240210110049
V.
Jadi,
Garam ini
Contoh
Fadli Bayanulloh
240210110049
ditambahkan sangat berpengaruh terhadap makanan fermentasi yang
dikehendaki.
Mikroorganisme yang berperan dalam fermentasi bahan pangan ada beberapa
macam, di antaranya adalah bakteri asam laktat yang menghasilkan asam laktat
sebagai hasil akhir dari metabolisme gula (karbohidrat).
spontan,
yaitu
fermentasi
yang
dalam
prosesnya
tidak
Fadli Bayanulloh
240210110049
Fermentasi jenis ini dilakukan terhadap bahan pangan kubis untuk diubah
menjadi sauerkraut. Proses fermentasi spontan dipengaruhi oleh beberapa hal seperti
suhu ruang dan kadar garam medium. Syarat suhu ruang agar fermentasi dapat
berlangsung dengan baik adalah sekitar 30oC. Jika suhunya lebih rendah dari itu,
akan menyebabkan produk menjadi busuk karena pertumbuhan bakteri asam laktat
menjadi lambat sehingga asam yang dihasilkan tidak cukup banyak Kadar garam
medium merupakan salah satu faktor laju fermentasi spontan. Makin tinggi
konsentrasi garam, makin lambat proses fermentasi. Laju fermentasi pendek yang
berkisar sehari, membutuhkan 5-10% larutan garam. Laju fermentasi lambat berada
pada titik konsentrasi garam sebesar 15% (Anonim, 2011).
Tabel 5.1.1. Hasil Fermentasi Saurkraut dan Sawi Asin
Sampel
Warna
Aroma
Kekerasan
Sawi Asin
Hijau
Khas sawi asin lembek
kekuningan
Saurkraut
Putih keruh
Keterangan
Rasanya
sedikir
Asam
khas lunak
asam,
sedikit asin
Cita rasa asam
asinan
dan asin
Fungsi utama garam dalam proses pembuatan sauerkraut dan sawi asin ini
adalah untuk menarik air dan zat-zat gizi dari sayuran. Zat-zat gizi tersebut
melengkapi substrat untuk pertumbuhan bakteri asam laktat yang terdapat di
permukaan daun-daun kubis. Garam bersama dengan asam yang dihasilkan oleh
fermentasi menghambat pertumbuhan organism yang tidak diinginkan dan menunda
pelunakan jaringan kubis yang disebabkan oleh kerja enzim. Kadar garam yang
cukup memungkinkan pertumbuhan serangkaian bakteri asam laktat dalam urutannya
yang alamiah dan menghasilkan kraut dengan imbangan garam-garam yang tepat
(Buckle, 1987).
Dengan dilakukan proses ini, maka sayuran akan dapat tahan lebih lama serta
dapat meningkatkan kualitas rasa sayuran tersebut. Bila kita perhatikan, setelah
diolah warna kubis menjadi lebih pucat dari sebelum diolah. Tetapi tekstur tidak
banyak berubah. Teksturnya tetap bergelombang dan berkerut seperti kubis pada
Fadli Bayanulloh
240210110049
umumnya. Ini menunjukkan sayuran cukup awet dengan perlakuan fermentasi yang
diberikan.
Perubahan penting yang harus diperhatikan adalah perubahan rasa dan aroma.
Aroma setelah disimpan dan difermentasi ternyata memang menjadi asin dan sedikit
asam. Hal itu wajar karena merupakan pengaruh dari penambahan garam. Hanya saja
tidak dilakukan pengamatan rasa kubis setelah difermentasi. Padahal untuk
mengetahui apakah fermentasi berhasil atau tidak harus dilakukan pengetesan rasa
dan setelah dilakukan pengetesan rasa terhadap sawi asin dan sauerkraut terasa
sedikir asam dan asin. Hal itu untuk membuktikan teori bahwa fermentasi ini selain
dapat mengawetkan dan menambah umur simpan sayur serta dapat meningkatkan
rasa pada sayuran.
tidak
spontan,
yaitu
fermentasi
yang
dalam
prosesnya
Fadli Bayanulloh
240210110049
Tabel 5.2.1 Hasil Fermentasi Tape dan Tempe
Sampel
Warna
Aroma
Tempe
Miselium:
Khas tempe
(Daun Pisang) putih
Kacang:
Coklat
kekuningan
Tempe
Ada
bintik- Khas tempe
(Plastik)
bintik
Kekerasan
Keras
Keterangan
Biji
kedelai:
lunak, coklat
kekuningan
Keras
Biji
hitam
lebih lunak
disetiap
lubang,
Tape
kedelai:
Misellium:
putih
seperti
kapas
kem
menempel
Putih
pada kacang
tepi Cita
rasa
Khas tempe
kekuningan
Lembek
ada
beberapa alcohol,
yang keras
manis
ada
khas
tape
Pada pembuatan tape dan tempe dilakukan pengukusan atau perebusan
terlebih dahulu hal itu dimaksudkan agar pati yang banyak terdapat dalam bahan
tersebut terurai menjadi gula sederhan sehingga memudahkan fermentasi oleh
mikroorganisme pengurai gula seperti Sacharomyces sp dan juga agar teksturnya
lebih lunak sehingga memudahkan ragi/starter memfermentasi bahan tersebut.
Tape adalah jenis makanan hasil fermentasi alkoholik dari bahan makanan
sumber pati seperti beras, singkong, dan lain-lain dengan bantuan ragi. Adapun jenis
mikroorganisme yang biasanya terdapat dalam ragi tape ini adalah Mucor
chlamidosporus,
Penambahan
ragi
Endomycopsis
pada
bahan
fibuliger,
dan
Saccharomyces
pangan
akan
menghambat
cerevisiae.
pertumbuhan
mikroorganisme lain yang terdapat secara alami pada bahan pangan tersebut. Ragi
pun dapat mengubah tekstur dan rasa dari bahan pangan yang difermentasikan. Ragi
ini menghasilkan enzim sehingga terjadi reaksi sebagai berikut :
C6H12O6
Ragi
2C2H5OH
2CO2
Tape dibentuk dengan reaksi alkoholik dalam fermentasi dengan bantuan ragi.
Bahan yang digunakan biasanya beras, singkong dan lain-lain. Rasa tape yang manis
Fadli Bayanulloh
240210110049
dan memiliki cita rasa asam disebabkan oleh asam-asam organik dan alkohol yang
membentuk ester dalam proses fermentasi yang dibantu oleh mikroorganisme.
Mikroorganisme yang biasa digunakan dalam proses pembuatan tape ini adalah
Sachromyces Sp.
Dari hasil pengamatan kita dapat melihat bahwa beras ketan yang merupakan
bahan pembuatan tape mengalami perubahan organoleptik seperti teksturnya yang
tadinya keras menjadi lembek namun ada beberapa yang masih keras dikarenakan
pada saat pengadukan ragi kurang merata sehingga proses fermentasi kurang merata
pada seluruh bagian ketan. Hal ini disebabkan gula yang ada di dalam sel beras ketan
tersebut diuraikan oleh Sacharomyces sp menjadi senyawa-senyawa alkohol sehingga
teksturnya menjadi lebih lembek. Selain itu aromanya pun menjadi asam yang berasal
dari aroma alkohol tersebut.
Sedangkan pada pembuatan tempe sebelum pengamatan memiliki warna yang
coklat kekuningan, beraroma kedelai, dan empuk. Tempe yang seteleh didiamkan
selama 2 hari adalah warnanya berubah menadi warna putih, aroma yang keluar dari
yang tertutupi miselium pun menimbulkan bau yang menyengat dengan tekstur yang
lunak, sedangkan untuk tempe yang menggunakan bungkus plastik terdapat bintikbintik hitam di setiap lubangnya kemungkinan terjadinya kontaminasi dari luar
kedalam tempe tersebut.
Tempe adalah produk hasil fermentasi kedelai oleh kapang Rhizopus seperti
Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus.
Kapang berperan dalam perombakan struktur polimer-polimer kompleks seperti
selulosa, hemiselulosa, pati dengan pertolongan enzim yang dihasilkannya (Firstyani,
2009).
Selama proses fermentasi tempe, terdapat tendensi adanya peningkatan derajat
ketidakjenuhan terhadap lemak. Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh majemuk
(polyunsaturated fatty acids, PUFA) meningkat jumlahnya, dalam proses itu asam
palmitat dan asam linoleat sedikit mengalami penurunan, sedangkan kenaikan terjadi
pada asam oleat dan linolenat (asam linolenat tidak terdapat pada kedelai). Asam
Fadli Bayanulloh
240210110049
lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan terhadap kandungan kolesterol serum,
sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh (Anonim, 2011).
Fadli Bayanulloh
240210110049
VI.
KESIMPULAN
1. Fermentasi adalah salah satu metode pengawetan pangan dengan
pemecahan karbohidrat dan asam-asam amino secara anaerobik oleh
mikroorganisme (bakteri, kapang dan khamir).
2. Berdasarkan sumber mikrobanya fermentasi ada 2 macam, yaitu
fermentasi spontan dan fermentasi tidak spontan.
3. Fermentasi spontan dalam prosesnya tidak ditambahkan mikroorganisme
dalam bentuk starter ataupun ragi.
4. Fermentasi tidak spontan adalah fermentasi yang dalam prosesnya harus
ditambahkan mikroba dalam bentuk ragi/kultur/starter.
5. Proses pembuatan sauerkrout dan sawi asin merupakan fermentasi
spontan.
6. Proses pembuatan tape dan tempe merupakan fermentasi tidak spontan.
Fadli Bayanulloh
240210110049
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Tape Ketan. www.ftjetnet.or.id. Diakses pada tanggal 20 Mei 2012
Anonim,
2011.
Fermentasi
http://sutikno.blog.uns.ac.id/2009/04/28/fermentasi-tempe/.
tanggal 20 Mei 2012
Diakses
Tempe.
pada
Buckle, K.A, R.A. Edwards, G.H. Fleet, dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan.
Penerjemah: Hari Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas Indonesia (UIPress), Jakarta.
Desrosier, N.W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. UI-Press, Jakarta.
Fadli Bayanulloh
240210110049
JAWABAN PERTANYAAN
A. Fermentasi Spontan
1.
Apa sebabnya pembuatan sayur asin tidak ditambahkan inokulum/ragi?
Jawab: Pada pembuatan sayur asin dan kubis asin ditambahkan garam.
Garam tersebut akan memicu pertumbuhan dan aktivitas bakteri asam
laktat
2.
(Leunostoc
mesenteroides,
Lactobacillus
plantarum
dan
dibuang
secara
hati-hati
karena
mikroorganisme
tersebut
yang
dihasilkan
sesuai
dengan
yang
dikehendaki
serta