Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah


Di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, banyak masalah yang
dihadapi yaitu menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai orientasi pembangunan
nasional di satu pihak, pemerataan dan penanggulangan kemiskinan sebagai acuan
pembangunan nasional di pihak lain. Pemahaman tentang profil kemiskinan
merupakan prasyarat bagi ketetapan strategi penanggulangan kemiskinan.
Kemiskinan merupakan fenomena yang bersifat komplek dan multi dimensional
(Tjokrowinoto, 1996:122). Rendahnya tingkat hidup yang seringkali dijadikan alat
pengukur kemiskinan, pada hakekatnya hanyalah merupakan suatu mata rantai dari
sejumlah faktor yang mewujudkan sidroma kemiskinan.
Kabupaten pacitan sebagai salah satu kabupaten yang masih mempunyai
angka kemiskinan sebesar dan beberapa tahun masuk dalam delapan kabupaten
tertinggal di Provinsi Jawa Timur. Delapan kabupaten tersebut adalah Kabupaten
Pacitan, Sampang, Bangkalan, Pamekasan, Trenggalek, Bondowoso, Madiun dan
Situbondo.

Hal

tersebut

berdasarkan

kriteria

dasar

diantaranya

kondisi

perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, infrastruktur, kemampuan


keuangan lokal, aksesibilitas. Walaupun Pacitan pada saat ini sudah termasuk dalam
kabupaen terentaskan namun angka kemiskinan masih cukup tinggi. Hal ini dapat
dilihat dari data BPS sebagai berikut:
No
1.
2.
3.
4.

Keterangan
Pertumbuhan Ekonomi (%)
Penduduk Miskin (%)
Tingkat Pengangguran Terbuka
(%)
Jumlah Penduduk pertengahan
tahun (jiwa)

2010
6,53
19,5**)
0,87

2011
6,67
18,13
2,70

2012*)
6,73
17,07
1,16

540.881

542.127

543.391

Tabel 1. Data Kabupaten Pacitan


Fakta yang lain disebutkan oleh Kabid Penempatan Tenaga Kerja
Dinsosnakertrans yang dilansir oleh Antara News tahun sepanjang tahun 2012
LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

jumlah pengangguran di Kabupaten Pacitan mencapai belasan ribu orang. Berdasar


data latar belakang pendidikan, mayoritas pengangguran di Pacitan didominasi
lulusan SMP atau yang sederajat. Diperkirakan jumlah itu akan lebih besar karena
data yang terekam di Dinsosnakertrans tersebut hanya berpedoman pada data
administratif. Acuannya pada pencari kartu kuning selama 2012. Sesuai data
diketahui berdasar jenjang pendidikan, lulusan sekolah total pencarikerja pada tahun
2012 sebagai berikut:lanjutan pertama yang belum memiliki pekerjaan mencapai
6.277 orang. Diikuti lulusan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 1.700 orang, SMA/SMK
sekitar 1.000 orang, sarjana sebanyak 318 orang, dan diploma sebanyak 83 orang.
Total sepanjang tahun 2012 ada 16.000 orang di Kabupaten Pacitan yang
menganggur. Jumlah tersebut tentu mempunyai andil yang cukup signifikan akan
tingginya kemiskinan di kabupaten pacitan.
Dari berbagai masalah diatas, perlu adanya Strategi penanggulangan
kemiskinan

cepat dan menyeluruh untuk menanggulangi maslah kemiskinan di

Kabupaten Pacitan.

Kabupaten Pacitan sebenarnya sudah melakukan berbagai

upaya untuk menekan jumlah kemiskinan, namun belum efektif dalam


pelaksanaannya. Pelayanan, penanganan, dan penanggulangan kemiskinan selama
ini masih dilaksanakan lintas sektoral dan oleh beberapa SKPD. Agar pelayanan,
penanganan, dan penanggulangan kemiskinan lebih efektif, efisien dan dapat
ditangani lebih fokus perlu dibentuk Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan
Kemiskinan (UPTPK) Kabupaten Pacitan. Penanganan kemiskinan merupakan
salah satu prioritas kebijakan pembangunan Kabupaten Pacitan yang tertuang dalam
RPJMD Tahun 2011-2016 yang menekankan pada upaya perbaikan secara
berkesinambungan.
Dengan adanya UPTPK, akan terpetakan data kemiskinan di Kabupaten
Pacitan secara lebih valid. Unit ini nantinya akan melayani semua bentuk pelayanan
kepada masyarakat miskin, seperti: pelayanan kesehatan, pendidikan, sosial
kemasyarakatan. Selain melakukan pelayanan terhadap warga miskin, unit ini juga
bertugas untuk pengintegrasian data kemiskinan di Kabupaten Pacitan. Pasalnya,
data yang ada di masing-masing Satuan Kerja (Satker) saat ini belum sesuai
LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

kenyataan di lapangan, sehingga banyak warga miskin yang belum terdata. Padahal
pemerintah pusat hanya mempercayakan data dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Adanya UPTPK, diharapkan ke depan jumlah warga miskin akan berkurang.
Semua warga miskin di Pacitan, dipersilakan datang ke Kantor UPTPK jika ada
masalah apapun. Nantinya petugas UPTPK yang akan mengurusnya jika masalah
yang diadukan terkait Satker lainnya. Misalnya minta bantuan biaya sekolah, bisa
datang ke UPTPK. Petugas UPTPK yang akan menghubungkan dengan Dinas
Pendidikan. Inilah contoh bentuk pelayanan terpadu. Oleh karena itu, dibutuhkan
sebuah regulasi yang mengatur bagaimana UPTPK Kabupaten Pacitan dapat segera
diwujudkan sehingga pelayanan, penanganan, dan penangulangan kemiskinan dapat
berjalan efektif dan tepat sasaran. Oleh karena hal tersebut tim kami melakukan
Kajian Penanganan Kemiskinan di Kabupaten Pacitan.
B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dalam kegiatan pengkajian
ini dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
2.

C.

Bagaimana mengukur penanganan kemiskinan di Kabupaten Pacitan?


Bagaimana mendorong UPTPK Kabupaten Pacitan dapat segera terwujud?

Tujuan Pengkajian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, kegiatan pengkajian ini bertujuan
untuk:
1.

Merumuskan rekomendasi strategi pengukuran penanganan kemiskinan di

2.

Kabupaten Pacitan;
Merumuskan draft

Raperda untuk

mendorong

terwujudnya

UPTPK

Kabupaten Pacitan.
D.

MANFAAT PENGKAJIAN
Hasil Pengkajian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengambil kebijakan,
khususnya

pemerintah Kabupaten Pacitan dalam pengembangan program

penanggulangan kemiskinan yang ditangani secara terpadu dan berkelanjutan


LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

dengan pembentukan Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan


Kabupaten Pacitan, sehingga pelayanan, penanganan, dan penangulangan
kemiskinan dapat berjalan efektif dan tepat sasaran.

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.

Masalah Kemiskinan
Kemiskinan dan keterbelakangan merupakan fenomena sosial yang menjadi
atribut negara-negara dunia ketiga. Fenomena ini juga merupakan kebalikan dari
kondisi yang dialami oleh negara-negara maju yang memiliki atribut sebagai
model. Untuk memahami definisi dan asal mula kemiskinan dan keterbelakangan,
kita dapat melakukan kajian dengan cara :
1.

Mengadakan telaah terhadap kemiskinan dan kosakata kemiskinan seperti


yang dilakukan oleh Friedmann (1992: 160) dan Korten (1985: 67);

2.

Membandingkan dengan konsep-konsep modernisasi sebagai kebalikan


yang diametral dari kemiskinan dan keterbelakangan seperti yang
dikemukakan

oleh

para

pakar

yang

terkumpul

dalam

ontology

Modernization : The Dinamics of Growth (Myron Weiner, 1967).


Hampir di setiap negara, kemiskinan selalu terpusat di tempat-tempat
tertentu, yaitu biasanya di perdesaan atau di daerah-daerah yang kekurangan sumber
daya. Persoalan kemiskinan juga selalu berkaitan dengan masalahmasalah lain,
misalnya lingkungan. Beban kemiskinan paling besar terletak pada kelompokkelompok tertentu. Kaum wanita pada umumnya merupakan pihak yang dirugikan.
Dalam rumah tangga miskin, mereka sering merupakan pihak yang menanggung
beban kerja yang lebih berat dari pada kaum pria. Demikian pula dengan anak-anak,
mereka juga menderita akibat adanya ketidak merataan tersebut dan kualitas hidup
masa depan mereka terancam oleh karena tidak tercukupinya gizi, pemerataan
kesehatan dan pendidikan. Selain itu timbulnya kemiskinan sangat sering terjadi
pada kelompok-kelompok minoritas tertentu.
Kemiskinan berbeda dengan ketimpangan distribusi pendapatan (inequality).
Perbedaan ini sangat perlu ditekankan. Kemiskinan berkaitan erat dengan standar
LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

hidup yang absolut dari bagian masyarakat tertentu, sedangkan ketimpangan


mengacu pada standar hidup relatif dari seluruh masyarakat. Pada tingkat
ketimpangan yang maksimum, kekayaan dimiliki oleh satu orang saja dan tingkat
kemiskinan sangat tinggi.
Menurut Kuncoro, (1997: 102103). Mengemukakan bahwa kemiskinan
didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum.
Definisi tersebut menyiratkan tiga pernyataan dasar, yaitu:
1.

Bagaimanakah mengukur standar hidup ?

2.

Apa yang dimaksud dengan standar hidup minimum ?

3.

Indikator sederhana yang bagaimanakah yang mampu mewakili masalah


kemiskinan yang begitu rumit ?
Untuk

memahami

lebih

jauh

persoalan

kemiskinan

ada

baiknya

memunculkan beberapa kosakata standar dalam kajian kemiskinan (Friedmann,


1992: 89) sebagai berikut :
1.

Powerty line (garis kemiskinan). Yaitu tingkat konsumsi rumah tangga


minimum yang dapat diterima secara sosial. Ia biasanya dihitung
berdasarkan income yang dua pertiganya digunakan untuk keranjang
pangan yang dihitung oleh ahli statistik kesejahteraan sebagai persediaan
kalori dan protein utama yang paling murah.

2.

Absolute and relative poverty (kemiskinan absolut dan relatif). Kemiskinan


absolut adalah kemiskinan yang jatuh dibawah standar konsumsi minimum
dan karenanya tergantung pada kebaikan (karitas/amal). Sedangkan relative
adalah kemiskinan yang eksis di atas garis kemiskinan absolut yang sering
dianggap sebagai kesenjangan antara kelompok miskin dan kelompok non
miskin berdasarkan income relatif.

3.

Deserving poor adalah kaum miskin yang mau peduli dengan harapan
orang-orang

non-miskin,

bersih,

bertanggungjawab,

mau

menerima

pekerjaan apa saja demi memperoleh upah yang ditawarkan.


4.

Target population (populasi sasaran adalah kelompok orang tertentu yang


dijadikan sebagai objek dan kebijakan serta program pemerintah. Mereka

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

dapat berupa rumah tangga yang dikepalai perempuan, anak-anak, buruh


tani yang tak punya lahan, petani tradisional kecil, korban perang dan
wabah, serta penghuni kampung kumuh perkotaan.
Friedmann juga merumuskan kemiskinan sebagai minimnya kebutuhan
dasar sebagaimana yang dirumuskan dalam konferensi ILO tahun 1976. Kebutuhan
dasar menurut konferensi itu dirumuskan sebagai berikut:
1.

Kebutuhan minimum dari suatu keluarga akan konsumsi privat (pangan,


sandang, papan dan sebagainya).

2.

Pelayanan esensial atas konsumsi kolektif yang disediakan oleh dan untuk
komunitas pada umumnya (air minum sehat, sanitasi, tenaga listrik,
angkutan umum, dan fasilitas kesehatan dan pendidikan).

3.

Partisipasi masyarakat dalam pembuatan keputusan yang mempengaruhi


mereka.

4.

Terpenuhinya tingkat absolut kebutuhan dasar dalam kerangka kerja yang


lebih luas dari hak-hak dasar manusia.

5.

Penciptaan lapangan kerja (employment) baik sebagai alat maupun tujuan


dari strategi kebutuhan dasar.
Batas garis kemiskinan yang digunakan setiap negara ternyata berbeda-beda.

Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup.
Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan batas miskin dari besarnya rupiah yang
dibelanjakan per kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan
digunakan patokan 2.100 kalori per hari. Adapun pengeluaran kebutuhan minimum
bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka
barang dan jasa. Selama periode 1976 sampai 1993, telah terjadi peningkatan batas
garis kemiskinan, yang disesuaikan dengan kenaikan harga barang-barang yang
dikonsumsi oleh masyarakat. Batas garis kemiskinan ini dibedakan antara daerah
perkotaan dan pedesaan.
Garis kemiskinan lain yang paling dikenal adalah garis kemiskinan Sajogyo,
yang dalam studi selama bertahun-tahun menggunakan suatu garis kemiskinan yang
didasarkan atas harga beras. Sajogyo mendefinisikan batas garis kemiskinan sebagai
LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

tingkat konsumsi per kapita setahun yang sama dengan beras. Dengan menerapkan
garis kemiskinan ini kedalam data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional)
dari tahun 1976 sampai dengan 1987, akan diperoleh persentasi penduduk yang
hidup di bawah kemiskinan (dalam Kuncoro, 1997: 116).
Kemiskinan bersifat multidimensional, dalam arti berkaitan dengan aspek
sosial, ekonomi, budaya, politik dan aspek lainnya (Sumodiningrat, 1989: 26).
Sedangkan Kartasasmita (1997: 234) mengatakan bahwa kemiskinan merupakan
masalah

dalam

pembangunan

yang

ditandai

dengan

pengangguran

dan

keterbelakangan, yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan. Masyarakat


miskin pada umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya
kepada kegiatan ekonomi sehingga tertinggal jauh dari masyarakat lainnya yang
mempunyai potensi lebih tinggi(Kartasasmita, 1997: 234). Hal tersebut senada
dengan yang dikatakan Friedmann yang mengatakan bahwa kemiskinan sebagai
akibat dari ketidak-samaan kesempatan untuk mengakumulasi basis kekuatan sosial
(Friedmann , 1992: 123).
Namun menurut Brendley (dalam Ala, 1981: 4) kemiskinan adalah
ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang-barang dan pelayanan-pelayanan
yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas. Hal ini diperkuat
oleh Salim yang mengatakan bahwa kemiskinan biasanya dilukiskan sebagai
kurangnya pendapatan untuk memperoleh kebutuhan hidup yang pokok (Salim
dalam Ala, 1981: 1). Sedangkan Lavitan mendefinisikan kemiskinan sebagai
kekurangan barang-barang dan pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu
standar hidup yang layak.
B.

Faktor Penyebab Kemiskinan


Menurut

Baswir, (1997:

23),

Sumodiningrat,

(1998:

90).

Secara

sosioekonomis, terdapat dua bentuk kemiskinan, yaitu :


1.

Kemiskinan absolut adalah suatu kemiskinan di mana orang-orang miskin


memiliki tingkat pendapatan dibawah garis kemiskinan, atau jumlah
pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum,

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

kebutuhan hidup minimum antara lain diukur dengan kebutuhan pangan,


sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan, kalori, GNP per kapita,
pengeluaran konsumsi dan lain-lain.
2.

Kemiskinan

relatif

adalah

kemiskinan

yang

dilihat

berdasarkan

perbandingan antara suatu tingkat pendapatan dengan tingkat pendapatan


lainnya. Contohnya, seseorang yang tergolong kaya (mampu) pada
masyarakat desa tertentu bisa jadi yang termiskin pada masyarakat desa
yang lain.
Di samping itu terdapat juga bentuk-bentuk kemiskinan yang sekaligus
menjadi faktor penyebab kemiskinan (asal mula kemiskinan). Ia terdiri dari: (1)
Kemiskinan natural, (2) Kemiskinan kultural, dan (3) Kemiskinan structural
(Kartasasmita, 1996: 235, Sumodiningrat, 1998: 67, dan Baswir, 1997: 23).
1.

Kemiskinan Natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang


miskin. Kelompok masyarakat tersebut menjadi miskin karena tidak
memiliki sumberdaya yang memadai baik sumberdaya alam, sumberdaya
manusia maupun sumberdaya pembangunan, atau kalaupun mereka ikut
serta dalam pembangunan, mereka hanya mendapat imbalan pendapatan
yang rendah. Menurut Baswir (1997: 21) kemiskinan natural adalah
kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti karena cacat,
sakit, usia lanjut atau karena bencana alam. Kondisi kemiskinan seperti ini
menurut Kartasasmita (1996: 235) disebut sebagai Persisten Poverty yaitu
kemiskinan yang telah kronis atau turun temurun. Daerah seperti ini pada
umumnya merupakan daerah yang kritis sumberdaya alamnya atau daerah
yang terisolir.

2.

Kemiskinan Kultural mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok


masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya
di mana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan.
Kelompok masyarakat seperti ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi
dalam pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan merubah
tingkat kehidupannya. Akibatnya tingkat pendapatan mereka rendah

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

menurut ukuran yang dipakai secara umum. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikatakan Baswir (1997: 21) bahwa ia miskin karena faktor budaya seperti
malas, tidak disiplin, boros dan lain-lainnya.
3.

Kemiskinan Struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh


faktorfaktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil,
distribusi aset produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan
ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat
tertentu (Baswir, 1997: 21). Selanjutnya Sumodiningrat (1998: 27)
mengatakan bahwa munculnya kemiskinan struktural disebabkan karena
berupaya menanggulangi kemiskinan natural, yaitu dengan direncanakan
bermacam-macam program dan kebijakan. Namun karena pelaksanaannya
tidak seimbang, pemilikan sumber daya tidak merata, kesempatan yang tidak
sama menyebabkan keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata pula,
sehingga menimbulkan struktur masyarakat yang timpang. Menurut
Kartasasmita (1996: 236) hal ini disebut accidental poverty, yaitu
kemiskinan karena dampak dari suatu kebijaksanaan tertentu yang
menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat.
Masalah-masalah kemiskinan tersebut di atas menurut Nurkese (dalam

Sumodiningrat. 1999: 150) sebagai suatu lingkaran setan kemiskinan yang


meliputi enam unsur, yaitu : Keterbelakangan, Kekurangan modal, Investasi rendah,
Tabungan rendah, Pendapatan rendah, Produksi rendah. Lain halnya dengan
pendapat Chambers yang mengatakan bahwa inti dari masalah kemiskinan dan
kesenjangan sebenarnya, di mana deprivation trap atau jebakan kemiskinan ini
terdiri dari lima unsur yaitu: Kemiskinan, Kelemahan jasmani, Isolasi, Kerentanan,
Ketidakberdayaan. Kelima unsur tersebut saling kait mengait antara satu dengan
yang lain dan saling mempengaruhi (Chambers, 1983 : 145-147).

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

C.

Pemberdayaan Keluarga Miskin


Dalam

mengkaji

pemberdayaan,

sebagianbesar

literatur

mengakui

pentingnya rumah tangga sebagai sumber utama pemberdayaan . Rumah tangga


disini dapat diartikan sebagai sekelompok penduduk yang hidup dibawah satu atap,
makan dari panci yang sama, dan bersama-sama terlibat dalam proses pembuatan
keputusan sehari-hari. Pada dasarnya, rumah tangga merupakan suatu unit yang
proaktif dan produktif. Sebagai unit dasar dari masyarakat sipil, maingmasing
rumah

tangga

membentuk

pemerintahan

dan

ekonomi

dalam

bentuk

miniatur(Pranarka dalam Priyono, 1998; 61).


Menurut Friedmann(1992:32-33), rumah tangga menempatkan tiga macam
kekuatan, yaitu sosial, politik, dan psikologis. Kekuatan sosial menyangkut akses
terhadap dasar-dasar produksi tertentu suatu rumah tangga, misalnya informasi,
pengetahuan dan ketrampilan. Partisipasi dalam organisasi sosial, dan sumbersumber keuangan. Bila ekonomi rumah tangga tersebut meningkatkan aksesnya
pada dasar-dasar produksi diatas, maka kemampuannya dalam menentukan dan
mencapai tujuannya juga meningkat. Peningkatan akses rumah tangga terhadap
dasar-dasar kekayaan produktif mereka.
Pemahaman keluarga dibedakan menurut pendekatannya. Pendekatan
struktural fungsional memandang keluarga sebgai group kecil yang memiliki ciri
tertentu(struktur dan fungsi) untuk memelihara kelangsungan hidup (Soemardjan,
1986: ). Pendekatann antropologi memandang keluarga memilikiarti yang berbeda
sesuai adat istiadat setempat. Secara umum memiliki ciri-ciri yang relatif sama,
terbentuk dari ikatan perkawinan yang diakui masyarakat, daerah dan adopsi sesuai
dengan adat, merupakan unit orang yang berinteraksi, diidentifikasi sebagai sistem
penanaman kekerabatan ( Geertz, 1985 ). Didalam wadah keluarga, penting untuk
melengkapi pembagian kerja dan fungsi(peranan) yang terorganisasi berdasarkan
status setiap anggota keluarga yang terdiri ayah, ibu, dan anak (Sumantri, 2000)
Penggunaan kata empowerment dan to empower diterjemahkan menjadi
pemberdayaan dan memberdayakan. Konsep empowerment (pemberdayaan) yang
dirintis oleh Friedmann (1992: 124) memunculkan adanya 2 (dua) premis mayor,
LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

yaitu kegagalan dan harapan dalam memandang konsepkonsep keneysian.


Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model-model pembangunan ekonomi
terdahulu dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan menjamin kelestarian
lingkungan yang berkelanjutan. Sedangkan harapan muncul karena adanya modelmodel pembangunan alternatif yang memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan
gender, persamaan antar generasi dan pertumbuhan ekonomi yang memadai.
Kegagalan dan harapan menurut Friedman bukanlah merupakan alat ukur dari hasil
kerja ilmu sosial melainkan lebih merupakan cermin dari nilai-nilai normatif dan
moral yang berkembang dalam lokalitas. Kegagalan dan harapan akan terasa sangat
nyata pada tingkat individu dan masyarakat. Pada tingkat yang lebih luas, yang
dirasakan hanyalah gejala dari kegagalan dan harapan. Dengan demikian,
pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya adalah nilai kolektif dari pemberdayaan
individu.
Sementara itu Blanchard(2001: 6) mendefisikan bahwa pemberdayaan
sebagai upaya untuk menguraiakan belenggu yang membelit masyarakat terutama
yang berkaitan dengan pengetahuan, pengalaman, motivasinya.
The real essence of empowerment comes from releasing the knowledge,
experience, and motivarional power that is already in people but is being
severely underutilized
Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat di mana kondisi sekarang tidak mampu untuk
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain,
memberdayakan

adalah

meningkatkan

kemampuan

dan

meningkatkan

kemandirian masyarakat. Konsep partisipasi yang aktif dan kreatif atau seperti
yang dikemukakan oleh Paul dalam Cohen sebagai berikut:
Participation refers to an active process whereby beneficiaries influence
the direction and excution of development projects rather than merely
receive a share of project benefits.
Definisi di atas memandang keterlibatan masyarakat mulai dari tahap
pembuatan keputusan, penerapan keputusan, penikmatan hasil evaluasi (Cohen &
LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

Uphoff, 1980: 215-223). Partisipasi mendukung masyarakat untuk mulai sadar akan
situasi dan masalah yang dihadapinya, serta berupaya untuk mencari jalan keluar
yang dapat dipakai demi mengatasi masalahnya. Partisipasi juga membantu
masyarakat miskin untuk melihat realitas sosial ekonomi dan proses desentralisasi
yang dilakukan dengan memperkuat Delivery system (sistem distribusi) di tingkat
bawah.
Soetrisno (1995: 74) menyatakan bahwa ada dua definisi partisipasi yang
beredar di masyarakat yaitu: Definisi pertama partisipasi rakyat dalam
pembangunan sebagai dukungan rakyat terhadap rencana proyek pembangunan
yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh perencana. Ukuran tinggi rendahnya
partisipasi masyarakat dalam definisi inipun disamakan dengan kemauan rakyat
untuk ikut menanggung biaya pembangunan baik berupa uang maupun tenaga
dalam melaksanakan proyek pembangunan pemerintah. Dipandang dari sudut
sosiologis definisi ini tidak dapat dikatakan sebagai partisipasi rakyat dalam
pembangunan melainkan mobilisasi rakyat dalam pembangunan. Definisi kedua
partisipasi dalam pembangunan merupakan kerjasama yang erat antara perencana
dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan
hasil pembangunan yang telah dicapai. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi rakyat
dalam pembangunan tidak hanya diukur dengan kemauan rakyat untuk menanggung
biaya pembangunan tetapi juga dengan ada tidaknya hak rakyat untuk ikut
menentukan arah dan tujuan proyek yang dibangun diwilayah mereka serta ada
tidaknya kemauan rakyat untuk secara mandiri melestarikan hasil proyek itu.
Sementara itu para ahli yang berpendapat bahwa partisipasi dikonsepsikan
secara baru sebagai suatu insentif moral yang mengijinkan kaum miskin yang tidak
berdaya untuk merundingkan insentif-insentif material baru bagi diri mereka dan
sebagai suatu terobosan yang memperbolehkan masyarakat grassroot berhasil
mendapatkan jalan menuju bidang-bidang makro pembuatan keputusan. Dengan
demikian, partisipasi merupakan aspek terpenting dalam upaya memberdayakan
masyarakat baik secara individu maupun kelompok.

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

Kemampuan masyarakat untuk mewujudkan dan mempengaruhi arah


serta pelaksanaan suatu program ditentukan dengan mengandalkan power yang
dimilikinya sehingga pemberdayaan (empowerment) merupakan tema sentral atau
jiwa partisipasi yang sifatnya aktif dan kreatif.
Participation is concerned with the distribution of power in society, for it
is power which enables groups to determine which needs, and whose needs
will be met through the distribution of resources (Curtis, et. Al., 1978: 1).
Pemberdayaan merupakan the missin ingredient (unsur tersembunyi) dalam
mewujudkan partisipasi masyarakat yang aktif dan kreatif. Secara sederhana,
pemberdayaan mengacu pada kemampuan masyarakat untuk mendapatkan dan
memanfaatkan akses ke dan kontrol atas sumber-sumber hidup penting.
Upaya masyarakat miskin melibatkan diri dalam proses pembangunan
melalui power yang dimilikinya merupakan bagian dari pembangunan manusia
(personal/human

development).

Pembangunan

manusia

merupakan

proses

kemandirian (self-reliance), kesediaan bekerjasama dan toleran terhadap sesamanya


dengan manyadari potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat terwujud dengan
menimba ilmu dan ketrampilan baru, serta aktif berpartisipasi dalam pembangunan
ekonomi, sosial, dan politik dalam komunitas mereka.
Bagaimana pemberdayaan masyarakat merupakan satu masalah sendiri yang
berkaitan dengan hakekat dari kekuasaan, serta hubungan antar individu atau
lapisan-lapisan sosial yang lain. Pada dasarnya setiap individu dilahirkan dengan
kekuasaan. Hanya saja kadar dari kekuasaan itu akan berbeda antara satu individu
dengan individu yang lain. Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
terkait (interlinking factors) antara lain seperti pengetahuan, kemampuan, status,
harta, kedudukan, dan jenis kelamin. Faktor-faktor yang saling terkait itu pada
akhirnya membuat hubungan antar individu dengan dikotomi subyek (penguasa)
dan obyek (yang dikuasai). Bentuk relasi sosial yang dicirikan dengan dikotomi
subyek dan obyek tersebut merupakan relasi yang ingin diperbaiki melalui proses
pemberdayaan.

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

Pemberdayaan merupakan proses rekonstruksi hubungan antara subyek dan


obyek. Proses ini mensyaratkan adanya pengakuan subyek atas kemampuan atau
power yang dimiliki obyek. Secara garis besar, proses ini melihat pentingnya flow
of power (transfer kekuasaan) dari subyek ke obyek. Pemberian kekuasaan,
kebebasan dan pengakuan dari subyek ke obyek dengan memberinya kesempatan
untuk meningkatkan hidupnya dengan memakai sumber daya tersebut. Pada
akhirnya, kemampuan individu miskin untuk dapat mewujudkan harapannya dengan
pemberian pengakuan oleh subyek merupakan bukti bahwa individu tersebut
memiliki kekuasaan/daya. Dengan kata lain, mengalirnya daya ini dapat terwujud
suatu upaya aktualisasi diri dari obyek untuk meningkatkan hidupnya dengan
memakai daya yang ada padanya serta dibantu juga dengan daya yang dimiliki
subyek. Dalam pengertian yang lebih luas, hasil akhir dari proses pemberdayaan
adalah beralihnya fungsi individu yang semula obyek menjadi subyek (yang baru),
sehingga relasi sosial yang ada nantinya hanya akan ditandai dengan relasi antar
subyek (lama) dengan subyek (baru) yang lain. atau proses pemberdayaan adalah
mengubah pola relasi lama subyek-obyek menjadi relasi subyek-subyek.
Dengan demikan, transfer kekuasaan ini merupakan faktor yang penting
dalam mewujudkan pemberdayaan. Terdapat dua perspektif atas dimensi power itu,
yaitu perspektif distributif yang menghambat pemberdayaan, dan perspektif
generatif yang cenderung mendukung pemberdayaan (Masoed, 1994: 100-101).
Bila power ditinjau dalam perspektif distributif, maka ia bersifat zero-sum dan
sangat kompetitif. Kalau yang satu mempunyai daya berarti yang lain tidak tidak
punya. Kalau satu pihak memperoleh tambahan daya, berarti pihak yang lain
kehilangan. Dalam hubungan kekuasaan seperti ini, aktor yang berperilaku rasional
dianggap tidak mungkin bekerjasama karena hanya akan merugikan diri sendiri.
Kalau pemberdayaan si miskin dapat dilakukan dengan mengurangi kekuasaan si
pemegang kekuasaan, maka pasti si penguasa akan berusaha mencegah proses
pemberdayaan itu.
Sebaliknya, yang berlaku pada sisi perspektif generatif bersifat positivesum.
Artinya, pemberian pada pihak lain dapat meningkatkan daya sendiri. Kalau daya
LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

suatu unit sosial secara keseluruhan meningkat, semua anggotanya dapat menikmati
bersama-sama. Dalam kasus ini, pemberian daya kepada lapisan miskin secara tidak
langsung juga akan meningkatkan daya si pemberi, yaitu si penguasa. Dengan
menggunakan kajian teori yang ditawarkan oleh Sarah Cook dan Steve ini, maka
perubahan yang akan dihasilkan merupakan suatu perubahan yang bersifat
terencana karena input yang akan digunakan dalam perubahan telah diantisipasi
sejak dini sehingga out put yang akan dihasilkan mampu berdaya guna secara
optimal.
Upaya pemberdayaan dapat juga dilakukan melalui 3 (tiga) jurusan
(Kartasasmita, 1995: 4) yaitu:
1.

Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang.


Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan masyarakat
memiliki potensi (daya) yang dapat dikembangkan. Pemberdayaan adalah
upaya untuk membangun daya itu dengan mendorong, memberikan
motivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta
berupaya untuk mengembangkan.

2.

Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).


Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah yang lebih positif dan nyata,
penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke berbagai
peluang yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya dalam
memanfaatkan peluang.

3.

Memberdayakan mengandung arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan


harus dicegah yang lemah menjadi semakin lemah, dan menciptakan
kebersamaan serta kemitraan antara yang sudah maju dan yang belum
maju/berkembang. Secara khusus perhatian harus diberikan dengan
keberpihakan melalui pembangunan ekonomi rakyat, yaitu ekonomi usaha
kecil termasuk koperasi, agar tidak makin tertinggal jauh, melainkan justru
dapat memanfaatkan momentum globalisasi bagi pertumbuhannya.

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

Namun Friedmann juga mengingatkan bahwa sangatlah tidak realistic


apabila kekuatan-kekuatan ekonomi dan struktur-struktur di luar masyarakat madani
diabaikan. Oleh karena itu, menurut Friedmann pemberdayaan masyarakat tidak
hanya sebatas ekonomi saja namun juga secara politis, sehingga pada akhirnya
masyarakat akan memiliki posisi tawar menawar yang kompetitif, baik secara
nasional maupun internasional. Paradigma pemberdayaan ingin mengubah kondisi
yang serba sentralistik ke situasi yang lebih otonom dengan cara memberi
kesempatan pada kelompok orang miskin untuk merencanakan dan kemudian
melaksanakan program pembangunan yang mereka pilih sendiri, kelompok orang
miskin ini, juga diberi kesempatan untuk mengelola pembangunan, baik yang
berasal dari pemerintah maupun pihak luar (Soetrisno, 1995: 80).
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
yang menyangkut diri masyarakat sendiri merupakan unsur yang sungguh penting
dalam hal ini. Dengan dasar pandang demikian, maka pemberdayaan masyarakat
amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengalaman demokrasi.
Dalam konteks dan alur pikir ini Friedmann (1992: 34) menyatakan:
The empowerment approach, which is fundamental to alternative
development, places the emphasis on autonomy in decesion making of
territotially organized communities, local self-reliance (but not autarchy)
democracy and experiental social learning.
Titik fokus dari pemberdayaan ini adalah lokalitas, karena civil society,
menurut Friedmann lebih siap diberdayakan lewat isu-isu lokal. Empowerment
dapat berarti menumbuhkan kekuasaan dan wewenang yang lebih besar kepada si
miskin. Hal senada diberikan oleh Paulo Freire (dalam Soetrisno, 1995: 27) yang
menyatakan bahwa empowerment bukanlah sekedar memberi kesempatan pada
rakyat untuk menggunakan sumber-sumber alam dan dana pembangunan saja, akan
tetapi lebih dari itu, empowerment merupakan upaya untuk mendorong masyarakat
untuk mencari cara menciptakan kebebasan dari struktur-struktur yang represif
(bersifat menekan). Dengan kata lain, empowerment berarti partisipasi masyarakat
dalam politik. Rumusan lain tentang konsep empowerment ini ditemui dalam
LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

pernyataan Schumacher yang kurang berbau politik dan lebih menekankan pada
halhal sebagai berikut:
Economic development can succed only if it is carried forward as a broad
popular movement reconstruction with the primary emphasis on the full
utilization of the drive, enthusiasm, intelligence and labour power of every
one (Schumacher, 1973: 132).
Dengan demikian pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep
pembangunan ekonomi dan politik yang merangkum berbagai nilai sosial. Konsep
ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni bersifat people centered,
participatory, empowering, and sustainable (Berpusat pada rakyat, partisipatoris,
memberdayakan dan berkelanjutan) (Chambers, 1983: 290).
Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar
(basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan
lebih lanjut (safety net). Alternatif konsep pertumbuhan ini oleh Friedmann (1992:
68) disebut sebagai alternative development (pembangunan alternatif) yang
menghendaki inclusive democracy, appropriate economic growth, gender equality
and intergenarational equity (demokrasi inklusif, pertumbuhan ekonomi yang
memadai, kesetaraan gender dan persamaan antara generasi). Konsep ini tidak
mempertentangkan pertumbuhan dengan pemerataan, karena, keduanya tidak harus
diasumsikan sebagai incompatible and anthithetical (tidak cocok dan antitetis).
Konsep ini mencoba melepaskan diri dari perangkap Zero sum game dan tradeoff (prinsip pilih salah satu). Ia bertitik tolak dari pandangan bahwa dengan
pemerataan tercipta landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan serta akan
menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan. Oleh karena itu seperti dikatakan oleh
Kirdar dan Silk (dalam Kartasasmita, 1996: 90), the right kinds of growth
(pertumbuhan yang benar), yakni bukan pertumbuhan vertikal yang menghasilkan
trickle-down seperti yang terbukti tidak berhasil, tetapi yang bersifat horisontal
(horizontal

flows),

yakni

broadly

based,

employment

intensive,

compartmentalized (berbasis luas, intensif tenaga kerja, dan saling melengkapi).

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

and

D.

Program Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan


Dalam

mengatasi

dampak

krisis

ekonomi

pemerintah

Indonesia

merencanakan berbagai program, yang dalam konteks internasional dikenal sebagai


social safety net (jaring pengaman sosial /JPS) dan compensatory programs,
yang sekaligus dipadukan dengan program pengentasan kemiskinan atau poverty
ellevation.
Program JPS merupakan suatu upaya khusus untuk menanggulangi kondisi
sosial ekonomi masyarakat agar tidak semakin terpuruk Atau dengan kata lain
program JPS dilaksanakan untuk memutar kembali roda perekonomian rakyat
melalui tahapan penyelamatan (rescue), yang sifatnya mendesak dan harus
ditangani secepat mungkin dan tahapan pemulihan (recovery). Untuk
memberdayakan masyarakat miskin. Kedua tahapan ini merupakan strategi
pelaksanaan Program JPS menuju pada tingkat pembangunaan dan pertumbuhan
ekonomi yang normal.
Pada prinsipnya program JPS bertujuan untuk membantu penduduk miskin
agar tidak menjadi sangat terpuruk dan agar dapat hidup layak. Sementara itu
program kompensasi atau compensatory programs lebih bersifat jangka pendek,
dan bertujuan untuk menolong penduduk yang terkena dampak sementara akibat
kebijaksanaan penyesuaian struktural ekonomi, seperti pekerja yang terkena
pemutusan hubungan kerja (PHK), masyarakat yang terkena akibat langsung dari
adanya kenaikan (penyesuaian) harga bahan bakar minyak (BBM), dan sebagainya.
Sedangkan program pengentasan kemiskinan merupakan program jangka panjang
yang dilakukan secara berkesinambungan oleh pemerintah. Oleh karena itu,
program pengentasan kemiskinan tidak harus sejajar atau diadakan, semata-mata
karena adanya program penyesuaian structural ekonomi. Berdasarkan konsep
pemikiran di atas, Kantor Menteri Kesra dan Taskin mengembangkan dan
mencanangkan suatu program yang disebut Gerakan Terpadu Pengentasan
Kemiskinan (Gerdu Takin). Gerdu Taskin merupakan

program pengentasan

kemiskinan yang terpadu dan menyeluruh yang dilakukan oleh Pemerintah,


kalangan swasta, lembaga swadaya dan organisasi kemasyarakatan (LSOM),
LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

masyarakat luas dan keluarga miskin itu sendiri. Keunggulan program Gerdu Taskin
ini adalah keterpaduan tujuan dan sasaran untuk menanggulangi sebab-sebab
terjadinya kemiskinan, sehingga kondisi kesejahteraan penduduk target program
yang lebih baik dapat dicapai. Tujuan dan sasaran ini ditindak lanjuti dengan
berbagai perangkat dan strategi, seperti kebijaksanaan, peraturan-peraturan dan
produk hukum lainnya, program, proyek, dan kegiatan yang mempunyai dampak
langsung terhadap perubahan positif pada faktor-faktor penyebab kemiskinan
tersebut di atas. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah menumbuhkan dan
mengembangkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia.
Atas dasar hal tersebut, maka prinsip dasar yang di terapkan dalam Gerdu Taskin
secara nasional, meliputi:
1.

Memperlakukan keluarga/penduduk miskin sebagai subyek, dengan


melibatkan keluarga sasaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian.

2.

Dukungan yang diberikan diarahkan untuk menanggulangi kemiskinan,


memberdayakan masyarakat dan keluarga miskin, mencegah timbulnya
kemiskinan, dan melindungi keluarga miskin sesuai dengan kebutuhan dan
potensi yang dimiliki keluarga sasaran, serta memberikan peluang yang ada
di lingkungannya.

3.

Dukungan yang diberikan secara menyeluruh dalam bentuk kebijaksanaan,


peraturan, program dan kegiatan-kegiatan yang membantu keluarga miskin
untuk

memenuhi

kebutuhan

pokoknya,

menumbuhkan

wawasan,

pengetahuan, sikap dan perilaku ekonomi yang produktif, serta memberikan


kemampuan dan akses yang lebih besar untuk mengembangkan usaha dan
meningkatkan kesejahterannya.
4.

Pengembangan potensi keluarga/penduduk miskin dilakukan melalui


pendekatan kelompok dengan disertai pendamping mandiri yang berasal dari
instansi pemerintah, kalangan swasta, LSOM, dan masyarakat.

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

BAB III
METODE PENELITIAN

A.

Jenis Pengkajian
Kegiatan pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan
Tahun Anggaran 2013 ini merupakan pengkajian kualitatif yang bersifat deskriptif
dan didukung dengan data/informasi baik kuantitatif maupun kualitatif.

B.

Lokasi Dan Waktu Pengkajian


Pengkajian dilakasanakan di SKPD/ Lembaga Lingkup Pemerintah
Kabupaten Pacitan. Waktu pengkajian selama 4 (empat) bulan (Maret - Juni 2013).

C.

Subjek Pengkajian
Subjek pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan meliputi:
1.

Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan.

2.

Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan.

3.

Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan Kabupaten Pacitan.

4.

Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Pacitan.

5.

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pacitan.

6.

Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pacitan.

7.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pacitan.

8.

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Pacitan.

9.

Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Pacitan.

10. Bagian Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah Kabupaten Pacitan.


11. Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kabupaten
Pacitan.
12. Tim Penggerak PKK Kabupaten Pacitan.

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

D.

Metode Pengumpulan Data


Data/informasi dikumpulkan dengan menggunakan beberapa metode, yaitu:
melalui pengamatan (observasi), wawancara mendalam dan terstruktur, diskusi
kelompok terarah (FGD) dan studi dokumen.
1.

Observasi
Penggunaan metode ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan,
ruang peralatan, para pelaku dan juga aktivitas sosial yang sedang
berlangsung dan yang berhubungan dengan penanganan kemiskinan di
Kabupaten Pacitan dan untuk membuat pemetaan masyarakat miskin.
Dalam observasi ini dibutuhkan data-data untuk mendukung
pengkajian tentang penanganan kemiskinan di Kabupaten Pacitan. Berikut
data yang dibutuhkan tersebut:

No

Dinas

Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan 1. Perda kaitannya dengan orang miskin (rumah,
kesehatan, pangan, pendidikan, dan pekerjaan)
2. Profil bantuan kesehatan, pendidikan, pangan,
berapa banyak
3. Pengelolaan Bos dan Bosda
Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan 1. Perda kaitannya dengan orang miskin (rumah,
kesehatan, pangan, pendidikan, dan pekerjaan)
2. Profil bantuan kesehatan, pendidikan, pangan,
berapa banyak
3. Pengelolaan lansia di pacitan
4. Pengelolaan jamkesmas untuk orang miskin
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan
1. Perda kaitannya dengan orang miskin (rumah,
Kebersihan Kabupaten Pacitan
kesehatan, pangan, pendidikan, dan pekerjaan)
2. Rencana tata ruang dan wilayah terkait dengan
kemiskinan
3. Profil orang miskin (dewasa, anak, dan lansia)
dimana mereka berada
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan
1. Perda kaitannya dengan orang miskin (rumah,
Transmigrasi Kabupaten Pacitan
kesehatan, pangan, pendidikan, dan pekerjaan)
2. Pengelolaan lansia di pacitan
3. Pengeoalaan raskin
4. Pengelolaan jamkesmas unt orang miskin
5. Pengelolaan Pelatihan kerja untuk orang miskin
6. Profil APBD - Realisasi APBD untuk orang miskin

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

Data yang Dibutuhkan

2012, dan rencana 2013 bagaimana?


5

6
7

10
11

Dinas Kependudukan dan Pencatatan 1. Profil orang miskin (dewasa, anak, dan lansia)
Sipil Kabupaten Pacitan
dimana mereka berada
2. Pengelolaan lansia di pacitan
3. Pengelolaan raskin
4. Pengelolan jamkesmas unt orang miskin
Dinas Koperasi, Perindustrian dan
1. Pengelolaan Pelatihan kerja untuk orang miskin
Perdagangan Kabupaten Pacitan
2. Perda kaitannya dengan orang miskin (rumah,
kesehatan, pangan, pendidikan, dan pekerjaan)
Badan Perencanaan Pembangunan
1. Perda kaitannya dengan orang miskin (rumah,
Daerah Kabupaten Pacitan
kesehatan, pangan, pendidikan, dan pekerjaan)
2. Rencana tata ruang dan wilayah terkait dengan
kemiskinan
3. Profil orang miskin (dewasa, anak, dan lansia)
dimana mereka berada
4. Profil APBD - Realisasi APBD untuk orang miskin
2012, dan rencana 2013 bagaimana?
Badan Pemberdayaan Masyarakat
1. Perda kaitannya dengan orang miskin (rumah,
dan Pemerintahan Desa Kabupaten
kesehatan, pangan, pendidikan, dan pekerjaan)
Pacitan
2. Rencana tata ruang dan wilayah terkait dengan
kemiskinan
3. Profil orang miskin (dewasa, anak, dan lansia)
dimana mereka berada
4. Profil bantuan kesehatan, pendidikan, pangan,
berapa banyak
5. Pengelolaan lansia di pacitan
6. Pengelolaan raskin
7. Pengelolaan Pelatihan kerja untuk orang miskin
Badan Keluarga Berencana dan
1. Perda kaitannya dengan orang miskin (rumah,
Pemberdayaan Perempuan
kesehatan, pangan, pendidikan, dan pekerjaan)
Kabupaten Pacitan
2. Profil orang miskin (dewasa, anak, dan lansia)
dimana mereka berada
3. Pengelolaan jamkesmas untuk orang miskin
Bagian Administrasi Perekonomian
Sekretariat Daerah Kabupaten
Pacitan
Bagian Administrasi Kesejahteraan
Rakyat Sekretariat Daerah
Kabupaten Pacitan

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

1. Profil APBD - Realisasi APBD untuk orang miskin


2012, dan rencana 2013 bagaimana?
1. Profil bantuan kesehatan, pendidikan, pangan,
berapa banyak
2. Profil APBD - Realisasi APBD untuk orang miskin
2012, dan rencana 2013 bagaimana?
3. Pengelolaan lansia di pacitan
4. Pengelolaan raskin
5. Pengelolaan jamkesmas untuk orang miskin

12

Tim Penggerak PKK Kabupaten


Pacitan

1. Profil orang miskin (dewasa, anak, dan lansia)


dimana mereka berada
Tabel 2. Instrumen Data Penelitian

2.

Wawancara Mendalam
Wawancara dimaksudkan untuk memperoleh data/informasi yang
lebih lengkap mengenai penanganan kemiskinan di Kabupaten Pacitan.
Melalui wawancara mendalam, diperoleh gambaran tentang perkembangan
masyarakat miskin, layanan penunjang, dan aspek-aspek sosio-kultural
lainnya. Pemaparan life history ini lebih tepat ditetapkan pada keluarga
sebagai unit analisisnya. Oleh karenanya, penyusunan life history harus
terlebih dahulu menunjuk. Teknik ini juga untuk mengkonfirmasikan tentang
data yang diperoleh dari obsevasi. Berikut daftar pertanyaan untuk
wwawancara stake holder di Kabupaten Pacitan :
1. Arah strategi penanggulangan kemiskinan?
2. Perumusan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan
yang diprakarsai pemerintah?
3. Perumusan rencana aksi penanggulangan kemiskinan?
4. Proporsi anggaran penanggulangan kemiskinan?
5. Trend prosentase anggaran penanggulangan kemiskinan?

3.

Wawancara Terstruktur
Teknik wawancara terstruktur digunakan untuk mencermati apresiasi
masyarakat sebagai salah satu enabling factors digunakan untuk merekam
pelayanan bantuan kemiskinan dan apresiasi masyarakat terhadapnya.

4.

Diskusi Kelompok Terarah (FGD)


Metode pengumpulan data/informasi melalui diskusi kelompok
terarah (FGD) dilakukan dengan menggali data/informasi dengan cara
mempertemukan stakeholder terkait, dalam suatu forum diskusi dengan
jumlah terbatas mengenai strategi penanganan kemiskinan di Kabupaten
Pacitan. Diskusi Kelompok Terarah (FGD) ini sekaligus digunakan untuk

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

melakukan

pengecekan

kebenaran

atas

data/informasi

yang

telah

dikumpulkan melalui teknik lain, seperti : observasi, wawancara, dan simak


dokumen agar dapat diperoleh keabsahan atau validitas data/informasi.
5.

Studi Dokumen
Pengumpulan data/informasi melalui studi dokumen dilakukan
dengan menyimak dan mengkaji dokumen yang berkaitan dengan
penanganan kemiskinan, sebagai bahan untuk melengkapi data/informasi
pengkajian.

E.

Validitas Data
Uji keabsahan data/informasi dilakukan melalui trianggulasi sumber, baik
responden/informan, kondisi lapangan, peserta diskusi kelompok terarah (FGD)
maupun data/informasi eksisting yang terkait.

F.

Metode Analisis Data


Data/informasi dianalisis dengan menggunakan Metode Analisis Interaktif
dan Analisis SWOT (KEKEPAN).
1.

Analisis Interaktif
Teknik analisis

data/informasi yang akan digunakan pada

pengkajian ini adalah teknik analisis interaktif (interactive model of


analysis). Teknik analisis interaktif memiliki 3 (tiga) komponen, yakni
reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan (Miles & Huberman,
2003). Komponen-komponen dari model analisis interaktif tersebut dalam
kontek pengkajian yang akan dilakukan ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a.

Reduksi Data (Data Reduction): merupakan proses seleksi,


pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data kasar yang ada
dalam catatan lapangan berkaitan dengan penanganan kemiskinan di
Kabupaten Pacitan. Data/informasi dari lapangan yang berupa hasil

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

wawancara/kuesioner atau rangkuman data/informasi sekunder yang


ditranskripsikan dalam bentuk laporan, kemudian direduksi dan
dipilih

hal

yang

menonjol.

Dengan

melakukan

reduksi

data/informasi, peneliti akan memperoleh data/informasi yang akurat,


karena

peneliti

dapat

mengecek

apakah

ada

data/informasi

pengkajian yang sama dengan yang diperoleh sebelumnya, sehingga


dapat menghindari adanya ketumpangtindihan (overlapping).
b.

Penyajian Data (Data Display): merupakan suatu rakitan organisasi


data/informasi dalam bentuk klasifikasi atau kategorisasi yang
memungkinkan

penarikan

kesimpulan

pengkajian

mengenai

penanganan kemiskinan di Kabupaten Pacitan dapat dilakukan.


Dalam hal ini display meliputi berbagai jenis matriks, gambar atau
skema, jaringan kerja, keterkaitan kegiatan, dan tabel yang terkait
dengan penanganan kemiskinan di Kabupaten Pacitan.
c.

Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing): merupakan suatu


pengorganisasian data/informasi yang telah terkumpul, sehingga
dapat dibuat suatu kesimpulan akhir mengenai

penanganan

kemiskinan di Kabupaten Pacitan. Dalam awal pengumpulan


data/informasi, peneliti berusaha memahami keteraturan, pola,
pernyataan, konfigurasi, arahan sebab akibat dan proposisi-proposisi.
Peneliti bersikap terbuka dan skeptis. Kesimpulan yang pada awalnya
kurang jelas, kemudian meningkat secara eksplisit dan memiliki
landasan yang kuat. Kesimpulan akhir baru dapat dibuat apabila
seuruh proses pengumpulan data/informasi mengenai penanganan
kemiskinan di Kabupaten Pacitan telah berakhir.
2.

Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan analisis yang digunakan untuk melihat
faktor internal yang terdiri atas kekuatan (Strengths) dan kelemahan
(Weaknesses)

serta

faktor

eksternal

yang

terdiri

atas

peluang

(Opportunities) dan ancaman (Threats). Faktorfaktor tersebut pada


LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

dasarnya merupakan faktor pendorong dan faktor penghambat, yang


dalam pengkajian ini diaplikasikan pada masalah yang berhubungan
dengan penanganan kemiskinan di Kabupaten Pacitan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

A.

Dasar Kebijakan Penanganan Kemiskinan Kabupaten Pacitan


Penanggulangan Kemiskinan adalah salah satu kebijakan dari program
pemerintah daerah yang dilakukan secara sistematis, terncana dan bersinergi dengan
dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam
rangka meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat. Upaya tersebut sesuai dengan
visi Bupati Pacitan yang tercantum dalam RPJMD Tahun 2011-2016.
Kebijakan penanganan kemiskinan di Kabupaten Pacitan didasarkan pada :
a.

Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

b.

Kemiskinan.
Instruksi Presiden RI no. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang
Berkeadilan,

Pembangunan

Pro-Rakyat,

Keadilan

untuk

Semuadan

c.

Pencapaian Tujuan Milenium.


Keputusan Presiden No 10/2011 tentang Tim Koordinasi Peningkatan dan

d.

Perluasan Program Pro-Rakyat


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa
Timur Tahun 2010-2014 dan selanjutnya dijabarkan pada kebijakan Gubernur
Jawa Timur, dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui program

e.

pro-rakyat, pro-poor dan pro-job.


Peraturan Daerah No. 11 tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah

Daerah Tahun 2011-2016 yang memuat 6 (enam) Prioritas

f.

Kabupaten Pacitan 2011-2016


Keputusan Bupati No. 13 tahun 2011 tentang Indikator Keluarga Miskin di

g.

Kabupaten Pacitan.
Keputusan Bupati Pacitan No. 188.45/19.A/408.21/2012 tentang Tim
Koordinasi dan Sekretariat Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten

h.

Pacitan
Keputusan Bupati Pacitan nomor 188.45/239.A/KPTS/408.21/2012 Tentang
Tim Teknis Penyusun dan Pelaksana Program GRINDULU MAPAN
Kabupaten Pacitan tahun 2012

B.

Indikator Kemiskinan Kabupaten Pacitan

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

Kabupaten Pacitan mempunyai dasar dalam menilai sebuah keluarga masuk


dalam kategori miskin atau tidak, hal tersebut dituangkan dalam Keputusan Bupati
No. 13 tahun 2011 tentang Indikator Keluarga Miskin di Kabupaten Pacitan. Berikut
kesimpulan dari indikator kemiskinan Kabupaten Pacitan :
No

Aspek

Penghasilan

Kesehatan

Pendidikan

Ekonomi

Perumahan

Indikator Operasional
Penghasilan kepala keluarga kurang dari Rp 600.000,- (enam ratus ribu
rupiah) per bulan atau petani dengan luas lahan kurang dari 0,5 Ha
Tidak memiliki tabungan uang atau barang yang mudah dijual senilai Rp
500.000,- (lima ratus ribu rupiah), seperti sepeda motor (kredit/non
kredit), emas, ternak, kapal motor atau barang modal lainnya
Tidak mampu membayar biaya pengobatan (rawat jalan) di Puskesmas
dan jaringan lainnya
Hanya mampu makan 1 (satu) atau 2 (dua) kali sehari
Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam/ikan laut 1 (satu) kali dalam
seminggu
Sumber air minum dari sumur/mata air yang tidak terlindungi /sungai/air
hujan
Tidak memiliki fasilitas buang air besar (BAB) atau bergabung dengan
tetangga
Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga adalah tidak sekolah/tidak
tamat SD/hanya SD
Satu tahun hanya mampu membeli satu pasang pakaian baru per jiwa
Bahan bakar untuk memasak sehari hari adalah kayu
bakar/arang/minyak tanah
Luas lantai rumah/bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per
anggota keluarga
Lantai rumah/bangunan tempat tinggal dari tanah
Dinding rumah/bangunan tempat tinggal dari bamboo/kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa plester
Penerangan rumah tidak menggunakan listrik
Tabel 4. Indikator Keluarga Miskin Kabupaten Pacitan

Dari indikator tersebut, Kabupaten Pacitan telah melakukan pendataan


penduduk miskin yang masuk di dalam indikator keluarga miskin, berikut datanya :
NO

KECAMATAN

STATUS
KESEJAHTERAAN
1

STATUS
KESEJAHTERAAN
2

STATUS
KESEJAHTERAAN
3

JUMLAH

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

DONOROJO

886

1.215

1.439

3.540

PUNUNG

641

758

782

2.181

PRINGKUKU

424

741

1.004

2.169

PACITAN

311

463

957

1.731

KEBONAGUNG

510

780

1.122

2.412

ARJOSARI

1.313

1.110

1.121

3.544

NAWANGAN

2.404

2.221

1.848

6.473

BANDAR

3.259

2.019

1.143

6.421

TEGALOMBO

3.311

2.994

2.472

8.777

10

TULAKAN

2.586

2.683

2.875

8.144

NGADIROJO

707

1.054

1.408

3.169

10

SUDIMORO

982

1.102

969

3.053

17.334

17.140

17.140

51.614

JUMLAH

1. Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 10% terendah

2. Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 11% - 20% terendah


3. Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 21% - 30% terendah

Tabel 5. Data Keluarga Miskin Kabupaten Pacitan Per Kecamatan Tahun 2011
C.

Angka Kemiskinan Kabupaten Pacitan


Tahun

Prosentase

2008

21,17 %

2009

19,01%

2010

19,50%

2011

18,13%

2012

17,00%
Sumber : BPS Kab. Pacitan

Tabel 6. Angka Kemiskinan Kabupaten Pacitan


Pada Tahun 2008 angka kemiskinan Kabupaten Pacitan tercatat sebesar 21,17% dan
tahun 2009 terus berkurang mencapai angka 19,01%, namun meningkat lagi
menjadi 19,50% pada Tahun 2010, pada Tahun 2011 turun kembali menjadi
18,13%, kemudian dengan adanya beberapa program yang langsung menyentuh
pada masyarakat miskin berdampak pada penurunan angka kemiskinan menjadi
17% pada Tahun 2012.

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

D.

Penanganan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Tahun 2012


Untuk menangani masalah kemiskinan di Kabupaten Pacitan, Pemerintah
Daerah Kabupaten Pacitan malalui SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)
merencanakan program dan merealisasikan program penanganan kemiskinan sesuai
dengan Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
1. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang Dan Kebersihan Kabupaten Pacitan Tahun
2012
No

Nama Kegiatan

Keluaran

Pembangunan sarana air bersih

Tersedianya air bersih bagi masyarakat

Pembangunan Sarana Sanitasi

Peningkatan Jalan Lingkungan

Pengadaan Semen (PC)

Bantuan Keuangan Kepada


Pemerintah Desa
(pembangunan/perbaikan jalan
lingkungan
Program Pembangunan
Insfrastruktur
Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM)-Mandiri
Perkotaan
Fasilitas dan Stimulasi Perbaikan
Rumah Tidak Layak Huni
(RTLH)
Bantuan Sosial Bedah Rumah

Tersedianya sarana sanitasi bagi


masyarakat
Terbangunnya jalan lingkungan yang layak
bagi akses transportasi masyarakat
Terbangunnya insfrastruktur perdesaan dan
sarana permukiman
Terbangunnya jalan lingkungan yang layak
bagi akses transportasi masyarakat

6
7
8
9
10
11

Perbaikan Rumah Tidak Layak


Huni (RTLH) dari Dana CSR
Bank Jatim
Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

Terbangunnya prasarana jalan pedesaan


Pembangunan TRIDAYA (lingkungan,
sosial, ekonomi) bagi masyarakat miskin
Tersedianya rumah yang layak dan sehat
bagi masyarakat
Tersedianya rumah yang layak dan sehat
bagi masyarakat
Tersedianya rumah yang layak dan sehat
bagi masyarakat
Tersedianya rumah yang layak dan sehat
bagi masyarakat

12

Bedah Rumah

Tersedianya rumah yang layak dan sehat


bagi masyarakat

Tabel 7. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari


SKPD Dinas Cipta Karya, Tata Ruang Dan Kebersihan Kabupaten
Pacitan
Titik berat program penanggulangan kemiskinan dari SKPD Dinas
Cipta Karya, Tata Ruang Dan Kebersihan Kabupaten Pacitan adalah
perbaikan sarana dan prasarana untuk menunjang pengentasan kemiskinan di
Kabupaten Pacitan. Pemenuhan air bersih dan sanitasi dilaksanakan di
seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Pacitan. Sedangkan program
perbaikan infrastruktur yang bertujuan untuk meningkatkan ekonomi dan
kemudahan akses jalan di laksanakan di seluruh kecamatan di Kabupaten
Pacitan. Untuk program lainnya adalah program bedah rumah yang bertujuan
untuk menyediakan rumah layak dan sehat bagi masyarakat di seluruh
wilayah Kecamatan di Kabupaten Pacitan.
2. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD
Dinas Koperasi, Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Pacitan
Tahun 2012
NO
1
2
3

Nama Kegiatan
Biaya Operasional
Bergulir
Fasilitas Pengembangan
usaha kawasan
minapolitan
fasilitas Pengembangan
UMKM

Pelatihan Industri
Kerajinan Batu Alam

Pelatihan Pemasaran dan


Kemasan Bagi Industri
kecil keripik

Keluaran
Jumlah KUMKM yang menerima dana bergulir
Terlaksananya bintek pengolahan hasil laut
Terlaksananya kegiatan pelatihan kerajinan di
kab Pacitan dan terlaksananya orientasi
pengrajin ke luar daerah
Terlaksananya pelatihan bagi industri kerajinan
batu alam dan terlaksananya pengadaan
bantuan sarana bagi industri kerajinan batu
alam
Terlaksananya pelatihan bagi industri kerajinan
keripik dan terlaksananya pengadaan bantuan
sarana produksi bagi industri

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

Pengembangan Bagi
Industri Makanan Ringan

Pelatihan Teknis dan


Bantuan Sarana Bagi
Perbengkelan

Pengembangan Industri
Berbahan Baku Sumber
Daya Alam

Terlaksananya pelatihan industri berbahan baku


sumber daya alam( batako dan daving ) dan
terlaksananya pengadaan bantuan sarana bagi
industri berbahan sumber daya alam (batako)

Pengembangan Industri
Berbasis One Village
One Product (OVOP)

10

Pengembangan
Kompetensi Inti Industri
Daerah

11

Pengembangan Industri
Gula Kelapa Organik

12

Pengembangan industri
meubelair kabupaten
pacitan

13

Pengembangan industri
konveksi kabupaten
pacitan
Pelatihan wirausaha dan
fasilitas bagi industri
kerajinan bambu

Terlaksananya kegiatan pelatihan teknis


mencanting bagi pengrajin industri kerajinan
batik Pacitan dan terlaksananya kegiatan
pelatihan teknis desain / motif batik Pacitan
dan terlaksananya pengadaan bantuan sarana
bagi pengrajin industri kerajinan sosialisasi
haKI dan terlaksananya pembuatan intalasi
pengolahan ali limbah industri batik
Terlaksananya kegiatan pelatihan teknis
Manajemen dan kewirausahaan dan
terlaksananya kegiatan teknis boros bagi
pengrajin batu mulia dan terlaksananya
kegiatan magang bagi pengrajin perak/monel
dan terlaksananya pengadaan bantuan sarana
bagi peserta pelatihan boros dan terlaksananya
pengadaan batu mulia untuk pelatihan
Terlaksananya pelatihan teknis ICS bagi
pengrajin gula organik dan terlaksananya
pengadaan bantuan sarana bagi pengrajin gula
organic
terlaksananya pelatihan desain finishing bagi
pengrajin meubelair dan terlaksananya
pengadaan bantuan sarana bagi pengrajin
meulebair
terlaksananya pelatihan bagi pengrajin
koveksi/bordir dan terlaksananya pengadaan
bantuan sarana bagi pengrajin konveksi/bordir
terlaksananya kegiatan wirausaha bagi industri
kerajinan bambu pacitan dan terlaksananya
pengadaan bantuan sarana bagi industri
kerajinan bambu

14

Terlaksnanya pelatihan bagi industri makanan


(roti dan jamur) dan terlaksananya pengadaan
bantuan sarana produksi bagi industri makanan
ringan (roti dan jamur)
Terlaksananya pelatihan bagi industri
perbengkelan dan terlaksananya pengadaan
bantuan sarana bagi industri perbengkelan

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

15
16
17

Pelatihan dan fasilitas


sarana bagi industri batu
bata
pelatihan dan fasilitas
sarana bagi industri
genteng
Pelatihan teknis industri
olahan kedelai

terlaksananya pelatihan teknis bagi pengrajin


batubara dan terlaksananya pengadaan bantuan
sarana bagi industri batubata
terlaksananya pelatihan teknis bagi pengrajin
genteng dan terlaksananya pengadaan bantuan
sarana bagi industri genteng
terlaksananya pelatihan teknis pembuatan bagi
pengrajin olahan kedelai dan terlaksananya
pengadaan bantuan sarana bagi pengrajin
olahan kedelai
Terlaksananya pelatihan teknis pembuatan dan
kemasan bagi pengrajin makanan olahan dan
terlaksananya pengadaan bantuan sarana bagi
pengrajin makanan olahan
Magang bagi industri kerajinan kayu olahan,
pelatihan teknis bagi industri kecil batubata dan
industri kecil olahan hasil laut dan fasilitas
bantuan sarana bagi industri olahan kayu,
anyaman bambu, batu bata dan olahan hasil
laut

18

Pelatihan Teknis Industri


Makanan Olahan

19

Pelatihan dan fasilitas


kewirausahaan

20

Peningkatan
keterampilan
Masyarakat/Industri kecil
Menengah (IKM) di
lingkungan industri
rokok
Pembinaan dan fasilitasi
pedagang industri hasil
tembakau/rokok

terlaksananya kegiatan pendatang bagi industri


kecil menengah formal dan non formal

Pembinaan bagi
pengrajin industri kecil
batik (sharring app)

adanya kerja sama antara UKM dan koperasi


dengan koperasi dengan industri hasil
tembakau dalam hal pengadaan bahan baku

21

22

terlaksananya kegiatan pembinaan bagi


pedagang di industri rokok di Kab.Pacitan

Tabel 8. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD


Koperasi, Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Pacitan
Program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan oleh SKPD
Koperasi Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Pacitan berbasis pelatihan
maupun pendidikan untuk berwirausaha bagi seluruh masyarakat Kabupaten
Pacitan, pelatihan dan pembinaan dilakukan sesuai dengan potensi yang ada di
tiap-tiap kecamatan maupun desa di wilayah Kabupaten Pacitan. Program
LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

program yang dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan maupun


meningkatkan pendapatan masyarakat.
3. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD
Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan Tahun 2012
No.

Nama Kegiatan

Volume
Jumlah Satuan

Keluaran

Lokasi
Kegiatan

24
Meringankan biaya
1
pt
puskesmas
pelayanan kesehatan
24
Meringankan biaya
2.
Jampersal
1
pt
puskesmas
pelayanan kesehatan
24
Meringankan biaya
3.
Jamkesda
1
pt
puskesmas
pelayanan kesehatan
Tercukupinya kebutuhan
Pemberian MPMP-ASI bagi balita gakin
4.
5
ton
ASI
6-24 bln
Tabel. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD Dinas
Kesehatan Kabupaten Pacitan
1.

Jamkesmas

Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan melaksanakan program pegentasan


kemiskinan dengan tujuan meringankan biaya pelayanan kesehatan bagi
keluarga miskin untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Program yang ada
yaitu Jamkesmas dan Jampersal bersumber dari APBN, dimana Dinas
Kesehatan bertugas mengawasi dan melaksanakan Jamkesmas dan Jampersal
sesuai dengan aturan yang berlaku. Jamkesda dan pemberian MP-ASI
bersumber dari APBD Kabupaten Pacitan dan Dinas Kesehatan bertanggung
jawab penuh dalam pelaksanaan program tersebut. Semua program dilaksanakan
di seluruh wilayah Kabupaten Pacitan, dan mencakup seluruh warga miskin
Kabupaten Pacitan.
4. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD
Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Pacitan Tahun
2012
No.

Nama Kegiatan

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

Keluaran

Volume

1.
2.

3.

4.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Jumlah

Satuan

KUBE

Tertanggulanginya
keterpencilan
Terbangunnya Rumah
Layak Huni

120

Orang

50

Orang

Terwujudnya usaha
penyandang cacat

50

Kambing

Fasilitasi
Manajemen Usaha
bagi keluarga
miskin
Komunitas Adat
Terpencil (KAT)
Monitoring,
Evaluasi dan
pelaporan Data
Rumah Tidak
Layak Huni
Pendayagunaan
bagi keluarga
penyandang cacat
dan Eks. Trauma
Pendidikan dan
Pelatihan
keterampilan
pencari kerja

Terciptanya usaha
keluarga miskin

Terlatihnya tenaga kerja


siap pakai

10

Orang

Perluasan lapangan
kerja dan
pengurangan
pengangguran

Berkurangnya
pengangguran

72

Orang

Pengerahan dan
fasilitasi
perpindahan serta
penempatan
Transmigrasi
Rehab Sarana
Rumah Tidak
Layak Huni

Terpenuhinya kebutuhan
SDM

25

KK

Terwujudnya rumah
yang layak huni

300

KK

Sarana dan
prasarana
lingkungan
Usaha Ekonomi
Produktif KUBE
penduduk miskin

Terwujudnya lingkungan
yang sehat dan bersih

Unit

Terwujudnya usaha,
pendapatan penduduk
miskin meningkat

31

Kelompok

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

12.

Pengembangan dan
peningkatan
perluasan
kesempatan kerja

Terlaksanya penanganan
tenaga kerja
pengangguran dan
setengah pengangguran
pedesaan

104

OB

Tabel 9. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD Dinas


Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Pacitan
Program penanggulangan kemiskinan dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Kabupaten Pacitan menitikberatkan kepada pembinaan dan
pelatihan skill kepada mayarakat agar siap untuk bekerja untuk mengurangi
pengangguran. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Pacitan
juga bekerjasama dengan Dinas Cipta Karya, Tata Ruang Dan Kebersihan
Kabupaten Pacitan melaksanan program rehab sarana rumah layak huni untuk
mewujudkan rumah layak huni bagi warga miskin dan meningkatkan sarana dan
prasarana untuk mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih. Khusus warga
miskin Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Pacitan
melaksanakan program KUBE untuk mewujudkan usaha dan meningkatkan
pendapatan penduduk.

5. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD


Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan Tahun 2012
NO
1

NAMA
KEGIATAN
Bantuan Siswa
Miskin SD

KELUARAN VOLUME
Membantu
meringankan
biaya
pendidikan
siswa miskin
SD

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

8188

SATUAN

LOKASI

Siswa
miskin SD

Siswa miskin
SD N/S
SeKabupaten
Pacitan (12
Kecamatan)

Bantuan Siswa
Miskin SMP

Bantuan Siswa
miskin
SMA/SMK

BOS SLTA

Membantu
meringankan
biaya
pendidikan
siswa miskin
SMP
Membantu
meringankan
biaya
pendidikan
siwa miskin
SMA/SMK

3402

1100,1181

Siswa
siswa miskin
miskin SMP SMP N/S
SeKabupaten
Pacitan

Siswa
miskin
SMA/SMK

12 lembaga
SMA/SMK
di kabupaten
Pacitan

1067
Siswa
12 lembaga
Membantu
miskin
SMA/SMK
meringankan
SMA/SMK di kabupaten
biaya
Pacitan
pendidikan
siswa miskin
SMA/SMK
Tabel 10. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan dari SKPD
Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan
Unruk menanggulangi kemiskinan di Kabupaten Pacitan, Dinas
Pendidikan Kabupaten Pacitan melaksanakan program BOS SLTA dan bantuan
siswa miskin untuk siswa SD, SMP maupun SMA/SMK di wilayah Kabupaten
Pacitan yang bersumber dari APBN maupun APBD. Program bantuan siswa
miskin mencakup warga miskin yang ada di Kabupaten Pacitan.

6. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD


Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintahan Desa Kabupaten
Pacitan Tahun 2012
NO.

Nama Kegiatan

GRINDULU
MAPAN

Program Nasional
Pemberdayaan

Keluaran
Meningkatnya
keberdayaan
RTSM
Meningkatnya
keberdayaan

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

Volume
Jumlah
67 RTSM
11 Kec, 146
Desa

Satuan
KK
kec, desa

4
5

Masyarakat
( PNPM-MP )
Bantuan
Keuangan Desa

masyarakat
perdesaan
Meningkatnya
sarana dan
prasarana desa

Fasilitasi
Pembentukan
BUMDes
Penyediaan
Makanan
Tambahan Anak
Sekolah ( PMTAS )
Alokasi Dana
Desa '-PRWM

Terbentuknya
BUMDes

36

Kec, Desa
( Pembuatan jalan
desa dan Rumah
Hijau )
BUMDes

Meningkatnya
Asupan Gizi
Peserta didik
sekolah dasar

12 Kec, 12 SD

SD Terpencil

9 Kec, 40 Desa

Meningkatnya
12 Kec, 538
Kec, unit
Keberdayaan
Unit
Masyarakat
Desa ( RTM )
Tabel 11. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD
Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintahan Desa Kabupaten Pacitan
Unruk menanggulangi kemiskinan di Kabupaten Pacitan, Badan
Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Pacitan melaksanakan program-program
yang bertujuan meningkatkan keberdayaan masyarakat desa khususnya warga
miskin menjadi lebih sejahtera, meliputi seluruh wilayah Kabupaten Pacitan.

7. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD


Tanaman Pangan Dan Peternakan Kabupaten Pacitan Tahun 2012
NO

NAMA KEGIATAN

APP

Jalin Kesra penanganan


RTSM
Bidang Perternakan

Jalin Kesra penanganan


RTSM

VOLUME
JUMLAH SATUAN
Bantuan sarana produksi
2
paket
Pembinaan
80
orang
KELUARAN

Domba
Kambing lokal
Ayam Buras
Itik

42
2
36
13

paket
paket
paket
paket

Paket benih dan pupuk

15

paket

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

Bidang Pertanian
Tabel 12. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD
Dinas Tanaman Pangan Dan Peternakan Kabupaten Pacitan
Untuk menanggulangi kemiskinan diperlukan ketahanan pangan yang
cukup, oleh sebab itu SKPD Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten
Pacitan membuat program untuk ketahanan pangan dan pemberdayaan terhadap
masyarakat berupa bantuan dan pembinaan tentang tanaman pangan dan hewan
ternak di beberapa kecamatan di Kabupaten Pacitan.

8. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD


Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pacitan Tahun 2012
NO
1

Nama Kegiatan

Keluaran

Volume
Jumlah

1.395
kunjungan
Pasien Miskin yang
mendapatkan layanan di
Rumah Sakit
Jaminan Kesehatan Masyarakat
Pemegang Kartu Jamkesmas 5,008
kunjungan
(Jamkesmas)
dapat mengakses layanan
kesehatan
Tabel 13. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pacitan

Pemeliharaan dan pemulihan kesehatan

Satuan

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pacitan bekerjasama dengan Dinas


Kesehatan Kabupaten Pacitan melaksanakan program Jamkesmas dan pelayanan
terhadap warga miskin
9. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD
Bagian Administrasi Perekonomian Setda Kabupaten Pacitan Tahun 2012
NO
1
2

Nama Kegiatan
Bantuan Raskin
Bantuan Raskinda

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

Volume
Jumlah Satuan
1.395 RTM
1.615 RTM

Tabel 14. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD Bagian
Administrasi Perekonomian Setda Kabupaten Pacitan
SKPD Perekonomian Kabupaten Pacitan melaksanakan program bantuan beras
untuk warga miskin Raskin yang disuplai dari APBN dan Raskinda yang disuplai dari
APBD diperuntukkan warga miskin di seluruh wilayah Kabupaten Pacitan

10. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD


Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Pacitan Tahun 2012
Volume
NO.
1
1

4
5
6

Kegiatan
2
Optimalisasi Sarana
Pembudidayaan Ikan Air
Tawar

Pengembangan Budidaya Ikan


Lele

Pengembangan Budidaya
Mina Padi

Keluaran
3
tersedianya sarana dan
prasarana budidaya ikan
-sarana budidaya
-pakan ikan
-mesin pembuat pakan
ikan
Tersedianya :

Jumlah

Satuan

1 paket
600 kg
1 unit

-benih lele
-pakan ikan
-sarana budidaya
tersedianya :

35.000 ekor
3.300 pakan
60 unit

-benih ikan nila


-pakan ikan
-pupuk
terbangunnya demplot
kolam percontohan

24.000
300
9
2

Pengembangan Prasarana
Budidaya Ikan Air Tawar
(DAK)
Magang Pembenihan Nila Best jumlah pembudidayaan
yang ikut magang
Pengembang Budidaya Ikan
Tersedianya
Nila
-benih ikan nila
-pakan

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

ekor
kg
kg
paket

5 orang

63.750 ekor
4.140 kg

Peningkatan Aplikasi
Teknologi Penangkapan Ikan

Peningkatan Sarana dan


Prasarana Pendapatan Ikan
(DAK)

-sarana budidaya
terlaksananya peningkatan
aplikasi teknologi
penangkapan ikan
terbangunnya jalur labuh
perahu, jalan, jembatan,
tempat perbaikan jaring,
sarana air bersih, listrik,
lampu navigasi

-lanjutan pembangunan jalan


PPI Srengit
-pembangunan rabat jalan PPI
Katipugal
-Pembangunan Rabat Jalan
PPI Bakung

- Peningkatan jalan PPI


Sumberejo
-pembangunan jembatan PPI
Kaliuluh
-pembangunan jaringan air
bersih PPI Worowari
-peningkatan jalur labuh
perahu PPI Jetak
-peningkatan jalur labuh
perahu PPI Klayar
-pembangunan tempat
perbaikan jaring PPI Tawang
-pembangunan fasilitasi
navigasi pelayaran
-pengadaan instalasi listrik PPI
Kaliuluh

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

35 unit
135 orang

12 paket

-pengadaan instalasi listrik PPI


Bakung

-pengadaan instalasi listrik PPI


Katipugal
9

10
11
12

13
14

15

Pengembangan Sarana
Perikanan Tangkap (DAK)
-Pengadaan Jaring insang
monofilamen
-pengadaan jaring insang
melenium
-pengadaan jaring insang
nylon
-pengadaan pancing rawai
Pelatihan pembudidaya ikan
dan nelayan
Peningkatan Mutu Hasil
Perikanan
Pengadaan Sarana Pengolahan
dan Pemasaran (DAK)
-pembangunan los pasar ikan
Kec.Bandar
-pembangunan los pasar ikan
Kec. Kebonagung

tersedianya alat tangkap

jumlah pembudidaya ikan


dan nelayan yang terlatih
jumlah poklahsar yang
terlatih
jumlah los ikan yang
terbangun

Diversifikasi Pengolahan Hasil jumlah poklahsar yang


Perikanan
terlatih
Promosi Produk Perikanan
terlaksananya promosi
produk perikanan
(Gemarikan)
Peningkatan Sarana dan
terbangunnya sarana
Pemasaran Produk Perikanan
pengolahan dan
pemasaran produk
perikanan
-pembangunan kios pemasaran
produk perikanan
-peningkatan prasarana dan
sarana pengolahan dan
pemasaran

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

4 paket

30 orang
60 orang
2 paket

30 orang
12 lokasi

2 paket

16

17

18

19

Restocking Ikan dan


Pembinaan Kelompok di
Perairan Umum

Anti Poverty Program (APP)


bidang perikanan

Budidaya Rumput Laut

Pembangunan jalan produksi


dan saluran irigasi perpipaan
(DAK)
-pembangunan rabat jalan

terlaksananya penebaran
benih ikan di perairan
umum
-benih nila
-benih bawal
-benih udang vanname
tersalurnya :

-benih ikan lele


-pakan ikan
-sarana budidaya
terlaksananya pelatihan
tersedianya benih rumput
laut

500.000 ekor
5.000 ekor
400.000 ekor

30.000
3.000
10
40
425

ekor
kg
paket
orang
kg

tersedianya sarana
budidaya rumput laut
Terbangunnya akses jalan
masuk ke wilayah sentra
budidaya ikan

9 paket

3 paket

3 paket

-pembuatan saluran irigasi


perpipaan di Kec. Bandar
-pembuatan saluran irigasi
perpipaan di Kec. Ngadirojo
20

Pengembangan Desa Pesisir


Tar

tersalurkannya BLM

21

Pengembangan Usaha Mina


Perdesaaan (PUMP) Perikanan
Tangkap

tersalurkannya BLM

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

20 kelompok

22

23

Pengembangan Usaha Mina


tersalurkannya BLM
23 kelompok
Perdesaaan (PUMP) Perikanan
Budidaya
Pengembangan Usaha Mina
tersalurkannya BLM
11 kelompok
Perdesaan (PUMP) P2HP
Tabel 15. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan

SKPD Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan menitikberatkan program


penanggulangan kemiskinan di daerah pesisir pantai untuk lebih mengoptimalkan
hasil tangkapan laut maupun budidaya perikanan melalui pembinaan yang
berkelanjutan.

SKPD

Kelautan

dan

Perikanan

Kabupaten

Pacitan

juga

melaksanakan program perbaikan sarana dan prasarana pendapatan ikan.


E.

Analisis Swot Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten


STRENGTHS

Analisis SWOT
OPPORTUNITIES

WEAKNESSES

Kabupaten
Pacitan Masih ada daerah yang
mempunyai
potensi
terpencil
kekayaan
alam
yang SDM warga pacitan masih
melimpah
kurang
Sokongan dana pengentasan
kemiskinan cukup banyak
STRATEGI SO

STRATEGI WO

Banyak potensi alam Mengembangkan kebijakan Melakukan pembinaan dan


Kabupaten Pacitan yang
yang bisa meningkatkan
pelatihan khususnya untuk
belum dimaksimalkan
pendapatan warga
peningkatan pendapatan warga
potensi perikanan dan Mengembangkan
potensi Meningkatkan sarana dan
pertanian
Kabupaten
perikanan dan kelautan
prasarana
Pacitan masih kurang
untuk
meningkatkan
dimaksimalkan
pendapatan masyrakat
THREATS

STRATEGI ST

STRATEGI WT

Bantuan dari pemerintah Memaksimalkan


alokasi Memberdayakan masyarakat di
untuk
pengentasan
dana untuk pengentasan
daerah dalam memaksimalkan
kemiskinan
masih
kemiskinan
dengan
potensi
yang
ada
dan
kurang
kolaborasi
APBN
dan
memaksimalkan dana bantuan
APBD
untuk
meningkatkan
kesejahteraan.
Tabel 16. Analisis SWOT Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan
LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

F.

Hasil Analisis
Hasil analisis tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Pacitan, diantaranya:
1. Dengan adanya program penanggulangan kemiskinan maka angka kemiskinan
Kabupaten Pacitan turun dari 18,13% pada tahun 2011 menjadi 17% pada tahun
2012.
2. Belum adanya pembinaan mental dan psikologis bagi warga miskin yang bertujuan
untuk mendapatkan mentalitas yang sehat dan kuat dalam menghadapi masa depan.
Jika mental sehat dicapai, maka individu memiliki integrasi, penyesuaian dan
identifikasi positif terhadap orang lain. Dalam hal ini, individu belajar menerima
tanggung jawab, menjadi mandiri dan mencapai integrasi tingkah laku.
3. Di Kabupaten Pacitan sudah ada program GRINDULU MAPAN yang telah
dilaksanakan, akan tetapi kurang maksimal karena hanya menurunkan angka
kemiskinan menjadi 17%. Untuk memaksimalkan program penanganan kemiskinan
yang telah dilaksanakan, diperlukan suatu lembaga yang berfungsi sebagai
pelaksana program GRINDULU MAPAN maupun program penanganan kemiskinan
lainnya, yaitu Lembaga Pelayanan Terpadu Percepatan Pennggulangan Kemiskinan
(LPTPPK) Kabupaten Pacitan.
4. Belum adanya lembaga yang memberikan pelayanan secara langsung di tiap-tiap
kecamatan maupun desa berkaitan dengan program pengentasan kemiskinan.
5. Kurang meratanya program penanganan kemiskinan di tiap-tiap kecamatan,
program penanganan kemiskinan belum maksimal sampai ke pelosok desa.
a) Lembaga Pelayanan Terpadu Percepatan Pennggulangan Kemiskinan
(LPTPPK)
Kemiskinan merupakan permasalahan yang mendesak dan memerlukan
langkah-langkah penanganan dan pendekatan secara sistemik terpadu dan
menyeluruh dalam rangka mengurangi beban dan memenuhi hak-hak dasar warga
Negara secara layak. Selama ini pelayanan kemiskinan bersifat parsial hal ini sangat
sulit untuk menyatukan persepsi dalam hal penanggulangan kemiskinan karena data
kemiskinan tidak terintegrasi sehingga data antar satker di pemda dengan BPS

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

sering tidak sama dan tidak sinkron , disamping itu pelayanan kemiskinan secara
parsial akan memperpanjang birokrasi, dengan terbentukknya LPTPPK maka
seluruh layanan mengenai kemiskinan akan dilayani secara sistemik di satu tempat
(one stop service). Lembaga Pelayanan Terpadu Percepatan Pennggulangan
Kemiskinan

merupakan suatu unit pelayanan terpadu lintas sektoral dalam

menyelenggarakan penanggulangan kemiskinan. Berikut rekomendasi struktur


organisasi LPTPPK:
KEPALA
SUB BAGIAN
TATA USAHA

SEKSI
Penanggulangan
Kemiskinan
Berbasis
Pendidikan

SEKSI
Penanggulangan
Kemiskinan
Berbasis
Kesehatan

SEKSI
Penanggulangan
Kemiskinan
Berbasis Sosial
Dan Ekonomi

SEKSI
Penanggulangan
Kemiskinan
Berbasis Sarana
Dan Prasarana

SEKSI
Data Pelaporan
Dan
Pengaduan
Masyarakat

Bagan 2. Struktur Organisasi LPTPPK


DES
A

DES
A

DES
A

KEC

Bantuan
Kesehatan

DES
A

KEC

LPTPP
Kesehata KPendidika
n

Database
LPTPPK

Sarana
Sosial
Dan
Dan
Prasaran
Ekonomi
Bantuan Sarana
a
Prasarana
Pelaporan Dan
Pengaduan
LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan
Pacitan
LSM Di Kabupaten
Masyarakat

PNPM

Organisasi
Masyarakat

SKPD

DES
A

DES
A

KEC

Dana BOS
Bantuan Siswa Miskin
Beasiswa Siswa
Miskin
Bursa Kerja
BPS

Bagan 3. Kerangka Berpikir LPTPPK

Membawa

Masyarakat

Perabot Lengkap

LPTPPK Sesuai Seksi (Pendidikan, Kesehatan,


Sosial Ekonomi, Sarana Prasarana, Pengaduan
Masyarakat)

Cek Database
Induk

ADA

TIDAK ADA

Tim Teknis Seksi

DIDATA

Rekomendasi

KONTAK
LAPANGAN
REKOMENDASI

TIDAK

YA
TIDAK

YA

Kartu Miskin
SKPD / LPTPPK

Verifikasi Lapangan:
LPTPPK, KECAMATAN,
DESA

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

TIDAK

YA

Bagan 4. Mekanisme LPTPPK

Tugas Pokok LPTPPK


1. LPTPPK dipimpin oleh seorang Kepala LPTPPK yang disetarakan setingkat
Pejabat Struktural Eselon III/a; dalam melaksanakan tugas berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
2. Sub Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang
disetarakan setingkat Pejabat Struktural eselon IV/a, dalam melaksanakan
tugas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala LPTPPK.
3. Seksi dijabat oleh seorang Kepala Seksi yang disetarakan setingkat Pejabat
Struktural eselon IV/a, dalam melaksanakan tugas berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala LPTPPK.

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

4. LPTPPK mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, penanganan, dan


penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Pacitan
5. Pengkajian

dan

pelaksanaan

analisis

pelayanan,

penanganan,

dan

bidang

pelayanan,

penanganan,

dan

penanggulangan kemiskinan.
6. Perumusan

kebijakan

teknis

penanggulangan kemiskinan.
7. Pengkoordinasian terhadap pelayanan, penanganan, dan penanggulangan
kemiskinan dengan SKPD terkait.
8. Penanganan penyelesaian pengaduan masyarakat sesuai bidang tugas.
9. Pengkajian,

penghimpunan,

dan

pembaharuan

(updating)

database

kemiskinan sesuai bidang tugas.


10. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Bupati.
b)

Prosedur Pelayanan LPTPPK


a. Penerbitan Kartu Miskin
1. Kartu MISKIN adalah kartu untuk semua masyarakat miskin (maskin)
yang masuk database kemiskinan nasional TNP2K
2. Maskin non database yang mengajukan diri/diusulkan (untuk selanjutnya
dinyatakan masuk/tidak masuk kategori maskin setelah dilakukan
verifikasi oleh petugas LPTPPK /petugas lain yang ditunjuk) dapat
memperoleh Kartu MISKIN setelah secara resmi masuk dalam database
TNP2K tahun selanjutnya
3. Digunakan sebagai pengganti kelengkapan administrasi bagi maskin
yang ingin mendapatkan semua layanan di LPTPPK baik layanan
kesehatan, layanan pendidikan, layanan sarana prasarana dan layanan
sosial ekonomi)
4. Berlaku untuk periode 1 (satu) tahun
5. Setelah 1 tahun diadakan perpanjangan kartu MISKIN sesuai dengan
database TNP2K terbaru
b. Pelayanan Kesehatan di LPTPPK:

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

1)

Rekomendasi Keringanan/Pembebasan Biaya Perawatan Kesehatan


(Diberi Kartu Miskin)

2)

Rekomendasi Rujukan Perawatan Kesehatan Ke Pemberi Pelayanan


Kesehatan 3 (PPK3)

3)

Pemberian Obat dan Alat Kontrasepsi

c. Pelayanan Sosial Ekonomi di LPTPPK:


1) Bantuan Sosial PMKS
2) Jaminan Sosial Penyandang Cacat Berat
3) Jaminan Sosial Lanjut Usia Terlantar
4) Pemberian RASKIN
5) Pemugaran perumahan/bedah rumah
6) Bantuan Peralatan Home Industri KK Miskin
7) Pelatihan Teknologi Tepat Guna
d. Pelayanan Pendidikan di LPTPPK:
1. Bantuan Biaya Pendidikan Siswa Miskin
2. Bantuan Biaya Pendidikan Nonformal (Kejar Paket C)
3. Bantuan Penanganan Pekerja Anak & Anak Putus Sekolah
4. Pemberian Lifeskill untuk Siswa Sekolah

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Secara umum, dilihat dari beberapa program penanggulangan kemiskinan
yang dilaksanakan SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pacitan
sudah mencakup beberapa hal, yaitu: kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial
serta penambahan sarana prasarana melalui program GRINDULU MAPAN,

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

namun pelaksanaannya belum optimal dan terukur atau terpetakan jumlah


masyarakat miskin.
2. Penanggulangan kemiskinan belum secara terpadu dilaksanakan oleh suatu
lembaga/unit khusus seperti Lembaga/Unit Pelayanan Terpadu Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (LPTPPK).
3. Belum adanya program pembinaan mental dan psikologis untuk warga
miskin.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat direkomendasikan sebagai berikut :
1.

Untuk meningkatkan pelayanan terhadap warga miskin yang berada di daerah


yang jauh dari pusat Kabupaten, diperlukan Lembaga/Unit Pelayanan Terpadu
Percepatan Pennggulangan Kemiskinan yang bertanggungjawab langsung kepada
Bupati, dengan pelaksana teknis berada di tiap-tiap Kecamatan di wilayah

2.

Kabupaten Pacitan.
Perlu pembentukan Lembaga/Unit Pelayanan Terpadu Percepatan Pennggulangan
Kemiskinan sebagai pelaksana program GRINDULU MAPAN dan program
penanggulangan kemiskinana lainnya dengan didasari Peraturan Bupati tentang

3.

tugas pokok dan fungsi Lembaga Unit tersebut.


SDM Lembaga/Unit Pelayanan Terpadu Percepatan Pennggulangan Kemiskinan
harus sesuai dan mempunyai kompetensi di bidang penanganan kemiskinan yang

4.

5.

ditangani.
Diperlukan program penanggulangan kemiskinan menurut tingkatannya secara
terpadu dan berkesinambungan serta pengawasan/monitoring yang teratur:
a. Keluarga Miskin
b. Keluarga Hampir Miskin
c. Keluarga Rentan Miskin
Program penanggulangan kemiskinan dibuat klaster-klaster supaya lebih terfokus
dalam pelaksanaan program kemiskinan, yaitu :
a. Seksi Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pendidikan.
Seksi ini fokus pada penanggulangan kemiskinan di bidang pendidikan
formal maupun non formal, misalnya melaksanakan program BOS, bantuan
siswa miskin, beasiswa terhadap warga miskin dan lainnya

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

b. Seksi Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Kesehatan.


Seksi ini fokus pada pelayanan kesehatan untuk warga miskin misalnya
pelaksanaan Jamkesmas, Jampersal, Jamkesda, bantuan peningkatan gizi
masyarakat, dan lainnya.
c. Seksi Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Sosial dan Ekonomi.
Seksi ini fokus pada pelayanan sosial dan ekonomi warga miskin, yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama di bidang
ekonomi, misalnya kesejahteraan pangan, pelatihan kerja, pembinaan/
pelatihan

kelautan

dan

perikanan,

pembinaan/pelatihan

pertanian,

optimalisasi potensi wisata dan lainnya.


d. Seksi Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Sarana Dan Prasarana.
Seksi ini fokus pembenahan sarana dan prasarana warga miskin, misalnya
rumah layak huni, bedah rumah, perbaikan akses jalan di wilayah terpencil,
bantuan alat produksi untuk mengolah hasil pertanian/kelautan/perikanan
dan lainnya.
e. Seksi Data Pelaporan Dan Pengaduan Masyarakat.
Seksi ini berfungsi sebagai pengawas dalam pelaksanaan program
penanggulangan kemiskinan. Tujuan Seksi ini adalah mewujudkan program
6.

penanggulangan kemiskinan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.


Untuk memperkuat posisi kebijakan penanganan kemiskinan diperlukan
Peraturan Daerah/ Peraturan Bupati untuk mendasari kebijakan penanganan

7.

kemiskinan yang terukur mengenai pelaksanan penanggulangan kemiskinan.


Membangun jaringan kerjasama (networking) antara Pemerintah Kabupaten
Pacitan dengan lembaga mitra seperti LSM dalam pelaksanaan program

8.
9.

penanggulangan kemiskinan
Meningkatkan peranserta masyarakat terhadap penanggulangan kemiskinan.
Memberikan pembinaan mental dan psikologis untuk warga miskin yang
bertujuan untuk mendapatkan mentalitas yang sehat dan kuat dalam menghadapi

masa depan.
10. Penanganan kemiskinan bidang pendidikan hanya sebatas pemberian beasiswa
untuk siswa miskin. Bantuan pendidikan selain berupa uang, sebaiknya para siswa
miskin diberi bekal kemampuan untuk hidup (lifeskill) supaya setelah selesai
sekolah bisa meningkatkan kesejahteraan hidup individu maupun keluarganya.
LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

DAFTAR PUSTAKA
Baswir, Revrisond (1997), Agenda Ekonomi Kerakyatan pustaka Pelajar, Yokyakarta.
Bayo, Ala (1981), Kemiskinan dan strategi memerangi Kemiskinan, Liberty, Yokyakarta.
Blanchard, Ken, John P. Carlos, Alan Randolph((2001), Three Keys to Empowerment:
Release the Power within People for Ashtonishing Results, Berret-Koehler
Publishers, Inc, San Francisco.
Chambers, Robert (1983), Rural Development : Putting the last First, Longman, London.
Cohen, John M. dan Normat T. Uphoff (1980), Participations Place in Rural
Development: seeking Clarity trough Specificity dalam World Development.
Dewanta, Awan Setya dkk(1995), Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia, Aditya
Media, Yogyakarta.
Freire, Paulo (1970), A Pedagogy of the Oppressed, Pengguin, London Friedmann, John
(1992), Empowerment: The Politics of Alternative Development, Blacwell Book,
Cambridge Mass.
Geertz, Hildred(1985), Keluarga Jawa, Jakarta, grafiti press
Gibson, James L(1993), Organisasi dan Manajemen, Jakarta, Erlangga
Kartasasmita, Ginanjar (1995), Pemberdayaan Masyarakat: Sebuah Tinjauan
Administrasi, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Dalam Ilmu Administrasi
Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, Malang, 27 Mei 1995.
Kompas, 2000, Jakarta Riuh Rendah Belanja dan Keruwetan Ekonomi. 14 November.
Hlm. 33.
LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

Kuncoro, Mudrajad (1997), Ekonomi Pembangunan (Teori, Masalah dan Kebijakan),


Edisi I, UPP AMP YKIN, Yokyakarta.
Mubyarto, (1995)Kaji Tindak IDT 1994 1997, Aditya Media, Yogyakarta
Nasir, M, Metode Penelitian (1999), Ghalia Indonesia, Jakarta
Nurgiyanto, Burhan, Statistik Terapan (2000), Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Priyono, Onny S& AMW Pranaka(1996), Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan, dan
Implementasi, Jakarta, CSIS
Sayogyo (1996), Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum pangan, Aditya Media,
Yokyakarta.
Soegiono (1997), Metode Penelitian Administratif, Alfabeta Bandung.
Soemardjan, Selo(1986), Perubahan Sosial di Jogjakarta, GMU Press
Soetrisno, R. (1999), Pengentasan Kemiskinan dan Perubahan Sosial (Studi Kasus di
Desa Ngaliman, Kecamatan Sawahan Kabupaten Daerah Tingkat II Nganjuk),
Tesis PPSUB, Malang.
Solimun,( 2002), Sturctural Equation Modelling, Malang, Universitas Negeri Malang
Sugiyono, (2003), statistika untuk Penelitian, bandung, CV Alfabeta
Sugiyono,(1993), Metode Penelitian Administrasi, Bandung, CV Alfabeta
Sumarti, Titik (2000) Penguatan Aspirasi Budaya Lokal sebagai Landasan Membangun
Keluarga di Pedesaan, Jurnal Sosiologi Indonesia no 4.
Suparno, Imam Utomo. 1999 Rencana Strategi dan Kebijaksanaan Pembangunan Daerah
Jawa Timur tahun 1999-2003. Dalam Anshari Thayeb. Jawa Timur Dalam
Perspektif Negara dan Masyarakat. Surabaya: Yayasan Lubuk Hati.
Suyanto, Bagong(1999), Pemberdayaan dan Resistensi Diskursif Masyarakat Miskin,
Thesis PPS Unair
Tjokroamijojo, Bintoro (1985), Pengantar Administrasi Pembangunan, LP3ES, Jakarta.
Tjokrowinoto, Mulyarto, 1996, Pengembangan Kawasan dalam rangka Penanggulangan
Kemiskinan, Jakarta
LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

Weiner, Myron, (ed) (1967), Modernization: The Dinamics Of Growth, (Voice of


AmericaForum Lectures), Cambridge Mass, 1967.
----------,Efektifitas Dana Bantuan Desa dalam Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat
di Kabupaten Jombang, Balitbangda Kabupaten Jombang, 2004
----------,Juklak Program Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan (Gerdu Taskin),
Tahun 2003
----------,Program Jaring Pengaman Sosial, Tim Koordinasi Pengelolaan Program Jaring
Pengaman Sosial 1999/2000
----------,Program Pembangunan Nasional 2001-2005, Propenas 2001-2005.
----------,Rencana Induk Pengentasan Kemiskinan Kabupaten Jombang Tahun 2003,
Bappeda Kabupaten Jombang, 2003
SUMBER LAIN :
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant On
Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya;
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah;
8. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan, dan
Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;
9. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan;

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan

Anda mungkin juga menyukai