanaannya (Jenis, Waktu, Dosis dan Efek)
Kriteria Evaluasi :
1.
2.
Intervensi 1 :
1.
2.
1.
2.
3.
4.
43
Pasien
Keluarga
SP1P
SP1K
Mengidentifikasi penyebab PK
Mendiskusikan
dirasakan
masalah
keluarga
yang
dalam
merawat pasien
2.
3.
PK
Mengidentifikasi PK yang dilakukan Menjelaskan cara merawat pasien
4.
5.
6.
Mengidentifikasi akibat PK
Menyebutkan cara mengontrol PK
Membantu pasien mempraktekkan
PK
fisik 1
Menganjurkan pasien memasukkan
dalam kegiatan harian
SP2P
1.
Mengevaluasi
2.
harian pasien
Melatih pasien
jadwal
SP2K
kegiatan Melatih keluarga mempraktekkan
mengontrol
3.
1.
Mengevaluasi
harian pasien
SP3K
jadwal
kegiatan Membantu
jadwal
keluarga
aktivitas
membuat
di
rumah
44
mengontrol
planning)
PK Menjelaskan follow up pasien
2.
Melatih
3.
1.
SP4P
Mengevaluasi
2.
harian pasien
Melatih pasien
3.
jadwal
kegiatan
mengontrol
PK
1.
SP5P
Mengevaluasi
2.
harian pasien
Melatih pasien
3.
jadwal
kegiatan
mengontrol
PK
Implementasi
Menurut
Keliat,
B.A
dan
Akemat
(2009),
implementasi
integritas
klien
beserta
lingkungannya.
Sebelum
memvalidasi
apakah
rencana
tindakan
keperawatan
masih
dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat ini. Hubungan saling
45
Evaluasi
Menurut Rohmah & Walid (2012) tinjauan pustaka evaluasi adalah
penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien ( hasil
yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau
perkembangan klien digunakan komponen SOAP.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
dengan penjelasan sebagai berikut:
S (Subjektif) Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan. Dapat diukur dengan menanyakan pertanyaan sederhana terkait
dengan tindakan keperawatan seperti coba bapak sebutkan kembali
bagaimana cara mengontrol atau memutuskan halusinasi yang benar?
46
47
2.2.6 Dokumentasi
Pencatatan dan pelaporan keperawatan adalah kumpulan informasi
perawatan dan kesehatan pasien yang dilakukan oleh perawat sebagai
pertanggungjawaban
dan
pertanggunggugatan
terhadap
asuhan
48