Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

AKUSTIK P2
NOISE BARRIER AND DIRECTIVITY FACTOR
Disusun Oleh :
WAHYU ANGGORO

NRP. 2414 100 093

Asisten :
IBNU TAUFAN

NRP. 2413 100 113

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK FISIKA


JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA

2015
2015

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM AKUSTIK P2

NOISE BARRIER AND DIRECTIVITY FACTOR

Disusun Oleh :
AKHMAD FIRDAUS HILMI

NRP. 2414 100 093

Asisten :
IBNU TAUFAN

NRP. 2413 100 113

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK FISIKA


JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA
2015

ABSTRAK
Kenyamanan lingkungan atau ruang sangat bergantung pada
tingkat kebisingan dari ruang atau lingkungan tersebut. Untuk
mengurangi tingkat kebisingat yang diterima sebuah
lingkungan yang dekat dengan sumber bising digunakan
sebuah penghalang bising atau noise barrier. Pada laporan ini
akan dibahas analisa noise barrier dengan menggunkan
metode maekawa, sehingga didapatkan kesimpulan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi atenuasi pada noise barrier
metode maekawa antara lain, jarak serta ketinggian sumber
dan penerima bunyi dengan barrier serta frekuensi sumber.
Kata Kunci: Bising, Noise Barrier, Metode Maekawa

ABSTRACT

The comfort of aneighborhood or aspace so one of them


depends on the noise level of the room or the environment. To
reduce the noises level treceive and environment that is close
to the noise source used noise barriers. In this report the
analysis of noise barriers will be addressed by using the
method of Maekawa, to obtain conclusions about the factors
that affect the noise attenuation barrier methods Maekawa,
among others, the distance and height of the source and
recipient of the barrier and the frequency of the sound source
Keywords: Noise, Noise Barriers, Maekawa Methods

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya sehingga Laporan Resmi Praktikum
Akustik ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan kali ini penyusun mengucapkan
terima kasih kepada:
1.

Bapak wiratno selaku dosen pengajar mata kuliah


Akustik.

2.

Saudara asisten yang telah


pelaksanaan praktikum Akustik.

3.

Rekan-rekan yang telah membantu


kegiatan praktikum Akustik.

membimbing

dalam

terlaksananya

Penyusun menyadari bahwa banyak kekurangan dalam


pembuatan laporan ini baik dari segi materi maupun penyajian.
Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun.
Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini
bermanfaat bagi penyusun sendiri khususnya dan pembaca
pada umumnya.
Surabaya, 15 Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................ii
ABSTRAK........................................................................iii
ABSTRACT.....................................................................iv
KATA PENGANTAR.......................................................v
DAFTAR ISI....................................................................vi
DAFTAR GAMBAR........................................................vii
DAFTAR TABEL.............................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................1
1.2 Perumusan Masalah....................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................2
1.4 Sistematika Laporan...................................................2
BAB II DASAR TEORI
2.1 Noise Barrier..............................................................4
2.2 Insertion Loss.............................................................7
2.3 Metode Maekawa........................................................7
2.4 Directivity Factor.........................................................10
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan.............................................................11
3.2 Prosedur Percobaan.....................................................11
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data................................................................13
4.2 Pembahasan (Akhmad Firdaus Hilmi).........................19
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan......................................................................13
5.2 Saran............................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ilustrasi Penghalang Bising Tampak
Samping....................................................................................4
Gambar 2.2 Posisi Barrier.......................................................5

Gambar 2.3 Noise Barrier dengan memperhitungkan


estetika..6
Gambar 2.4 Perbedaan TTB di Ruang Penerima tanpa (a)
dan dengan Partisi (b) ..................................7
Gambar 2.5 Penghalang akustik di antara sumber bunyi (S)
dan penerima (P) ..8
Gambar 2.6 Grafik Maekawa..9
Gambar 2.7 Plot pola keterarahan berdasarkan nilai Q
yang
didapat
.11
Gambar 4. 1 Grafik Maekawa dari hasil percobaan..16
Gambar 4. 2 Grafik Directivity Factor pada frekuensi
1000 Hz...17
Gambar 4. 3 Grafik Directivity Factor pada frekuensi
4000 Hz...18

DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Pengukuran TTB Pada Frekuensi 250 Hz Tanpa
Noise Barrier..13
Tabel 4. 2 Pengukuran TTB Pada Frekuensi 500 Hz Tanpa
Noise Barrier .....13
Tabel 4. 3 Pengukuran TTB Pada Frekuensi 4000 Hz Tanpa
Noise Barrier..14
Tabel 4. 4 Pengukuran TTB Pada Frekuensi 250 Hz
Menggunakan Noise Barrier..14
Tabel 4. 5 Pengukuran TTB Pada Frekuensi 500 Hz
Menggunakan Noise Barrier..14
Tabel 4. 6 Pengukuran TTB Pada Frekuensi 4000 Hz
Menggunakan Noise Barrier...15
Tabel 4. 7 Nilai Insertion Loss, Nilai Fresnel Number,
Nilai Atenuasi Bunyi...15
Tabel 4. 8 Pengukuran TTB pada frekuensi 1000Hz.16
Tabel 4. 9 Pengukuran TTB pada frekuensi 4000Hz.17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu dasar dari ilmu pasti yang lain.
Sehingga ilmu fisika sering digunakan untuk landasan
dalam penggunaan teknologi. Salah satunya adalah pada
teknologi perekayasaan tingkat kenyamanan suatu ruangan
atau lingkungan. Tingkat kenyamanan suatu lingkungan
atau ruangan dapat dilihat dari intensitas tekanan bunyi
yang ada. Sehingga dapat diketahui sebuah lingkungan atau
ruangan tersebut layak atau tidak. Untuk mengurangi
tingkat kebisingan atau intensitas bunyi yang berlebih
dapat menggunakan penghalang bunyi atau yang biasa
disebut noise barrier. Fungsi noise barrier adalah untuk
mengurangi tingkat kebisingan pada ruangan atau
lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang nyaman.
Selain itu, bunyi juga memiliki factor keterarahan yang
berbeda. Tergantung dengan intensitas bunyi dari sumber
dan intensitas bunyi dari sumber pada titik-titik tertentu.
Semakin terarah bunyinya, maka semakin baik tingkat
keterarahannya. Oleh karena itu pada praktikum kali ini,
praktikan ingin mengetahui fungsi dari noise barrier dan
juga tentang faktor keterarahan bunyi.
1.2 Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas, maka rumusan
masalah pada praktikum akustik tentang noise barrier and
directivity factor kali ini adalah sebagai berikut.
1) Bagaimana cara menganalisa pengaruh noise barrier
terhadap pengukuran tingkat tekanan bunyi?

5
2) Bagaimana cara membandingkan besar atenuasi bunyi
pada grafik maekawa dengan hasil pengukuran?
3) Bagaimana cara mengetahui pola keterarahan dari
sumber bunyi speaker.
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari
praktikum akustik tentang noise barrier and directivity
factor kali ini adalah sebagai berikut.
1) Mampu menganalisis
pengaruh
noise barrier
terhadap pengukuran tingkat tekanan bunyi.
2) Mampu membandingkan besar atenuasi bunyi pada
grafik maekawa dengan hasil pengukuran.
3) Mahasiswa mampu mengetahui pola keterarahan dari
sumber bunyi speaker.
1.4. Sistematika Laporan
Laporan resmi praktikum akustik tentang noise barrier and
directivity factor, ini terdiri dari 5 bab, yaitu pertama bab 1,
adalah pendahuluan, yang berisi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan praktikum serta sistematika laporan. Bab 2
yaitu dasar teori yang berisi tentang teori dasar yang
menunjang praktikum ini. Bab 3 yaitu metodologi dimana
berisi tentang, alat alat yang dugunkan dalam praktikum
serta langkah langkah dalam praktikum.Bab 4 yaitu analisa
data dan pembahasan, dimana berisi tentang analisa datadata yang didapatkan dalam percobaan serta pembahasan
terhadap analisa data tersebut.Bab 5 yaitu penutup berisi
tantang kesimpulan dan saran.Sedangkan yang terakhir
yaitu lampiran yang berisi tugas khusus yang diberikan.

Halaman ini sengaja dikosongkan


BAB II
DASAR TEORI
2.1. Noise Barrier
Noise Barrier (Penghalang Dinding) merupakan suatu
dinding atau partisi penghalang yang digunakan untuk
mengendalikan transmisi bising yang dirambatkan melalui
udara (air-bone noise), dimana dinding ini letaknya
diantara sumber dan penerima. Fungsi dari Penghalang
Bising ini
yaitu untuk memberikan zona bayangan
(shadow zone) atau daerah dimana mempunyai bising yang
lebih senyap pada penerima.

Gambar 2.1 Ilustrasi Penghalang Bising Tampak Samping

faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan


penghalang buatan diantaranya adalah,
a.

Posisi/peletakan

Posisi yang dimaksud adalah jarak penghalang dengan


bangunan. Pada tempat yang lapang, jarak bisa dengan

mudah diatur. Namun ketika dihadapkan dengan lahan


yang sempit, harus dipikirkan secara lebih matang.
Misalkan, perlunya pagar keliling depan bangunan yang
menghadap jalan raya. Kemudian peletakan posisi pintu
gerbang sebaiknya menghadap bagian bangunan yang
kosong, atau lapang, dan tidak memerlukan ketenangan
yang leih dari ruangan lain.

Gambar 2.2 Posisi Barrier

b. Dimensi
Dimensi yang dimaksud disini mempunyai dua unsur,
yakni ketebalan dan ketinggian. Pada kondisi dimana
bangunan sejajar dengan ketinggian jalan, maka jarak
antara bangunan dan penghalang buatan lebih gampang
diatur. Namun ketika bangunan lebih tinggi konturnya
daripada jalan, maka ketinggian penghalang menjadi

8
faktor yang utama. Perlu diketahui, gelombang bunyi bisa
berdefraksi ketika melewati penghalang. Jadi untuk
mendapatkan barrier yang maksimal, barrier sebaiknya
lebih tinggi daripada dinding bangunan terdekat. Selain itu
bisa diakali dengan memberikan ruang lapang dibelakang
barrier, sehingga defraksi bunyi jatuh ke ruang lapang
tersebut, tidak langsung menabrak dinding bangunan.
c.

Estetika

Faktor estetika dalam analisis barrier tidak begitu


diperhatikan. Namun secara arsitektural menjadi sangat
penting, karena biasanya posisi barrier ada di bagian depan
bangunan. Untuk itu, meskipun sudah terpenuhi antara
posisi, dimensi dan materialnya, namun ketika berbentuk
kurang bagus, akan sangat menurunkan nilai komersial
bangunan. Saat ini beragamkrea tifitas untuk mempercantik
barrier/penghalang bising sudah banyak dikembangkan.

Gambar 2.3 Noise Barrier dengan memperhitungkan estetika

d. Material
Peletakan dan dimensi saja tidak cukup untuk
mendapatkan barrier yang maksimal. Kita tahu bunyi akan
memantul atau terserap tergantung permukaan penghalang
yang ditabrak. Bunyi dapat menembus celah-celah yang
sangat kecil sekalipun, sehingga, penggunaan penghalang
yang kokoh, rigid, dan permanen sangatlah disarankan.
Kinerja Akustik dari Penghalang dapat dinyatakan dalam
NR (Noise Reduction) atau IL (Insertion Loss)

2.2. Insertion Loss


Insertion Loss merupakan perbedaan antara tekanan
bunyi (SPL) pada suatu titik tertentu dalam kondisi
sebelum dan setelah barrier (atau enclosure) terpasang.

Gambar 2.4 Perbedaan TTB di Ruang Penerima tanpa (a) dan


dengan Partisi (b)
Dapat dinyatakan dengan persamaan berikut

dengan,

10
SPLbefore : Selisih tingkat tekanan bunyi sebelum ada
barrier (dB)
SPLafter : Selisih tingkat tekanan bunyi sesudah ada
barrier (dB)
IL memberikan petunjuk langsung dari perbaikan yang
diberikan oleh penyisipanbarrier antara sumber bising
dan penerima.
2.3. Metode Maekawa
Secara teoritis, metoda Maekawa merupakan metoda
yang praktis dan efektif untuk perancangan peredaman
kebisingan dengan menggunakan penghalang akustik.
Sehingga memberikan kemudahan dan kepastian kepada para
perancang untuk mengendalikan kebisingan. Di Indonesia
tidak banyak yang menggunakan metoda ini untuk
mengurangi kebisingan, kebanyakan para perancang
melakukan penghalangan kebisingan tanpa perhitungan yang
tepat dan praktis, bahkan seringkali hanya dengan perasaan
saja. Sehingga bila telah banyak orang atau perancang
peredam akustik dengan menggunakan metoda ini, maka
berarti ilmu pengetahuan tentang Metoda Maekawa telah
memberikan kontribusi yang nyata dan bermanfaat. Menurut
metoda Maekawa, nilai pengurangan tingkat tekanan bunyi
(tingkat kebisingan), tergantung pada jarak dari sumber ke
penghalang, jarak dari penghalang ke penerima, dimensi
penghalang, dan tergantung pada frekuensi bunyi. Hal ini
sesuai dengan sifat gelombang bunyi yang dapat dipantulkan,
diserap, diteruskan, didifraksikan oleh dinding penghalang.
Dengan memperhitungkan jarak antara penghalang akustik
dengan sumber bunyi dan penerima, serta dimensi dinding
penghalang, maka dapat diestimasikan besar pengurangan

tingkat tekanan bunyi yang optimal untuk berbagai frekuensi


bunyi.

Gambar 2.5 Penghalang akustik di antara sumber bunyi (S)


dan penerima (P)
Untuk menentukan besarnya nilai pengurangan bunyi oleh
penghalang Maekawa menggunakan hubungan :

dengan B adalah beda tingkat kebisingan di penerima


sebelum dan setelah adanya penghalang

selain
dengan
menggunkan persamaan tersebut, perhitungan pengurangan
kebisingan juga dapat digunakan metode grafik. Metode ini
efektif bila dimensi dari penghalang sangat lebih besar dari
panjang gelombang bunyi. Untuk metode grafik ditentukan
dulu Fresnel number dengan persamaan berikut

12

Setelah itu dimasukkan pada grafik Maekawa seperti gambar


di bawah ini.

Gambar 2.6 Grafik Maekawa


Dengan menarik garis lurus ke atas dimulai dari harga
Fresnel Number, yang diketahui, sampai memotong grafik,
kemudian ditarik lurus ke kiri memotong sumbu ordinat,
maka diperoleh nilai atenuasi bunyi oleh penghalang.

2.4. Directivity Factor


Loudspeaker merupakan transduser yang berfungsi
merubah energi listrik menjadi energi bunyi. Di dalam
perambatannya, loudspeaker memiliki arah penyebaran
tertentu. Hal inilah yang disebut sebagai faktor
keterarahan (Q). Faktor keterarahan dari sebuah sumber
bunyi didefinisikan sebagai perbandingan antara
intensitas bunyi pada suatu titik berjarak r
dari sumber bunyi dengan intensitas bunyi pada titik
tersebut yang dipancarkan oleh sumber titik dengan daya
yang sama.
Intensitas I di sebuah titik yang berjarak r dari pusat
sumber bunyi dalam ruang bebas ditentukan oleh harga
kuadrat tekanan bunyi
Di bawah ini merupakan plot dari pola keterarahan setelah
ditemukannya nilai Q :

14

Gambar 2.7 Plot pola keterarahan berdasarkan nilai Q yang


didapat

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Peralatan dan Bahan


Peralatan yang digunakan dalam melaksanakan percobaan ini
adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Laptop
Meteran
Speaker aktif
Barrier dengan tinggi 122 cm.
Software Real Time Analyzer
Sound level meter 2 buah
Busur

3.2 Prosedur Percobaan


Terdapat dua percobaan yang memiliki prosedur sebagai berikut.
a. Percobaan Noise Barrier
1. Ditentukan posisi sumber suara dan penerima, kemudian
ukur jaraknya (jarak sumber dan penerima tidak boleh
lebih dari panjang barrier).
2. Dibuka aplikasi Real Time Analyzer, ketinggian sumber
dan penerima harus sama.
3. Dibangkitkan sinyal suara dengan frekuensi 130 Hz dan
ukur SPL di posisi penerima sebanyak 3 kali
4. Dirubah frekuensi sumber bunyi menjadi 250Hz, 500Hz,
dan 2000Hz lalu ukur SPL di posisi penerima sebnyak 3
kali pada setiap frekuensi.
5. Diletakan barrier di antara sumber dan pendengar, lalu
ukur jarak dari sumber ke barrier dan barrier ke penerima
6. Diulangi langkah 3 dan 4
b. Percobaan Dirrectivity Factor

16
1.
2.
3.
4.

Dicari medan bebas untuk pengukuran


Dibuat skema pengukuran seperti gambar 5.
Ditempatkan speaker di tengah tengah area pengukuran.
Dibangkitkan sinyal dengan software yoshimasa pada
frekuensi 1000 Hz
5. Dicatat tingkat tekanan bunyi pada titik titik di
sekeliling sumber bunyi pada jarak 3 m dari sumber
bunyi. Dipilih titik - titik berjarak sama setiap selisih
sudut 10.
6. Dilakukan langkah-langkah diatas untuk frekuensi suara
yang berbeda (4000Hz)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan


Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil
pengukuran sebagai berikut :
4.1.1 Noise Barrier
a. Data Pengukuran TTB Sebelum Ada Barrier
Jarak sumber ke penerima = 2 m
nilai d = 2 m
Nilai jarak pengukuran ke puncak = 1 m
nilai A = nilai B = 1.4
nilai

=1.4+1.42= 0.8 m

Frekuensi
(Hz )

TTB ( dB )
1

130 Hz

68.6

68.9

68.1

500 Hz

89.1

88.3

88.1

2000 Hz

90.9

90

90.4

TTB ratarata ( dB )

Lamda =
c/f

atenuasi

Fresnel
Number

68.53333
3

4.81517
5

9.9482627
56

1.1747972
06

88.5

3.72881
4

10.750529
98

1.5170654
58

90.43333

3.64909

10.820886

1.5502066

18
3

06

24

Tabel 4.1 Data hasil pengukuran TTB sebelum ada Barrier


b. Data Pengukuran TTB Setelah Diberi Barrier
Jarak sumber ke penerima = 2 m
nilai d = 2 m
Nilai jarak pengukuran ke puncak = 1 m
nilai A = nilai B = 1.4
nilai

=1.4+1.42= 0.8 m

Frekuensi
(Hz )

TTB ( dB )
1

130 Hz

62

63.7

63.6

500 Hz

75.5

75

75

2000 Hz

74.8

79.2

76.5

TTB ratarata ( dB )
63.1
75.1666
67

Lamda = c /
f

atenuasi

Fresnel
Number

5.229794

9.7016106
86

1.081659
1

4.390244

10.231554
82

1.288505
69

76.8333
33

4.295011

10.299920
93

1.317075
661

Tabel 4.2 Data hasil pengukuran TTB setelah diberi Barrier


c. Nilai IL dari selisih TTB sebelum dan sesudah ada
Barrier
Frekuensi (Hz )

IL

130 Hz

5.4333
33

500 Hz

13.333
33

2000 Hz

13.6

Tabel 4.3 Nilai IL dari selisih TTB sebelum dan sesudah


ada Barrier
d. Perbandingan nilai atenuasi perhitungan dengan
grafik Maekawa
Frekuensi (Hz )

Nilai Atenuasi
Praktikum

Atenuasi
maekawa

130 Hz

9.701610686

13

500 Hz

10.23155482

13.4

2000 Hz

10.29992093

14.5

Tabel 4.4 Perbandingan nilai atenuasi perhitungan dengan


grafik Maekawa

20
16
14
12
10
8
6
4
2
0
130 Hz

500 Hz

2000 Hz

Gambar 4.1 .Plotting Perbandingan nilai atenuasi perhitungan


dengan grafik Maekawa

4.1.2 Keterarahan Bunyi


a. Frekuensi 1000 Hz
Sud
ut

Percobaan
1

10

80

2
79.2

Rata-rata
3

80.2

79.8

0.2965
29
0.5499
2

20

76

77.3

79

77.43333
333

30

75.5

75.8

76.7

76

0.7744
42

40

76

75.9

76.9

76.26666

1.0026

667

02
1.1147
76

50

73

74

74

73.66666
667

60

73

74.6

73.4

73.66666
667

1.2602
72

70

71.3

73

72.9

72.4

1.3208
53

65.5

1.1329
89

80

64.8

65.4

66.3

90

66.4

66.9

65.6

66.3

1.1787
42

100

67.5

66.8

68.2

67.5

1.2032
35

110

67.1

68

67.3

67.46666
667

1.1469
8

60.5

62.03333
333

0.8936
6
0.8118
7

120

62.4

63.2

130

60.3

62.8

65.5

62.86666
667

140

64.9

63.3

62.2

63.46666
667

0.6943
05

150

60.2

61.6

64.5

62.1

0.5170
65
0.4511
2
0.1963

160

70.2

69.9

70.3

70.13333
333

170

64.7

65.9

64.2

64.93333

22
333

35

180

63.9

64.5

65.1

64.5

1.37E16

190

65.9

65.7

65

65.53333
333

0.1999
8

200

61.2

59.1

61.2

60.5

0.3357
02

57.7

58.7

0.4619
96
0.6761
92

210

59.7

58.7

220

63.5

62.1

62.3

62.63333
333

230

66.6

66.9

68.2

67.23333
333

0.9285
7

240

67.3

67.7

69.4

68.13333
333

1.0780
56

67.8

67.63333
333

1.1526
54

250

68.9

66.2

260

68.5

68.2

65.5

67.4

1.1996
73

270

63.5

65

62.6

63.7

1.0881
04

280

61

61.9

62.8

61.9

1.0118
69
1.0504
95
1.0539

290

65.3

64.9

63.5

64.56666
667

300

69

66

67.1

67.36666

667

31
1.0658
9

310

71

73.1

72

72.03333
333

320

71.4

69.9

68.9

70.06666
667

0.8462
17

330

77.8

79.3

79.6

78.9

0.8346
71

78

77.83333
333

0.5556
16

340

77.7

77.8

350

77.9

77.4

76

77.1

0.2768
03

360

80

81.9

81.3

81.06666
667

4.32E16

28.36211

Jumlah

8.081203
Nilai Q

Tabel 4.5. Data Hasil Pengukuran Keterarahan Bunyi pada


frekuensi 1000 Hz

24

1000 Hz
36 1 2 3
34 35
4
33
5
100
32
6
31
7
50
30
8
29
9
28
0
10
27
11
26
12
25
13
24
14
23
15
22 21
16
20191817

Gambar 4.2 .Plotting Keterarahan Bunyi pada frekuensi 1000 Hz

b. Frekuensi 4000 Hz
Sud
ut

Percobaan

Rata-rata

10

82.
9

83.1

83.2

83.06666
667

0.1671
47

20

76.
1

76

75.4

75.83333
333

0.2743
77

30

71.
6

71.8

72.23333
333

0.3639
32

73.3

40

78.
3

76.8

77.1

77.4

0.5371
86

50

76.
9

79.1

78

78

0.6501
57

60

76.
6

76.4

76.3

76.43333
333

0.7057
83

70

72.
2

73.1

73.3

72.86666
667

0.6960
15

80

70.
5

70.1

69.7

70.1

0.6750
91

90

66.
2

66

62.6

64.93333
333

0.5881
8

100

64.
2

60.3

63.3

62.6

0.5383
63

110

64

64.6

68.9

65.83333
333

0.5681
36

120

66

68.4

66.2

66.86666
667

0.5401
63

130

72.
1

70

70.2

70.76666
667

0.5351
64

140

65.
6

66.7

66.2

66.16666
667

0.3925
74

150

70.
7

70.1

73.4

71.4

0.3555
83

160

67.
1

64.4

67.1

66.2

0.2090
95

26

170

63.
9

63.5

62.9

63.43333
333

0.0974
72

180

64.
7

64.7

64.2

64.53333
333

7.12E17

190

62.
7

62.8

62.7

62.73333
333

0.0953
33

200

63.
1

66.3

62.5

63.96666
667

0.1952
24

210

67.
4

67.4

67.3

67.36666
667

0.3165
45

220

63.
9

64.9

64.9

64.56666
667

0.3738
17

230

71.
2

69.3

66.1

68.86666
667

0.5068
12

240

60.
7

59.9

60.1

60.23333
333

0.4383
08

250

61.
5

62.1

65.1

62.9

0.5186
35

260

63.
4

65.5

64.6

64.5

0.5715
39

270

65.
5

65.2

67.6

66.1

0.6095
06

280

65.
2

63.5

61

63.23333
333

0.5493
11

290

63.
5

64.6

63.1

63.73333
333

0.5324
69

300

70.
7

72.2

72.6

71.83333
333

0.6233
87

310

76.
8

69

70.8

72.2

0.5570
62

320

77

77.5

77.1

77.2

0.5344
13

330

77.
1

77.9

78.1

77.7

0.4211
02

340

70

69.2

70.4

69.86666
667

0.2328
99

350

80.
9

81.3

78.9

80.36666
667

0.1564
58

360

84.
3

85.3

84.4

84.66666
667

2.45E16
15.127
24

Jumlah
15.151
48
Nilai Q

Tabel 4.6. Data Hasil Pengukuran Keterarahan Bunyi pada


frekuensi 4000 Hz

28

4000 hz
361 2 3
34 35
4
33
100 56
32
31
7
50
30
8
29
9
28
0
10
27
11
26
12
25
13
24
14
23
15
22 21
16
20191817

Gambar 4.3 .Plotting Keterarahan Bunyi pada frekuensi 4000 Hz


4.2 Pembahasan
Praktikum Akustik P2 ini terdiri dari percobaan Noise
Barrier dan Faktor Keterarahan. Hasil percobaan Noise
Barrier didapatkan nilai atenuasi yang didapatkan saat hasil
percobaan nilainya berbeda dengan hasil dengan metode
Maekawa dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi
pada saat pengambilan data diantaranya angin dan suarasuara yang berasal dari lingkungan. Berdasarkan data yang
didapat,
semakin besar frekuensi bunyi maka nilai
attenuasinya semakin tinggi. Hal ini disebabkan frekuensi
yang tinggi lebih cenderung untuk direfleksikan oleh
penghalang, sedangkan frekuensi yang rendah lebih
cenderung untuk diteruskan. Sehingga, nilai TTB dibelakang
penghalang (penerima) pada frekuensi tinggi lebih kecil
nilainya. Jadi perbedaan TTBnya semakin tinggi.
Percobaan yang kedua mengenai keterarahan bunyi. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa pola keterarahan sumber
bunyi frekuensi 1000Hz dan 4000Hz berbeda. Faktor

keterarahan yang didapatkan frekuensi lebih tinggi dari


1000Hz. Karena faktor keterarahan dipengaruhi oleh tekanan
bunyi dimana ketika frekuensinya tinggi maka TTBnya
semakin kecil dan tekanannya pun semakin kecil. Sedangkan
berdasarkan rumus, faktor keterarahan itu berbanding
terbalik dengan tekanan. Jadi, frekuensi bunyi berbanding
terbalik dengan tekanan dan berbanding lurus dengan faktor
keterarahan. Namun pada percobaan kali ini, nilai faktor
keterarahannya tidak integer atau bulat, padahal menurut
teori nilainya harus bulat. Hal ini dikarenakan, saat
melalukan percobaan terdapat sumber bunyi lain yang
mengganggu sehingga mempengaruhi nilai TTB, dan juga
saat melakukan pembacaan TTB dengan SLM tidak dalam
kondisi steady.

BAB V

30
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Noise
Mapping dan Tingkat Tekanan Bunyi (TTB), antara lain :
1. Pola

distribusi

kebisingan

dapat

dilakukan

dengan

menggukur Tingkat Tekanan Bunyi dan metode Noise


Mapping

kemudian

diolah

dengan

menggunakan

softwareSurfer
2. Daerah yang mempunyai tingkat kebisingan tertinggi dapat
diketahui dengan mencocokan warna yang sesuai dengan
skala yang terdapat di noise mapping
3. Teori Tingkat Tekanan Bunyi mengenai pengurangan Tingkat
Tekanan Bunyi terhadap penambahan jarak ukur dari titik
sumber bunyi berkurang sebesar 6 dB tidak terbukti pada
praktikum kami karena adanya faktor faktor lain, seperti
yang telah dijelaskan dalam pembahasan
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum P1 ini antara
lain :
1. Sebaiknya praktikan memahami modul P1 ini terlebih
dahulu agar tepat sesuai dengan tujuan praktikum
2. Sebaiknya pengukuran dilakukan di tempat yang sepi atau
memiliki tingkat kebisingan yang kecil, seperti ruang kedap

yang terdapat di laboratorium Akustik Teknik Fisika ITS,


agar nilai Tingkat Tekanan Bunyi yang diperoleh maksimal

32

Halaman ini sengaja dikosongkan

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Modul Praktikum Akustik P1, Noise Mapping dan
Tingkat Tekanan Bunyi (TTB). Surabaya.
Lieberika,Hade. dkk. 2013. Penentuan Posisi Sumber Bising Pada
Area Turbine Geared Compressor Set Di PT. Gresik Power
Indonesia (The Linde Group) Dengan Beamforming, diakses
pada tanggal 4 Oktober 2014.

Anda mungkin juga menyukai