1.1.
1.2.
Jumlah
Pengacara tidak termasuk kedua-duanya tapi sebagai kuasa hukum keberadaan dia
sebagai profesional (hubungan bisnis).
1.3.
Jika diajukan, Hakim tidak boleh menolak (baik dengan alasan tidak jelas
maupun tidak ada hukumnya) (pasal 14 (]) UU No. 14 tahun 1970).
Berdasarkan pasal 20 AB maka Hakim harus mengadili menurut undangundang sedangkan berdasarkan pasal 5 (1) UU No. 14 Tahun 1970
hakim harus mengadili menurut hukum, berkaitan dengan hal ini maka
berlaku asas lex posteriori derogat legi priori (undang-undang baru
mengalahkan undang-undang lama).
2. Hakim pasif
Tujuannya
memberikan
perlindungan
hak
asasi
manusia
dalam
Kedua
belah
pihak
harus
didengar
keterangannya
(audi
et
alterampartem)
Hakim tidak boleh menerima keterangan dari salah satu pihak sebagai
benar sebelum pihak lawan dibcri kesempatan untuk didengar.
Sebagai
pertanggungjawaban
hakim
atas
putusamya
terhadap
Para pihak dapat dibantu atau diwakili oleh kuasanya kalau dikehendaki
(pasal 123 HIR);
3
kepada
orang
lain
akan
tetapi
para
pihak
dapat
1.4.
Keterangan :
A : Tingkat Pengadilan Negeri
B : Tingkat Pengadilan Tinggi
C : Tingkat Mahkamah Agung
4. Apabila
kedua
belah
pihak
lengkap
maka
diberi
kesempatan
untuk
Peradilan Umum
Peradilan Agama
Peradilan Militer
Peradilan Tata Usaha Negara
*) Pengadilan = perpecahan dari peradilan umum : PN, PT, MA. (pasal 10 UU
No. 14 tahun 1970)
akhir/tidak)
5. Pembuktian.
6. Kesimpulan akhir.
7. Putusan akhir (dalam putusan ini ada putusan tetap/eksekusi, yang diterima oleh
para pihak, dan putusan tidak tetap/para pihak belum menerima salah satu pihak
melakukan proses hukum)
IDEAL BERACARA
upaya hukum selanjutnya didapat putusan tetap yang akhimya dapat dieksekusi.
Biasanya replik dan duplik terjadi hanya sekali (undang-undang sendiri
membolehkan lebih dari satu kali, jika hakim masih belum mengetahui apa
permasalahan yang disengketakan atau para pihak masih membutuhkan).
Dalam Haper:
o Penggugat adalah orang yang merasa bahwa haknya itu dilanggar,
o Tergugat adalah orang yang ditarik ke muka pengadilan karena ia
dianggap melanggar hak seseorang atau beberapa orang.
Dalam Haper dikenal:
o Partai formil (123 HIR) adalah pihak yang menghadap muka pengadilan
o
TUNTUTAN HAK
PERKARA PERDATA:
pengangkatan anak
ganti nama
PERMOHONAN:
Isi permohonan :
o Identitas pemohon/kuasanya
8
o
o
o
GUGATAN:
Pengajuan gugatan :
o LISAN (pasal 120 HIR) jika penggugat tidak dapat
menulis/ buta huruf maka gugatan dapat diajukan lisan
kepada ketua PN yang akan mencatat gugatan tersebut.
Syaratnya :
cap jempol
waarmerking (pernyataan dari LBH /yang berhak/
yang
berwenang
bahwa
cap
jempol
yang
tinggal.
Tanda tangan bermakna bahwa yang bertanda tangan
kata
dikemukakan
lain
dasar
gugatan
harus
dengan
jelas.
Posita terdiri dari 2 bagian:
a. Bagian berdasarkan kenyataan,
b. Bagian berdasarkan hukum.
Petitum (hal yang diinginkan diminta oleh penggugat agar
diputuskan/ditetapkan dan diperintahkan oleh hakim).
Petitum harus lengkap dan jelas (misal, mengenai sita
jaminan maka dimohonkan untuk dinyatakan sah dan
berharga).
Pada asasnya, gugatan diajukan di tempat tinggal
tinggal
orang
yang
benar-benar
berutang).
Jika mengenai
barang
tetap,
Terdapat
pendapat;
o Diajukan ditempat barang tetap berada.
o Berlaku apabila tempat tinggal tergugat
tidak diketahui.
Jika dengan suatu akta telah dipilih tempat
penyelesaian
sengketa
(penggugat
waarmerking,
didaftarkan
di
bersangkutan,
membayar persekot/uang muka biaya perkara.
kepanitcraan
setelah
PN
diyang
solusinya
adalah
KEWENANGAN MENGADILI
Merupakan kewenangan hakim / pengadilan umum untuk mengadili. Terbagi menjadi dua :
a. Absolut, yaitu badan pengadilan yang diberikan kepada pengadilan yang diberikan
kepada pengadilan untuk mengadili/ dalam memeriksa jenis perkara-perkara
tertentu yang secara mutlak tidak bisa diperiksa oleh badan peradilan lain
baik dalam lingkungan pengadilan yang sama atau berbeda. Contoh : kasus
perceraian, yang muslim tidak bisa diajukan di Pengadilan Negeri, harus tetap di
Pengadilan Agama. Dan pembatalan sertifikat di PTUN (bukan di Pengadilan
Negeri karena itu adalah beschikking
pemerintah).
Hakim
yang
dikelurkan
oleh
negara/
PERDAMAIAN
o
Dapat dilakukan:
Di luar sidang di bawah tangan/ akta di bawah tangan.
Di muka sidang putusan perdamaian.
Perdamaian di muka sidang bukan merupakan ADR tetapi tetap
11
dilanjutkan.
Hakim perdamaian desa merupakan bentuk pengadilan menurut Hukum adat
desa.
Kalau akta perdamaian berbentuk akta dibawah tangan maka sengketa tersebut
PEMBUKTIAN
Memberi dasar yang cukup kuat kepada Hakim pemeriksa perkara guna memberikan
kepastian tentang kebenaran yang diajukan. Tujuannya menetapkan hubungan antara
kedua belah pihak.
Yang harus membuktikan
o Pasal 163 HIR jo. pasal 1865 KUHPerdata
o hakim yang mencari kebenaran, menetapkan atau yang menskonstatir
dan menerapkan haknya.
Yang harus dibuktikan
o
o
BEBAN PEMBUKTIAN
o
o
o
pembuktian.
Beban pembuktian yaitu siapa yang pertama harus membuktikan.
HIR sendiri (pasal 163) menentukan bahwa para pihaklah yang dikenai beban
pembuktian tetapi redaksi dari pasal ini seolah-olah menyatakan bahwa beban
o
o
praktek di pembuktian.
Asas pembagian beban pembuktian pasal 163 HIR, beban pembuktian
diberikan kepada pihak yang paling sedikit dirugikan.
Alat bukti yaitu :
Bukti tertulis adalah bukti dalam HAPER yang pertama dan utama.
Saksi.
Persangkaan
Pengakuan
Sumpah
Secara yurisprudensi :
Pengetahuan hakim (dari hasil pemeriksaan setempat (pasal 154 HIR)),
Saksi ahli (hasil penyelidikan orang ahli (155 HIR)),
Apa yang diakui benar oleh kedua belah pihak
JAWABAN TERGUGAT
Dalam pasal 121 HIR, ada dua yaitu :
a. Tertulis
b. Lisan : disampaikan saat itu juga
Jawaban dapat berupa :
a. Pengakuan
Murni : mengakui secara keseluruhan atas gugatan yang diajukan (tidak
perlu pembuktian)
Tambahan : mengakui tapi menyebabkan perkara tidak selesai sampai
PUTUSAN HAKIM
kata mengadili.
Dapat berupa Putusan atau Penetapan
Tidak menentukan tuntutan pidana.
Putusan hakim adalah pernyataan Hakim yang diucapkan dipersidangan (uit
spraak) dan dituangkan dalam bentuk tertulis (vonnis) yang bertujuan untuk
ISI PUTUSAN
1. Diatur pada pasal 178, 182, 183, 184, dan l85 HIR:
1. Kepala putusan "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG
MAHA ESA
2. Identitas para pihak
3. Pertirnbangan-pertimbangan,
Asas
"putusan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan."
4. Amar/dictum putusan
2. Putusan yang baik sistematikanya adalah
putusan
Hakim
harus
yang
dimulai
DAFTAR PUSTAKA
14
Retno Wulansutantio, SH., Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, CV.
Mandar Maju, 1997.
Riduan Syahrani, SH., Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, PT. Alumni,
2000.
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata/BW)
Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD)
Undang-undang No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Undang-undang No. 5 tahun 2004 tentang Mahkamah Agung RI.
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
Undang-undang Peradilan Umum
Undang-undang Kepailitan
Kompilasi Hukum Islam
Yurisprudensi Mahkamah Agung RI.
15