87. 91
88. Antimikroba harus memiliki sifat toksisitas selektif
artinya bahwa antimikroba tersebut harus bersifat
toksik untuk mikroba tetapi tidak toksik terhadap
hospes. - Bakteriostatik - Bakterisid
89. Spektrum Aktivitas AM 1. Spektrum Sempit Obat
yang termasuk dalam golongan ini adalah isoniazid
yang hanya aktif pada mikobakteria. 2. Spektrum
Sedang Ampisilin efektif pada bakteri gram positif dan
beberapa gram negatif. 3. Spektrum Luas Kloramfenikol
dan Tetrasiklin efektif pada spesias mikroba secara
luas. Pemberian AM ini dapat merubah flora normal
bakteri dan menimbulkan superinfeksi, contohnya
kandida yang perkembangannya dipengaruhi oleh
adanya mikroorganisme lainnya.
90. Mekanisme Kerja AM 1. Mengganggu Metabolisme
Sel Mikroba AM: Sulfonamid, Trimetoprin, Asam paminosalisilat (PAS) dan sulfon. 2. Menghambat Sintesis
Dinding Sel Mikroba AM: Penisilin, Sefalosporin,
Basitrasin, Vankomisin dan Sikloserin. 3. Mengganggu
Permeabilitas Membran Sel Mikroba AM: Polikmisin,
Golongan Polien dan AM kemoterapeutik.
91. Mekanisme Kerja AM 4. Menghambat Sintesis
Protein Sel Mikroba AM: Aminoglikosida, Makrolaid,
Linkomisin, Tetrasiklin dan Kloramfenikol. 5.
Menghambat Sintesis atau Merusak Asam Nukleat Sel
mikroba AM: Rifampisin dan Golongan Kuinolon.
92. Resistensi Antimikroba Resisten dapat diartikan
sebagai tidak berpengaruhnya AM terhadap
pertumbuhan mikroba pada kadar maksimum. 1.
Resistensi Genetik a. Mutasi Spontan Pada keadaan ini
sel hasil mutasi dapat bereplikasi dan mentransmisikan
sifat-sifat pada sel anaknya sehingga timbul strain yang
16.
16. b. pH : derajat keasaman atau kebasahan
Obat yang bersifat asam lemah akan mudah
menembus membran sel pada suasana asam atau
obat relatif tidak terionisasi. Aspirin mudah
20.
20. 2. Distribusi Merupakan proses dimana
obat berada dalam cairan tubuh dan jaringan
tubuh. Kecepatan distribusi dipengaruhi oleh aliran
darah, afinitas obat pada jaringan dan protein.
Faktor lain yang mempengaruhi distribusi obat
adalah fungsi kardiovaskuler.
21.
21. PERSENTASI PENGIKATAN DENGAN
PROTEIN DAN WAKTU PARUH OBAT TERTENTU
OBAT % Terikat t1/2, jam Furosemida 95 1,5 Aspirin
49 0.25-2 Digoxin 25 36 Eritromisin 70 3
Lorazepam 92 15 Quinidin 70 6 Rifampisin 89 2
Teofilin 60 9
22.
22. Organ (jantung, ginjal, hati) yang
mendapat suplai darah lebih banyak atau cepat
akan menerima obat lebih banyak dan cepat dari
organ lain (tulang, abses). Pada saat obat masuk
ke sirkulasi sistemik , sebagian besar akan terikat
oleh protein plasma (albumin), ikatan ini
tempat ekskresi adalah instestinal (feses), paruparu, kulit, keringat, air liur dan air susu.
Kecepatan ekskresi dilihat dari nilai t, obat yg
panjang tnya maka frekuensinya pemakaiannya
relatif panjang.
29.
29. Proses ekskresi obat dalam ginjal meliputi :
a. Filtrasi glomelurus Obat bebas akan mengalami
filtrasi glomelurus masuk ke tubulus. Kelarutan dan
pH tidak berpengaruh Dipengaruhi oleh ukuran
partikel
30.
30. b. Reabsorpsi tubulus Di tubulus
kebanyakan obat mengalami reabsorpsi ke
sirkulasi sistemik kembali, terutama zat non polar
atau bentuk non ion. c. Sekresi tubulus Obat yang
tdk mengalami FG dapat masuk ke tubulus melalui
sekresi di tubulus proksimal.
31.
31. Fase Farmakodinamik Mempelajari efek
obat dalam tubuh atau jaringan hidup atau
mempelajari pengaruh obat terhadap fisiologi
tubuh. a. Berinteraksi dengan reseptor Reseptor
dapat berupa protein, asam nukleat, enzim,
karbohidrat atau lemak. Semakin banyak reseptor
yg diduduki maka intensitas efek semakin
meningkat
32.
32. b. Berinteraksi dgn enzim Obat dapat
menimbulkan efek karna mengikat enzim yg
dikeluarkan oleh tubuh. Obat DM : memperbanyak
insulin c. Kerja non spesifik Obat yang bekerja
tanpa mengikat reseptor. Misalnya alkohol
mendenaturasi protein, norit mengikat racun atau
bakteri
33.
33. Conc Waktu To T1 T2 T3 MEC To - T1 =
Mula To T2 = Puncak, T1 T3 = Lama Kerja Obat
34.
34. Indeks Terapetik dan Batasan Terapetik
Mengukur batas keamanan suatu obat , yaitu
dengan mengukur ratio dosis terapetik efektif dan
dosis lethal Atau = IT IT kecil = batas
keamanan tipis IT besar = batas keamanan lebar
IT kecil = diperlukan batas terapetik berulang,
misal ; 3 X 1 dll ED50 LD50
35.
35. KURVA IT % tase hewan Yang ber-respon 0
50 100 Dosis ED50 LD50
36.
36. DOSIS PEMBEBANAN Jika diinginkan efek
segera Untuk mencapai MEC yang cepat, dan
selanjutnya diberi dosis biasa Misal : Digoksin
(Digitalis) atau digitalisasi (pembebanan) EFEK
SAMPING Efek samping = efek fisiologis yang
tidak diinginkan atau diinginkan Efek Merugikan
= reaksi obat yang merugikan Efek toksik =
menimbulkan toksisitas
37.
37. 37
38.
38. Reseptor : suatu makromolekul target
khusus yang mengikat suatu obat dan memediasi
kerja farmakologis obat tersebut Reseptor :
enzim, asam nukleat atau protein terikat membran
khusus Pembentukan kompleks obat-reseptor
menghasilkan suatu respon biologis
39.
39. Besarnya respon sebanding dgn jumlah
kompleks obat dan reseptor Untuk menyatakan
hub antara kons. Obat dan respon biologis adalah
dgn kurva konsentrasi terhadap respon Efek
biologis lebih terkait dgn konsentrasi obat dlm
plasma daripada dosis obat
40.
40. A G O N I S Suatu senyawa yg berikatan
dgn reseptor respon biologis Agonis : obat, ligan
46.
46. Reseptor Terhubung Kanal Ion Reseptor
ini berada di membran sel, disebut juga reseptor
ionotropik. Respon terjadi dalam hitungan
milidetik. Kanal merupakan bagian dari reseptor.
Contoh : reseptor nikotinik, reseptor GABA A,
reseptor ionotropik glutamat dan reseptor 5-HT3
47.
47. Reseptor Nikotinik Asetilkolin Reseptor ini
ditemukan di otot skeletal, ganglion sistem saraf
simpatk dan parasimpatik, neuron sistem saraf
pusat, dan sel non neural.
48.
49.
49. Reseptor ini terdiri dari 5 subunit (yaitu
subunit 1, 1, atau , dan ) Melintasi
membran, membentuk kanal polar Masing-masing
sub unit terdiri dari 4 segmen transmembran,
segmen ke-2 (M2) membentuk kanal ion. Domain
N-terminal ekstraseluler masing-masing sub unit
mengandung 2 residu sistein yang dipisahkan oleh
13 asam amino membentuk ikatan disulfida yang
membentuk loop, merupakan binding site untuk
agonis.
50.
51.
51. Reseptor Terhubung Transkripsi Gen
disebut juga reseptor nuklear Merupakan
reseptor sitosolik yang kemudian bermigrasi ke
nukleus setelah berikatan dengan ligand, seperti
reseptor glukokortikoid). Contoh : reseptor
kortikosteroid, reseptor estrogen dan progestogen,
reseptor vitamin D.
52.
53.
53. Reseptor Terhubung Enzim Reseptor
terhubung enzim merupakan protein
transmembran dengan bagian besar ekstraseluler
mengandung binding site untuk ligan contoh :
faktor pertumbuhan, sitokin) dan bagian
intraseluler mempunyai aktivitas enzim (biasanya
aktivitas tirosin kinase). Aktivasi menginisiasi jalur
intraseluler yang melibatkan tranduser sitosolik
55.
55. Reseptor faktor pertumbuhan terdiri dari
2 reseptor, masing-masing dengan satu sisi
pengikatan untuk ligan. Agonis berikatan pada 2
reseptor menghasilkan kopling (dimerisasi).
Tirosin kinase dalam masing-masing reseptor
saling memposforilasi satu sama lain.
56.
56. Protein penerima (adapter) yang
mengandung gugus SH berikatan pada residu
terposforilasi dan mengaktifkan tiga jalur kinase.
Kinase 3 memposforilasi berbagai faktor
transkripsi, kemudian mengaktifkan transkripsi gen
untuk proliferasi dan diferensiasi
57.
57. 61
58.
58. INTERAKSI OBAT - OBAT Interaksi Obat
terjadi karena kerja atau efek obat yang berubah
atau mengalami modifikasi akibat interaksi dengan
satu atau lebih obat. Inkompatibilitas Obat
adalah reaksi kimia atau fisik yang terjadi antara
dua obat atau lebih dalam keadaan invitro.
59.
59. INTERAKSI FARMAKOKINETIK A. Absorpsi
Minum 2 obat, maka laju absorpsi obat dapat
berubah : Memperpendek atau memperpanjang
waktu pengosongan lambung Mengubah pH
lambung Membentuk kompleks obat
60.
60. pengosongan lambung (Laksatif)
motilitas GI absorpsi obat (banyak diabsorpsi
di usus kecuali barbiturat, salisilat, teofilin)
67.
67. Efek Obat Adiktif Diinginkan diuretik +
penghambat reseptor beta Hipertensi
Diinginkan analgesik + aspirin + codein
analgesik Tdk diinginkan 2 vasodilator
hidralazin (hipertensi) + nitrogliserin (angina)
hipotensi berat Tdk diinginkan aspirin + alkohol
pendarahan lambung
68.
68. Efek Obat Sinergis Diinginkan
Meperidin (analgesik narkotik) + prometazin
(antihistamin) prometazin efek meperidin.
Tdk diinginkan alkohol + obat hipnotik-sedatif
(klordiazepoksid atau diazepam penekanan
SSP.
69.
69. Efek Obat Antagonis Perangsang
adrenergik beta (isoproterenol) + penghambat
reseptor beta (propanolol) saling meniadakan
70.
70. INTERAKSI OBAT - MAKANAN Tetrasiklin +
antasida atau susu efek tetrasiklin
Nitrofurantoin (antiinfeksi), penghambat reseptor
beta (metoprolol), antilipidemik (lovastatin) +
makanan absorpsi obat
71.
71. 75
72.
72. PENDAHULUAN Dosis Obat umur, berat
badan, protein serum, jaringan lemak Perubahan
terapi bayi baru lahir, bayi, orang lanjut usia
Bayi organ tubuh belum matang Lanjut usia
fungsi organ menurun Secara tradisional terapi
difokuskan orang dewasa Perlu perhatian bagi
bayi dan manula
73.
73. FARMAKOLOGI PEDIATRIK Dosis obat
anak dapat disesuaikan dgn dosis dewasa Dosis
anak ditentukan tingkat kematangan organ
85.
85. EKSKRESI aliran darah ginjal & laju
filtrasi glomerulus ekskresi obat akumulasi
obat
86.
86. FARMAKODINAMIK Orang lanjut usia
dapat lebih atau kurang peka terhadap kerja obat
Disebabkan perubahan jumlah reseptor obat,
perubahan afinitas reseptor terhadap obat
87.
87. 91
88.
88. Antimikroba harus memiliki sifat toksisitas
selektif artinya bahwa antimikroba tersebut harus
bersifat toksik untuk mikroba tetapi tidak toksik
terhadap hospes. - Bakteriostatik - Bakterisid
89.
89. Spektrum Aktivitas AM 1. Spektrum Sempit
Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah
isoniazid yang hanya aktif pada mikobakteria. 2.
Spektrum Sedang Ampisilin efektif pada bakteri
gram positif dan beberapa gram negatif. 3.
Spektrum Luas Kloramfenikol dan Tetrasiklin efektif
pada spesias mikroba secara luas. Pemberian AM
ini dapat merubah flora normal bakteri dan
menimbulkan superinfeksi, contohnya kandida
yang perkembangannya dipengaruhi oleh adanya
mikroorganisme lainnya.
90.
90. Mekanisme Kerja AM 1. Mengganggu
Metabolisme Sel Mikroba AM: Sulfonamid,
Trimetoprin, Asam p- aminosalisilat (PAS) dan
sulfon. 2. Menghambat Sintesis Dinding Sel
Mikroba AM: Penisilin, Sefalosporin, Basitrasin,
Vankomisin dan Sikloserin. 3. Mengganggu
Permeabilitas Membran Sel Mikroba AM: Polikmisin,
Golongan Polien dan AM kemoterapeutik.
91.
91. Mekanisme Kerja AM 4. Menghambat
Sintesis Protein Sel Mikroba AM: Aminoglikosida,
Makrolaid, Linkomisin, Tetrasiklin dan
Kloramfenikol. 5. Menghambat Sintesis atau
Merusak Asam Nukleat Sel mikroba AM: Rifampisin
dan Golongan Kuinolon.
92.
92. Resistensi Antimikroba Resisten dapat
diartikan sebagai tidak berpengaruhnya AM
terhadap pertumbuhan mikroba pada kadar
maksimum. 1. Resistensi Genetik a. Mutasi
Spontan Pada keadaan ini sel hasil mutasi dapat
bereplikasi dan mentransmisikan sifat-sifat pada
sel anaknya sehingga timbul strain yang resisten,
contohnya strain Mycobacterium tuberculosis
resisten terhadap rifampisin (tunggal).
93.
93. b. Resistensi Obat Karena Transfer DNA
Kondisi ini ditandai dengan adanya transfer DNA
dari satu organisme ke organisme lainnya. Faktor R
ekstrakromosomal ini masuk ke dalam sel melalui
proses transformasi , transduksi dan konyugasi
bakteri. 2. Mekanisme Resistensi a. Modifikasi
Tempat Target Perubahan tempat target melalui
mutasi dapat menimbulkan resistensi misalnya
pada pengikatan protein oleh penisilin pada S.
aureus yang resisten terhadap metisilin.
94.
94. b. Menurunkan Akumulasi Hal ini terjadi
karena adanya penurunan penetrasi AB sehingga
obat tersebut tidak sampai pada tempat terget
karena adanya lapisan lipopolisakarida atau
dengan adanya siklus efluks sehingga organisme
terlindungi. c. Inaktivasi Oleh Enzim Adanya enzim
laktamase akan menghancurkan penisilin dan
97.
97. 1. Reaksi Alergi Reaksi ini sangat berkaitan
dengan sistem imun individu, dimana penentuan
reaksi alergi sukar ditentukan karena orang yang
pernah mengalami reaksi alergi dengan penisilin
tidak selalu reaksi ini pada pemberian berulang
sebaliknya orang tidak memiliki riwayat alergi
dapat terserang alergi pada pemberian berulang.
2. Reaksi Idiosinkrasi Gejala ini adalah reaksi
abnormal yang diturunkan secara genetik pada AM
tertentu. Sekitar 10% orang kulit hitam mengalami
anemia hemolitik berat bila mendapat primakuin
(kekurangan enzim G6PD) 3. Reaksi Toksik Efek
toksik dapat ditimbulkan oleh semua jenis AM
terhadap hospes. Misalnya golongan tetrasiklin
yang dapat mengganggu pertumbuhan jaringan
tulang, termasuk gigi akibat deposisi kompleks
tetrasiklin kalsium-ortofosfat. Efek Samping
98.
98. a. Dosis Kurang Dosis Penisilin G untuk
pengobatan meningitis oleh pneumokokus jauh
lebih tinggi di bandingkan dosis untuk pengobatan
infeksi saluran napas bawah walaupun oleh kuman
yang sama. b. Masa Terapi Kurang Para ahli
kebanyakan melakukan individualisasi masa terapi
yang disesuaikan dengan tercapainya respon klinik
yang di kehendaki.Tetapi untuk penyakit faringitis
(S. pyogenes),osteomielitis,endokarditis,lepra dan
tuberculosis paru tetap di pertahankan masa terapi
yang walau efek klinis cepat terlihat Kegagalan
Terapi
99.
99. c. Kesalahan Penetapan Etilogi. Pemberian
AM pada peningkatkan suhu badan tidaklah
bermanfaat karena bukanlah keharusan bahwa
demam disebabkan oleh kuman,virus,jamur dan
lain-lain. d. Faktor Farmakokinetik Bagian tubuh
106. 11 0
114. 12 2
118. 12 9
127. 13 8
134. 14 5