Anda di halaman 1dari 72

Albert Einstein 1/10/2014

Search here....

Home

Forum

Tokoh

Makalah

Fisika

Umum

Download

Informasi

Home Fisdas Pengukuran Tegangan AC / DC dengan Multimeter dan Osiloskop

Pengukuran Tegangan AC / DC dengan Multimeter dan Osiloskop


Written By Rian Priyadi on 6 Des 2013 | 08.28

1. Latar Belakang
Sebelum melakukan suatu pekerjaan dalam elektronika, khususnya yang bersifat praktis
diperlukan pengetahuan cara kerja instrumen yang akan dipakai untuk mengkurnya dan akan
berhasil tidaknya suatu pekerjaan. Dalam pengukuran ada beberapa kondisi yang dapat
mempengaruhi hasil pengukuran antara lain adalah Kondisi alat ukur dan keahlian yang dimiliki
oleh pengukur.
Kondisi alat ukur yang di maksud adalah keadaan alat ukur yang masih baik atau sudah ada
gangguan, kondisi ini disebabkan oleh usia alat ukur sehingga berkurang nya ketelitian. Jika alat
ukur sudah rusak parah alat ukur ini tidak dapat dipergunakan lagi namun apabila rusaknya
hannya sedikit maka sebelum melakukan pengukuran alat harus di kalibrasi terlebih dahulu.

Dalam melakukan pengukuran, pratikan harus memiliki pengetahuan dasar mengenai alat ukur
yang dipergunakan sehingga tidak salah dalam melakukan pengukuran dan pembacaan hasil
pengukuran.

2. Dasar Teori
A. Multimeter
a) Zero Adjust Screw, berfungsi untuk mengatur kedudukan jarum penunjuk dengan cara memutar
sekrupnya ke kanan atau ke kiri dengan menggunakan obeng pipih kecil.
b) Zero Ohm Adjust Knob, berfungsi untuk mengatur jarum penunjuk pada posisi nol. Caranya :
saklar pemilih diputar pada posisi (Ohm), test lead + (merah dihubungkan ke test lead
(hitam), kemudian tombol pengatur kedudukan 0 diputar ke kiri atau ke kanan sehingga
menunjuk pada kedudukan 0 .
c)

Range Selector Switch, berfungsi untuk memilih posisi pengukuran dan batas ukurannya.
Multimeter biasanya terdiri dari empat posisi pengukuran, yaitu :
Posisi (Ohm) berarti multimeter berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri dari tiga batas
ukur : x 1; x 10; dan K
Posisi ACV (Volt AC) berarti multimeter berfungsi sebagai voltmeter AC yang terdiri dari lima

batas ukur : 10; 50; 250; 500; dan 1000.


Posisi DCV (Volt DC) berarti multimeter berfungsi sebagai voltmeter DC yang terdiri dari lima

batas ukur : 10; 50; 250; 500; dan 1000.


Posisi DCmA (miliampere DC) berarti multimeter berfungsi sebagai mili amperemeter DC yang

terdiri
dari
tiga
batas
ukur
:
0,25;
25;
dan
500.
Posisi (Ohm) berarti multimeter berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri dari tiga batas ukur
: x 1; x 10; dan K
Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe multimeter yang satu dengan yang lain batas
ukurannya belum tentu sama.
d) V A Terminal, berfungsi sebagai tempat masuknya test lead kutub (+) yang berwarna merah.
e) Common Terminal, berfungsi sebagai tempat masuknya test lead kutub (-) yang
berwarna hitam.
f) Polarity Selector Switch, berfungsi untuk memilih polaritas DC atau AC.\
g) Meter Cover, berfungsi sebagai tempat komponen-komponen multimeter.
h) Knife Edge Pointer, berfungsi sebagai penunjuk besaran yang diukur.
i) Scale, berfungsi sebagai skala pembacaan meter.

B. Osiloskop
Osiloskop adalah alat ukur yang di gunakan untuk memetakan atau membaca sinyal listrik
maupun frekuensi. Osiloskop di gunakan dalam pengukuran rangkaian elektronik seperti stasiun
pemancar radio, TV, atau dalam kegunaan memonitor frekuensi elektronik seperti di rumah sakit
dan
untuk
kegunaan-kegunaan
lainnya.
Beberapa fungsi osiloskop antara lain untuk:
Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu
Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.
Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangkaian listrik.
Membedakan arus AC dengan arus DC.
Mengetahui noise pada sebuah rangkaian listrik.
Sebelum menggunakan osiloskop, osiloskop harus di kalibrasi terlebih dahulu
TahapanPenyetaraan (Kalibrasi) OsiloskopAnalog
a) Sesuaikan tegangan masukan sumber daya AC 220 yang ada di belakang osiloskop sebelumk
Abel daya AC dimasuk kan stopk ontak PLN
b) Nyalakan osiloskop dengan menekan tombol power.
c) Set saluran pada tombol CH1.
d) Set mode pada Auto.
e) Atur intensitas, jangan terlalu terang pada tombol INTEN.
f) Atur posisi berkas cahaya horizontal dan vertikal dengan mengatur tombol yang bernama
horizontal dan vertikal.
g) Set level mode pada tengah-tengah (-) dan (+).
h) Set tombol tegangan (volt/div) bertanda V pada 2 V, sesuaikan dengan memperkirakan terhadap
tegangan masukan.
i) Pasang probe pada salah satusaluran, (misal CH1) dengant ombol pengalihAC/DC pada
kedudukan AC.
j) Atur saklar/switch pada pegangan probedengan posisi pengali 1x.
k) ujung probe pada titik kalibrasi.
l) AturTime/Div pada posisi 1ms agar tampak kotak-kotak garis yang cukup jelas.
m) Setelah tahapan K, osiloskop siap digunakan untuk mengukur tegangan.
3. Prinsip dan Cara Kerja
a) Mengukur Tegangan AC menggunakan Multimeter
Sebelum melakukan pengukuran tegangan hendaknya kita sudah bias memperkirakan berapa
besar tegangan yang akan diukur, ini digunakan sebagai acuan menentukan Batas Ukur yang
harus digunakan. Pemilihan batas ukur yang tepat hendaknya harus lebih tinggi dari tegangan
yang diukur.
contoh : untuk pengukuran tegangan PLN, diketahui jenis tegangan-nya adalah AC dan besar
tegangan adalah 220 VAC, sehingga batas ukur yang harus digunakan adalah 250 atau 1000. Jika
tidak diketahui nilai tegangan yang akan diukur, pilih batas ukur tertinggi.
Cara Kerja
1. Colokan probe merah pada terminal (+), dan probe hitam pada terminal (-) pada multimeter.
2. Menentukan Batas Ukur pengukuran. Karena tegangan PLN secara teori adalah 220 VAC maka
kita arahkan selektor pada bagian VAC dengan Batas Ukur 250 atau 1000 (ingat Batas Ukur

dipilih lebih besar dari pada tegangan yang akan diukur). Untuk pembahasan kita kali ini kita
akan menggunakan Batas Ukur 250.
3. Dalam pengukuran tegangan AC posisi penempatan probe bisa bolak-balik.
4. Hubungkan kedua ujung probe (colokan) multimeter masing-masing pada dua kutub jalur
tegangan PLN misalnya stop kontak.
5. Perhatikan saat melakukan pengukuran, jangan sampai ujung probe merah dan hitam saling
bersentuhan, karena akan menyebabkan korsleting.
6. Menentukan pembacaan hasil ukur, rumus yang digunakan adalah
Vac = JP x BU / SM
Ket :
-VAC = Tegangan AC
-SM = Skala maksimum yang dipakai
-BU = Batas Ukur
-JP = Jarum Penunjuk
b) Mengukur Tegangan DC menggunakan Multimeter
Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya bahwa multimeter juga bisa mengukur sejauh mana
atau seberapa besarnya tegangan DC itu baik di dalam accu, baterei atau power suply.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Arahkanlah sakelar pada DCV (DC Voltmeter).
2. Sebaiknya kita perkirakan apakah yang akan kita ukur itu mencapai 10, 50 atau 250 Volt. Sakelar
harus menunjukkan angka yang lebih besar dari perkiraan tegangan DC yang diukur. Contohnya
yang kita ukur memiliki tegangan 12 Volt maka sakelar harus menunjukkan pada 50 Volt.
3. Kemudian tempelkan pencolok merah pada kutub positif (+) dan pencolok hitam pada kutub
negatif (-) terhadap yang kita ukur.
4. Perhatikan arah jarum bergerak ke kanan sampai pada nomor berapa jarum itu berhenti.

5. Menentukan pembacaan hasil ukur, rumus yang digunakan adalah


Vdc = JP x BU / SM
Ket :
-VDC = Tegangan AC
-SM = Skala maksimum yang dipakai
-BU = Batas Ukur
-JP = Jarum Penunjuk

c) Mengukur Tegangan AC menggunakan Osiloskop


Langkah-Langkah Mengukur Tegangan Arus Bolak-Balik (AC)

1. Sinyal AC diarahkan ke CH input dan stel saklar mode untuk menampilkan bentuk gelombang
yang diarahkan ke CH tersebut.
2. Distel saklar VOLT/ DIV untuk menampilkan kira- kira 5 DIV bentuk gelombang.
3. Distel saklar SEC/ DIV untuk menampilkan beberapa gelombang.
4. Atur penampilan gelombang secara vertikal sehingga puncak gelombang negatif, gelombang
berhimpit dengan salah satu garis gratikul horizontal.
5. Atur tampilan gelombang secara horizontal, sehingga puncak berimpit dengan pusat garis
gratikul vertikal.
6. Hitunglah tegangan puncak- kepuncak ( Peaks to peaks ) dengan menggunakan persamaan:
VOLT ( p.p ) = ( difleksi vertikal ) x ( penempatan saklar VOLT/ DIV ).

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

d) Mengukur Tegangan DC menggunakan Osiloskop


Langkah-Langkah Mengukur Tegangan Arus Searah (DC)
Berikut ini adalah langkah-langkah untuk mengukur tegangan arus searah (misalnya mengukur
tegangan baterai) dengan menggunakan osiloskop.
Pilih mode SOURCE pada LINE.
Pilh mode COUPLING pada DC.
Pilih DC pada tombol AC-DC.
Siapkan baterai yang akan diukur.
Dengan kabel penghubung, hubungkan battery dengan salah satu channel.
Hal yang perlu diperhatikan sebelum mengukur adalah, letakkan nilai 0 di layar sebaik mungkin.
Variasikan VOLTS/DIV pada beberapa angka (misalnya 1, 1.5, dan 2).
Catat semua hasil pengukuran yang didapatkan.

4. Kesimpulan
Sebelum melakukan pengukuran tegangan hendaknya kita sudah bias memperkirakan berapa
besar tegangan yang akan diukur, ini digunakan sebagai acuan menentukan Batas Ukur yang
harus digunakan. Pemilihan batas ukur yang tepat hendaknya harus lebih tinggi dari tegangan
yang diukur.
Dalam pengukuran ada beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran antara lain
adalah Kondisi alat ukur yang sudah rusak, dan keahlian yang dimiliki oleh orang yang
melakukan pengukuran.
5. Daftar Pustaka
Anonim.2012. cara kerja multimeter analog dan digital.http://pradiptadevie.wordpress.com
/2012/03/22/cara-kerja-multimeter-analog-dan-digital/
Anonim.2013.cara-mengukur tegangan ac dengan multimeter.http://wisata-engineering.blogspot.com
/2013/05/cara-mengukur-tegangan-ac-dengan.html
Anonim.2013.cara mengukut tegangan ac dan dc.http://rangkaianelektronika.info/cara-mengukur
tegangan-dc-dan-ac/
Melani.2011.Osiloskop.http://melanie-fisika13.blogspot.com/2011/12/osiloskop.html
Sears, Zemansky.1992.Fisika Untuk Universitas 2 Listrik Magnet.Bina Cipta.Bandung

Artikel Terkait : Fisdas

Pengukuran Tegangan AC / DC dengan Multimeter dan Osiloskop

Besaran dan Dimensi

Fluida Statis

Share this article :

Related Articles

If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Subscribe via RSS Feed
Enter your email..

Submit

Your information will not be shared. Ever.

Label: Fisdas

2 komentar:

1.

Wawan Beneran27 Agustus 2014 09.44


Mantaps gan, nice artikel.. ikut berkontrobusi gan, silakan, bagi yang ingin tambahan
referensi

mampir

juga

dimari

http://gatewawan.blogspot.com/2014/08/mengenal-lebih-jauh-tentang-tegangan-ac.html
thanks.
Balas

Balasan

1.
Rian Priyadi14 Desember 2014 17.14
terimakasih gan, semoga semakin banyak orang2 ygn bisa di bantu
Balas

Prev PostNext Post Beranda


Artikel Terbaru

Galileo Galilei

Aristotles

Archimedes

Albert Einstein

Download Electronic WorkBench

Osiloskop

Multitester

Galvanometer

Pengukuran Tegangan AC / DC dengan Multimeter dan Osiloskop

Peraturan dan Tata Tertib Laboratorium


Artikel Terlaris
Arsip Blog
Komentar
Label
[hide]
Support : Twesco Magazine
Copyright 2013. RIAN PRIYADI - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger

Data 2

LAPORAN PRATIKUM

Klasik

Modul I
Modul II
Modul III

Kartu Lipat

Majalah

Mozaik

Bilah Sisi

Cuplikan

Kronologis

1.
NOV

11

Laporan Alkur

LAPORAN PRAKTIKUM

ALAT UKUR DAN PENGUKURAN


: PENGUKURAN DENGAN MULTIMETER ANALOG
: PENGUKURAN DENGAN MULTIMETER DIGITAL
: PENGENALAN APLIKASI OSILOSKOP

DISUSUN OLEH :
Maulana Ihsan Lubis
D312066

Kelompok 20
PARTNER PRAKTIKUM :
Laela Ardiani D312064
Laela Kurniawati D312065
Maulana Ihsan Lubis D312066
Dikumpulkan Tanggal : 30 Oktober 2012
Asisten Praktikum
: Andra Utama
Muhammad Nur Kholis Nasution
Purna Betaria

LABORATORIUM ELEKTRONIKA & TEKNIK DIGITAL


AKADEMI TEKNIK TELEKOMUNIKASI SANDHY PUTRA
JL. DI. PANJAITAN 128 PURWOKERTO
2012

LAPORAN PRAKTIKUM

ALAT UKUR DAN PENGUKURAN


Modul I

: PENGUKURAN DENGAN MULTIMETER ANALOG

DISUSUN OLEH :
Maulana Ihsan Lubis
D312066
Kelompok 20

PARTNER PRAKTIKUM :
Laela Ardiani
: D312043
Laela Kurniawati
: D312045
Tanggal Praktikum : 18 Oktober 2012
Asisten Praktikum
: Andra Utama
Muhammad Nur Kholis Nasution
Purna Betaria
LABORATORIUM ELEKTRONIKA & TEKNIK DIGITAL
AKADEMI TEKNIK TELEKOMUNIKASI SANDHY PUTRA
JL. DI. PANJAITAN 128 PURWOKERTO
2012
MODUL I
PENGUKURAN DENGAN MULTIMETER ANALOG
I. DASAR TEORI
Multimeter adalah alat test yang sangat berguna, dengan mengoperasikan sakelar banyak
posisi, meter dapat secara cepat dan mudah di jadikan sebagai voltmeter, sebuah ammeter atau
sebuah ohmmeter. Alat ini mempunyai berbagai penetapan pada setiap mempunyai pilihan AC
atau DC. Beberapa multimeter kelebihan tambahan layaknya sebagai pengukur transistor dan
range untuk pengukuran kapasitansi dan frekuensi.[1] Multimeter terbagi atas 2 jenis yaitu
Multimeter analog dan Multimeter Digital. Pada modul ini kita akan membahas tentang
multimeter analog.
A. Pengertian Multimeter Analog
Multimeter Analog atau Multimeter Jarum adalah alat pengkur besaran listrik yang
menggunakan tampilan dengan jarum yang bergerak ke range-range yang kita ukur dengan
probe. Analog tidak dii gunakan untuk mengukur secara detail suatu besaran nilai komponen
tetapi kebanyakan hanya di gunakan untuk baik atau jjeleknya komponen pada waktu
pengukuran atau juga di gunakan untuk memeriksa suatu rangkaian apakah sudah tersambung
dengan baik sesuai dengan rangkaian blok yang ada.[2]
B. Fungsi Multimeter Analog
1. Mengukur nilai Hambatan.
2. Mengukur nilai Dioda.
3. Mengukur nilai Transistor.
4. Mengukur tegangan AC.
C. Bagian bagian Multimeter Analog
1. Sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk.
2. Tombol pengatur jarum penunjuk pada kedudukan zero.
3. Saklar pemilih.
4. Lubang kutub.
5. Saklar pemilih polaritas.
6. Kotak meter.
7. Jarum penunjuk meter.
8. Skala.[5]
D. Penggunaan Multimeter Analog

Sebelum mengukur perhatikan posisi nol jarum set bila di perlukan dan baca spesifikasi
dan perhatikan penempatan meter yang benar. Sesudah itu saat membaca nilainya manfaatkan
cermin.[3]
E. Pengkuran Multimeter Analog
1. Pengukuran pada dioda.
a. Atur jangkah pada pilihan simbol Ohm( ).
b. Pilih jangkah pada pengukuran Ohm (x1, x10, x100, x1K / 10K ).
c. Hubungkan Probe Hitam pada Anado dan Probe Merah pada Katoda.
d. Pastikan bahwa pada layar jarum akan bergerak menuju nilai Resistansi rendah(forward).
e. Apabila pengukuran di balik Probe Hitam pada Katoda dan Probe Merah pada Anoda, Maka
pada layar jarum tidak akan bergerak (Reverse).
f. Begitulah sifat Dioda sebagai komponen semi konduktor.
( menghantarkan dalam satu arah/ forward bias/ bias maju, kalau pada posisi reverse bias/ bias
terbalik maka dioda tidak dapat menghantarkan arus/ menghambat arus)
2. Pengukuran pada Resistansi.
a. Atur jangkah pada pilihan simbol Ohm ( ).
b. Pilih jangkah pada pengukuran Ohm (x1, x10, x100, x1K / 10K).
c. Tiap kali jangkah di pindah pada posisi Ohm (x1, x10, x100, x1K / 10K) maka harus selalu
melakukan calibrasi agar pengukuran resistansinya akurat.
d. Cara melakukan calibrasi pada pengukuran resistansi, Probe Merah & Hitam kita hubungkan
maka jarum akan menyimpang ke posisi Nol.
e. Apabila jarum belum sampai pada posisi Nol maka knop ADJ untuk Ohm Meter dapat di putar
untuk mengatur jarum supaya tepat pada posisi Nol.
f. Kalau knop ADJ Ohm Meter sudah di putar-putar tetapi tidak mau sampai pada posisi Nol
berarti batu baterai yang ada pada Multimeter harus di ganti.
g. Hubungkan Probe Hitam & Probe Merah pada resistor yang akan di ukur resistansinya(probe di
bolak balik tidak masalah).
h. Setelah Probe terhubung maka di layar Multimeter Jarum akan bergerak yang menunjukan nilai
resistansinya.
3. Pengukuran tegangan AC.
a. Atur jangkah pada posisi ACV.
b. Usahakan pengukuran pada skala yang paling besar supaya jarum Multitester menyimpangnya
tidak over apabila nilai tegangan belum di ketahui.
c. Hubungkan Probe Hitam dan Probe Merah pada rangkaian yang akan di ukur tegangannya
secara paralel(Probe di bolak balik tidak masalah karena pengukuran tegangan bolak balik/AC)
d. Hasil pengukuran dapat di lihat pada layar Multimeter Analog pada skala warna merah.

II. HASIL DATA


A. Resistor
Nilai Sebenarnya
47

Hasil Pengukuran

Tombol Putar

34

X1

220

210

X10

5.6 k

5.1 k

X1k

47 k

45 k

X1k

Gambar pengukurun resistor.


B. Dioda
Jenis Dioda
IN4007

Hasil
Kondisi Baik
Tidak Bocor

Gambar pengukuran dioda.

C. Kapasitor
Jenis Transistor
10F (Polar)

Hasil
Kondisi Baik
Tidak Bocor
Kondisi Baik

1F (Non-Polar)

Tidak Bocor

Gambar pengukuran kapasitor.

D. Transistor
Jenis Transistor
PNP
NPN

Hasil
Kondisi Ba
ik
Kondisi Baik

Gambar pengukuran transistor.

E. Tegangan 1 phasa
Hasil pengukuran = (500/2) x 4.2 = 1050V.

Gambar hasil pengukuran tegangan 1 phasa

III.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Multimeter adalah suatu alat perhitungan yang berfungsi untuk mengukur tegangan,
hambatan dan arus serta untuk mengetahui baik atau tidaknya suatu komponen tertentu. Dalam
pratikum ini kita akan membahas Multimeter Analog.
Multimeter Analog selain di gunakan untuk menghitung besarnya nilai dari suatu
tegangan,hambatan dan arus, multimeter ini juga di gunakan untuk mengetahui baik atau
tidaknya suatu komponen seperti komponen dioda, kapasitor, dan transistor serta mengukur
tegangan AC 1 phasa.
Dalam perhitungan menggunakan multimeter analog kita harus melakukan kalibrasi
pada multimeter analog yang kita gunakan. Kalibrasi adalah mengembalikan kedudukan jarum
pada kedudukan nol, hal ini dilakukan agar perhitungan kita menjadi akurat. Baik dalam
pengukuran ohm meter, volt meter dan amp meter.
Pada pratikum ini kita harus bisa mengukur sebuah resistor dan mengetahui baik atau
tidaknya suatu komponen dioda, transistor PNP dan NPN dan kapasitor polar dan bipolar.
Resistor adalah terminal dua komponen elektornik yang menghasilkan tegangan pada
terminal yang sebanding dengan arus listrik. Komponen resistor termasuk ke dalam komponen
pasif yaitu komponen yang bekerja tanpa memerlukan arus panjar. Pada komponen resistor
biasanya terdapat 4 warna. 3 warna sebagai nilai dan 1 warna sebagai toleransi. Apabila kita
ingin mengukur besarnya nilai dari suatu komponen resistor terlebih dahulu kita harus mengatur
tombol putar pada multimeter yang kita gunakan sesuai dengan kapasitas nilai dari resistornya,
setelah itu lakukan kalibrasi supaya dapat menghasilkan nilai yang baik. Sedangkan untuk
pemasangan probenya kita dapat memasangnya secara bolak balik.
Dioda adalah jenis komponen pasif yang berfungsi terutama sebagai penyearah. Dioda
memiliki dua kutub yaitu kutub anoda sebagai kutub positif dan kutub katoda sebagai kutub
negatif. Pada pratikum yang kami lakukan kami menggunakan dioda jenis 1N4007. Pengecekan
dioda dilakukan untuk mengetahui baik atau rusaknya dan bocor atau tidaknya skomponen dioda
tersebut. Sebelum melakukan pengecekan pada sebuah dioda kita harus mengatur tombol
putarnya pada x1. Setelah itu kita lakukan kalibrasi pada multimeter analog, kemudian atur probe
hitam ke anoda dan probe merah ke katoda untuk mengetahui baik atau tidaknya suatu
komponen setelah itu atur probe hitam ke katoda dan probe merah ke anado untuk mengetahui
bocor atau tidaknya komponen dioda tersebut.
Selanjutnya pada pratikum ini kita juga mengukur komponen kapasitor, nama lain dari
komponen kapasitor adalah condensator. Sama hal nya dengan komponen resistor, komponen
kapasitor termasuk ke dalam komponen pasif yaitu komponen yang bekerja tanpa memerlukan
arus panjar. Kapasitor menurut polaritasnya terbagi atas dua yaitu kapasitor polar dan kapasitor
bipolar.
Perbedaan kapasitor polar dan bipolar adalah pada kapasitor polar memiliki polaritas
positif dan negativ sehingga dalam pemasangannya maupun pengukurannya harus
memperhatikan kaki kakinya. Sedangkan pada kapasitor bipolar tidak sehingga dalam
pemasangannya maupun pengukurannya dapat di ukur dan di pasang bolak balik.
Dalam pengecekan komponen kapasitor kita hanya untuk mengetahui baik atau
tidaknya komponen kapasitor. Cara pengecekannya sama dengan pengecekan dioda yang
berbeda pada komponen kapasitor kita dapat mengatur probe sesuai dengan keinginan kita.
Dalam pratikum ini kita juga melakukan pengecekan pada transistor. Transistor adalah
suatu komponen alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan
penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya.

Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau
tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber
listriknya.
Pada umumnya transitor memiliki 3 terminal yaitu basis,emitor dan kolektor. Tegangan
yang di satu terminalnya misalnya Emitor dapat dipakai untuk mengatur arus dan tegangan yang
lebih besar daripada arus input Basis, yaitu pada keluaran tegangan dan arus output Kolektor.
Transistor terbagi atas 2 jenis yaitu transistor PNP (positif negatif positif) dan transistor NPN (negatif
positif negatif).
Dalam pegecekan transistor sama halnya dengan pengecekan kapasitor tetapi yang
berbeda adalah pada transistor PNP letak probe hitam di hubungkan pada kaki emitor atau kaki
kolektor sedangkan probe merah di hubungkan pada kaki basis. Sedangkan pada transistor NPN
letak probe hitam di hubungkan pada kaki basis sedangkan pada probe merah di hubungkan pada
kaki emitor dan kolektor.
Pada pengukuran tegangan 1 phasa kita atur tombol putar pada posisi 500 ACV, setelah
itu kita lakukan kalibrasi. Letakkan probe pada lobang stop kontak dan lihatlah nilainya pada display
multimeter. Setelh kita mengetahui nilai pada multimeter kita masukkan ke dalam rumus yang telah
di beritahukan supaya mendapatkaan nilai dari hasil pengukurannya.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN.
1. Multimeter dapat di operasikan dengan sakelar banyak posisi, meter dapat di ubah menjadi
Ampmeter, Voltmeter dan Ohmmeter secara cepat dan mudah.

2. Multimeter analog biasanya di gunakan untuk mengetahui baik atau tidaknya suatu komponen di
karenakan apabila mengukur nilai suatu komponen, multimeter analog kurang akurat dalam hasil
pengukurannya.
3. Kalibrasi adalah cara yang di lakuakan untuk mengembalikan kedudukan jarum pada kedudukan
nol.
B. SARAN.
1. Sebelum kita melakukan pengukuran ataupun pengecekan suatu komponen, kita harus
melakukan kalibrasi terlebih dahulu.
2. Apabila kita ingin mengukur suatu tegangan kita harus mengatur tombol putar pada posisi ACV.
3. Berhati-hati dalam penggunaan multieter, di karenakan apabila kita salah dalam mengatur
tombol putar dapat mengakibatkan rusaknya multimeter tersebut.

V. DAFTAR PUSTAKA

1.
2.
3.

http://www.reocities.com/pengukuran_listrik/Multimeters.htm
http://elektronika-dasar.com/instrument/multimeter-elektronik-analog/
http://labdasar.ee.itb.ac.id/lab/EL2193/0910/kuliah/EL2193%20Edit/Percobaan%201a.pdf

VI. LAMPIRAN
Pertanyaan dan Jawaban
Carilah hambatan pengganti dari rangkaian berikut :

Jawab :
R1 = 47
R3 = 5600
R2 = 220
R4 = 47000
R seri = R1 + R2 + R3 + R4
R seri = 47 + 220 + 5600 + 47000 = 52867 = 52,867 k
Carilah hambatan penganti dari rangkaian berikut:

Jawab :
R1 = 47
R2 = 220

R3 = 5600
R4 = 47000
=
=
= 0. 02602

Rparalel = 38.42

LAPORAN PRAKTIKUM

ALAT UKUR DAN PENGUKURAN


Modul II

: PENGUKURAN DENGAN MULTIMETER DIGITAL

DISUSUN OLEH :
Maulana Ihsan Lubis
D312066
Kelompok 20
PARTNER PRAKTIKUM :
: D312043
: D312045
: 18 Oktober 2012
: Andra Utama
Muhammad Nur Kholis Nasution
Purna Betaria
LABORATORIUM ELEKTRONIKA & TEKNIK DIGITAL
AKADEMI TEKNIK TELEKOMUNIKASI SANDHY PUTRA
JL. DI. PANJAITAN 128 PURWOKERTO
Laela Ardiani
Laela Kurniawati
Tanggal Praktikum
Asisten Praktikum

2012
MODUL II
PENGUKURAN DENGAN MULTIMETER DIGITAL
I. DASAR TEORI
A. Pengertian.

Multimeter digital adalah alat ukur yang dapat mengukur besar-besaran elektronik dimana
besaran tersebut dapat di baca dengan jelas sehingga mengurangi tingkat kesalahan dalam
menentukan nilai besaran kelistrikan.[1]Dalam multimeter digital hasil pengukuran langsung
dapat di baca dalam bentuk angka yang tampil pada layar display.[2]

B.

1.
2.
3.
4.
5.
C.
1.
a.
b.
c.

Gambar multimeter digital[2]


Catatan Penggunakan Multimeter Digital.
Perhatikan baik baik beberapa catatan dalam penggunaan multimeter digital. Kesalahan
dalam penggunaan multimeter dapat menyebabkan fuse pada multimeter putus. Putusnya fuse
dapat mengakibatkan pemotongan nilai sebesar minimal 10.[3]
Dalam keadaan tidak di pakai, selector sebaiknya pada kedudukan AC volt pada harga skala
cukup besar (misalnya 250 volt). Hal ini di maksudkan untuk menghindari kesalahan pakai yang
membahayakan multimeter.
Sebelum mulai mengukur suatu besaran listrik perhatikanlah lebih dahulu besaran apakah yang
mau di ukur dan kira kira berapakah besarannya, kemudian pilihlah kedudukan selector dan
skala manakah yang akan di gunakan.
Pada waktu mulai melakukan pengukuran arus dan tegangan, bila tidak dapat di passtikan
besarnya arus / tegangan tersebut, maka mulailah dari bataas ukur yang paling besar.
Pada pengukuran tegangan dan arus, pembacaan meter akan paling teliti bila penujukan jarum
terletak di daerah dekat skala penuh, sedangkan pada pengukuran resistansi jarum terletak pada
pertengahan skala.
Harus diperhatikan pengukuran resistansi hanya boleh di lakukan pada komponen atau rangkaian
tidak mengandung sumber tegangan.[3]
Pengukuran Komponen.
Persiapaan awal.
Sebelum melakukan pengukuran kita harus melakukan persiapan awal, persiapan awal
sebelum anda melakukan Multimeter Digital adalah :
Baca buku petunjuk penggunaan (manual instruction)
Multimeter adalah alat ukur yang dapat di gunakan untuk mengukur tegangan (Multimeter
sebagai Voltmeter), mengukur arus (Multimeter sebagai Amperemeter), mengukur tahanan
(Multimeter sebagai Ohmmeter).
Sebelum dan sesudah Multimeter di gunakan, posisi saklar jangkauan ukur harus selalu berada
pada posisi ACV dengan batas ukur (range) 250ACV atau lebih.

d. Kabel probe selalu berwarna merah dan hitam. Hubungka probe merah pada ke lubang yang
bertanda (+) pada multimeter dan probe hitam ke lubang (-) pada multimeter.
e. Jangan sekali kali mengukur kuat arus listrik, kecuali kita sudah dapat memperkirakan
besarnya kuat arus yang mengalir.
f. Berhati hatilah pada ssaat mengukur tegangan listrik sebesar 220V.[2]
2. Pengukuran komponen Resistor.
a. Atur multimeter untuk range yang lebih besar dari yang anda harapkan untuk di ukur
resistensinya.
b. Perhatikan bahwa multimeter menunjukan layar off the scale (biasanya kosong kecuali untuk 1
sebelah kiri).
c. Sentuh probe multimeter bersama-sama dan periksa bahwa multimeter membaca angka nol.
d. Jika tidak membaca nol, putar saklar ke Set Zero jika multimeter anda memiliki fungsi ini dan
coba lagi.
e. Pasang probe di antara komponen.
f. Hindari sentuhan lebih dari satu kontak pada waktu bersamaan atau akan terjadi salah
pembacaan. [1]
3. Pengujian komponen Dioda.
a. Multimeter digital memiliki pengaturan khusus untuk pengujian dioda, biasanya diberi label
dengan simbol dioda.
b. Hubungkan kabel merah ke anoda dan kabel hitam ke katoda. Dioda harus terjadi konduksi dan
multimeter akan menampilkan nilai.
c. Balikkan koneksi, dioda tidak harus terjaddi konduksi sehingga multimeter akan menampilkan
off the scale(biasanya kosong kecuali untuk sebelah kiri).[1]

II. HASIL DATA


1. Resistor
Langkah langkah pengukuran Resistor.

Hubungkan probe merah pada tanda ohm atau V dan hitam pada tanda com pada multimeter
digital.

Tekan tombol power.

Tekan tombol (ohm) pada multimeter.

Kalibrasi alat ukur dengan menempelkan kedua probe.

Atur skala range yang digunakan, dengan menekan tombol range.

Hubungkan probe dengan kaki resistor.

Tekan hold untuk mencatat pengukuran.

Catat hasil pengukuran besar tahanan resistor.


Nilai Komponen
47
47k
220
5.6k

Hasil Pengukuran
6.7
6.6k
219.6k
5.57k

46.7

219.6k

46.6k

5.57k
Gambar Simulasi Pengukuran Resistor

2. Dioda
Langkah langkah pengukuran pada Dioda.
Hubungkan probe merah pada tanda V atau ohm dan probe hitam pada
Tekan tombol power.
Tekan tombol
pada multimeter.

tanda com.

Hubungkan kedua probe untuk melakukan kalibrasi multimeter.


Hubungkan probe merah pada anoda dan probe hiram pada kaki katoda.
Atur skala range yang digunakan dengan tekan tombol range.
Tekan hold untuk mencatat hasil pengukuran.
Catat hasil pengukuran.
Tipe Komponen
: 1N4007
Probe
: Merah Anoda
Hitam Katoda
Indikator
: Menunjukan nilai pengukuran sebesar 0.554V
Kondisi
: Baik tidak bocor
Tipe Komponen
: 1N4007
Probe
: Merah Katoda
Hitam Anoda
Indikator
: Tidak menunjukkan nilai
Kondisi
: Baik tidak bocor

0.554V
Gambar Simulasi Pengukuran Dioda

0.554V

3. Kapasitor
Langkah langkah pengukuran pada Kapasitor.
Hubungkan probe merah pada tanda ohm dan probe hitam pada tanda com.
Tekan tombol power.
Tekan C pada multimeter.
Atur skala range sesuai yang akan digunakan dengan menekan tombol range.
Hubungkan probe dengan kaki kaki kapasitor.
Tekan tombol hold untuk mencatat hasil pengukuran.
Catat hasil pengukuran.
Jenis Kapasitor
10F (Polar)
1F (Non Polar)

13.78 F
4.

Hasil Pengukuran
13.78 F
1.044 F

1.044 F
Gambar Simulasi Pengukuran Kapasitor

Transistor
Langkah langkah pengukuran pada transistor
Hubungkan probe merah pada tanda V dan probe hitam pada tanda com
Tekan tombol power.

Tekan tombol
pada multimeter.

Hubungkan probe merah pada kaki basis dan hitam pada emitor untuk tipe NPN dan probe
merah pada kaki emitor dan hitam pada kaki basis untuk tipe PNP.
Atur skala range yang digunakan dengan tekan tombol range.
Tekan hold untuk mencatat hasil pengukuran.
Catat hasil pengukuran.
Tipe komponen
: NPN

ikator

kator

Probe

: 1. Merah Basis
Hitam Emitor
2. Merah Emitor
Hitam Basis
: 1. Menunjukkan angka pada pengukuran sebesar
0.469V.
2. Tidak menunjukkan nilai.
Kondisi
: Baik
Tipe komponen
: PNP
Probe
: 1. Merah Emitor
Hitam Basis
2. Merah Basis
Hitam Emitor
: 1. Menunjukkan angka pada pengukuran sebesar
0.690V
2. Tidak menunjukkan nilai
Kondisi
: Baik

0.469V
Tipe NPN

0.690V
Tipe PNP

Gambar Simulasi Pengukuran Transistor


5. Tegangan Listrik
Langkah langkah pengukuran tegangan listrik 1 fase dan 3 fase.
Hubungkan probe merah pada tanda V dan probe hitam pada tanda com
Tekan tombol power.
Tekan tombol V pada multimeter.
Tekan tombol AC/DC untuk mengganti tegangan yang akan di ukur menjadi AC.
Atur skala range dengan menekan tombol range.
Untuk 1 fase hubungkan kedua probe dengan stop kontak listrik.
Untuk tegangan listrik 3 phasa hubungkan kedua probe ke klem R,S,T dan N di dalam Box
KWH meter.

Tekan hold untuk mencatat besar tegangan.


Catat hasil pengukuran
Jenis Tegangan
1 Fase
3 Fase
RN

Hasil Pengukuran
224V
201V

S-N

225V

T-N

221V

RS

310V

RT

375V

S-T

221V

6. Arus Listrik 3 fase


Langkah langkah pengukuran arus listrik 3 fase.
Hubungkan probe merah pada tanda A dan hitam pada tanda com.
Putar skala menggunakan Ampere pada tang meter.
Klem pada kabel 3 fase menggunakan tang meter untuk mengukur arus.
Tekan hold untuk mencatat hasil.
Catat hasil pengukuran
Jenis Arus 3 fase
Hasil Pengukuran
R
3.0A
S
2.2A
T
0.4A
N
2.0A
7. Tegangan dan Arus Baterai
Langkah langkah mengukur tegangan pada baterai.
Hubungkan probe merah pada tanda V dan hitam pada tanda com.
Tekan power.
Tekan V pada multimeter.
Tekan jenis arus dengan tombol AC/DC untuk mendapatkan DC.
Hubungkan probe merah pada + dan hitam pada .
Tekan hold untuk mencatat hasil.
Catat hasil pengukuran.
Langkah langkah mengukur arus pada baterai.
Hubungkan probe merah pada tanda A dan hitam pada tanda com.
Tekan power.
Tekan 20mA pada multimeter.
Pilih jenis arus yang akan di ukur dengan tekan tombol AC/DC.

Hubungkan probe merah pada + dan hitam pada .


Tekan hold untuk mencatat hasil.
Catat hasil pengukuran.
Tegangan
Arus

1.515V
2.90A

III. ANALISA DAN PEMBAHASAN


Multimeter adalah suatu alat perhitungan yang berfungsi untuk mengukur tegangan,
hambatan dan arus serta untuk mengetahui baik atau tidaknya suatu komponen tertentu.
Sebelumnya kita telah membahas tentang multimeter analog dan pada pratikum ini kita akan
membahas multimeter digital.
Multimeter digital adalah alat ukur yang dapat mengukur besar-besaran elektronik
dimana besaran tersebut dapat di baca dengan jelas sehingga mengurangi tingkat kesalahan
dalam menentukan nilai besaran kelistrikan. Dalam multimeter digital hasil pengukuran langsung
dapat di baca dalam bentuk angka yang tampil pada layar display. Perbedaan multimeter analog
dengan multimeter digital terletak pada cara penggunaannya dan membaca nilai hasil
pengukuran pada displaynya. Pada multimeter analog untuk menujukan hasil pengukurannya
dengan cara melihat jarum pada display multieter analog, sedangkan pada multimeter digitak
hasil pengukurannya dalam bentuk digit atau angka.
Sebenarnya fungsi dari multimeter digital sama dengan fungsi dari multimeter analog
tapi dalam keakuratannya dalam mengukur suatu komponen, multimeter digital lebih baik
daripada multimeter analog.
Dalam melakukan pengukuran dengan menggunakan multimeter digital, sama hal nya
dengan melakukan pengukuran pada multimeter analog, kita harus melakukan kalibrasi terlebih
dahulu pada multimeter digital. Kalibrasi pada multimeter digital adalah mengembalikan posisi
atau kedudukan nilai pada display multimeter digital pada keadaan nol.
Sama halnya pada pratikum sebelumnya pada pratikum ini kita akan mengukur resistor
dan tegangan serta melakukan pengecekan pada komponen dioda, kapasitor polar, kapasitor
bipolar, transistor PNP(Positif Negatif Positif) dan transistor NPN(Negatif Positif Negatif).
Resistor adalah terminal dua komponen elektornik yang menghasilkan tegangan pada
terminal yang sebanding dengan arus listrik. Komponen resistor termasuk ke dalam komponen
pasif yaitu komponen yang bekerja tanpa memerlukan arus panjar. Pada komponen resistor
biasanya terdapat 4 warna. 3 warna sebagai nilai dan 1 warna sebagai toleransi. Apabila kita
ingin mengukur besarnya nilai dari suatu komponen resistor terlebih dahulu kita harus mengatur
tombol putar pada multimeter yang kita gunakan sesuai dengan kapasitas nilai dari resistornya,
setelah itu lakukan kalibrasi supaya dapat menghasilkan nilai yang baik. Sedangkan untuk
pemasangan probenya kita dapat memasangnya secara bolak balik. Untuk mengetahui hasil dari
pengukuran kita harus mengurangi nilai pada hasil pengukuran multimeter digital dengan nilai
dari kalibrasi.
Sama halnya dengan komponen resistor, komponen dioda termasuk dalam komponen
pasif yaitu komponen komponen yang bekerja tanpa memerlukan arus panjar. Fungsi dari
komponen ini adalah sebagai penyearah. Komponen dioda memiliki dua kutub yaitu kutub
positif(Anado) dan kutub negatif(Katoda). Pada pratikum yang kami lakukan kami menggunakan
dioda jenis 1N4007. Pengecekan dioda dilakukan untuk mengetahui baik atau rusaknya dan
bocor atau tidaknya komponen dioda tersebut. Apabila kita ingin melakukan pengecekan dioda
dengan menggunakan multimeter digital,caranya hampir sama seperti kita melakukan
pengecekan dengan menggunakan multimeter analog, yang membedakannya adalah pada
multimeter digital kita harus menghubungkan probe merah ke lubang merah yang bertanda V
dan probe hitam ke lubang yang bertanda com, dan menekan tombol lambang dioda pada
multimeter digital.
Selanjutnya pada pratikum ini kita juga mengukur komponen kapasitor, nama lain dari
komponen kapasitor adalah condensator. Sama hal nya dengan komponen resistor, komponen

kapasitor termasuk ke dalam komponen pasif yaitu komponen yang bekerja tanpa memerlukan
arus panjar. Kapasitor menurut polaritasnya terbagi atas dua yaitu kapasitor polar dan kapasitor
bipolar.
Perbedaan kapasitor polar dan kapsitor bipolar adalah pada kapasitor polar
memiliki polaritas positif dan negativ sehingga dalam pemasangannya maupun pengukurannya
harus memperhatikan kaki kakinya. Sedangkan pada kapasitor bipolar tidak sehingga dalam
pemasangannya maupun pengukurannya dapat di ukur dan di pasang bolak balik.
Dalam pengecekannya dengan menggunakan multimeter digital kita harus
menghubungkan probe merah pada lubang merah yang bertanda C dan probe hitam ke lubang
hitam yang bertanda com pada multimeter digital dan kita juga harus menekan tombol C pada
multimeter tersebut.
Pada pengecekan komponen resistor, cara yang dilakuakaan sama seperti melakukan
pengcekan pada komponen kapasitor, yang membedakannya adalah pada kapasitor kita menekan
tombol C sedangkan pada transistor kita menekan tombol berlambang dioda. Dan pada
pengukuran transitor apabila kita akan menghubungkan probe kita harus memperhatikan kakikakinya sesuai dengan jenisnya komponen transistor tersebut.
Untuk pengukuran tegangan dan arus pada baterai kita harus menekan tombol V apabila
kita ingin mengukur tegangan dan tombol A apabila kita ingin mengukur arus dan mengubah
jenis tegangan nya menjadi DC dengan menekan tombol DC/AC.jika ingin melakukan
pengukuran pada panel listrik langkah yang kita lakukan sama seperti mengukur baterai, tetapi
pada pengukuran 3 phasa kita harus mengubah jenis tegangan nya menjadi DC dengan menekan
tombol AC/DC.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN.
1. Multimeter dapat di operasikan dengan sakelar banyak posisi, meter dapat di ubah menjadi
Ampmeter, Voltmeter dan Ohmmeter secara cepat dan mudah.
2. Multimeter digital adalah multimeter yang menunjukan hasil penilaianya dengan digit atau
angka.
3. Hasil pengukuran sama dengan nilai pada multimeter di kurangi dengan nilai kalibrassi.
4. Perbedaan multimeter digital dan analog terletak padda cara penggunaanya.
B. SARAN.
1. Sebelum kita melakukan pengukuran ataupun pengecekan suatu komponen, kita harus
melakukan kalibrasi terlebih dahulu.

2. Apabila ingin melakukan pengukuran pada tegangan pada baterai kita harus mengubah AC
menjadi DC dengan menekan tombol AC/DC, sedangkan pada listrik 3 phasa jenis tegangan
pada muultimeteer digital harus AC.
3. Berhati-hati dalam penggunaan multieter, di karenakan apabila kita salah dalam mengatur
tombol putar dapat mengakibatkan rusaknya multimeter tersebut.

V. DAFTAR PUSTAKA
1. http://elektronika-dasar.net di akses pada tanggal 16 oktober 2012 pada jam 17.03 WIB.
2. http://smkn3amuntai.files.wordpress.com/2010/10/modul_multimeter.pdf di akses pada tanggal
16 oktober 2012 pada jam 17.17 WIB.
3. http://labdasar.ee.itb.ac.id/lab/EL2193/0809/Percobaan%201%20Instrumentasi
%20Laboratorium.pdf di akses pada tanggal 16 oktober 2012 pada jam 17.57 WIB.

VI. LAMPIRAN
Pertanyaan dan Jawaban
Pertanyaan :
Ukur tahanan dari resistor yang disediakan satu persatu dan ukur pula rangkaian resistor sesuai
dengan gambar.

Jawaban :
Nilai Resistansi

R1 = 47, R2 = 220, R3 = 5.6k, R4 = 47k


Hasil Perhitungan :
Rseri = R1 + R2 + R3 + R4
= 47 + 220 + 5600 + 47000 = 52867

R1 = 47, R2 = 220, R3 = 5.6k, R4 = 47k


Hasil Perhitungan :

LAPORAN PRAKTIKUM

ALAT UKUR DAN PENGUKURAN


Modul III : PENGENALAN APLIKASI OSILOSKOP

DISUSUN OLEH :
Maulana Ihsan Lubis
D312066
Kelompok 20
PARTNER PRAKTIKUM :
Laela Ardiani
: D312043
Laela Kurniawati
: D312045
Tanggal Praktikum : 18 Oktober 2012
Asisten Praktikum
: Andra Utama
Muhammad Nur Kholis Nasution
Purna Betaria
LABORATORIUM ELEKTRONIKA & TEKNIK DIGITAL
AKADEMI TEKNIK TELEKOMUNIKASI SANDHY PUTRA
JL. DI. PANJAITAN 128 PURWOKERTO
2012
MODUL III
PENGENALAAN APLIKASI OSILOSKOP

I.

DASAR TEORI
A. Pengertian

Osiloskop adalah alat ukur yang mana dapat menunjukan kepada kita bentuk dari
sinyal listrik dengan menunjukan grafik dari tegangan terhadap waktu pada layarnya. Itu seperti
layaknya voltmeter dengan fungsi kemampuan lebih, penampilan tegangan berubah terhadap
waktu, sebuah graticule setiap 1 cm grid membuat kita dapat melakukan pengukuran dari
tegangan dan waktu pada layar (screen).[1]

Gambar Osiloskop[2]
B. Bagian-bagian Osiloskop beserta fungsinya

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Gambar bagian dari Osiloskop[3]


Volt atau div berfungsi untuk mengeluarkan tegangan AC, mengatur berapa nilai tegangan yang
di awali oleh satu div di layar.
CH(input X) berfungsi untuk memasukan sinyal atau gelombang yang di ukur atau pembacaan
posisi horizontal.
AC-DC berfungsi untuk memilih besaran yang di ukur dan mengatur fungsi kapasitor kopling di
terminal masukan osiloskop.
Ground berfungsi untuk memilih besaran yang di ukur.
Posisi Y berfungsi untuk mengatur posisi garis atau tampilan layar atas bawah dan untuk
menyeimbangkan DC vertical guna pemakaian channel.
Variabel berfungsi untuk kalibrasi osiloskop.
Selektor pilih berfungsi untuk memilih channel yang di perlukan untuk pengukuran.
Layar berfungsi untuk menampilkan bentuk gelombang.
Inten berfungsi untuk mengatur cerah atau tidaknya sinar pada layar osiloskop.

10. Rotation berfungsi untuk mengatur posisi garis pada layar.


11. Fokus berfungsi untuk menajamkan garis pada layar untuk mendapatkan gambar yang lebih
jelas.
12. Position X berfungsi untuk mengatur posisi garis atau tampilan kiri dan kanan, untk mengatur
posisi normal sumbu X (ketika sinyal masukannya nol)
13. Sweep time/div berfunggsi untuk mengatur waktu periode(T) dan frekuensi(f), mengatur berapa
nilai waktu yang di wakili oleh satu div di layar.
14. Mode berfungsi untuk memilih mode yang ada.
15. Variabel berfungsi untuk kalibrasi waktu periode ke frekuensi.
16. Level berfungsi untuk menghentikan gerak tampilan layar.
17. Exi Trigger berfungsi untuk trigger dari luar.
18. Power berfungsi untuk menghidupkan Osiloskop.
19. Cal 0,5 Vp-p berfungsi untuk kalibrasi awal sebelum Osiloskop di gunakan.
20. Ground berfungsi untuk melihat letak posisi ground di layer, ground Osiloskop yang di
hubungkan dengan ground yang di ukur.
21. CH2 (input Y) berfungsi untuk memasukkan sinyal atau gelombang yang di ukur atau
pembacaan vertikal.[3]
C. Langkah langkah percobaan.
1. Masukan kabel power pada socket input 220volt yang terdapat pada bagian belakang osiliskop.
2. Masukan socket probe osilioskop pada channel 1 (X) atau channel 2 (Y).
3. Masukkan kabel power (steker) pada stop kontak.
4. Atur MODE pada channel 1 (X) atau channel 2 (Y).
5. Atur COUPLING pada AC/DC & SOURCE pada channel 1 (X) atau channel 2 (Y).
6. Hidupkan osiloskop dengan menekan tombol power & lampuu indikatorpun akan menyala.
7. Kalau di layar osiloskop belum ada tampilan garis horizontal maka atur holdoff pada posisi auto
dan pada level tombol lock di tekan.
8. Setelah ada tampilan garis horizontal pada layar osiloskop atur fokus dan intensitas cahaya agar
tampilan gelombang enak di lihat.
9. Hubungkan
ujung
probe
osiloskop
pada
Calibrasi
(CAL).

Gambar ujung probe osiloskop di hubungkan pada kalibrasi.[1]


10. Pada layar akan tampil gambar gelombang (gelombang kotak).

Gambar gelomang sinyal.[1]


11. Atur posisi vertikal dan horizontal gelommbang agar mudah dalam melakukan perhitungan
(periode, frekuensi dan volt peak to peak) untuk pengkalibrasian osiloskop.
12. Atur Volt/Div pada posisi 1 V dan Time/Div pada 0,5mS(.5mS).
13. Tinggi gelombang harus 2 Div (2 kotak) karena pada posisi tercatat 2 Vpp, kalau tidak sampai 2
Vpp atur variabel pada channel 1 (X) atau channel 2 (Y) untuk mengatur tinggi gelombang agar
mencapai 2 Vpp.
14. Panjang 1 gelombang penuh harus 2 div horizontal (2 kotak horizontal).
15. Rumus menghitung Periode : T=Div Horizontal x Time/Div=...S.
16. Rumus menghitung frekuensi : F=1/T=...Hz.
17. Rumus menghitung Volt Peak to Peak : Vpp=Div Vertikal x Volt/Div=...Vpp.
18. Rumus menghitung Volt Peak : Vp=Vpp/2=...Vp.
19. Rumus menghitung Volt RMS (Root Mean Square) : Vrms=Vp x 70,7%=Vp x 0.707=... Vrms.

II. HASIL DATA


1. Cara Menghidupkan dan Mengkalibrasi Osiloskop
Tekan tombol power hingga lampu On menyala.
Atur kedudukan tombol-tombol time/div dan volt/div baik untuk channel 1 ataupun channel 2
pada posisi CAL.
Hubungkan probe masing-masing input channel ke input CAL, jika belum sama aturlah tombol
volt/div pada channel yang akan dikalibrasi.
Memilih input channel yang akan dikalibrasi dan ditampilkan pada layar osiloskop
menggunakan tombol CH I/II.
Tampilan gelap-terang diatur dengan tombol intens.
Untuk memfokuskan tampilan diatur dengan tombol focus.
Kedudukan tampilan gambar diatur dengan Y position channel 1 dan X position channel 2.
Channel I

Gambar Hasil Kalibrasi

Time/div = 0,5
Volts/div = 1
CAL
= 2V

CAL = 2 = 2
Volts/div 1

Channel II

Gambar Hasil Kalibrasi

Time/div = 0,5
Volts/div = 1
CAL
= 2V

CAL = 2 = 2
Volts/div 1

2. Mengukur Tegangan Peak to Peak (Vpp)


Tegangan AC dari suatu Trafo dapat diukur dengan CRO.
Hubungkan kutub trafo ke input X (Channel 1).
Atur tombol Volt/div Channel 1 pada kedudukan yang bisa dibaca.
Gunakan tombol X position dan Y position
Gunakan tombol Time/div untuk mengatur agar gambar tampak stabil.

Vpp = A x Volts/div
= 3.6 x 5 Volt
= 18
Vrms = 0.5 x 0.7 x Vpp
= 0.5 x 0.7 x 18
= 6.3
Time/div = 5
Volt/div = 5
Gambar Hasil Pengukuran Tegangan Vpp
3. Mengukur Frekuensi
Membaca kedudukan Time/div
Mengatur tombol X position untuk mempermudah pembacaan.
Mengukur panjang satu gelombangpenuh ()
f = 1/ T
f = 1/ x Time/div
f = 1/ 4 x 5 ms
f = 1/ 20 ms = 1000/ 20 = 50 Hz

Gambar Hasil Pengukuran Frekuensi


4. Melihat dua gelombang sekaligus secara bersamaan
Hubungkan input Y (Channel 2) pada kutub trafo yang lain.
Lakukan pengesetan tombol-tombol sampai terlihat gelombang yang terbaca pada layar.
Atur kedudukan mode CHOP pada DUAL
Bila kedudukan mode CHOP pada ADD maka gambar yang terlihat adalah hasil penambahan
antara gelombang pada channel 1 dan channel 2.

5. Mengukur Frekuensi PLN dengan cara Lissajous


Selain cara seperti pada percobaan ketiga, frekuensi tegangan PLN dapat diukur dengan
cara membandingkannya dengan frekuensi yang dibangkitkan oleh AFG yang telah diketahui
besarnya.
Hubungkan input channel 1 ke output trafo dan channel 2 ke output FG.
Atur kedudukan tombol XYpada kondisi on dan kedudukan volt/divchannel 1 dan channel 2
pada kedudukan yang sama.

Atur output frekuensi FG sehingga

terbentuk pola-pola interferensi yang menunjukkan bagaimana perbandingan frekuensi antara


gelombang yang masuk pada lempeng horizontal fH (channel 1) dan gelombang yang masuk
pada lempeng vertikal fV (channel 2). Catat tampilan yang terbentuk dan besar frekuensinya.
fH : fV = 1 : 1
fH/fV = 1/1
50/fV= 1/1
50= fV
f=1/ x Time/div ms
50= 1/ x 5 ms
50 x x 5 ms = 1
= 1/ 250 m
= 1000/ 250
=4

fH : fV = 1 : 2

fH/fV = 1/ 2
50/fV= 1/ 2
100 = fV
f=1/ x Time/div ms
100 = 1/ x 5 ms
100 x x 5 ms = 1
= 1/ 500 m
= 1000/ 500
=2
fH : fV = 1 : 3

fH/fV = 1/ 3
50/fV= 1/ 3
150 = fV
f=1/ x Time/div ms
150 = 1/ x 5 ms
150 x x 5 ms = 1
= 1/ 750 m

= 1000/ 750
= 1.33

fH : fV = 3 : 1
fH/fV = 3/1
50/fV= 3/1
16.67 = fV
f=1/ x Time/div ms
16.67= 1/ x 5 ms
16.67x x 5 ms = 1
= 1/ 83.35 m
= 1000/ 83.35
= 11.9
fH : fV = 2 : 3

fH/fV = 2/3
50/fV= 2/3
75= fV

f=1/ x Time/div ms
75= 1/ x 5 ms
75 x x 5 ms = 1
= 1/ 375 m
= 1000/ 375
= 2.67
6.

Mengukur Beda Fase

1. 90
a = 3,2
A = 3,2
= arc sin ( a/A )
= arc sin ( 3,2/3,2 )
= arc sin (1)
= 90

2. 180
a = 1,6
A = 3,2
= arc sin ( a/A )
= arc sin ( 1,6/3,2 )
= arc sin (0,5)
= 30o

3. 0
a = 0,2
A = 3,4
= arc sin ( a/A )
= arc sin ( 0,2/3,4)
= arc sin (0,06)
= 3,4

4. 45
a = 1,4
A = 3,2

= arc sin ( a/A )


= arc sin ( 1,4/3,2 )
= arc sin (0,44)
=26,10 o

III. ANALISA DAN PEMBAHASAN


Sebelumnya kita telah membahas mengenai alat ukur Multimeter analog dan Multimeter
Digital, pada pratikum ini kita akan membahas aplikasi dari osiloskop, osiloskop adalah alat ukur
dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layar tabung sinar
katoda atau alat ukur yang dapat memetakan sinyal listrik

Fungsi dari osiloskop adalah untuk menganalisa tingkah laku besaran yang berubahubah terhadap waktu yang ditampilkan pada layar, untuk dapat melihat bentuk sinyal yang
sedang diamati. Dengan adanya osiloskop kita dapat mengetahui berapa frekuensi, periode dan
tegangan dari sinyal, dengan sedikit penyetelan kita juga dapat mengetahui beda fasa antara
sinyal masukan dan sinyal keluaran.
Beberapa kegunaan dari osiloskop adalah kita dapat mengukur besaran tegangan listrik
dan hubungannya terhadap waktu, mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi, mengecek
jalannya suatu sinyal pada sebuah rangkaian listrik, untuk membedakan antara arus AC dengan
arus DC dan yang terakhir untuk mengecek noise pada sebuah rangkaian listrik dan
hubungannya terhadap waktu.
Didalam osiloskop terdapat tabung panjang yang di sebut tabung sinar katoda
atau Cathode Ray Tube(CRT). Secara prinsip osiloskop terbagi atas dua tipe, yaitu tipe analog
(ART Analog Real Time Osciloscope) dan tipe digital (DSO Digital Storage Osciloscope).
Masing masing dari jenis osiloskop tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing
masing. Perbedaan dari masing masing jenis osiloskop ini adalah, pada osiloskop analog
menggunakan tegangan yang diukur untuk menggerakkan berkass electron dalam tabung sesuai
gambar yang diukur sedangkan pada osiloskop digital, osiloskop ini memcuplik bentuk
gelombang yang diukur dengan menggunakan ADC (Analog to Digital Converter) untuk
mengubah besaran tegangan yang di cuplik menjadi besaran digital.
Osiloskop itu terdiri dari dua bagian utama yaitu display dan panel kontrol, display itu
berfungsi sebagai tempat sinyal uji ditampilakn dan display itu seperti tampilan layar televisi
tetapi perbedannya kalau tampilan televisi berwarna warni sedangkan pada display osiloskop
tidak. Pada display ini terdapat dua garis-garis yang melintang secara vertikal dan secara
horizontal yang membentuk kotak-kotak yang disebut dengan div. Arah garis dari vertikal untuk
menunjukan sumbu tegangan sedangakn arah garis dari horizontal untuk menunjukan sumbu
waktu. Display atau layar osiloskop terbagi atas 8 kotak skala besar dalam arah vertikal dan 10
kotak dalam arah Horizontal. Tiap kotak di buat skala yang lebih kecil dan tombil-tombol pada
osiloskop digunakan untuk mengubah nilai skala-skala tersebut. Sedangkan panel control itu
berisi tombol-tombol yang digunakan untuk menyesuaikan tampilan pada layar. Osiloskop juga
terdiri dari dua kanal yang bisa digunakan untuk melihat dua sinyal yang berlainan, sebagai
contoh kanal satu untuk melihat sinyal masukan dan kanal dua untuk melihat sinyal keluaran
ataupun sebaliknya.
Terdapat bebrapa jenis gelombang yang dapat diperlihatkan oleh display osloskop
yaitu : gelombang sinusoida, gelombang blok, gelombang gigi gergaji dan yang terakhir
gelombang segitiga.
Apabila ingin menggunakan osiloskop, osiloskop harus distel atau di atur terlebih
dahulu agar tidak terjadi kesalahan fatal dalam pengukurannya, hal pertama yang harus kita
lakukan sebelum pemakaian adalah pengkalibrasian, kita dapat melakukan kalibrasi dengan
menggunakan tegangan referensi yang terdapat pada osiloskop, ada dua jenis tegangan referensi
yang bisa digunakan sebagai acuan yaitu tegangan persegi 2 Vpp dan 0.2 Vpp dengan frekuensi
1 KHz. Hubungkan probe dengan terminal tegangan acuan maka akan muncul tegangan persegi
pada layar monitor osiloskop. Pada saat kita selesai melakukan kalibrasi yang harus keluar
dilayar adalah garis lurus mendatar jika tidak ada sinyal masukan dan yang harus kita atur adalah
fokus, intensitas, kemiringan, x position dan y positionnya.
Apabila kita ingin melihat bentuk sinyal pada dua tempat yang berbeda dalam suatu
rangkaian elektronik kita dapat melakukan dual trace pada osiloskop. Dual Trace adalah cara

untuk memperagakan dua buah sinyal sekaligus secara bersamaan. Tombol yang digunakan pada
dual trace adalah tombol dual, tombol chop dan tombol inv. Tombol dual di gunakan apabila kita
ingin melihat dua gelombang secara bergantian, tombol chop di gunakan apabila kita ingin
meliihat dua gelombang secara bersamaan, jika kita ingin mengaktifkan tombol ini kita harus
menekan tombol Dual dan tombol Add, sedangkan tombol inv di gunakan untuk mengatur agar
fassanya menjadi sama.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN.
1. Secara umum fungsi dari osiloskop adalah untuk menganalisa tingkaah laku besaran yang
berubah-ubah terhadap waktu yag ditampilkan pada layar, untuk melihat bentuk sinyal listrik
yang sedang kita amati.
2. Terdapat beberapa jenis tegangan gelombang yang terdapat padaa osiloskop yaitu gelombang
sinusoida, gelombang blok, gelombang gigi gergaji dan gelombang segitiga.
3. Cara penggunaan osiloskop adalah pertama pengkalibrasian kemudian menyetel fokus,
intensitas, kemiringan, x position dan y position, setelah probe dikalibrasi maka dengan
menempelkan probe ke terminal tegangan acuan maka akan muncul tegangan persegi pada layar.
4. Layar osiloskop terbagi atas 8 skala besar arah vertikal dan 10 kotak dalam arah horizontal.
B. SARAN.

1. Sebaiknya sebelum kita menggunakan osiloskop kita harus mengetahui cara penggunaanya.
2. Apabila kita ingin menggunakannya sebaiknya osiloskop harus distel atau di atur terlebih dahulu
agar tidak terjadi kesalahan fatal dalam penggunaanya.
3. Mintalah bantuan pembimbing untuk melakukan pratikum.

V. DAFTAR PUSTAKA

1. http://blog.uin-malang.ac.id/ellie/2011/06/osiloskop/ di akses pada tanggal 19 oktober 2012 pada


jam 15.32 WIB.
2. http://web.ipb.ac.id/~henrymanik/pdf/Tutorial%20OSILOSKOP.pdf di akses pada tanggal 19 oktober
2012 pada jam 15.52 WIB.
3. http://ikabuh.files.com/2012/02/tugas-osiloskop.pdf di akses pada tanggal 18 oktober 2012 pada jam
13.28 WIB.

Elektro Mania
Fisika merupakan dasar dari semua ilmu yang ada. Fisika berkembang terus
menerus seiring perkembangan zaman. Aku cinta bumi, aku cinta fisika, dan aku
sobat bumi.
Selasa, 15 Januari 2013

Osiloskop
PERCOBAAN V
OSILOSKOP
I. TUJUAN

3.
4.

1.
Untuk mengetahui pinsip kerja osiloskop
2.
Untuk mengetahui perbedaan tegangan AC dan DC
Untuk mengetahui perbedaan osiloskop analog dan digital
Untuk membandingkan tegangan dari osiloskop dan dari multimeter.

II. LANDASAN TEORI


Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik. Ada beberapa jenis osiloskop
berbasis komputer, dan telah diimplementasikan, salah satu jenis osiloskop digital berbasis komputer menggunakan
sound card yang dikendalikan di bawah sistem operasi Linux.Perangkat keras maupun perangkat lunak yang
mengendalikannya telah diuji fungsi dan kebenarannya, dan sudah dapat berfungsi dengan baik dan benar.
Perangkat keras memiliki kemampuan menerima frekuensi masukan sampai 4 MHz, namun karena
memanfaatkan sound card stereo CMI 8738, frekuensi masukan hanya mencapai 20 kHz sesuai kemampuan sound
card menerima frekuensi pada mode stereo dengan resolusi 16-bit.Perangkat lunak pengendali diimplementasikan
menggunakan program bantu GCC (GNU Compiler Collections) pada Linux, dan dengan memanfaatkan pengolah
grafik X-Window, program ini sudah dapat menampilkan grafik dari sinyal yang diukur sebagaimana tampilan pada
osiloskop dual trace.

Osiloskop yang diimplementasikan dalam penelitian ini dinamai Xoscope dibuat oleh Tim
Witham, memilih dua kanal input yang dapat bekerja secara simultan dan dapat dikembangkan
menjadi delapan kanal input, juga dapat menerima masukan dari ProbeScope Cat.No. 22-310
melalui input port serial (long= frekuensi input bisa mencapai 5 MHz).
Secara umum osiloskop berfungsi untuk menganalisa tingkah laku besaran yang berubahubah terhadap waktu yang ditampilkan pada layar, untuk melihat bentuk sinyal yang sedang
diamati. Dengan Osiloskop maka kita dapat mengetahui berapa frekuensi, periode dan tegangan
dari sinyal dan juga mengukur sinyal. Dengan se dikit penyetelan juga bisa mengetahui beda
fasa antara sinyal masukan dan sinyal
lainnya, yaitu: mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu, mengukur frekuensi sinyal yang
berosilasi, mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangakaian listrik, membedakan arus AC dengan arus DC,
mengecek noise pada sebuah rangkaian listrik dan hubungannya terhadap waktu.

Osiloskop terdiri dari dua bagian utama yaitu display dan panel kontrol. Display
menyerupai tampilan layar televisi hanya saja tidak berwarna warni dan berfungsi sebagai tempat
sinyal uji ditampilkan. Pada layar ini terdapat garis-garis melintang secara vertikal dan horizontal
yang membentuk kotak-kotak dan disebut div. Arah horizontal mewakili sumbu waktu dan garis
vertikal mewakili sumbu tegangan. Panel kontrol berisi tombol-tombol yang bisa digunakan
untuk menyesuaikan tampilan di layar.
Pada umumnya osiloskop terdiri dari dua kanal yang bisa digunakan untuk melihat dua
sinyal yang berlainan, sebagai contoh kanal satu untuk melihat sinyal masukan dan kanal dua
untuk melihat sinyal keluaran. Ada beberapa jenis tegangan gelombang yang akan diperlihatkan
pada layar monitor osiloskop, yaitu: Gelombang sinusoida, Gelombang blok, Gelombang gigi
gergaji, dan Gelombang segitiga.
Secara umum osiloskop hanya untuk circuit osilator ( VCO ) disemua perangkat yg
menggunakan rangkaian VCO. Walau sudah berpengalaman dalam hal menggunakan osiloskop,
kita harus mempelajari tombol instruksi dari pabrik yg mengeluarkan alat itu. Cara menghitung
frequency tiap detik. Dengan rumus sbb ; F = 1/T, dimana F = freq dan T = waktu. Untuk

menggunakan osiloskop haruslah berhati-hati, bila terjadi kesalahan sangat fatal


akibatnya. Prinsip kerja osiloskop yaitu menggunakan layar katoda. Dalam osiloskop terdapat
tabung panjang yang disebut tabung sinar katode atau Cathode Ray Tube (CRT). Secara prinsip
kerjanya ada dua tipe osiloskop, yakni tipe analog (ART - analog real time oscilloscope) dan tipe
digital (DSO-digital storage osciloscope), masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan.
Para insinyur, teknisi maupun praktisi yang bekerja di laboratorium perlu mencermati karakter
masing-masing agar dapat memilih dengan tepat osiloskop mana yang sebaiknya digunakan
dalam kasus-kasus tertentu yang berkaitan dengan rangkaian elektronik yang sedang diperiksa
atau diuji kinerjanya.
Osiloskop analog menggunakan tegangan yang diukur untuk menggerakkan berkas
electron dalam tabung sesuai bentuk gambar yang diukur. Pada layar osiloskop langsung
ditampilkan bentuk gelombang tersebut. Osiloskop tipe waktu nyata analog (ART) menggambar
bentuk-bentuk gelombang listrik dengan melalui gerakan pancaran elektron (electron beam)
dalam sebuah tabung sinar katoda (CRT -cathode ray tube) dari kiri ke kanan. Osiloskop analog
pada prinsipnya memiliki keunggulan seperti; harganya relatif lebih murah daripada osiloskop
digital, sifatnya yang realtime dan pengaturannya yang mudah dilakukan karena tidak ada
tundaan antara gelombang yang sedang dilihat dengan peragaan di layar, serta mampu
meragakan bentuk yang lebih baik seperti yang diharapkan untuk melihat gelombang-gelombang
yang kompleks, misalnya sinyal video di TV dan sinyal RF yang dimodulasi amplitudo.
Keterbatasanya adalah tidak dapat menangkap bagian gelombang sebelum terjadinya event picu
serta adanya kedipan (flicker) pada layar untuk gelombang yang frekuensinya rendah (sekitar 1020 Hz). Keterbatasan osiloskop analog tersebut dapat diatasi oleh osiloskop digital. Sebagai
contoh keseluruhan bidang skala pada Gambar 3 dapat ditutup semua menjadi daerah yang dapat
dilihat oleh mata, misalnya dengan DSO dari Hewlett-Packard HP 54600.
Osiloskop digital mencuplik bentuk gelombang yang diukur dan dengan menggunakan ADC
(Analog to Digital Converter) untuk mengubah besaran tegangan yang dicuplik menjadi besaran
digital. Dalam osiloskop digital, gelombang yang akan ditampilkan lebih dulu disampling
(dicuplik) dan didigitalisasikan. Osiloskop kemudian menyimpan nilai-nilai tegangan ini
bersama sama dengan skala waktu gelombangnya di memori. Pada prinsipnya, osiloskop digital
hanya mencuplik dan menyimpan demikian banyak nilai dan kemudian berhenti. Ia mengulang
proses ini lagi dan lagi sampai dihentikan. Beberapa DSO memungkinkan untuk memilih jumlah
cuplikan yang disimpan dalam memori per akuisisi (pengambilan) gelombang yang akan diukur.
Osiloskop digital memberikan kemampuan ekstensif, kemudahan tugas-tugas akuisisi
gelombang dan pengukurannya. Penyimpanan gelombang membantu para insinyur dan teknisi
dapat menangkap dan menganalisa aktivitas sinyal yang penting. Jika kemampuan teknik
pemicuannya tinggi secara efisien dapat menemukan adanya keanehan atau kondisi-kondisi
khusus dari gelombang yang sedang diukur.
Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik. Pada
kebanyakan aplikasi, grafik yang ditampilkan memperlihatkan bagaimana sinyal berubah
terhadap waktu. Seperti yang bisa anda lihat pada gambar di bawah ini ditunjukkan bahwa pada
sumbu vertical (Y) merepresentasikan tegangan V, pada sumbu horisontal(X) menunjukkan
besaran waktu t. Layar osiloskop dibagi atas 8 kotak skala besar dalam arah vertikal dan 10
kotak dalam arah horizontal, tiap kotak dibuat skala yang lebih kecil.Sejumlah tombol pada

osiloskop digunakan untuk mengubah nilai skala-skala tersebut. Osiloskop Dual Trace dapat
memperagakan dua buah sinyal sekaligus pada saat yang sama. Cara ini biasanya digunakan
untuk melihat bentuk sinyal pada dua tempat yang berbeda dalam suatu rangkaian
elektronik. Kadang-kadang sinyal osiloskop juga dinyatakan dengan 3 dimensi. Sumbu
vertikal(Y) merepresentasikan tegangan V dan sumbu horisontal(X) menunjukkan besaran waktu
t. Tambahan sumbu Z merepresentasikan intensitas tampilan osiloskop. Tetapi bagian ini
biasanya diabaikan karena tidak dibutuhkan dalam pengukuran.
http://osiloskopvivie.blogspot.com/
Osiloskop sinar katoda (cathode ray oscilloscope disingkat CRO) merupakan instrument
(peralatan) yang digunakan secara visual mengamati bentuk gelombang dan melakukan
pengukurannya. Komponen utama dari peralatan ini adalah tabung sinar katoda. Tabung sinar
katoda (CRT) terdiri dari tabung gelas yang sangat hampa berbentuk buah terung. Elektron
dipancarkan dari suatu katoda dan dipancarkan dalam berkas elektron berkecepatan tinggi (sinar
katoda) oleh sejumlah elektroda. Berkas elektron tersebut bergerak lewat ruang hampa dari
tabung dan membentur layar bendar (fluoresen). Sehingga titik cahaya timbul di tempat pada
layar, dimana elektron membentur. Lintasan berkas electron tersebut dapat dibelokkan oleh
tegangan yang diberikan. Biasanya, sinyal yang dipantau membelokkan titik menurut arah
vertical di layar, dan tegangan lain yang sebanding dengan waktu membelokkan titik secara
horizontal. Akibatnya peragaan visual dari sinyal-sinyal sehingga dapat dimungkinkan.
CRT terdiri dari tiga bagian utama seperti berikut: penembak elektron, layar bendar,
dan sistem pembelok. Penembak elektron (electron gun): bagian CRT ini memancarkan
elektron, memusatkannya terjadi berkas sempit dan memfokuskan berkas pada layar bendar.
Penembak elektron ini terdiri dari katoda yang dipanasi tidak langsung, kisi kendali dan
elektroda pemercepat, anoda pemfokus dan anoda pemercepat akhir. Elektroda-elektroda
berbentuk silinder, dan dihubungkan ke kaki-kaki pada basis.
Electron dipancarkan dari katoda kisi kendali dijaga pada tegangan negatif disbanding
dengan katoda; tegangan ini mengendalikan kerapatan electron dalam berkas. Dengan membuat
potensial kisi kendali lebih negatif, maka akibatnya arus berkas berkurang, demikian
pula dengan terangnya titik- titik cahaya. Pengendalian catu kisi dengan demikian keadaan
inimerupakan kendali terang atau kendali intensitas. Layar benda (fluoresen): bagian permukaan
datar CRT dilapis disebelah dalam dengan bahan yang dapat membendar, juga dinamakan fosfor.
Maksudnya dari fosfor ini adalah untuk menghasilkan titik cahaya tampak di tempat dimana
berkas electron membentur layar. Warna cahaya tampak ditentukan oleh fosfor. Untuk osiloskop
serba guna, dibuat cahaya kuning-hijau, karena untuk cahaya inikepekaan mata manusia tinggi.
Salah satu factor penting yang menentukan pemilihan fosfor adalah pasca-bendar atau masih
berlangsungnya pembendaran dan setelah elektron berhenti membentur di titik titik tersebut
pada layar. Akibatnya, titik - titik terangsang yang berurutan pada layar akanmuncul sebagai
lintasan lintasan terusan.
Sistem pembelok (defleksi): sistem pembelok terdiri dari sepasang pelat pembelok
horizontal sepasang pelat pembelok vertical. Sistem ini membelokkan berkas elektron dan
menyapu titik pada layar sesuai dengan tegangan yang diberikan pelat-pelat. Berkas dibelokkan
secara vertical ke atas dan ke bawah oleh tegangan yang diberikan pada pelat pembelok vertical.
Tegangan pada pelat horizontal menggeserkan berkas kesamping, menggerakkan titik ke kiri atau

ke kanan dari titik pusat pada layar. Jika tegangan bolak-balik diberikan ke pelat vertical, titik
akan bergerak ke atas dan ke bawah di layar denngan frekuensi sama dengan frekuensi tegangan
bolak-balik yang diberikan. Penggunaan tegangan bolak-balik pada pelat-pelat pembelok
horizontal
akan
memberikan
kesan
garis
garis horizontal
yang
kontinyu pula.
(D.Chattopadhyay,1989)
Kita seringkali mempunyai sebuah sumber tegangan elektrik bolak-balik yang tersedia dan
kita ingin menurunkan dari sumber tersebut, dengan menggunakan alat elektronik, suatu
perbedaan potensial yang konstan. Misalnya, didalam perangkat televisi (television set), sistem
penghasil bunyi, dan lain sebagainya, maka masukan atau input listrik yang tersedia biasanya
adalah sebuah tegangan gerak elektrik bolak-balik, yang sering kali dinyatakan dengan 120 V
(= rms) dan 60 Hz (= / 2). Dari sini kita perlu menurunkan satu atau lebih perbedaan potensial
yang konstan ( 50 V, 300 V, 1500 V dan lain sebagainya) untuk mengoperasikan sistem
rangkaian (circuitry) alattersebut. Proses ini dinamakan pelurusan (rectification) (secara
harfiah,membuat menjadi lurus) dan alat-alat yang memungkinkan hal tersebut dinamakan
pelurus (rectifier).
Secara fisis, pelurus dapat merupakan alat zat padat seni penghantar (semi conducting solit
state device) atau dioda tabung vakum (vacum tube diodes). Simobol untuk sebuah pelurus
adalah ,dari kiri ke kanan adalah arah hantaran mudah (easy conduction).Jika kita
menghubungkan sebuah osiloskop sinar katoda diantara kedua titik maka osiloskop tersebut akan
mempertunjukan bentuk gelombang (wave form) yang diperlihatkan disebelah kanan. Perhatikan
bahwa Vbc = 0 didalam kasus ini, dengan bagian tengahan yang positif dari gelombang sinus
persis menghilangkan bagian tengahan yang negatifnya. Tidak ada pelurusan yang terjadi yang
merupakan hal yang tak mengherankan karena tidak ada pelurus (rectifier) didalam rangkaian
tersebut.
Rangkaian penyaring tersebut mengandung sebuah induktor ideal L [yakni, induktor yang
tidak mempunyai sifat hambat (resistif atau sifat kapasitif) dan sebuah kapasitor ideal C (yakni,
kapasitor yang tidak mempunyai sifat resistif atau sifat induktif). Masukan (input) V in kepada
penyaring boleh yang tetap atau yang berisolasio secara sinus. Untuk menyelidiki sifat penyaring
maka kita akan meninjau kedua-duanya kasus ini secara terpisah. Vmasuk = sebuah konstanta maka
kita melihat bahwa Vkeluar = Vmasuk = konstanta yang sama, Baik L maupun C tidak mempunyai
suatu efek (pengaruh). Ternyata L dapat diganti dengan sebuah kawat lurus (dipendekkan) dan C
dipindahkan dari (dipotong dari) rangkaian tersebut, tanpa ada efek yang terlihat pada Vkeluar.
Akan tetapi, untuk sebuah masukkan AC, situasinya agak berlainan. Darti semula kita
mengganggap bahwa kedua-dua L dan C adalah besar sehingga Xl (=L) >>Xc (=1 / C). Jika
dan C adalah cukup besar, Xc
0 dan kapasitorbertindaksebagai sebuah rangkaian
pendek yang sebenarnya untuk komponen-komponen AC, walaupun kapasitor tersebut tidak
mempunyai efek pada komponen DC. Anggaplah
Vmasuk = Vmasuk,m sin t...................................................................................(2.1)
Untuk arus maka kita dapat menaruh
i = im sin (t + ).............................................................................................(2.2)
Dari persamaan diatas,dengan R=0 dan m digantikan oleh Vmasuk,m , kita memperoleh

i=

sin (t + ).........................................................................................(2.3)

karena kita telah menganggap bahwa XL >> XC, mka kita dapat menuliskan ini sebagai
i=
sin (t + ).........................................................................................(2.4)
untuk mencari sudut fasa maka kita beralih ke Persamaan
tan =
........................................................................................................(2.5)
i=

cos t..................................................................................................(2.6)

Dapat dikatakan bahwa fungsi kosinus mempunyai perbedaan fasa persis sebesar 90 o dengan
sebuah fungsi sinus.
(David Halliday,1978 )
Osiloskop masa kini terbentuk dari sebuah tabung sinar elektron, dua amplifator (satu untuk
sistem yang horizontal dan satu lagi untuk sistem yang vertikal), generator yang periodik
(generator gigi-gergaji), dan sebuah aparat sumber tenaga.
Bagian osiloskop yang terpenting adalah tabung sinar electron. Pada prinsipnya tabung ini
terdiri atas sebuah tabung yang vakum dan didalamnya terdapat kanon electron ditutup dengan
lapisan yang berfluoresensi sehingga apabila seberkas electron jatuh pada permukaan ini, akan
terjadi fluoresensi. Berkas electron dibentuk dan difokuskan dalam kanon electron. Kanon ini
mempunyai bagian penting yaitu katoda yang dipanaskan dengan kawat pijar sehingga terjadi
emisi termik. Di dekat katoda terdapat torak wehnelt dan berikutnya terdapat beberapa elektroda
berbentuk torak.
Beberapa diantara elektroda ini memiliki tegangan yang tinggi terhadap katoda (sampai kl.
5kv) yang menimbulkan medan elektrik yang kuat. Dalam medan ini electron- electron
memperoleh percepatan dan terisap melewati torak wehnelt. Elektroda elektrodanya yang
berbentuk torak dilewati electron yang terbang dengan kecepatan tinggi sampai ke system
pembelokan. Beberapa tipe lainnya memiliki tabung yang menyerupai corong yang diliputi
elektroda elektroda berbentuk gelang dan bertegangan tinggi. Electron memperoleh percepatan
tambahan yang cukup besar dari elektroda elektroda.
Tegangan positif dari elektroda elektroda tersebut tidak semuanya sama sehingga di antara
electron pun terdapat medan elektrik. Konfigurasi elektroda adalah begitu rupa sehingga dengan
pilihan tegangan terpasang yang tepat akan diperoleh berkas yang konvergen dan difokuskan
kepada layar. Oleh sebab itu, gawai dari system elektroda ini dapat dipersamakan dengan gawai
sebuah system lensa terhadap seberkas cahaya.
Torak wehnelt memiliki tegangan yang negative terdapat katoda sehingga jumlah
electron yang keluar dari tiap detik dapat diatur dengan mengubah ubah tegangan negatifnya.
Malah kalau tegangannya dijadikan tegangan negative yang kuat, arus elektronnya dapat
dihentikan. Dengan cara demikian, intensitas berkas electron yaitu kecemerlangan titik cahaya
pada layar dapat diatur. Harus dijaga supaya intensitasnya tidak terlalu kuat sebab kalau
berkasnya tidak bergerak bergerak akan timbul bahaya hangus pada layar. Memfokuskan
berkas electron dilakukan dengan mengubah tegangan elektroda elektroda yang berbentuk

torak. Pembelokan elektrostatik berkas electron dilakukan dengan dua pasang lempengan
pembelok : satu pasang yang horizontal (
dan satu pasang lagi yang vertical (
. Kalau pada lempengan yang horizontal dipasangkan tegangan, titik cahaya
akan bergerak menurut arah vertical, dan titik cahaya akan bergerak menurut arah yang
horizontal kalau pada lempengan vertical dipasangkan tegangan.
Kalau tegangan pada lempengan horizontal diperbesar, perpindahan cahaya ke arah vertical
akan semakin besar. Jadi perpindahan titik cahaya merupakan ukuran bagi tegangan yang
terpasang. Sebab itu, tabung sinar electron dapat digunakan sebagai voltameter. Nisbah antara
tegangan terpasang dan jarak pergeseran pada layar disebut kepekaan belok. Harganya yang
lazim untuk berbagai tipe ialah kl. 10
untuk pembelokan vertical dan kl. 20
untuk pembelok yang horizontal ditempatkan lebih dekat kepada layar. Oleh karena itu, untuk
memperoleh pembelokan pembelokan horizontal yang sama dengan pembelokan yang vertical
diperlukan tegangan yang lebih besar lagi pembelok yang horizontal. Apabila ukuran layarnya
lazim, yaitu tinggi 8 cm dan lebar 10 cm, maka untuk pergeseran melalui seluruh tinggi
layar akan diperlukan perubahan tegangan(v) dengan sebesar 200 Volt.
Oleh karena kepekaan belok terhitung kecil baik untuk arah yang horizontal maupun untuk
arah yang vertical, maka dalam praktek hamper selalu dipergunakan amplifier sehingga tegangan
yang rendah pun dapat diukur. Ada dua macam amplifator :
Amplifator Y = amplifator untuk system pembelok arah Y atau lempengan horizontal.
Amplifator X = amplifator untuk system pembelok ke arah X atau lempengan vertical.
Kepekaan skala dalam
atau
biasanya dicantumkan pada kontaktor
betahap untuk amplifator variabel.supaya dapat pula memanfaatkan kepekaan belok yang
terletak di antara harga harga tetap kontaktor bertahap, biasanya masih disediakan tombol
untuk mengubah secara kontinyu daerah di antara dua harga tetap yang berurutan. Namun harus
diingat bahwa begitu tombol ini dipakai, kalibrasi skala menjadi tidak berlaku.
Ada dua macam penerapan osiloskop, salah satunya ialah yang disebut metoda X Y. bagian
terpenting yang termasuk metoda ini ialah pembuatan diagram arus tekanan dengan
menyalurkan arus atau tegangan pada komponen komponen elektrik seperti resistor, tabung
elektron, diode semikonduktor, dan resistor; beturut turut ke amplifator Y dank e amplifator
X. Bagian lain yang tidak seberapa penting dalam metoda X-Y ini ialah apa yang disebut
gambar gambar ini merupakan hasil vektor dua tegangan sinusoid yang berlainan karena
walaupun memiliki frekuensi yang sama tetapi mempunyai fasa yang berbeda atau karena
frekuensi yang berbeda.
(O.G.Brink, 1985)
Persamaan kinerja dan rangkaian ekkuivalen yang diberikan pada representasi dari perilaku
rangkaian secara umum. Penting untuk diingat bahwa kapasitansi yang dikalikan memiliki
resistansi efektif yang terhubung secara seri denganya sehingga kapasitor Q dengan nilai
kapasitansi yang tinggi akan pernah dapat diwujdkan.dengan ini tidak dapaat digunakan pada
aplikasi-aplikasi dan penyaring sederhana yang melewatkan sinyal-sinyal dengan frekuensi
rendah di mana resistansi terhubung seri dengan kapasitansi rangkaian.
Dalam

rangkaian-rangkaian pewaktu,besarnya kapasitansi yang dikalikan resistansi eksternal yang


terhuung secara seri dengan kapasitansi ini dikenakan sebuah catu tegangan DC. Tegangan yang
muncul pada kapasitor actual C1 bertambah secara eksponensial. Akan tetapi konstanta waktu
pertambahan nilai tegangan kapasitor C1 ini ditentukan oleh nilai dari kapasitansi yang dikalikan
bukan kapasitansi dari kapasitor actual C1.tegangan pada kapasitor actual C1 adalah pada kondisi
di mana terminal keluaran op-amp memiliki impedansi yang rendah contoh rangkaian pewaktu
yang berkerja atas dasar prinsip ini di ilustrasikan. Periode waktu adalah diinisiasi oleh proses
pembukaan saklar, dimana proses ini tegangankapasitor C1 akan naik secara eksponensial.
T=Ceff
=
......
(2.7)
Dengan tidak menggunakan nilai kapasitansi dan resistansi CR yang terlalu besar. Dengan
nilai-nilai komponen rangkaian adalah seperti diberikan pada gambar,waktu tunda rangkaian
adalah mendekati 90 detik. Sumber cahaya ditransmisikan oleh serat optic ke dalam salah satu
sisi prisma dan secara internal akan dipantulkan ke interface prisma dan sampel larutan. Bagian
cahaya ini akan dipantulkan kembali ke sisi yang berlawanan pada sudut tertentu yang
tergantung dari indeks bias larutannya .
Sebuah osilator akan secara
kontinyu menghasilkan sebuah sinyal listrik yang nilainya bervariasi terhadap waktu secara
berulang-ulang. Karakteristik terpenting yang dimiliki oleh sebuah osilator ialah bentuk
gelombang, amplitude serta frekuensi dari sinyal yang dibangkitkan. Op amp atau rangkaian
(terintegrasi)yang dirancang secara khusus dapat digunakan sebagai komponen rangkaian
pembentuk rangkaian osilator. Rangkaian multivibrator astabil menggunakan op-amp untuk
menghasilkan osilasi gelombang non-siusoidal.jika yang kita inginkan adalah osilasi gelombang
sinusoidal maka diperlukan konfigurasi rangkaian penguat yang berbeda.dengan pemberian
umpan balik yang mencukupi,sebuah rangkaian penguat dapat ditransformasi menjadi sebuah
osilator.
Dalam kenyataan praktiknya sehari-hari, pada saat kita menggunakan penguatpenguat yang memiliki gain tinggi dan roll-off cepat dalam rangkaian yang dirancang maka
osilasi-osilasi yang tidak diinginkan adalah osilasi gelombang sinusoidal maka diperlukan
konfigurasi rangkaian penguat yang berbedaIndeks bias mutlak sebuah medium adalah rasio dari
kecepatan gelombang elektromagnetik dalam ruang hampa dengan kecepatannya dalam media
tersebut. Indeks bias relatif adalah rasio dari kecepatan cahaya dalam satu medium ke dalam
medium lain yang berdekatan. Jika penguat memiliki gain loop terbuka yang tak terhingga maka
osilasi dapat dipertahankan dengan jalan membuat nilai resistansi
dan
sedemikian
sehingga
=

.........

(.2.8)
Untuk mempertahankan amplitudo osilasi yang stabil biasanya digunakan resistor
yang bertipe non linier.resistor non linier yang digunakan ini harus memiliki koefisientemeratur
positif dimana resistansi resistor akan bertambah jika arus yang melewatinya bertambah. Salah

satu persyaratan sebuah osilator adallah dapat mempertahan kan secara akurat frekuensi osilasi
yang tepat.
Kristal quartz (seris tipis quartz dalam bungkus yang di segal secara hermetic) bergetar
setiap kali suatu benda potensial diterap. Frekuensi osilasi ditentukan oleh potongan Kristal dan
ukuran fisiknya.Refraksi terjadi pada semua jenis gelombang tetapi umumnya terjadi pada
gelombang cahaya. Indeks bias medium memiliki panjang gelombang yang berbada-beda. Suatu
efek yang dikenal sebagai disperse, memungkinkan prisma memisahkan cahaya putih menjadi
warna penyusunnya.
Impedansi
dan
pada kenyataanya merupakan komponen-komponen yang
membentuknya lengan-lengan dari rangkaian jembatan wien.
Tegangan yang tidak seimbang
dari rangkaian jembatan akan dikenakan di antara terminal-terminal masukan diferensial op-amp.
Analisis terhadap rangkaia jembatan menunjukkan bahwa pada saat
= 2x
,
rangkaian jembatan berada dalam kondisi seimbang pada frekuensi yang dirumuskan oleh
persamaan yang telah ditentukan. Terdapat dua macam fungsi dasar yang dijalankan oleh
generator gelombang.fungsi dasar yang pertama adalah proses pemuatan kapasitor yang
digunakan untuk menentukan periode gelombang serta membangkitkan sebuah gelombang
segitiga.
Fungsi dasar yang kedua adalah komparator yang digunakan untuk mendeteksitegangan
kapasitor serta mengalihkan kondisi antara kondisi pengisian muatan dan pelepasan muatan .
kedua fungsi ini di jalankan oleh sebuah op-amp tunggal. Multivibrator astabil dapat
menghasilkan sebuah gelombang persegi dan sebuah gelombang segitiga non
linier.
(Clayton, George, 2001)
III. PERALATAN DAN BAHAN
3.1 Alat
1. Osiloskop
Fungsi
: sebagai alat untuk menampilkan frekuensi , periode dan tegangan
dalam bentuk gelombang.
2. PSA
Fungsi
: sebagai sumber tegangan AC.
3. Kabel Penghubung
Fungsi
: untuk membandingkan alat yang satu dengan yang lainya.
4. Multimeter (1 buah)
Fungsi
: untuk mengukur tegangan, arus dan hambatan listrik.
5. Baterai (4buah)
Fungsi
: sebagai sumber tegangan DC
3.2 Bahan
-

IV. Prosedur Percobaan


4.1 Untuk tegangan DC
Dengan menggunakan multimeter
1. Disediakan peralatan yang digunakan
2. Dihidupkan multimeter
3. Disetel multimeter ke volt adjustment (Voltmeter)
4. Dihubungkan kutup positif baterai 1,5 V dengan kutup positif multimeter
5. Dihubungkan kutup negatif multimeter ke kutup negatif baterai 1,5 V.
6. Dicatat hasil percobaan yang ditampilkan multimeter
7. Diulangi percobaan diatas dengan tegangan 3V, 4,5V dan 6V.
Dengan menggunakan Osiloskopop
1. Disediakan peralatan yang akan digunakan
2. Dihidupkan osiloskop
3. Dikalibrasi osiloskop terlebih dahulu sebelum digunakan
4. Dihubungkan kutup positif baterai 1,5 V dengan kutup positif osiloskop
5. Dihubungkan kutup negatif baterai 1,5 V dengan kutup negatif osiloskop.
6. Ditekan tombol auto untuk mengetahui tegangan yang diukur.
7. Diulangi percobaan diatas dengan menggunakan baterai 3V, 4,5V, dan 6 V.
4.2 Untuk tegangan AC
Dengan menggunakan multimeter
1. Disediakan peralatan yang akan digunakan
2. Dihidupkan multimeter dan PSA
3. Disetel multimeter ke Volt adjustment (Voltmeter)
4. Dihubungkan kabel probe merah multimeter ke kutup positif PSA.
5. Dihubungkan kabel probe hitam multimeter ke kutup negatif PSA.
6. Diatur tegangan PSA 2V.

7. Dicatat hasil percobaan yang ditampilkan multimeter


8. Diulangi percobaan diatas dengan tegangan 2V-16V dengan interval 2V.
Dengan menggunakan osiloskop
1. Disediakan peralatan yang akan digunakan
2. Dihidupkan Osiloskop dan PSA
3. Dikalibrasi osiloskop terlebih dahulu
4. Dihubungkan kutup positif osiloskop ke kutup positif PSA
5. Dihubungkan kutup negatif osiloskop ke kutup negatif PSA.
6. Diatur tegangan PSA 2V
7. Dicatat hasil percobaan yang ditampilkan osiloskop
8. Diulangi percobaan diatas dengan tegangan 2V-16V dengan interval 2V.

V. DATA PERCOBAAN
1. Baterai (DC)
BATERAI (V)
1,5 V
3V
4,5 V
6V

OSILOSKOP (V)
1,34 V
2,92 V
4,48 V
6,08 V

MULTIMETER (V)
1,65 V
3,30 V
4,95 V
6,61 V

2. Tegangan PSA (AC)


PSA (V)
2V
4V
6V

OSILOSKOP (V)
1,36 V
3,36 V
5,36 V

MULTIMETER (V)
1,90 V
3,85 V
5,75 V

8V
10 V
12 V
14 V
16 V

Medan,11 Oktober 2012


Asisten,
(YOSEPHIN ROMANIA SINABUTAR)
VI. GAMBAR PERCOBAAN
5.1. Untuk tegangan AC
Dengan menggunakan Osiloskop

Dengan menggunakan multimeter

6,72 V
8,40 V
11,0 V
12,8 V
14,6 V

7,85 V
9,96 V
12,34 V
14,47 V
16,47 V

Praktikan,
(JERRI SIMANJUNTAK)

5.2 Untuk tegangan DC


Dengan menggunakan

osiloskop

Dengan menggunakan multimeter

Multimeter digital

VII. ANALISA DATA


1.

Menghitung % ralat pada percobaan tegangan PSA

a.

Dengan menggunakan Osiloskop


% ralat = |

| x 100 %

Untuk tegangan PSA = 2 volt


% ralat = |
| x 100 % = 32 %
Untuk tegangan PSA = 4 volt
% ralat = |
| x 100 % = 16 %
Untuk tegangan PSA = 6 volt

% ralat = |

| x 100 % = 10,67 %

Untuk tegangan PSA = 8 volt


% ralat = |
| x 100 % = 16 %
Untuk tegangan PSA = 10 volt
% ralat = |
| x 100 % = 16%
Untuk tegangan PSA = 12 volt
% ralat = |
| x 100 % = 8,33 %
Untuk tegangan PSA = 14 volt
% ralat = |
| x 100 % = 8,5 %
Untuk tegangan PSA = 16 volt
% ralat = |
| x 100 % = 8,75 %
b.

Dengan menggunakan multimeter


Untuk tegangan PSA = 2 volt
% ralat = |
| x 100 % = 5 %
Untuk tegangan PSA = 4 volt
% ralat = |
| x 100 % = 3,75 %
Untuk tegangan PSA = 6 volt
% ralat = |
| x 100 % = 4,1 %
Untuk tegangan PSA = 8 volt
% ralat = |
| x 100 % = 1,8 %
Untuk tegangan PSA =10 volt
% ralat = |
| x 100 % = 0,4 %
Untuk tegangan PSA = 12 volt
% ralat = |
| x 100 % = 2,8 %
Untuk tegangan PSA = 14 volt
% ralat = |
| x 100 % = 3,3 %
Untuk tegangan PSA = 16 volt
% ralat = |
| x 100 % = 2,9 %

2.

Menghitung % ralat pada percobaan tegangan baterai

a.

Dengan menggunakan osiloskop


Untuk baterai 1,5 volt( 1 buah)
% ralat = |
| x 100 % = 10,6 %
Untuk baterai 3 volt (2 buah)
% ralat = |
| x 100 % = 2,67 %
Untuk baterai 4,5 volt (3 buah)
% ralat = |
| x 100 % = 0,4 %
Untuk baterai 6 volt (4 buah)
% ralat = |
| x 100 % = 1,3 %

b.

Dengan menggunakan Multimeter


Untuk baterai 1,5 volt (1 buah)
% ralat = |
| x 100 % = 10 %
Untuk baterai 3 volt (2 buah)
% ralat = |
| x 100 %

= 10 %

Untuk baterai 4,5 volt (3 buah)


% ralat = |
| x 100 % = 10 %
Untuk baterai 6 volt (4 buah)
% ralat = |
| x 100 %

= 10,1 %

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN


8.1 Kesimpulan
1. Prinsip kerja osiloskop. Komponen utama osiloskop adalah tabung sinar katoda (CRT). Prinsip
kerja sinar tabung katoda adalah sebagai berikut; elektron dipancarkan dari katoda akan
menumbuk bidang gambar yang dilapisi oleh zat yang bersifat flourecent. Bidang gambar ini
berfungsi sebagai anoda. Arah gerak elektron ini dapat dipengaruhi oleh medan listrik dan medan
magnetik. Umumnya osiloskop sinar katoda mengandung medan gaya listrik dan medan
magnetik. Umumnya medan listrik untuk mempengaruhi gerak elektron kearah anoda. Medan
listrik dihasilkan oleh lempeng kapasiotr yang dipasang secara partikel, maka akan terbentuk
garis lurus vertikal dinding gambar. Selanjutnya jika pada lempeng horizontal dipasang tegangan
periodik, maka elektron yang pada mulanya bergerak secara vertikal, kini juga bergerak secara
horizontal dengan laju tetap. Sehingga pada gambar terbentuk grafik sinusoidal.
2. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa pengukuran tegngan dc lebih baik menggunakan
osiloskop karena data yang didapatkan mendekati nilai teori yaitu; pada baterai 6 V; dengan
menggunakan osiloskop yaitu 6,08V. Sedangkan pengukuran pada tegangan AC lebih baik

menggunakan multimeter , karena data yang didapatkan mendekati nilai teori yaitu pada
tegangan PSA 10V didapatkan pada multimeter sebesar 9,96 V.
3. Perbedaan osiloskop analog dan digital
Osiloskop analog

Hanya berupa sinar yang dihasilkan oleh tabung CRT (Cathode Ray Tube) sehingga
tampil
layar osiloskop.
Osiloskop Digital

Umumnya
tidak
menggunakan
tabung
CRT,
melainkan
diukur
oleh Microprocessor didalamnya lalu hasil outputnya ditampilkan ke layar LCD, sehingga
tampilanya sangat menarik untuk dilihat.
Dan pada osiloskop digital besaran frekuensi , besaran tegangan, vertikal
(Volt/DIV) dan horizontal (time/DIV) yang digunakan semua otomatis tanpa perlu mengatur
Time/DIV atau Volt/DIV gelombang yang akan muncul dilayar.
4. Untuk mengukur tegangan DC yaitu dengan menggunakan baterai 1,5 V; 3V; 4,5V; 6V dengan
menggunakan multimeter didapatkan 1,65V; 3,3V; 4,95V; dan 6,61 V.
Untuk mengukur tegangan AC dengan menggunakan PSA yaitu 2-16V dengan interval 2V.
Dengan menggunakan multimeter 1,9V; 3,85V; 5,75V; 7,85V; 9,96V; 12,34V; 14,47V dan
16,47V.
8.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan membawa peralatan yang akan digunakan dengan lengkap.
2. Sebaiknya praktikan mengetahui dan mengenal alat-alat yang digunakan dalam percobaan
3. Sebaiknya praktikan mengetahui cara menggunakan osiloskop.
4. Sebaiknya praktikan mengetahui cara mengkalibrasi osiloskop.

DAFTAR PUSTAKA
Brink, Flink dan Sobandi. 1985. DASAR DASAR ILMU INSTRUMEN. Bandung: Binacipta.
Hal : 60-65.
Chattopadhyay dkk. 1989. DASAR ELEKTRONIKA. Jakarta: UI Press.
Hal : 339-345.
Clayton , George dan Steve Winder. OPERATIONAL AMPLIFIERS. Edisi kelima. Jakarta:
Erlangga.
Hal : 198-203.
Halliday, David dan Robert R.1978. FISIKA. Edisi ketiga. Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Hal : 497-503.
Http://Osiloskop.vivie.blogspot.com/
Diakses tanggal 08 Oktober 2012
Pukul : 14.00 WIB.

Asisten

(YOSEPHIN ROMANIA SINABUTAR)


Tugas Persiapan
Nama: Jerri Simanjuntak
NIM: 110801064
Gel/Kel: A/IV
Judul Percobaan: Osiloskop

Medan, 11 Oktober 2012


Praktikan

(JERRI SIMANJUNTAK)

Asisten: Yosephin Romania Sinabutar


1. Jelaskan prinsip kerja osiloskop!

Jawab:
Prinsip kerja osiloskop adalah dengan mempercepat berkas elektron dengan tegangan tinggi V.
Ketika berkas ini mengenai lapisan fosfor pada layar osiloskop akan menjadi nampak sebagai
bintik cahaya.
2. Jelaskan perbedaan osiloskop analog dan digital(bedakan juga dari segi fisikanya a.k.a digambar)
Jawab:
Perbedaannya adalah osiloskop analog menggunakan tegangan yang diukur untuk menggerakkan berkas elektron
dalam tabung gambar ke atas atau ke bawah sesuai dengan bentuk gelombang yang diukur. Pada layar osiloskop
dapat langsung ditampilkan bentuk gelombang tersebut. Sedangkan, osiloskop digital mencuplik bentuk gelombang
yang diukur dan dengan menggunakan ADC(Analog to Digital Converter) untuk mengubah besaran tegangan yang
dicuplik menjadi besaran digital. Isyarat digital ini kemudian direka-ulang menjadi bentuk gelombang seperti
aslinya yang hasilnya dapat ditampilkan pada layar.
Dalam tampilannya Osiloskop Digital dan Analog memang hampir sama,walaupun disebut Osiloskop
Digital namun dalam outputnya tidak ditampilkan dalam bentuk digit, karena yang dibacanya adalah sebuah
frekuensi gelombangyang mempunyai even-even tertentu sehingga sulit bila digambarkan dalam bentuk digit. Untuk
lebih jelasnya gambar Osiloskop Dapat digambarkan sebagai berikut:

3. Jelaskan bagian-bagian pada osiloskop!


Jawab:
Bagian-bagian pada osiloskop:
a. Layar osiloskop

Pada layar ini akan ditampilkan bentuk gelombang dari suatu sinyal

b. Tombol power
Digunakan untuk menghidupkan atau menonaktifkan osiloskop
c. Intensity
Digunakan untuk mengatur ketebalan dari garis gelombang yang akan ditampilkan pada layar
d. Focus
Digunakan untuk mengatur kejelasan tampilan gelombang pada layar

e. Mode
Digunakan untuk mengatur channel keluaran di layar. Terdiri dari 4 pilihan yaitu, Ch1, Ch2,
Dual, Add
f. Pengatur posisi gambar atau garis gelombang secara vertical.
g. Volt/Div
Mengatur berapa volt untuk setiap 1 kotak secara vertikal. Berpengaruh untuk penghitungan
tegangan.
h. Pengatur posisi gambar atau garis gelombang secara
horizontal.
i. TIMEBASE (TIME/DIV).
Mengatur berapa volt untuk setiap 1 kotak secara vertikal. Berpengaruh untuk penghitungan
perioda dan frekuensi.
j. TRIGGER.
4.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan gray scalling


Jawab:
Gray Scaling (skala/tingkatan atau intensitas kelabu) adalah dimensi ketiga yang terdapat pada osiloskop analog
selain vertikal dan horizontal. Tingkatan kelabu ini diciptakan melalui intensitas pancaran elektron pada tabung
gambar, yang meragakan detil gambar bagian tertentu secara sekilas saja.

5.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan periode dan frekuensi?


Jawab:
Periode adalahwaktu yang dibutuhkan untuk membuat 1 gelombang, sedangkan frekuensi adalah jumlah gelombang
yang dihasilkan dalam 1 detik

RESPONSI
Nama: Jerri Simanjuntak

Nilai: 60

NIM: 110801064
Kel/Gel:4/A
Judul Percobaan: Osiloskop
Asisten: Yosephin Romania Sinabutar
1.Gambarkanlah rangkaian percobaan!
- Untuk sumber tegangan DC

Untuk Sumber tegangan AC

di 19.12
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Ekspresi

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar
thank you

Link ke posting ini


Buat sebuah Link
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Mengenai Saya

Lihat profil lengkapku


Daftar Posting

2014 (1)
2013 (18)
Desember (1)
Mei (2)
Maret (3)
Januari (12)
Kode Dasar MySQL
Tips Cara Melihat Atau Mencari Peluang Usaha
Tips Cara Melihat Atau Mencari Peluang Usaha
Penemuan NASA Terbaru
Sejarah Uang Indonesia
Teropong Kepribadian Lewat Gaya Rambut
Penemuan Terbaru: Air Elastis
Jika kita urutkan berdasarkan tahun penemuan par...
5 Cara Memperoleh Modal Usaha
10 Cara Menjadi enterpreneur yang produktif
Osiloskop
Karakteristik dan Aplikasi Dioda
2012 (4)
Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai