Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA


KELAS XI IPA SEMESTER II SMA NEGERI 5 MALANG PADA
MATERI POKOK KOLOID

Fesy Mintania, Muhammad Suaidy, dan I Wayan Dasna


Jurusan Kimia FMIPA
Email: fesymintania@gmail.com
Abstrak: Salah satu tujuan mata pelajaran kimia SMA berdasarkan KTSP
adalah agar siswa memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode
ilmiah melalui eksperimen atau percobaan. Selain itu, siswa juga dituntut
untuk bekerja
secara ilmiah,
bersikap ilmiah dan dapat
mengkomunikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini
menggunakan rancangan eksperimental semu (quasy experimental design)
post test only dan rancangan deskriptif. Rancangan eksperimen digunakan
untuk mengetahui bagaimana penerapan metode inkuiri terbimbing
terhadap hasil belajar. Rancangan deskriptif digunakan untuk mengetahui
sikap ilmiah siswa terhadap pembelajaran pada materi koloid. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran inkuiri
terbimbing memberikan hasil belajar dan sikap ilmiah yang lebih baik.
Kata Kunci: inkuiri terbimbing, hasil belajar, sikap ilmiah, koloid
Abstract: Based on KTSP, one of the goals of chemistry at the high school
was to gain experience in implementing scientific method through
experiment or trial. In addition, students are also required to work in a
scientific, scholarly manner and to communicate their life skills. This
research uses quasy-experimental research design and descriptive design.
The experimental method is used to see the implementation of guided
inquiry method upon the studentss achievement. Descriptive design is used
to determine the student's scientific attitude towards colloid chapter. The
result of research showed that the implementation of guided inquiry method
can improve the studentss achievement and scientific attitude
Keywords: guided inquiry, achievements, scientific attitude, colloid

Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, yang dikembangkan


berdasarkan hasil percobaan dan fakta yang terjadi di sekitar, sehingga kimia
mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Berdasarkan KTSP, salah satu tujuan
mata pelajaran di SMA adalah agar siswa memperoleh pengalaman dalam
menerapkan metode ilmiah melalui eksperimen atau percobaan, dimana siswa
menguji hipotesis, merancang percobaan, mengolah dan menafsirkan data, serta
menyampaikan hasil percobaan untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Salah satu metode yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran
tersebut adalah inkuiri terbimbing. Pada proses belajar mengajar dengan
menggunakan metode inkuiri terbimbing siswa diberikan petunjuk-petunjuk
seperlunya. Petunjuk-petunjuk ini sangat berguna untuk membimbing serta
mengarahkan siswa dalam merumuskan permasalahan serta menemukan konsep
melalui kegiatan demonstrasi atau percobaan, pertanyaan arahan maupun petunjuk
pelaksanaan percobaan yang tercantum dalam Lembar Kegiatan Siswa.

Hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 5 Malang


menunjukkan bahwa proses belajar mengajar kimia, khususnya pada materi pokok
koloid masih mengarah pada teacher centered, yaitu semua kegiatan masih
terpusat pada guru. Pembelajaran materi koloid masih menggunakan metode
konvensional, yaitu metode ceramah. Siswa hanya mendengarkan penjelasan dari
guru, mencatat materi dan menghafal materi, serta mengerjakan soal-soal di
Lembar Kerja Siswa (LKS). Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan standar isi
dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006. Materi koloid merupakan materi yang
dapat diamati dan fenomenanya akan lebih mudah dipahami melalui serangkaian
kegiatan praktikum. Oleh karena itu, materi tersebut akan lebih mudah dipahami
dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing.
Pada penelitian-penelitian sebelumnya, pembelajaran dengan
menggunakan metode inkuiri terbimbing memberikan hasil yang lebih baik. Hal
ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Lailatur (2009), yaitu penerapan metode
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi pokok hidrokarbon. Ramadhani (2010) menyebutkan bahwa penerapan
metode pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. Rosadi (2006) menyebutkan
bahwa pembelajaran ilmu kimia pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit,
konsep asam basa, dan reaksi redoks dengan pendekatan inkuiri terbimbing
menghasilkan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendekatan
verifikasi.
Berdasarkan uraian tentang metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan
hasil-hasil penelitian sebelumnya, maka perlu diteliti penerapan metode
pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inqury) pada materi pokok koloid.
Melalui metode pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa dapat lebih mudah
memahami materi tersebut, sehingga akan meningkatkan hasil belajar dan sikap
ilmiah siswa.
METODE
Penelitian ini menggunakan jenis rancangan eksperimental semu (quasy
experimental design) post test only dan rancangan deskriptif. Rancangan
eksperimen digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri
terbimbing terhadap hasil belajar kognitif. Rancangan deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan hasil pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing, aspek afektif,
psikomotorik, dan untuk mengetahui sikap ilmiah siswa. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester 2 SMA Negeri 5 Malang yang
terdiri dari enam kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster
random sampling karena teknik ini berlaku jika subyek berada dalam kelompokkelompok (tak berstrata). Dari teknik tersebut diperoleh sampel penelitian yaitu
kelas XI IPA 6 sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan
menggunakan metode inkuiri terbimbing dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol
yang diberi perlakuan dengan menggunakan metode konvensional.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi instrumen
perlakuan dan instrumen pengukuran. Instrumen perlakuan dalam penelitian ini
berupa silabus untuk materi pembelajaran koloid, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen dengan menggunakan metode
pembelajaran inkuiri terbimbing dan RPP untuk kelas kontrol dengan

menggunakan metode konvensional, Lembar Kegiatan Siswa/LKS, dan hand out


sistem koloid. Sedangkan instrumen pengukuran berupa berupa soal tes hasil
belajar yang digunakan untuk mengukur pemahaman siswa tentang materi koloid.
Soal tes hasil belajar terdiri dari 30 butir soal tes bentuk objektif (pilihan ganda).
Sebelum penelitian diterapkan, dilakukan uji coba soal tes hasil belajar kognitif
siswa yang meliputi analisis validitas, reliabilitas, daya beda butir soal, dan taraf
kesukaran butir soal. Instrumen yang digunakan untuk mengukur aspek afektif
dan psikomotorik dalam pembelajaran ini berupa lembar observasi yang dinilai
oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung, sedangkan instrumen
yang digunakan untuk mengukur sikap ilmiah siswa berupa angket sikap ilmiah
yang terdiri dari 20 pernyataan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing berjalan
cukup baik meskipun masih terdapat ketidaksesuaian waktu dengan RPP.
Ketidaksesuaian tersebut antara lain siswa belum terbiasa menggunakan metode
pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa masih mengalami kesulitan dalam
melakukan percobaan dengan prosedur yang masih acak, serta analisis data tanpa
disertai penjelasan dari guru terlebih dahulu. Secara keseluruhan, partisipasi siswa
pada tiap-tiap pertemuan cukup baik.
Hasil belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini meliputi tiga aspek,
yaitu aspek kognitif, afektif,dan psikomotorik. Data hasil belajar kognitif siswa
diperolah dari nilai ulangan harian koloid, sedangkan data hasil belajar afektif dan
psikomotorik siswa diperoleh dari lembar observasi yang dilakukan saat proses
pembelajaran berlangsung. Deskripsi hasil belajar kognitif siswa disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Data Hasil Belajar Kognitif Siswa
Statistik

Hasil Belajar
Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

Nilai Rata-rata

80,1

74,8

Standar Deviasi

9,6

9,4

Jumlah siswa

34

35

Nilai Tertinggi

100

96

Nilai Terendah

60

56

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa hasil belajar kognitif siswa


yang dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing adalah 80,1, sedangkan
siswa yang dibelajarkan dengan metode konvesional adalah 74,8. Uji hipotesis
menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan
dengan inkuiri terbimbing dan siswa yang dibelajarkan dengan metode
konvensional.

Tabel 2. Data Uji Hipotesis Hasil Belajar Siswa


Parameter

Hasil Belajar

Df

67

Signifikansi

0,025

t-hitung

2,287

Siswa yang yang dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing memiliki


kesempatan memperoleh pengalaman dalam menemukan konsep bagi dirinya
sendiri. Sedangkan pada kelas kontrol, penerapan metode pembelajaran
konvensional dalam materi koloid tidak memberikan kesempatan bagi siswa
untuk memperoleh pengalaman dalam menemukan konsep bagi dirinya sendiri,
siswa hanya melakukan prosedur yang sudah ada dan disajikan secara detail.
Siswa hanya membuktikan kebenaran konsep yang sudah dikemukakan oleh guru.
Hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Ramadhani (2010) menyebutkan bahwa penerapan metode
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. Crawford (2007) menyebutkan
bahwa penerapan pembelajaran dengan inkuiri terbimbing dapat memberikan
hasil belajar yang efektif. Hasil penelitian lain oleh Wiggan (2007) menyebutkan
bahwa pembelajaran dengan inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan
kerja dan hasil belajar siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa
yang dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing memiliki pengalaman belajar
yang lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan metode konvensional.
Dengan pengalaman belajar yang baik, siswa dapat memahami konsep dalam
materi koloid dengan baik pula, siswa memiliki daya ingat yang lebih kuat dalam
pemahaman konsep, sehingga siswa mudah menyelesaikan masalah-masalah
dalam materi koloid dan memberikan hasil belajar yang lebih baik.
Kemampuan afektif siswa diamati melalui lembar observasi. Pengamatan
terhadap kemampuan afektif siswa dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Lembar observasi ini terdiri dari tiga indikator untuk mengukur
kemampuan afektif siswa, yaitu jujur dalam pengumpulan data, bertanggungjawab
dalam menyelesaikan tugas, dan hati-hati dalam melakukan pengamatan saat
kegiatan praktikum. Sesuai dengan hasil analisis dari keenam pertemuan, dapat
diperoleh nilai rata-rata afektif pembelajaran pada materi koloid. Persentase nilai
afektif siswa pada tiap kriteria kelas eksperimen maupun kelas kontrol untuk
selengkapnya dapat dilihat di Tabel 3.
Tabel 3. Persentase Nilai Afektif Siswa
Kelas

Kriteria
Cukup (%)

Baik (%)

Sangat Baik (%)

Eksperimen

7,5

55,8

36,7

Kontrol

22,9

53,3

23,8

Berdasarkan tabel di atas, dapat digambarkan diagram persentase


kemampuan afektif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang ditunjukkan
pada Gambar 1.
60%
50%
40%
Kelas Eksperimen

30%

Kelas Kontrol
20%

10%
0%
Cukup

Baik

Sangat Baik

Gambar 1. Grafik Perbandingan Nilai Afektif Siswa Tiap Kriteria

Pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, rata-rata nilai afektif siswa
meningkat dari pertemuan pertama sampai keenam. Rata-rata nilai afektif siswa
tiap pertemuan disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Nilai Afektif Siswa Tiap Pertemuan
Kelas

Eksperimen
Kontrol

Pertemuan
1
74,5
69,5

Rata-rata Tiap Pertemuan


Pertemuan Pertemuan
2
3
79,6
81,7
72,7
73,3

Pertemuan
4
85,8
76,5

Pertemuan
5
87,8
81,4

Pertemuan
6
93,9
91,9

Selanjutnya Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Kelas Eksperimen dan


Kelas Kontrol disajikan pada Gambar 2.
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0

Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol

Gambar 2. Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Afektif Kelas Eksperimen dan


Kelas Kontrol Tiap Pertemuan

Rata-rata
Akhir
83,8
77,5

Berdasarkan grafik di atas, nilai afektif siswa pada kedua kelas sama-sama
mengalami peningkatan, akan tetapi peningkatan pada kelas eksperimen lebih
tinggi daripada kelas kontrol. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa secara
rata-rata hasil belajar afektif siswa yang dibelajarkan dengan metode inkuiri
terbimbing lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan dengan metode
konvensional. Hal ini dikarenakan pada penerapan metode inkuiri terbimbing
siswa didorong untuk aktif dalam merumuskan permasalahan, merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan.
Kemampuan psikomotorik siswa diperolah dari lembar observasi yang
terdiri dari nilai unjuk kerja, diskusi, laporan praktikum, dan tugas. Persentase
nilai psikomotorik siswa pada tiap kriteria kelas eksperimen maupun kelas kontrol
untuk selengkapnya dapat dilihat di Tabel 5.
Tabel 5. Persentase Nilai Psikomotorik Siswa
Kelas

Kriteria
Cukup (%)

Baik (%)

Sangat Baik (%)

Eksperimen

0,0

32,4

67,6

Kontrol

0,0

57,1

42,8

Berdasarkan tabel di atas, dapat digambarkan diagram persentase kemampuan


psikomotorik siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang ditunjukkan pada
Gambar 3.

80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%

Kelas Eksperimen

30,00%

Kelas Kontrol

20,00%
10,00%
0,00%
Baik

Sangat Baik

Gambar 3. Grafik Perbandingan Nilai Psikomotorik Siswa Tiap Pertemuan

Pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, rata-rata nilai psikomotorik siswa
meningkat dari pertemuan pertama sampai keenam. Rata-rata nilai psikomotorik
siswa tiap pertemuan disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata Nilai Psikomotorik Siswa Tiap Pertemuan


Kelas

Rata-rata Tiap Pertemuan

Rata-rata
Akhir

Pertemuan
1

Pertemuan
2

Pertemuan
3

Pertemuan
4

Pertemuan
5

Pertemuan
6

Eksperimen

79,7

81,6

85,1

86,8

89,1

94,3

86,1

Kontrol

80,3

82,1

84,7

84,3

85,9

87,4

84,2

Selanjutnya, Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Kelas Eksperimen dan


Kelas Kontrol disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Psikomotorik Kelas


Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan grafik di atas, nilai psikomotorik siswa pada kedua kelas sama-sama
mengalami peningkatan, akan tetapi peningkatan pada kelas eksperimen lebih
tinggi daripada kelas kontrol. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa secara
rata-rata hasil belajar psikomotorik siswa yang dibelajarkan dengan metode
inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan dengan metode
konvensional. Perbedaan hasil belajar psikomotorik disebabkan adanya penerapan
metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen. Penerapan
pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing membuat siswa terampil dalam
mengumpulkan data melalui kegiatan praktikum atau pengamatan secara langsung,
mengolah serta menganalisis data untuk didapat suatu kesimpulan.
Dalam penelitian ini, juga dilakukan pengukuran sikap ilmiah siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Data sikap ilmiah siswa pada pembelajaran metode
inkuiri terbimbing diperoleh dari angket yang diberikan kepada siswa di kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Angket sikap ilmiah siswa berisi 20 butir
pernyataan. Indikator sikap ilmiah yang diukur meliputi sikap terbuka, sikap kritis,
sikap objektif, sikap menghargai karya orang lain, sikap menemukan, sikap ingin

tahu, sikap tekun. Data tentang persebaran siswa berdasarkan kriterianya, dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Data Sikap Ilmiah Siswa
Kelas

Sikap ilmiah
kurang (%)
0,0
0,0

Eksperimen
Kontrol

Sikap ilmiah
cukup (%)
0,0
0,0

Sikap ilmiah
baik (%)
59
80

Sikap ilmiah
sangat baik (%)
41
20

100%
80%

60%

kelas eksperimen

40%

kelas kontrol

20%
0%
baik

sangat baik

Gambar 5. Grafik Sikap Ilmiah Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Pada kelas eksperimen persentase siswa yang memiliki sikap ilmiah cukup
terhadap pembelajaran sebesar 0% dan kelas kontrol sebesar 0%. Persentase siswa
yang memiliki sikap ilmiah baik pada kelas eksperimen sebesar 59% sedangkan
kelas kontrol sebesar 80%. Untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah sangat baik
pada kelas eksperimen sebesar 41% sedangkan kelas kontrol 20% . Dari
persentase tersebut, dapat diketahui bahwa pada kelas eksperimen yang
dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing memiliki sikap ilmiah lebih baik
daripada kelas kontrol yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran
konvensional. Perbedaan sikap ilmiah tersebut terjadi karena siswa yang
dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing melewati tahapan-tahapan
pembelajaran yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa. Sikap ilmiah siswa
pada kelas eksperimen yang lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol
ternyata juga berpengaruh terhadap hasil belajar mereka. Pada kelas eksperimen
yang memiliki sikap ilmiah cukup tinggi, hasil belajarnya pun juga tinggi jika
dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil ini didukung oleh hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hardiyono (2007) yang menyebutkan bahwa keterampilan kerja
ilmiah dan prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran
inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada siswa yang diajar secara konvensional.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas XI IPA semester
2 SMA Negeri 5 Malang pada materi pokok koloid berjalan dengan cukup baik,

meskipun ada ketidaksesuain dengan RPP. Ketidaksesuaian tersebut antara lain


siswa belum terbiasa menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing,
siswa masih mengalami kesulitan dalam melakukan percobaan dengan prosedur
yang masih acak, serta analisis data tanpa disertai penjelasan dari guru terlebih
dahulu. Penerapan metode pembelajaran inkuiri terbimbing juga memberikan
hasil belajar dan sikap ilmiah yang lebih baik pada siswa yang dibelajarkan
dengan metode inkuiri terbimbing daripada siswa yang dibelajarkan dengan
metode konvensional.
Saran
Dilihat dari hasil penelitian, maka untuk membelajarkan materi lain yang
karakteristiknya serupa dengan koloid bisa menggunakan metode pembelajaran
inkuiri terbimbing serta bagi peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian
dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing harap memperhatikan
penggunaan waktu, agar sesuai dengan RPP yang telah disusun sebelumnya.
DAFTAR RUJUKAN
Arifin, M. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia.
Bandung: Airlangga University Press.
Arikunto, S. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Chatterjee, S., Williamson, V.M., McCan, K., & Peck, M.L., 2009. Surveying
Students Attitudes and Perceptions toward Guided-Inquiry and OpenInquiry Laboratories. Journal of Chemical Education. Vol. 86, No.12:
1431.
Crawford, B.A. 2007. Learning To Teach Science as Inqury in the Rough and
Tumble of Practice. Journal of Research in Science Teaching, Vol .44,
No.4: 618-619.
Depdiknas. 2008. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia SMA & MA.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dimyati & Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi.
Dumiyati, Y. 2010. Kajian Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
terhadap Prestasi Belajar, Motivasi Belajar, dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas
X SMA Negeri 1 Rogojampi Kabupaten Banyuwangi pada Materi Larutan
Elektrolit dan Non Elektrolit. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan
KIMIA FMIPA UM.
Hardiyono, B. 2007. Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan
Keterampilan Kerja Ilmiah dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI Semester 2
SMAN 12 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia
FMIPA UM.

Kean. E & Middlecamp, C. 1985. Panduan Belajar Kimia Dasar. Jakarta:


Gramedia.
Khan, M.S., Hussain, S., Ali, R., Majoka, M.I., & Ramzan, M., 2011. Effect of
Inquiry Method And Achievement of Students In Chemistry at Secondary
Level. International Journal of Academic Research, Vol.3, No.1: 955-957.
Lailatur, R. 2009. Pengaruh Penerapan Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Terhadap Prestasi Belajar Kimia Materi Hidrokarbon dan Respon Siswa
Kelas X MAN 3 Malang Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM.
Meitarini, R. 2009. Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
dalam Pembelajaran Ilmu Kimia terhadap Prestasi Belajar dan Persepsi
Siswa Kelas XI-IPA SMA 2 Malang pada Materi Larutan Asam-Basa.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM.
Mishra, P. & Bhatnagar, J. 2012. Appreciative Inquiry: Models & Applications.
The Indian Journal of Industrial Relations, 47( 3): 543-558.
Moehnilabib, dkk. 1997. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Makalah disajikan
dalam seminar dan Lokakarya Metodologi penelitian Tingkat Dasar di
Lembaga Penelitian IKIP Malang, 2 Mei 1997.
Muslich, M. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta: Bumi Aksara.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional. (Online),
(http://hukum.unsrat.ac.id/permendiknas/permendiknas_22_2006.pdf ),
diakses tanggal 30 September 2012.
Ramadhani. L.R.2010. Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing (Guided
inquiry) terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Timgkat Tinggi
Siswa Kelas XI IPA MAN 3 Malang pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali
Kelarutan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM.
Rosadi, F. 2006. Pengaruh Pembelajaran Ilmu Kimia dengan Pendekatan Inkuiri
Terbimbing terhadap Prestasi Belajar Kimia Siswa SMAN 1 Kutorejo
Mojokerto Tahun Pelajaran 2005/2006. Tesis tidak diterbitkan. Malang:
Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.
Sunarto.2009. Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik, Namun Paling
Disukai. (Online),
(http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-

konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/,diakses tanggal 1
April 2013).
Suprobowati.2010. Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
XI IPA MAN Tlogo Pada Materi Koloid. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Jurusan Kimia Universitas Negeri Malang.
Wartono. 2003. Keterampilan Dasar Mengajar. Malang: Universitas Kanjuruan
Malang.
Wiggan, G. 2007. Race, School Achievement, and Educational Inequality:
Toward a Student-Based Inquiry Perspective. Review of Educational
Research, 77 (3): 310-333.
Winarnik, T. 2011. Pengaruh Penerapan Kombinasi Model pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD (Students Teams Achievement Head Together)
terhadap Hasil Belajar dan Motivasi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1
Kauman Tulungagung pada Materi Koloid. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: Jurusan Kimia Universitas Negeri Malang.
Wulandari, D. 2005. Kontribusi Kecerdasan Emosional dan Sikap Ilmiah
terhadap Prestasi Belajar Kimia dalam Metode Pembelajaran GI dan
STAD Materi Pokok laju Reaksi pada Siswa Kelas XI IPA Semester 1 SMA
Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2005/2006, (Online), (http:
//www.digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/53950106200908452.pdf,
diakses pada 20 Maret 2013).

Anda mungkin juga menyukai