Anda di halaman 1dari 13

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

NOMOR 54 TAHUN 2009


TENTANG
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KORIDOR JALAN RAYA SERPONG
KOTA TANGERANG SELATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA TANGERANG SELATAN,
Menimbang

: a.

bahwa Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Koridor Jalan Raya


Serpong telah diatur berdasarkan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 27
Tahun 2005 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Koridor
Jalan Raya Serpong Kabupaten Tangerang;

b.

bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang


Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten telah
terbentuk Kota Tangerang Selatan yang cakupan wilayahnya meliputi
antara lain Kecamatan Serpong dan Kecamatan Serpong Utara;

c.

bahwa Koridor Jalan Raya Serpong merupakan koridor jalan yang


mempunyai peranan penting sebagai akses penghubung antara Kota
Tangerang Selatan dengan wilayah lain disekitarnya, saat ini telah
terjadi percepatan perubahan yang diakibatkan perkembangan dan
dinamika aktivitas ekonomi cenderung tidak terkendali bahkan
berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan perkotaan terutama
transportasi dan perubahan pemanfaatan ruang, oleh karenanya
Peraturan Bupati Tangerang sebagaimana dimaksud huruf a, perlu
ditinjau kembali untuk disesuaikan.

d.

bahwa sehubungan dengan hal sebagaimana dimaksud huruf a, huruf b


dan huruf c, agar pengaturan dan penataan fungsi serta letak bangunan
dan lingkungan pada koridor Jalan Raya Serpong tersebut memiliki
pedoman sebagai alat panduan pengendalian pemanfaatan ruang yang
diberlakukan pada bangunan atau kelompok bangunan pada
kawasan/blok tertentu, sehingga tercipta keserasian hubungan aktivitas,
tata ruang dan bangunan dipandang perlu menetapkan Peraturan
Walikota Tangerang Selatan tentang Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan Koridor Jalan Raya Serpong Kota Tangerang Selatan.

-2-

Mengingat

: 1.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokokpokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3501);

2.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi


Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);

3.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4436);

4.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);

5.

Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota


Tangerang Selatan di Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4935);

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan


Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);

7.

Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 4


Tahun 1989 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota Serpong
Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang
Nomor 4 Tahun 1996 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 4 Tahun 1989 tentang
Rencana Umum Tata Ruang Kota Serpong Kabupaten Daerah Tingkat
II Tangerang (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II
Tangerang Tahun 1996 Nomor 2 Seri C);

-38.

Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 3


Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah
Tingkat II Tangerang (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II
Tangerang Tahun 1996 Nomor 03, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 03 Seri E) sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang
Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 3 Tahun 1996 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang
(Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2008 Nomor 03,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 0308);

9.

Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 10 Tahun 2001 tentang


Ijin Mendirikan Bangunan (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Daerah Nomor 1001) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 10 Tahun 2006
(Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2006 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 1006);

10. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 12 Tahun 2006 tentang


Garis Sempadan (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2006
Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor
1206);
11. Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 46 Tahun 2009 tentang
Pemberlakuan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang dan Peraturan
Bupati Tangerang di Kota Tangerang Selatan (Berita Daerah Kota
Tangerang Selatan Tahun 2009 Nomor 46).
Memperhatikan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang


Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
MEMUTUSKAN :

Menetapkan

: PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN TENTANG


RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KORIDOR JALAN
RAYA SERPONG KOTA TANGERANG SELATAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kota Tangerang Selatan.
2. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
3. Walikota adalah Walikota Tangerang Selatan.

-44. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang selanjutnya disebut RTBL adalah Rencana Tata
Bangunan dan lingkungan Koridor Jalan Raya Serpong Kota Tangerang Selatan.
5. Panduan Rencana Kota adalah uraian teknis secara terperinci tentang ketentuan-ketentuan
persyaratan, standar dimensi dan kualitas yang memberi arahan bagi terselenggaranya serta
terbangunnya kawasan baik menyangkut aspek tata ruang, bangunan, prasarana dan sarana,
utilitas maupun lingkungannya.
6. Garis Sempadan Bangunan adalah garis khayal yang ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan as
pagar jalan, atau as sungai, atau as jalan merupakan batas antar bagian persil yang boleh dan
tidak boleh dibangun bangunan-bangunan.
7. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disebut GSB adalah sempadan yang membatasi
jarak terdekat bangunan terhadap batas Right of Way (ROW), atau yang menghitung dari batas
terluar muka bangunan yang berfungsi sebagai ruang dengan batas ROW.
8. Garis Sempadan Pagar adalah sempadan yang membatasi jarak terdekat pagar terhadap batas
ROW yang dihitung dari batas ROW sampai batas terluar kavling / pagar halaman muka
bangunan.
9. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disebut KDB adalah angka persentase perbandingan
antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan / tanah perpetakan / daerah
perencanaan yang dikuasai.
10. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disebut KLB adalah angka persentase
perbandingan antara jumlah seluruh luas lantai seluruh bangunan yang dapat dibangun dan luas
tanah / tanah perpetakan / daerah perencanaan yang dikuasai
11. Ketinggian Bangunan Gedung adalah tinggi maksimum bangunan gedung yang dijinkan pada
lokasi tertentu.
BAB II
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Bagian Kesatu
Prisip Dasar
Pasal 2
Prinsip dasar penyusunan RTBL adalah :
1. Keserasian dan integritas arahan tata ruang Koridor Jalan Raya Serpong, Kecamatan Serpong
serta Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang Selatan;
2. Peluang secara strategis berdasarkan perkembangan kegiatan yang ada disekitarnya;
3. Merubah paradigma pengembangan strategis dengan menata dan menampilkan citra serta
gambaran (image) masuk ke kawasan Kota Tangerang Selatan.
Bagian Kedua
Maksud, Tujuan dan Sasaran
Pasal 3
(1)

Maksud penyusunan RTBL adalah mewujudkan pedoman teknis sebagai arahan atau panduan
dalam melaksanakan penataan fungsi dan letak bangunan serta lingkungan pada Koridor Jalan
Raya Serpong.

(2)

Tujuan penyusuanan RTBL adalah :


a. Menyusun arahan arsitektural dalam pemanfaatan ruang, bangunan dan lingkungan pada
Koridor Jalan Raya Serpong dan memberikan panduan untuk menciptakan kawasan yang
memiliki citra yang khas, tropis dan tradisional lokal;

-5b.Memberikan aturan dalam mewujudkan fisik bangunan dan lingkungan dalam matra
dimensi yang serasi, selaras dan seimbang, sehingga terwujud keindahan pada Koridor Jalan
Raya Serpong.
(3)

Sasaran RTBL adalah :


a. Penataan fungsi dan letak bangunan pada Koridor Jalan Raya Serpong sesuai dengan
arahan Rancang Bangun dan Lingkungan;
b. Wilayah Perencanaan pada Koridor Jalan Raya Serpong.
Bagian Ketiga
Fungsi RTBL
Pasal 4

RTBL berfungsi :
a. Sebagai panduan rencana dan pelaksanaan kegaitan fisik untuk suatu lingkungan;
b. Sebagai proses yang memberikan arahan bagi terwujudnya suatu lingkungan binaan fisik yang
layak dan sesuai dengan aspirasi setempat, kemampuan sumber daya setempat serta daya dukung
lahannya yang mengacu pada panduan rancang kota.
Bagian Keempat
Pola Penataan Bangunan dan Lingkungan
Pasal 5
Pola penataan bangunan dan lingkungan pada RTBL, adalah :
a. Peremajaan, pembangunan kembali (revitalisasi) daerahdaerah yang sudah terbangun;
b. Penataan bangunan dan lingkungan daerahdaerah yang dilestarikan dan daerahdaerah baru
yang potensial berkembang;
c. Penataan bangunan dan lingkungan yang bersifat campuran dari pola sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b.
Bagian Kelima
Wilayah Perencanaan
Pasal 6
(1)

Wilayah perencanaan RTBL adalah wilayah perencanaan Koridor Jalan Raya Serpong
mulai dari koridor utara yang berbatasan langsung dengan Kota Tangerang sampai dengan
koridor selatan di Kelurahan Cilenggang, Kota Tangerang Selatan.

(2)

Batas-batas wilayah perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :


a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Tangerang;
b. Sebelah Selatan sampai dengan Center Point BSD di Kelurahan Cilenggang
(eks Lapangan Daan Mogot);

(3)

Wilayah kelurahan yang terlewati Koridor Jalan Raya Serpong yang termasuk wilayah
perencanaan adalah Kelurahan Pakulonan, Kelurahan Pondok Jagung, Kelurahan Lengkong
Wetan, Kelurahan Lengkong Gudang Barat dan Kelurahan Cilenggang Kecamatan Serpong.
Pasal 7

(1)

Panjang perencanaan adalah 13.000 m (tiga belas ribu meter) pada jalan sepanjang Jalan
Raya Serpong.

-6(2)

Lebar area perencanaan fisik adalah 20 m (dua puluh meter) sampai dengan 50 m (lima
puluh meter) dari tepi jalan tergantung dari aspek fisik dan non fisik sebagai daerah
belakang yang mempengaruhinya.
Bagian Keenam
Ruang Lingkup Materi
Pasal 8

Ruang lingkup materi dalam penyusuna RTBL berpedoman kepada Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
BAB III
PEMANFAATAN FUNGSI RUANG
Bagian Kesatu
Rencana Penggunaan Lahan
Pasal 9
Rencana penggunaan lahan pada RTBL secara makro ditetapkan sesuai dengan Rencana Umum
Tata Ruang Kecamatan Serpong.
Bagian Kedua
Potensi Pengembangan Fungsi dan Tata Ruang
Pasal 10
Potensi pengembangan fungsi dan tata ruang pada RTBL diletakan pada fungsi area :
1.
Blok A dikembangkan untuk fungsi :
a. Bangunan pintu gerbang Kabupaten Tangerang dan penunjangnya
b. Penunjang workshop berupa perkantoran, perdagangan workshop;
c. Mixed Use meliputi wisma-niaga, niaga- suka dan niaga karya.
d. Perdagangan produk-produk usahakomersial publik;
e. Industri, Hunian dan Ruang Hijau.
2.

Blok B dikembangkan untuk fungsi :


a. Perkantoran dan jasa pelayanan;
b. Perdagangan produk produk usaha komersial;
c. Industri;
d. Ruang hijau, Hunian Komersial.

3.

Blok C dikembangkan untuk fungsi :


a. Perdagangan dan Mixed Use, meliputi wisma - niaga dan karya niaga;
b. Hunian, Ruang Hijau;
c. Perkantoran, dan jasa pelayanan komersial.

4.

Blok D dikembangkan untuk fungsi :


a. Komersial;
b. Campuran, Hunian Komersial
c. Hunian;
d. Ruang Hijau.

5.

Blok E dikembangkan untuk usaha :


a. Campuran, Hunian Komersial;
b. Ruang Hijau.

-7-

6.

Blok F dikembangkan untuk fungsi :


a. Campuran, Hunian Komersial;
b. Ruang Hijau.

7.

Blok G dikembangkan untuk fungsi :


a. Hunian;
b. Campuran, Hunian Komersial;
c. Ruang Hijau.

8.

Blok H dikembangkan untuk fungsi :


a. Campuran, Hunian - Komersial;
b. Ruang Hijau.

9.

Blok I dikembangkan untuk fungsi :


a. Campuran, Hunian Komersial;
b. Ruang Hijau;
c. Rumah Sakit.

10.

Blok J dikembangkan untuk fungsi :


a. Campuran, Hunian - Komersial;
b. Ruang Hijau.

11.

Blok K dikembangkan untuk fungsi :


a. Campuran, Hunian - Komersial;
b. Ruang Hijau

12.

Blok L dikembangkan untuk fungsi :


a. Komersial;
b. Hunian;
c. Ruang Hijau.

13.

Blok M dikembangkan untuk fungsi :


a. Campuran, Hunian Komersial;
b. Ruang Hijau.

14.

Blok N dikembangkan untuk fungsi :


a. Campuran, Hunian Komersial;
b. Ruang Hijau

15.

Blok O dikembangkan untuk fungsi :


a. Campuran, Hunian Komersial;
b. Ruang Hijau

16.

Blok P dikembangkan untuk fungsi :


a. Campuran, Hunian Komersial;
b. Ruang Hijau

-8-

BAB IV
PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Bagian Kesatu
Peruntukan Lahan Mikro
Paragraf 1
Pembagian Blok
Pasal 11
Peruntukan lahan mikro pada RTBL dibagi dalam Blok A, Blok B, Blok C, Blok D, Blok E, Blok
F, Blok G, Blok H, Blok I, Blok J, Blok K, Blok L, Blok M, Blok N, Blok O, dan Blok P.
Pasal 12
Arahan tata bangunan dan lingkungan kawasan rencana peruntukan lahan pada Blok-Blok
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, adalah sebagai berikut :
1. Arahan rencana penataan Blok A, yaitu :
KDB paling banyak 60%, KLB 1,2, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit 28%,
tinggi bangunan paling tinggi 3 lantai atau 15 meter, luas kavling paling sedikit 500 M2;
2. Arahan rencana penataan Blok B, yaitu :
KDB paling banyak 60%, KLB 1,2, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit 28%,
tinggi bangunan paling tinggi 3 lantai atau 15 meter, luas kavling paling sedikit 500 M2;
3. Arahan rencana penataan Blok C, yaitu :
KDB paling banyak 60%, KLB 1,2, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit 28%,
tinggi bangunan paling tinggi 3 lantai atau 15 meter, luas kavling paling sedikit 500 M2;
4. Arahan rencana penataan Blok D, yaitu :
KDB paling banyak 60%, KLB 1,2, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit 28%,
tinggi bangunan paling tinggi 3 lantai atau 15 meter, luas kavling paling sedikit 500 M2;
5. Arahan rencana penataan Blok E, yaitu:
KDB paling banyak 60%, KLB 1,2, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit 28%,
tinggi bangunan paling tinggi 3 lantai atau 15 meter, luas kavling paling sedikit 500 M2;
6. Arahan rencana penataan Blok F, yaitu :
KDB paling banyak 60%, KLB 2,5, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit 28%,
tinggi bangunan paling tinggi 5 lantai atau 22 meter, luas kavling paling sedikit 1000 M2;
7. Arahan rencana penataan Blok G, yaitu :
KDB paling banyak 60%, KLB 2,5, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit 28%,
tinggi bangunan maksimal 5 lantai atau 22 meter, luas kavling paling sedikit 1000 M2;
8. Arahan rencana penataan H, yaitu :
KDB paling banyak 60%, KLB 2,5, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit 28%,
tinggi bangunan paling tinggi 5 lantai atau 22 meter, luas kavling paling sedikit 1000 M2;
9. Arahan rencana penataan Blok I, yaitu :
KDB paling banyak 60%, KLB 2,5, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit 28%,
tinggi bangunan paling tinggi 5 lantai atau 22 meter, luas kavling paling sedikit 1000 M2;
10. Arahan rencana penataan Blok J, yaitu :
KDB paling banyak 60%, KLB 2,5, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit 28%,
tinggi bangunan paling tinggi 5 lantai atau 22 meter, luas kavling paling sedikit 2000 M2;

-911. Arahan rencana penataan Blok K, yaitu :


KDB paling banyak 60%, KLB 2,5, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit 28%,
tinggi bangunan paling tinggi 5 lantai atau 22 meter, luas kavling paling sedikit 2000 M2;
12. Arahan rencana penataan Blok L, yaitu
KDB paling banyak 60%, KLB 3,5 - 5, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit
28%, tinggi bangunan paling tinggi 7 10 lantai atau 30 - 40 meter, luas kavling paling
sedikit 2000 M2;
13. Arahan rencana penataan Blok M, yaitu
KDB paling banyak 60%, KLB 3,5 - 5, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit
28%, tinggi bangunan paling tinggi 7 10 lantai atau 30 - 40 meter, luas kavling paling
sedikit 2000 M2;
14. Arahan rencana penataan Blok N, yaitu
KDB paling banyak 60%, KLB 3,5 - 5, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit
28%, tinggi bangunan paling tinggi 7 10 lantai atau 30 - 40 meter, luas kavling paling
sedikit 2000 M2;
15. Arahan rencana penataan Blok O, yaitu
KDB paling banyak 60%, KLB 2,5, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit 28%,
tinggi bangunan paling tinggi 5 lantai atau 22 meter, luas kavling paling sedikit 1000 M2;
16. Arahan rencana penataan Blok P, yaitu
KDB paling banyak 60%, KLB 1,2, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit 28%,
tinggi bangunan paling tinggi 3 lantai atau 15 meter, luas kavling paling sedikit 500 M2.
Pasal 13
Rencana penggunaan lahan tiap blok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, adalah sebagaimana
tercantum pada Buku Laporan Akhir RTBL Koridor Jalan Raya Serpong Tahun 2009 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dangan Peraturan Walikota ini.
Paragraf 2
Penataan Blok
Pasal 14
Penataan Blok pada RTBL sebagai berikut :
a. Pintu masuk dibentuk dengan karakter yang bercirikan tugu / monumen penunjuk arah yang
besar sebagai pengarah meneruskan sirkulasi pergerakan menuju kawasan Kabupaten
Tangerang;
b. Ketinggian tugu / monumen adalah 16 meter;
c. Peruntukan lahan kondisi eksisting berupa bangunan, perdagangan dan jasa, bangunan dan
permukiman tetap diberlakukan;
d. GSP pada tiap Blok ditetapkan 20 meter dan GSB 28 32 meter, ketinggian bangunan
ditetapkan sebagaimana tercatum pada buku laporan akhir RTBL Koridor Jalan Raya
Serpong Tahun 2009 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Walikota
ini.
Bagian Kedua
Perpetakan Lahan
Pasal 15
(1) Perpetakan lahan direncanakan pada masing masing fungsi area pada RTBL.

- 10 (2) Rincian rencana perpetakan lahan pada RTBL merujuk pada Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan.
Bagian Ketiga
Sirkulasi Pola Pergerakan
Pasal 16
Sirkulasi pola pergerakan pada RTBL, meliputi :
a. Upaya menjamin kelancaran pergerakan dari/keluar Kabupaten Tangerang;
b. Pola perpindahan sirkulasi dari jalan sekunder dan lokal menuju Koridor Jalan Raya
Serpong;
c. Bukaan bukaan jalan ke Koridor Jalan Raya Serpong;
d. Pola sirkulasi angkutan umum dan penempatan halte;
e. Pola pergerakan pejalan kaki.
Pasal 17
Fungsi Koridor Jalan Raya Serpong ditetapkan sebagai Jalan Kolektor Primer yaitu jalan masuk
Kota Tangerang Selatan dari Kota Tangerang ke Kabupaten Bogor.
Pasal 18
Untuk kelancaran sirkulasi pola pergerakan dan sebagai satu kesatuan dengan Koridor Jalan Raya
Serpong ROW 40 meter dapat dibangun jalur lambat yang berfungsi sebagai transfer sirkulasi dari
jalan lingkungan menuju jalan utama serta mendirikan pemberhentian (shelter) angkutan umum
pada jalur lambat.
Pasal 19
Untuk kelancaran sirkulasi pergerakan pada Koridor Jalan Raya Serpong secara detail tercantum
pada album peta Buku Laporan Akhir RTBL Koridor Jalan Raya Serpong Tahun 2009 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Walikota ini.
Bagian Keempat
Utilitas Umum
Pasal 20
Utilitas umum dalam RTBL meliputi rencana jaringan air bersih, air kotor, air hujan, jaringan listrik
dan jaringa telepon.
Pasal 21
Sumber air bersih pada wilayah perencanaan RTBL bersumber dari PDAM dan air tanah.
Pasal 22
(1) Jaringan air bersih pada wilayah perencanaan RTBL dilakukan dengan sistem pemipaan dan
sumur pompa yang direncanakan sesuai dengan pengembangan bagian wilayah kota dan
pertumbuhannya.

- 11

(2) Perletakan pipa pada sistem pemipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
perletakan jaringan pipa induk dengan penempatan pipa pipa pada masing masing blok
wilayah perencanaan.
(3) Jaringan pipa diletakan dan ditanam pada ruang publik untuk jaringan utilitas dengan lebar
0,75 meter 1,5 meter dengan kedalaman 0,5 meter 0,8 meter yang terletak disepanjang
jalur pedestrian tepi jalan Koridor Jalan Raya Serpong.
(4) Diameter pipa induk dan pipa pendistribusian rencana air bersih disesuaikan dengan rencana
untuk pelayanan seluruh bagian wilayah kota pada rencana teknisnya.
Pasal 23
(1) Jaringan telepon pada wilayah perencanaan RTBL diarahkan untuk seluruh panjang Koridor.
(2) Pola jaringan telepon pada wilayah perencanaan direncanakan dengan pola jaringan telepon
bawah tanah.
(3) Jaringan telepon melalui jaringan udara pada area kegiatan padat dapat diganti dengan jaringan
bawah tanah.
(4) Letak lokasi jaringan telepon berada pada ruang publik utilitas dan ditanam pada kedalaman
antara 0,80 meter 1,00 meter.
Pasal 24
(1)

Jaringan listrik pada wilayah Perencanaan RTBL, direncanakan ditanam di bawah tanah.

(2)

Letak lokasi jaringan listrik berada pada ruang publik utilitas dan ditanam pada kedalaman
0,80 meter 1,00 meter
Pasal 25

Penempatan penerangan jalan umum pada wilayah perencanaan RTBL dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Pasal 26
Jaringan drainase pada wilayah perencanaan RTBL diarahkan dengan jaringan saluran drainase
tertutup.
Pasal 27
Jaringan saluran drainase tertutup diletakan ditepi jalan yang berada pada blok blok fungsi
kegiatan yang dapat dimanfaatkan juga sebagai pedestrian, dengan konstruksi yang disesuaikan.

- 12
Pasal 28
Saluran drainase harus dilengkapi bak bak pengontrol pemeliharaan dengan ukuran yang
memadai, berjarak 50 meter 100 meter disesuaikan dengan kemiringan permukaan tanah.
Bagian Kelima
Wujud Bangunan
Pasal 29
Wujud bangunan pada wilayah perencanaan RTBL ditentukan oleh GSB, KDB, dan KLB dengan
tujuan untuk memberi kejelasan batasan yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan
pembangunan disekitar Koridor Jalan Raya Serpong.
Pasal 30
Rencana wujud bangunan dalam wilayah perencanaan RTBL, meliputi arahan fungsi peruntukan,
arahan garis sempadan, Koefisien Dasar Bangunan, Koefisien Daerah Hijau dan Orientasi
Bangunan.
Pasal 31
(1) Arahan bentuk dasar bangunan pada wilayah perencanaan RTBL mengutamakan faktor
perencanaan efisiensi pemanfaatan ruang dalam dan luar.
(2) Bentuk dasar bangunan yang sesuai dengan arahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah Persegi Empat.
Pasal 32
Rencana wujud bangunan, gubahan masa dan orientasi bangunan tercantum dalam Buku Laporan
Akhir RTBL Koridor Jalan Raya Serpong Tahun 2009 yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dengan Peraturan Walikota ini.
Pasal 33
(1) Bangunan dan letak reklame harus sesuai dengan peruntukan dan selaras dengan estetika
lingkungan sepanjang Koridor Jalan Raya Serpong.
(2) Dalam hal pendirian reklame billboard di median jalan sepanjang Koridor Jalan Raya Serpong
setelah berlakunya Peraturan Walikota ini, maka :
a. Untuk ijin baru tidak dapat dikeluarkan;
b. Ijin yang sudah ada masih tetap berlaku sampai habis masa berlakunya dan tidak dapat
diperpanjang.
Pasal 34
Pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di sepanjang Koridor Jalan Raya Serpong
dimungkinkan sepanjang sesuai dengan kewenangan dan peraturan yang berlaku.

- 13 -

BAB V
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 35
Pengawasan dan Pengendalian RTBL dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
BAB VI
PENUTUP
Pasal 36
Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kota Tangerang Selatan.

Ditetapkan di Tangerang Selatan


Pada tanggal 23 Nopember 2009.
PENJABAT WALIKOTA
TANGERANG SELATAN,

ttd
H.M. SHALEH
Diundangkan di Tangerang Selatan
Pada tanggal 23 Nopember 2009.
SEKRETARIS DAERAH
KOTA TANGERANG SELATAN
ttd
H. NANANG KOMARA
BERITA DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 54

Anda mungkin juga menyukai