Artikel
Artikel
Hasil Belajar
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Nilai Rata-rata
80,1
74,8
Standar Deviasi
9,6
9,4
Jumlah siswa
34
35
Nilai Tertinggi
100
96
Nilai Terendah
60
56
Hasil Belajar
Df
67
Signifikansi
0,025
t-hitung
2,287
Kriteria
Cukup (%)
Baik (%)
Eksperimen
7,5
55,8
36,7
Kontrol
22,9
53,3
23,8
30%
Kelas Kontrol
20%
10%
0%
Cukup
Baik
Sangat Baik
Pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, rata-rata nilai afektif siswa
meningkat dari pertemuan pertama sampai keenam. Rata-rata nilai afektif siswa
tiap pertemuan disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Nilai Afektif Siswa Tiap Pertemuan
Kelas
Eksperimen
Kontrol
Pertemuan
1
74,5
69,5
Pertemuan
4
85,8
76,5
Pertemuan
5
87,8
81,4
Pertemuan
6
93,9
91,9
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Rata-rata
Akhir
83,8
77,5
Berdasarkan grafik di atas, nilai afektif siswa pada kedua kelas sama-sama
mengalami peningkatan, akan tetapi peningkatan pada kelas eksperimen lebih
tinggi daripada kelas kontrol. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa secara
rata-rata hasil belajar afektif siswa yang dibelajarkan dengan metode inkuiri
terbimbing lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan dengan metode
konvensional. Hal ini dikarenakan pada penerapan metode inkuiri terbimbing
siswa didorong untuk aktif dalam merumuskan permasalahan, merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan.
Kemampuan psikomotorik siswa diperolah dari lembar observasi yang
terdiri dari nilai unjuk kerja, diskusi, laporan praktikum, dan tugas. Persentase
nilai psikomotorik siswa pada tiap kriteria kelas eksperimen maupun kelas kontrol
untuk selengkapnya dapat dilihat di Tabel 5.
Tabel 5. Persentase Nilai Psikomotorik Siswa
Kelas
Kriteria
Cukup (%)
Baik (%)
Eksperimen
0,0
32,4
67,6
Kontrol
0,0
57,1
42,8
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
Kelas Eksperimen
30,00%
Kelas Kontrol
20,00%
10,00%
0,00%
Baik
Sangat Baik
Pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, rata-rata nilai psikomotorik siswa
meningkat dari pertemuan pertama sampai keenam. Rata-rata nilai psikomotorik
siswa tiap pertemuan disajikan dalam Tabel 6.
Rata-rata
Akhir
Pertemuan
1
Pertemuan
2
Pertemuan
3
Pertemuan
4
Pertemuan
5
Pertemuan
6
Eksperimen
79,7
81,6
85,1
86,8
89,1
94,3
86,1
Kontrol
80,3
82,1
84,7
84,3
85,9
87,4
84,2
Berdasarkan grafik di atas, nilai psikomotorik siswa pada kedua kelas sama-sama
mengalami peningkatan, akan tetapi peningkatan pada kelas eksperimen lebih
tinggi daripada kelas kontrol. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa secara
rata-rata hasil belajar psikomotorik siswa yang dibelajarkan dengan metode
inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan dengan metode
konvensional. Perbedaan hasil belajar psikomotorik disebabkan adanya penerapan
metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen. Penerapan
pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing membuat siswa terampil dalam
mengumpulkan data melalui kegiatan praktikum atau pengamatan secara langsung,
mengolah serta menganalisis data untuk didapat suatu kesimpulan.
Dalam penelitian ini, juga dilakukan pengukuran sikap ilmiah siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Data sikap ilmiah siswa pada pembelajaran metode
inkuiri terbimbing diperoleh dari angket yang diberikan kepada siswa di kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Angket sikap ilmiah siswa berisi 20 butir
pernyataan. Indikator sikap ilmiah yang diukur meliputi sikap terbuka, sikap kritis,
sikap objektif, sikap menghargai karya orang lain, sikap menemukan, sikap ingin
tahu, sikap tekun. Data tentang persebaran siswa berdasarkan kriterianya, dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Data Sikap Ilmiah Siswa
Kelas
Sikap ilmiah
kurang (%)
0,0
0,0
Eksperimen
Kontrol
Sikap ilmiah
cukup (%)
0,0
0,0
Sikap ilmiah
baik (%)
59
80
Sikap ilmiah
sangat baik (%)
41
20
100%
80%
60%
kelas eksperimen
40%
kelas kontrol
20%
0%
baik
sangat baik
Gambar 5. Grafik Sikap Ilmiah Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pada kelas eksperimen persentase siswa yang memiliki sikap ilmiah cukup
terhadap pembelajaran sebesar 0% dan kelas kontrol sebesar 0%. Persentase siswa
yang memiliki sikap ilmiah baik pada kelas eksperimen sebesar 59% sedangkan
kelas kontrol sebesar 80%. Untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah sangat baik
pada kelas eksperimen sebesar 41% sedangkan kelas kontrol 20% . Dari
persentase tersebut, dapat diketahui bahwa pada kelas eksperimen yang
dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing memiliki sikap ilmiah lebih baik
daripada kelas kontrol yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran
konvensional. Perbedaan sikap ilmiah tersebut terjadi karena siswa yang
dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing melewati tahapan-tahapan
pembelajaran yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa. Sikap ilmiah siswa
pada kelas eksperimen yang lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol
ternyata juga berpengaruh terhadap hasil belajar mereka. Pada kelas eksperimen
yang memiliki sikap ilmiah cukup tinggi, hasil belajarnya pun juga tinggi jika
dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil ini didukung oleh hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hardiyono (2007) yang menyebutkan bahwa keterampilan kerja
ilmiah dan prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran
inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada siswa yang diajar secara konvensional.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas XI IPA semester
2 SMA Negeri 5 Malang pada materi pokok koloid berjalan dengan cukup baik,
konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/,diakses tanggal 1
April 2013).
Suprobowati.2010. Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
XI IPA MAN Tlogo Pada Materi Koloid. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Jurusan Kimia Universitas Negeri Malang.
Wartono. 2003. Keterampilan Dasar Mengajar. Malang: Universitas Kanjuruan
Malang.
Wiggan, G. 2007. Race, School Achievement, and Educational Inequality:
Toward a Student-Based Inquiry Perspective. Review of Educational
Research, 77 (3): 310-333.
Winarnik, T. 2011. Pengaruh Penerapan Kombinasi Model pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD (Students Teams Achievement Head Together)
terhadap Hasil Belajar dan Motivasi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1
Kauman Tulungagung pada Materi Koloid. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: Jurusan Kimia Universitas Negeri Malang.
Wulandari, D. 2005. Kontribusi Kecerdasan Emosional dan Sikap Ilmiah
terhadap Prestasi Belajar Kimia dalam Metode Pembelajaran GI dan
STAD Materi Pokok laju Reaksi pada Siswa Kelas XI IPA Semester 1 SMA
Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2005/2006, (Online), (http:
//www.digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/53950106200908452.pdf,
diakses pada 20 Maret 2013).