Anda di halaman 1dari 4

Wahdatul Wujud

WAHDATUL WUJUD
A.Pengertian
Kata Wahdatul Wujud berarti kesatuan wujud, dalam bahasa inggris unity of existence, paham ini
merubah sifat nasuf yang ada dalam hulul menjadi khalaq:makhluk dan sifat lahut menjadi Haq Tuhan.Karna
Khalaq dan Haq merupakan sinonim dari AlArd dan Al-Jauhari dan juga AL-Jahir(Lahir, Luar) dan ALBatin(Batin dalam).
Aspek ard dan Khalaq menpunyai syarat Kemkhlukan dan aspek jauhar dan Haq mempunyai sifat
KeTuhanan, Sehingga setiap yang berwujud itu terdapat sifat haq dan khalaq.Apek terpenting dari dual hal tersebut
ialah aspek haq yang merupakan batin jauhar dan hakikat tiap-tiap yang berwujud dan aspek khalaq hanya
merupakan ard, sesuatu yang mendatang karena itulah alam dipandang sebagai cermin bagi tuhan [1].
Sebagai pokok persoalan Wahdatul wujud adalah sebenarnya berhak mempunyai wujud hanyalah satu,
yaitu Tuhan dan wujud selain Tuhan hanya wujud bayangan. pemikiran filsafat demikian berkembang dan
membias pada konsep insanul kamil, yang dimaksud adalah manusia sempuna menurut Abdul Karim Al-Jili,adalah
cerminan Tuhan.
Wahdatul wujud mempunyai pengertian secara awam yaitu bersatunya Tuhan dengan manusia yang telah
mencapai hakiki atau dipercaya suci. Pengertian sebenarnya adalah merupakan penggambaran bahwa Tuhan-lah
yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Allah lah sang khalik, Dia-lah yang telah menciptakan manusia,
DIa-lah Tuhan dan kita adlah bayangannya, Dari pegertian ini halpir sama, terdapat pula kepercayaan selain
wahdatul wujud yaitu wahdatul Syuhud yaitu semua adalah bagian dari dzat Allah. Jadi keduanya berpengertian,
kita dapat bersatu dengan dzat Allah, dalam penggambaran karya-karya suluk di jaw yang berisi mengkritik ajaran
para wali Sembilan .
Wahdatul wujud sebenarnya adalah suatu ilmu yang tidak disebar luaskan kepada orang awam, sekalipun
demikian, para wali mencetuskan hal tersebut. karna dikhawatirkan apabila ilmu wahdatul wujud disebarluaskan
akan menimbulkan fitnah dan orang awam akan salah menerimanya menerimanya.wali yang mencetuskan tersebut
adalah Al Hallaj dan Ibn Arabi. meskipun demikian, para wali tersebut tidak pernah mengatakn dirinya adalah
Tuhan.Dan mereka tetap dikenal sebagai ulama alim.
Dari pengertian diatas dapat disimpulka bahwa wahdatul wujud adalah controversial diantara kaum
muslimin, bagi setiap mereka wahdatul wujud, khususnya, dan tasawuf pada umumnya adalah berbentuk
penyimpangan dari ajaran islam yang murni, yang lain menolak wahdatul wujud dan menganggapna sebagai
sesuatu yang bergahaya bagi umat islam. khususnya mereka yang awam, seraya menerimatasawuf sebagian bagian
integral dari islam. tapi bagi yang lain wahdatul wujud adalah kulminasi dari pengalaman mistikdalam islam yang
dalam beberapa hadist nabi Saw disebut pengasihan.
B.Tokoh-tokoh wahdatul wujud
Faham Wahdatul al-Wujud diajarkan oleh Muhy Al-Qin Ibnu Arabi. dia lagir dikota Murcia Spanyol pada
tahun 1165 M.Ibnu Arabi belajar di Seville, kemudian setelah selesai pindah ke Ruris.disana dia mengikuti dan
memperdalam alian sufi. pada tahun 1202 M ibnu al-Arabi pergi ke mekkah pada 1240 M. Negri-negri yang telah
ia kunjungi antara lain: Mesir, Syiria, Irak, Turki dan akhirnya ia menetap di Damaskus.Disana ia meninggal dunia
pada tahun 1240. bukunya yang terkenal adalah Al-Futuhat Al-Makkiah pengetahuan-pengetahuan yang
dibukukan di mekkah.dengan tersusun sebanyak 12 jilid.buku lainnya adalah Futuh al-Hikmah(Permata-permata
hikmah).
Menurut pemikiran tasawufnya, bahwa Tuhan ingin melihat diri-Nya dari luar diri-Nya maka dijadikanNya
Alam, ALam merupakan cermin bagi Tuhan.Pada benda-benda yang ada dalam alam karena esensinya ialah sifat
Ketuhanannya, Tuhan melihat diriNya. Dari sini timbullah paham kesatuan wujud. yang banyak dalam alam ini
hanya dalam penglihatan banyak, pada hakikatnya semua itu satu. Tak ubahnya sebagai orang yang melihat dirinya
dalam beberapa cermin yang diletakkan di sekelilingnya. Didalam tiap cemin ia lihat dirinya. Dalam cermincermin itu dirinya kelihatan banyak. tetapi dirinya hanya satu. Sebagai dijelaskan dalam Fasus Al-Hikam wajah
sebenarnya hanya satu, tetapi kalau cermin diperbanyak wajah kelihatannya banyak pula, Atau sebagai
kata Parmenides, yang ada itu satu, yang banyak hanyalah ilusi.
Ringkasan dalam tasawuf ibn al-Arabi yang bersatu dengan Tuhan bukan hanya manusia tetapi semua
makhluk, semuanya mempunyai wujud satu dengan Tuhan. Oleh sebab itu ada orang yang menyebut filsafat Ibnu
Al-Arabi ini panteisme, sungguhpun nama itu tidak sesuai dengan faham Wahdah Al-wujud.[2]
A. Pengertian dan tujuan wahdat al-wujud
Wahdat al-wujud adalah ungkapan yang terdiri dari dua kata yaitu wahdat dan al-wujud. Wahdat artinya
sendiri, tunggal atau kesatuan sedang al-wujud artinya ada.[1] Dengan demikian wahdat al-wujud berarti
kesatuan wujud.
Harun nasution lebih lanjut menjelaskan paham ini dengan mengatakan bahwa paham wahdat al-wujud nasut
yang sudah ada dalam hulul diubah maejadi khalq (makhluk) dan lahut menjadi haqq (tuhan).Aspek yang sebelah
luar disebut khalq dan aspek yang di sebelah dalam disebut haqq.[2]

Paham ini selanjutnya membawa keoada timbulnya paham bahwa diantara makhluk dan tuhan sebenarnya
satu kesatuan dari wujud tuhan dan yang sebenarnya ada adalah wujud tuhan itu, sedangkan wujud makhluk
hanya bayang atau fotocopy dari wujud tuhan. Dengan demikian alam ini merupakan cermin dari Allah. Pada saat
Dia ingin melihat diri-Nya, Ia cukup melihat alam ini.
Dalam fushush al-hikam sebagai dijelaskan oleh Al-Qashini dan di kutip Harun Nasution, fana wahdul wujud
ini antara lain terlihat dalam ungkapan.
Wajah sebenarnya satu tetapi jika engkau perbanyak cermin ia menjadi banyak.[3].
Tuhanlah sebenarnya yang mempunyai wujud hakiki atau wajibul wujud. Sementara itu makhluk sebagai yang di
ciptakan-Nya hanya mempunyai wujud yang bergantung kepada wujud yang berada dirinya yaitu Tuhan.
Yang mempunyai wujud sesungguhnya hanyalah Allah. Dengan demikian yang sebenarnya hanya satu wujud
yaitu wujud Tuhan.
Hal yang demikian itu lebih lanjut dikatakan Ibn Arabi sebagai berikut.
sudah menjadi kenyataan bahwa makhluk adalah dijadikan dan bahwa ia berharap kepada khalik yang
menjadikannya karena ia hanya mempunyai sifat mungkin dan dengan demikian wujudnya bergantung pada
sesuatu yang lain.[4]
Paham tersebut mengisyaratkan bahwa pada manusia ada unsur lahir dan batin, dan pada tuhan pun ada
unsur lahir dan batin. Unsur lahir manusia adalah fisiknya, sedangkan batinnya adalah roh atau jiwa yang hal ini
merupakan pancaran, bayangan atau fotocopy Tuhan. Kemudian unsur lahir-lahir pada tuhan adalah sifat-sifat
ketuhanannya yang tampak dialam ini dan unsur batinnya adalah dzat Tuhan.Bersatunya unsur lahut yang ada
pada manusia dengan unsur nasut yang ada pada Tuhan.
Selanjutnya dalam Al-Quran akan kita jumpai ayat-ayat yang memberikan petunjuk bahwa Tuhan memiliki
unsur lahir dan batin sebagaimana dalam faham wahdat al-wujud
Dengan menyempurnakan untukmu niatnya lahir dan batin (Qs, Luqman, 31;20)
Dalam Al-Quran dan terjemahannya terbitan Departemen Agama tahun 1984, hal 90, kata al-awwal pada
surat al-hadid ayat 3 diartikan yang telah ada sebelum sesuatu yang ada. Al-akhir artinya yang nyata adanya
karena banyak bukti-buktinya dan yang batin adalah yang tidak dapat digambarkan hakikar dzatnya oleh akal.
Namun menurut para sufi yang dimaksud zahir adalah sifat-sifat Allah yang tampak, sedang batin adalah dzatdzatnya. Manusia dianggap mempunyai kedua unsur tersebut karena manusia berasal dari pancaran tuhan.
Sehingga antara manusia dengan Tuhan pada hakekatnya satu wujud.[5]
B. Tokoh wahdatul wujud
Wahdatul al-wujud adalah wujus yang sejati adalah satu,tokoh yang mengajarkan tentanf wahdatul al-wujud
adalah ibn arabi, nama lengkapnya Mohammad bin ali bin ahmad bin Abdullah ath-thai al-haitami. Dia lahir di
Murcia, Andalusia tengah, Spanyol tahun 560 H.[6] Di Seville (spanyol) dia mempelajari al-quran, hadist serta
fikih pada sejumlah murid seorang faqih Andalusia terkenal yakni ibnu hazm al-zhahiri. Ia pindah ke Tunis di tahun
1145 dan masuk aliran sufi (ibid).
Ketika ia berusia 30 tahun ia mulai berkelana ke berbagai kawasan Andalusia dan kawasan islam bagian
barat. Diantara guru-gurunya adalah Abu madyan al-Ghoust al-Talimsari dan Yasmin musaniyah. Keduanya
banyak dipengaruhi ajaran-ajaan ibn arabi. Dikabarkan juga bahwa dia pernah ketemu dengan ibn Rusyd. Filosof
murni dan tabib istana dynasty barbar dari Alomohad Dikordora. [7] Ia juga telah dikabarkan mengunjungi Almariyyah yang menjadi pusat madrasah ibn Masarrah seorang sufi falsafi yang cukup berpengaruh dan
mempunyai banyak masalah di Andalusia, di antara karya monumenalnya yaitu al-futuhat al-makkiyah yg ditulis
pada tahun 1201 H. Tatkala ia sedang menunaikan ibadah haji. Karya lainnya yaitu tarjuman al-Asyuwaq yang
ditulisnya untuk mengenang kecantikan, ketakwaan, dan kepintaran seorang gadis cantik dari keluarga seorang
sufi dari Persia.[8]
Ibn arabi dikenal sebagai penulis yang produktif. Jumlah buku yang kurangnya menurut perhitungan mencapai
lebih dari 200 diantaranya ada yang cuma 10 halaman tetapi ada juga yang beberapa ensiklopedia tentang
sufisme seperti kitab futuha al-mekkah dan bukunya yang termasyur adalah tsus al-hikam yang juga tasawuf.
Menurut Hamka, ibn arabi dapat disebut sebagai orang yang telah sampai pada puncak wahdatul wujud. Dia telah
menegakkan pahamnya dengan berdasarkan renungan fikir, filsafat, dan tasawuf
Menyajikan ajaran tasawufnya dengan bahasa agak berbelit belit dengan tujuan, untuk menghindari tuduhan
fitnah dan ancaman kaum awam sebagaimana dialami Al-hallaj. Wujudnyaair adalah air wujud, pada hakikatnya
tidaklah ada pemisah antara manusia dan Tuhan klo dikatakan berlainan.
C. Ajaran-ajaran tasawuf

Ajaran sentral ibn arabi adalah tentang wahdatul Al-wujud yang istilahnya bukan berasal dari ibn arabi sendiri
melainkan berasal daai ibnu taimiyah tokoh yang paling keras dalam mengecam dan mengkritik ajaran sentralnya
tersebut. Ibnu taimiyah telah berjasa dalam mempopulerkan wahdatul al-wujud ke dalam masyarakat islam
meskipun tujuannya negatif.[9]
Kaum atheis dan golongan madzhab wahdatul wujud mengemukakan fana wujud selain Allah dalam kitab
Fushushul Hikam dan orang-orang yang sepadan dengannya mengatakan bahwa wujud khalik adalah wujud
makhluk. Dipahami dari ucapan mereka itu bahwa mereka tidak mengakui adanya wujud selain Allah. Ucapan ini
hanya lahir dari mulut orang kafir seperti yahudi, nasarani, dan penyembah berhala, orang yang mengatakan
bahwa sesungguhnya Tuhan dan hamba jua dan tidak ada perbedaan antara keduanya, ucapan ini sebenarnya
menunjukan kekafiran yang nyata terutama apabila yang dimaksudkan seluruh makhluk meskipun yang dimaksud
adalah para wali Allah yang beriman dan bertaqwa, kita tidak bisa langsung memfonis ibnu arabi dan orang-orang
sehaluannya adalah kafir, namun bukan berarti kita harus menerima mentah-mentah hasil ijtihad mereka
dibidangnya masing-masing khusunya tasawuf ini karena kita yakin bahwa mereka umumnya adalah terdiri dari
mutjahid islam di bidangnya. Dari hasil pengkajian ijtihad dan maka ajaran tasawuf seperti ittihad, hulul, wahdtul
wujud dan sejenisnya perlu di kaji ulang.[10]
Menurut ibnu taimiyah wahdatul wujud adalah penyamaan Tuhan dengan alam, dia menilai bahwa ajaran ibn
arabi adalah dari aspek tasybihnya (penyerupaan) khalik dengan makhluknya. Ia belum menilai dari aspek
tanzihnya (penyucian khalik). Menuru ibn arabi wujud semua yang ada ini hanyalah satu dan pada hakikatnya
wujud makhluk adalah wujud khalik pula, tidak ada perbedaan diantaranya dari segi hakikatnya, dan kalaupun di
lihat dari sudut pandang panca indra. Wujud alam pada hakikatnya adalah wujud Allah dan Allah adalah hakikat
alam. Tidak ada perbedaan antara wujud yang qodim dengan yang baru atau dengan kata l;ain tidak ada
perbedaan antara abid (menyembah) dan mabud (yang di sembah).[11]
Kalau khalik dan makhluk bersatu dalam wujudnya mengapa telihat dua? Menurut ibn arabi tidak
memandangnya dari sisi satu, tetapi memandang keduanya bahwa khalik dari sisi satu dan makhluk dari sisi yang
lain. Jika mereka memandang dari sisi yang lain mereka pasti mengetahui hakikat keduanya yakni dzatnya satu
yang tak terbilang dan terpisah.[12]. Wujud Tuhan juga wujud alam dan wujud Tuhan bersatu dengan wujud alam
yang dalam istilah barat disebut panteisme, yang di definisikan oleh Henry C.Theissen. panteisme adalah teori
yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang terbatas adalah aspek modifikasi atau bagian dari satu wujud yang
kekal dan ada dengan sendirinya.[13].
Ibn arabi menyebut wujud, maksudnya adalah wujud yang mutlak yaitu wujud Tuhan, satu-satunya wujud
menurut ibn arabi adalah wujud tuhan, tidak ada wujud selain wujudNya. Kesimpulannya kata wujud tidak
diberikan kepada selain tuhan. Dalam bentuk lain dapat dijelaskan bahwa makhluk diciptakan oleh tuhan dan
wujudnya bergantung pada wujud tuhan.
Dengan demikian, ibn arabi menolak ajaran yang mengatakan bahwa alam semesta ini diciptakan dari tiada.
Ia mengatakan bahwa nur Muhammad itu qodim dan merupakan sumber emanasi dengan berbagai
kesempurnaan ilmiah dan alamiah yang terealisasikan pada dari pada nabi adam sampai nabi Muhammad dan
dari nabi Muhammad pada diri pengikutnya yaitu para wali.
Dari konsep-konsep wahdatuj al-wujud ibn arabi ini muncul dua konsep yang sekaligus merupakan lanjutan
atau cabang dari konsep dari wahdatul al-wujud itu, yaitu konsep al-hakikat al-muhammadiyah dan konsep
wahdat al-adyan (kesamaan agama).
Dalam menjelaskan konsep wahdatul wujud ibn arabi mengungkapkan bahwa wujud ini satu,namun dia
memiliki penampakan yang disebut dengan alam dan ketersembunyiannya yang dikenal dengan asma yang
memiliki pemisah yang disebut dengan barzah atau menghimpun dan memisahkan antara batin dan lahir itulah
yang di sebut dengan insane kamil.
Ia juga menjelaskan bahwa tuhan segala tuhan adalah Allah SWT. Sebagai nama yang teragung dan sebagai
taayun (pernyataan) yang pertama. Ia merupakan sumber segala nama dan tujuan akhir dari segala tujuan dan
arah dari segala keinginan serta mencakup segala tuntutan, kepadaNyalah isyarat yang difirmankan Allah kepada
rasulnya, bahwa kepada Tuhanmulah tujuan akhir karena Muhammad adalah mazhar dari pernyataan yang
pertama, dan tuhan yang khusus baginya adalah ketuhanan yang agung ini. Ketahuilah bahwa segala namanama Allah merupakan gambaran dalam ilmu Allah. Sedangkan hakikat muhammadiyah merupakan gambaran
dari nama Allah yang menghimpun segala nama ketuhanan yang darinya muncul limpahan atas segala yang ada
dan Allah sebagai tuhannya. Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan hakikat muhammadiyah disini
bukanlauh nabi Muhammad sebagai manusianya, namun hakikat muhammadiyah adalah asma dan sifat Allah
serta akhlaknya. Nabi Muhammad disebut dengan Muhammad karena beliau mampu berakhlak dengan seluruh
akhlak ketuhanan tersebut.

D. Analisis wahdatul al-wujud


Wahdatul al-wujud adalah bahwa wujud yang sejati adalah satu. Bukan berarti alam adalah Allah dan Allah
adalah alam. Kenyataannya bahwa dia adalah satu kesatuan wujud ini juga dapat dipahami dari sebuah hadits
yang sering dikutip ibn arabi dalam menerangkan masalah wahdat al-wujud yaitu; kanallahu wala syaia maahu
artinya dahulu Allah tiada sesuatu apapun besertanya. Maksud dari pernyatan ini tidak ada sesuatu apapun yang
menyertai Allah selamanya dan segalanya pada sisinya adlah tiada. tiada Tuhan selain Allah artinya segala
sesuatu berupa alam gaib dan nyata adalah bayangan Allah yang pada hakikatnya tiada. Dapat disimpulkan dari
penjelasan diatas adalah alam bias dikatakan yang merupakan khayal semata maka alam bukanlah Allah. Namun
jika di lihat alam tidak akan muncul dengan sendirinya dan mustahil ada wujud di samping Allah atau di dalamnya
atau di luarnya maka alam adalah penampakan Allah. Penampakan itu tiada lain Allah jua adanya.
Karena yang mempunyai wujud hanyalah Tuhan. Dengan demikian wujud itu hanya satu yakni wujud Tuhan Ia
jua memberikan sifat-sifat ketuhanan pada segala sesuatu. Alam ini seperti cermin yang buram dan juga seperti
badan yang tidak bernyawa. Allah menciptakan manusia untuk memperjelas cermin itu, dengan kata lain alam ini
merupakan penampakan dari asma dan sifat Allah yang terus menerus. Tanpa alam sifat dan asma-Nya itu akan
kehilangan maknanya dan senantiasa dalam bentuk dzat yang tinggal dalam kesendiriannya yang tidak dikenal
oleh siapapun.
BAB III
KESIMPULAN
Allah mustlak dengan keterbatasan dan terbatas dengan kemutlakannya dengan kata lain Allah mutlak dari
segi dzatnya yang maha suci dari segala sifat dan terbatas dalam kemutlakan dengan nama-nama, sifat-sifat, dan
fenomena-fenomena alam. Jadi penampakanNya itu sendiri tidak terbatas karena kalimatnnya tidak pernah habis,
inilah yang disebut lautan tak bertepi. Dialah yang maha esa dalam banyak rupa dan rupa yang banyak yang
pada hakikatnya wajah-wajah dari dzat yang esa. Dialah penghimpun segalannya yang membedakan segalanya
dalam berbagai rupa. Aspek keindahan mewakili tasybih dan aspek keagungan mewakili tanzih, keduanya itu
mewujudkan kesempurnaan pada dzatnya namun keseluruhannya itu menunjukkan kemutlakan yang tak
terhingga.

Anda mungkin juga menyukai