A. DEFINISI
Osteoarthritis (OA) berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari arthron yang
berarti sendi dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan.
Osteoartritis merupakan suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi bersifat
lokal, progresif dan degeneratif yang berkembang lambat yang tidak diketahui
penyebabnya, meskipun terdapat beberapa faktor resiko yang berperan. Keadaan
ini ditandai dengan kerusakan dan hilangnya kartilago artikular yang berakibat
pada pembentukan osteofit, rasa sakit, pergerakan yang terbatas, deformitas.
B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5
% pada pria dan 12,7 % pada wanita. Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada
waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena.
Pada derajat yang lebih berat dapat dirasakan terus-menerus sehingga sangat
mengganggu mobilitas pasien. Karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya
yang kronik progresif, OA mempunyai dampak sosio-ekonomi yang besar, baik
di negara maju maupun di negara berkembang.
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak mengenai
terutama pada orang-orang 40 tahun. Di atas 85% orang berusia 65 tahun
menggambarkan osteoarthritis pada gambaran x-ray, meskipun hanya 35%-50%
hanya mengalami gejala. Umur di bawah 45 tahun prevaleensi terjadinya
Osteoarthritis lebih banyak terjadi pada pria sedangkan umur 55 tahun lebih
banyak terjadi pada wanita.
C. KLASIFIKASI
Menurut penyebabnya osteoarthritis dikategorikan menjadi :
a. OA primer (OA idiopatik) adalah OA yang kausanya tidak diketahui &
tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses
perubahan local pada sendi. Penyakit ini sering menyerang sendi penahan
beban tubuh (weight bearing joint), atau tekanan yang normal pada sendi
dan kerusakkan akibat proses penuaan. Paling sering terjadi pada sendi
lutut dan sendi panggul, tapi ini juga ditemukan pada sendi lumbal, sendi
Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya OA, faktor penuaan
adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat
dengan bertambahnya umur. OA hampir tak pernah pada anak-anak,
jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di atas 60
tahun.
Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan
laki-laki lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan leher.
Secara keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih
sama pada laki-laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun (setelah
menopause) frekuensi OA lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal
Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA, misalnya, pada
ibu dari seorang wanita dengan OA pada sendi-sendi interfalang distal
(nodus Heberden) terdapat 2 kali lebih sering OA pada sendi-sendi
tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai 3 kali
lebih sering, daripada ibu dan anak perempuan-perempuan dari wanita
tanpa OA. Adanya mutasi dalam gen prokolagen II atau gen-gen
struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen
tipe IX dan XII, protein pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan
dalam timbulnya kecenderungan familial pada OA tertentu (terutama
OA banyak sendi).
Kegemukan dan Penyakit Metabolik
Berat badan yang berlebihan
nyata
berkaitan
dengan
beratnya OA.5
Kelainan Pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha (misalnya penyakit
Perthes dan dislokasi kongenital paha) telah dikaitkan dengan
timbulnya OA paha pada usia muda. Mekanisme ini juga diduga
berperan pada lebih banyaknya OA paha pada laki-laki dan ras
tertentu.
Faktor-faktor lain
Tingginya kepadatan tulang dikaitkan dapat meningkatkan OA.
Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak
membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang
rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah
robek. Faktor ini diduga berperan pada lebih tingginya OA pada orang
gemuk dan pelari (yang umumnya mempunyai tulang yang lebih
padat) dan kaitan negatif antara osteoporosis dan OA.
E. PATOFISIOLOGI
Kartilago sendi yang merupakan sasaran utama OA, memiliki dua fungsi
mekanis utama. Pertama, kartilago membentuk permukaan yang sangat halus
sehingga pada pergerakan sendi satu tulang menggelincir tanpa hambatan
terhadap tulang yang lain (dengan cairan sinovium sebagai pelumas). Kedua,
kartilago sendi merupakan penyerap beban (shock absorber) dan mencegah
pengumpulan tekanan pada tulang sehingga tulang tidak patah sewaktu sendi
mendapat beban.
Kartilago terdiri dari sel kondrosit (2%) dan matriks ekstraseluler (98%).
Kondrosit berperan dalam sintesis kolagen dan proteoglikan, sedangkan matriks
ekstraseluler sebagian besar terdiri dari air (65-80%), kolagen tipe II (15-25%),
proteoglikan (10%), dan sisanya kolagen tipe VI, IX, XI, dan XIV. Proteoglikan
terdiri dari inti protein dengan cabang-cabang glikosaminoglikan, terutama
pecah
dengan
robekan-robekan
dan
timbul
ulserasi.
Dengan
berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien
atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit,
krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu.7
e. Pembesaran sendi ( deformitas )
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar.7
f. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada
sendi yang biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit,
sehingga bentuk permukaan sendi berubah.7
g. Tanda tanda peradangan
Tanda tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai
pada OA karena adanya synovitis. Biasanya tanda tanda ini tidak
menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh.
Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut.7
h. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan
merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih
pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri
karena menjadi tumpuan berat badan terutama pada OA lutut.7
G. DIAGNOSIS
Diagnosis osteoarthritis lutut berdasarkan klinis, klinis dan radiologis, serta klinis dan
laboratorium :
a. Klinis:
Nyeri sendi lutut dan 3 dari kriteria di bawah ini:
1. umur > 50 tahun
lutut
6. tidak teraba hangat pada
sendi
9.
sendi terkena
3. Krepitus
7. LED<40 mm/jam
8. RF <1:40
5. pembesaran tulang
10.
11.
Kriteria diagnosis osteoarthritis tangan adalah nyeri tangan, ngilu atau kaku dan
12.
Catatan: 10 sendi yang dimaksud adalah: DIP 2 dan 3, PIP 2 dan 3 dan CMC 1
Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada daerah yang
menanggung beban)
Kista tulang
18.
19.
20. Berdasarkan perubahan-perubahan radiografi di atas, secara radiografi OA dapat
digradasi menjadi ringan sampai berat menurut kriteria Kellgren & Lawrence. Harus diingat
bahwa pada awal penyakit, radiografi sendi masih tampak normal.
21.
22.
23. Perubahan
24.
26.
28.
30.
subkondral
32.
36.
Derajat 0
41.
Derajat 1
: Osteoartritis Meragukan
42.
Derajat 2
: Osteoartritis Minimal
43.
Derajat 3
44.
Derajat 4
: Osteoartritis Berat
45.
46. b) Pemeriksaan Laboratorium
47.
sekunder. Darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas normal kecuali OA
generalisata yang harus dibedakan dengan arthritis peradangan. Pemeriksaan imunologi (ANA,
faktor rhematoid dan komplemen) juga normal. Pada OA yang disertai peradangan, mungkin
didapatkan penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan sel
peradangan (<8000/m) dan peningkatan protein.
48.
49. c) Pemeriksaan Marker
50.
yang akan dilepaskan kedalam cairan tubuh, seperti dalam cairan sendi, darah, dan urin.
Beberapa marker molekuler dari rawan sendi dapat digunakan dalam diagnosis, prognostik dan
monitor penyakit sendi seperti RA dan OA dan dapat digunakan pula mengidentifikasi
mekanisme penyakit pada tingkat molekuler.
51.
Marker yang dapat digunakan sebagai uji diagnostik pada OA antara lain: Keratan
sulfat, Konsentrasi fragmen agrekan, fragmen COMP (cartilage alogometric matrix protein),
metaloproteinase matriks dan inhibitornya dalam cairan sendi. Keratan sulfat dalam serum dapat
digunakan untuk uji diagnostik pada OA generalisata. Marker sering pula digunakan untuk
menentukan beratnya penyakit, yaitu dalam menentukan derajat penyakit.
52.
Selain sebagai uji diagnostik marker dapat digunakan pula sebagai marker
pengobatan. Pada OA maka analisa dari fragmen matriks rawan sendi yang dilepaskan dan yang
masih tertinggal dalam rawan sendi mungkin dapat memberikan informasi penting dari perangai
proses metabolik atau peranan dari protease. Sebagai contoh maka fragmen agrekan yang
dilepaskan dalam cairan tubuh dan yang masih tertinggal dalam matriks, sangatlah konsisten
dengan aktivitas 2 enzim proteolitik yang berbeda fungsinya terhadap matriks rawan sendi pada
OA. Enzim tersebut ialah strolielisin dan agrekanase. Penelitian penggunaan marker ini sedang
dikembangkan.
54.
I. DIAGNOSIS BANDING
Gout Arthritis
57.
58.
59. G
Ar
o
u
60.
Daerah
Predileksi
61.
62.
63.
t
64. P
a
l
i
n
g
s
e
r
i
n
g
p
a
d
a
M
T
P
65.
66.
67.
1
68. B
a
i
k
h
i
n
g
g
a
m
e
n
y
e
m
p
i
69.
70.
71.
Er
t
72. E
r
o
s
i
a
d
a
p
i
n
g
g
i
r
t
u
l
a
n
g
o
v
e
r
h
a
n
g
i
n
g
l
i
p
73.
Punched out
74. d
e
n
g
a
n
g
a
r
i
s
s
k
l
e
r
o
t
i
75.
76.
77.
Si
k
78. A
s
i
m
e
t
r
i
79.
80.
82.
Ad
s
83. T
i
d
81.
a
k
A
d
84.
85.
86.
Ti
a
87. T
i
d
a
k
a
d
a
88.
89. Perbedaan OA dengan RA dari segi pemeriksaan radiologi (X-Ray)
Osteoartritis
- Osteofit pada pinggir sendi
tulang subchondral
- monoartikuler
Rhematoid Artritis
-
yang simetris
Deformitas
Pseudocyst
Luksasi
Bilateral
Gout
Pada awal serangan jarang ditemukan kelainan
Pembengkakan jaringan lunak sekitar sendi yang terlibat
Erosi pada pinggir tulang over hanging lip
Punched out dengan garis sklerotik
J. PENATALAKSANAAN
1. Meredakan nyeri
hidup
terkena) dan berat ringannya sendi yang terkena. Pengelolaannya terdiri dari 3 hal:
Terapi non-farmakologis:
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot
yang biasanya atropik pada sekitar sendi OA. Latihan isometrik lebih baik daripada isotonik
karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada
tungkai yang lumpuh, timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena otot-otot
periartikular memegang peranan penting terhadap perlindungan rawan sendi dari beban,
maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
Terapi Farmakologis:
A. Obat Sistemik
1.
Analgesik oral
2.
4gram perhari. Pemberian obat ini harus hati-hati pada pasien usia lanjut karena dapat
menimbulkan reaksi pada liver dan ginjal.
3. Chondroprotective
dapat menjaga dan merangsang perbaikan (repair) tulang rawan sendi pada pasien OA,
sebagian peneliti menggolongkan obat-obatan tersebut dalam Slow Acting Anti
Osteoarthritis Drugs (SAAODs) atau Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs
(DMAODs). Sampai saat ini yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah: etrasiklin,
asam hialuronat, kondrotin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin-C, superoxide desmutase
dan sebagainya.
Superoxide Dismutase, dapat diumpai pada setiap sel mamalia dam mempunyai
kemampuan untuk menghilangkan superoxide dan hydroxyl radicals. Secara in
vitro, radikal superoxide mampu merusak asam hialuronat, kolagen dan
proteoglikan sedang hydrogen peroxyde dapat merusak kondroitin secara
langsung. Dalam percobaan klinis dilaporkan bahwa pemberian superoxide
dismutase dapat mengurangi keluhan-keluhan pada pasien OA. (Fifi & Brandt,
1992)
pengobatan tranezumad dikaitkan sengan penurunan nyeri sendi dan peningkatan fungsi
dengan efek samping ringan diantara pasien dengan OA lutut dari sedang sampai parah.
Tranezumad adalah suatu humanis IgG2 monoklonal antibodi yang bekerja menghambat
nerve growth factor yang memblik interaksi antara nerve factor dengan receptor.
1
B.
Obat topikal
inflamasi kadang-kadang dijumpai pada pasien OA, oleh karena itu obat ini dipakai
dan obat ini mampu mengurangi rasa sakit walaupun hanya dalam waktu singkat.
Penelitian selanjutnya tidak menunjukan keuntungan yang nyata pada pasien OA,
sehingga hal ini masih kontroversial.
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami nyeri dan
inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian NSAIDs, tak dapat mentolerir
NSAIDs atau ada komorbiditas yang merupakan kontra indikasi terhadap pemberian
NSAIDs. Teknik penyuntikan harus aseptik, tepat dan benar untuk menghindari
penyulit yang timbul. Sebagian besar literatur tidak menganjurkan dilakukan
penyuntikan lebih dari sekali dalam kurun 3 bulan atau setahun 3 kali terutama untuk
sendi besar penyangga tubuh.
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mg/injeksi, sedangkan untuk
2. Asam hialuronat
Disebut juga vicosupplement oleh karena salah satu manfaat obat ini
artikular biasanya untuk sendi lutut (paling sering), sendi bahu dan koksa. Diberikan
berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu minggu masing-masing 2 sampai
2,5 ml Hyaluronan. Teknik penyuntikan harus aseptik, tepat dan benar. Kalau tidak
dapat timbul berbagai penyulit seperti artritis septik, nekrosis jaringan dan abses
steril. Perlu diperhatikan faktor alergi terhadap unsur/bahan dasar hyaluronan
misalnya harus dicari riwayat alergi terhadap telur. (ada 3 sediaan di Indonesia
diantaranya adalah Hyalgan, dan Osflex.
3. Stem sells
untuk terapi OA terutama OA pada lutut, salah satunya di Iran. Dilakukan penelitian
selama periode satu tahun, dengan menyuntikan stem sel intraartikular kepada pasien
dengan OA lutut yang berat. Didapatkan hasil ysng puas dan tidak ditemukan efek
samping lokal atau sistemik. Nyeri, status fungsional lutut, dan berjalan kaki
cenderung ditingkatkan hingga enam bulan pasca injeksi, setelah itu rasa sakit
tampaknya sedikit meningkat dan kemampuan pasien berjalan sedikit menurun.
Perbandingan gambar resonansi magnetik (MRI) pada awal dan enam bulan pascasuntikan sel didapatkan peningkatan ketebalan tulang rawan, perluasan jaringan
perbaikan atas tulang subchondral dan penurunan yang cukup besar dalam ukuran
patch pembengkakan subchondral dalam tiga dari enam pasien.
Selanjutnya, terapi ini memiliki potensi regenerasi kartilago artikular yang
hancur dalam lutut osteoarthritic. Menurut hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa
semua parameter dievaluasi muncul semakin meningkatkan hingga enam bulan pasca
injeksi. Nilai ini sedikit berkurang sampai 12 bulan pasca injeksi. Untuk alasan ini,
dapat disimpulkan bahwa suntikan kedua akan membutuhkan enam bulan setelah
injeksi pertama. (Emadedin, 2012)
D. Pembedahan
merubah sudut dari weightbearing. Tujuan : Membuat karilago sendi yang sehat
menopang sebagian besar berat tubuh. Dapat pula dikombinasikan dengan ligamen
atau meniscus repair.
2) Arthroplasty
baru ditanam. Permukaan penunjang biasanya terbuat dari logam yang berada dalam
high-density polyethylene.
a)
Partial replacement/unicompartemental
b)
c)
e) Cinstrained joint : fixed hinges : dipakai bila ada tulang hilang&severe instability
2.11 Komplikasi
Komplikasi yang utama pada OA adalah nyeri. Tingkat nyeri berbeda-beda, dari
ringan menjadi berat. Komplikasi berat bisa menyebabkan kelumpuhan.
2.12 Pencegahan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, agar terhindar dari osteoarthritis:
2.13 Prognosa
sebagian besar nyeri pasien dapat teratasi. Hanya kasus-kasus yang berat memerlukan
operasi. Akan tetapi harus diingat pasien-pasien OA dilaporkan mempunyai resiko
meningkatnya hipertensi dan penykit jantung.