PERENCANAAN BENDUNGAN
Dosen :
Ir. Djoko Moedjiharjo, ME
Oleh:
KELOMPOK 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
YUDI ISKANDAR
JUVENTUS WELLY R.G
WIDYA ASTUTI
KUKUH PUTRI E.A.
FAHRUL
TATY YUNIARTI
NUR WIDYANINGSIH MARIA
OKTA WAHYUMANAJI
95014306
95014308
95014310
95014311
95014312
95014318
95014319
95014320
SOAL
TUGAS MPSDA PU-ITB
Pada gambar 1 hal 4 (lihat lampiran) menunjukkan suatu gambaran dari beberapa
situasi dimana nilai-nilai lingkungan dipengaruhi oleh pembangunan suatu
bendungan/waduk, seperti dicontohkan oleh gambar-gambar di bawah.
Gambar 1 tersebut menunjukkan suatu sistim sungai sederhana; sungai ini
mempunyai kualitas lingkungan penting yang bervariasi, yakni : (1) sebagian ruas
sungai mempunyai nilai-nilai ilmiah dan tempat rekreasi yang potensial dan (2)
bagian ruas utama sungai adalah merupakan jalan migrasi ikan jenis tertentu dan di
bagian hulunya merupakan daerah/habitat pemijahan/perkawinan ikan sebelum
bermigrasi ke daerah hilirnya. Lingkungan ke depan akan berakibat lebih baik atau
sebaliknya, tergantung dari kegiatan yang akan dilakukan di sepanjang badan
sungai atau watershed-nya.
1) SOAL 1 GROUP II:
Rencanakan alternatif bagaimana menempatkan bangunan-bangunan air dengan
mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan seoptimal mungkin, dengan
membangun satu atau dua waduk di bagian tributari-nya. Fungsinya adalah untuk
mengatur aliran sungai ke bagian hilir melalui bendungan pengelak untuk menjaga
kecukupan aliran air ke hilirnya. Air dapat ditampung ke dalam waduk-waduk di hulu
bila aliran melebihi kapasitas pengelak dan mengalirkannya pada musim kering.
Pemijahan atau tempat kawin ikan dapat dibuat di dekat waduk-waduk hulu tersebut.
2) SOAL 2 UNTUK GROUP I DAN II:
Tentukan tipe bendungan yang sesuai dengan kondisi topografi dan geologi, tinggi
bendungan ditentukan 45 m. Gambarkan potongan tipikalnya.
I. KONDISI GEOTEKNIK DI SEKITAR BENDUNGAN
Satuan batuan yang ditemui pada bendungan (dam site) sesuai dengan asal dan
lingkungan adalah seperti berikut di bawah.
a) Satuan breksi
Satuan batuan ini tersusun oleh fragmen andesit berwarna kelabu kelabu gelap
yang berada pada massa dasar pasir tufaan. Batuan in-situ umumnya berindurasi
baik, kekerasan moderat dan kuat.
b)
Satuan batulempung
Satuan ini tersusun oleh batulempung tufaan berwarna kelabu kelabu kehijauan
yang terhancurkan dan tercermin-sesarkan. Pada batas kontak dengan batuan yang
lebih keras (rigid), batulempung mengalami overstress, sehingga satuan ini
mengalir masuk ke dalam batuan yang lebih keras.
Kelompok II
Kelompok II
d) Intrusi andesit
Intrusi andesit ini terdiri dari dike sangat kecil dan setempat-setempat berada di
dalam breksi di bagian hulu kaki tumpuan kanan bendungan. Yang kelihatannya
diikuti oleh sesar kecil dengan arah menyudut terhadap jurus perlapisan batuan.
Tidak ada tanda-tanda adanya tubuh intrusi atau ekstrusi yang lebih besar yang
teridentifikasi di tempat ini.
e) Slump creep material
Batuan ini berupa blok besar dari breksi yang terpencar-pencar di sekitar dam site.
Baik di permukaan maupun yang sebagian terkubur oleh tanah permukaan.
Bongkah besar breksi terpisahkan dari massa utamanya pada sepanjang bidang
kekar oleh pengaruh gravitasi dari dari tempat yang tinggi di sepanjang lembah
sungai. Demikian juga akumulasi bongkah yang beratnya mencapai puluhan ton.
f) Deposit kecil dari Aluvium Resen
Satuan batuan ini ditemui setempat-setempat karena terjalnya lembah sungai dan
relatif dekat dengan paparan banjir. Endapan tipis pasir. Aluvium kasar terdiri dari
berangkal membulat dan bongkah andesit Kelabu gelap dan batugamping berwarna
putih sampai abu-abu cerah yang tertransportasi dari jarak yang cukup jauh.
Ketebalan aluvium ini umumnya sekitar 3,5 meter .
Zona yang sangat menyolok umumnya berupa disturbansi, shearing dan pensesaran
ditemui pada sepanjang hulu kaki dan timbunan bendungan yang mempunyai
kecenderungan sejajar dengan sumbunya. Zona disturbansi ini berada pada baik di
tumpuan kiri maupun di tumpuan kanan. Zona ini terdiri dari fragmen dan blok
andesit, batulempung dan napal coklat kekuningan sampai abu-abu, penyebaran
dari tiap batuan tidak dapat diprediksi. Ketidak selarasan (nonuniformity) terlihat
pada satuan ini. Jenis batuan berubah secara mendadak dengan orientasi yang
random. Beberapa batas antara jenis batuan adalah shear dengan cermin sesar.
Beberapa blok memperlihatkan perlapisan yang tidak ada hubungannya dengan
satuan yang ada. Secara induvidual fragmen batuan mempunyai ciri keteknikan
yang sama dengan batuan asalnya.
Umumnya batuan in-situ terindurasi moderat dan mempunyai kekuatan moderat.
Batuan dengan kondisi keras (sound rock) beberapa di antaranya mendukung
bahwa massa batuan berupa shear dan slickensided, tetapi bukan gouge lempung
lunak. Ketebalan dari zona disturbansi pada tumpuan kiri berkisar antara 14 meter di
dekat sungai sampai 45 meter ke arah atas dan antara 15 meter 5 meter pada
tumpuan kanan.
Sesar sangat umum melintasi lokasi bendungan. Ukuran lebarnya mencapai
beberapa meter dari zona hancuran yang utama, dan dapat diikuti sampai beberapa
kilometer dari site, kenampakan pergeseran dengan orde centimeter. Major fault
pada lokasi bendungan seperti terlihat pada gambar. Sesar dapat dikelompokkan
menjadi beberapa set berdasarkan arahnya. Banyak dari sesar utama (major)
ditemui di daerah dam site, demikian juga yang minor. Set sesar yang sangat umum
lainnya berkisar kira-kira N200E. Set ketiga berarah N450 600E., kira-kira tegak
Kelompok II
lurus terhadap arah sesar NW. Beberapa sesar minor yang sesuai dengan arah
regional berarah EW, namun, tidak ada bidang sesar yang teramati di lapangan.
II.
MATERIAL TIMBUNAN
1) Material Batu
Batuan breksi telah digunakan sebagai bahan urugan batu (rockfill), lokasi quarry terletak
300 m di sebelah timur laut lokasi bendungan. Dari quarry ini dapat diambil batuan breksi
sebanyak 4,5 juta m3 dari 5,52 juta m3 yang diperlukan. Batuan sebanyak 1 juta m3
kekurangannya diambil tidak begitu sulit dari berbagai sumber bahan bangunan lain di
sekitar bendungan (ECI, 1978).
a) Tanah hasil pelapukan breksi berupa lempung lanauan dengan plastisitas sedang
sampai tinggi.
b) Tanah pelapukan napal berupa lempung dengan plastisitas tinggi dan sangat
tinggi yang dijumpai dalam jumlah yang lebih banyak.
Jenis lempung ini mempunyai kadar air sangat tinggi, karena curah hujannya tinggi
dan sistem pertaniannya dengan teras/undak/sengkedan (Kerkes & Tarbox, 1988, op
cit. Bambang Kuswidodo et al., 1993).
Material tanah dari borrow area Sripit dan tanah penutup (overburden) di Siguling
(1983) mempunyai sifat dan konsistensi sebagai berikut di bawah.
1) Kadar air asli tanah lempung Sripit berkisar antara 8,5 % - 16,5 % di atas kadar
air optimum (OMC) Standard Proctor, dengan rata-rata 12,5 % di atas kadar air
optimum. Dengan cara dibajak dan digaru 2 kali dalam sehari, kadar air
berkurang 3% - 4% per hari, yang hanya mampu mengeringkan tanah setebal 20
cm saja.
2) Material tanah timbunan di Siguling mempunyai kadar air asli sebesar 11 % - 18
% di atas kadar air optimum (OMC), dengan rata-rata 14 %. Pengeringan tanpa
digaru (selama 4 hari) mengurangi kadar air sebesar 4,5 %. Hasil-hasil pengujian
pemadatan, adalah sebagai berikut :
SELAMAT BEKERJA
Bandung, 18 Oktober 2015
Djoko Mudjihardjo
Kelompok II
JAWABAN
No. 1
Lokasi rencana
Keterangan:
: Bendungan
: Fish Ladder
: Waduk
Kelompok II
d. Konstruksi lift yang dipasang di tubuh bendung yang secara periodik naik-turun
untuk membawa ikan ke arah mercu bendung bagian hulu dan sebaliknya.
Konstruksi ini relatif mahal karena harus menggunakan mekanik untuk
menaikkan-menurunkan lift secara periodik.
Kelompok II
Material Batu
Batuan breksi telah digunakan sebagai bahan urugan batu (rockfill), lokasi quarry
terletak 300 m di sebelah timur laut lokasi bendungan. Dari quarry ini dapat diambil
batuan breksi sebanyak 4,5 juta m 3 dari 5,52 juta m3 yang diperlukan. Batuan
sebanyak 1 juta m3 kekurangannya diambil tidak begitu sulit dari berbagai sumber
bahan bangunan lain di sekitar bendungan (ECI, 1978).
2) Material Tanah Inti
Lahan yang dimanfaatkan sebagai borrow area yang digunakan sebagai material
tanah inti kedap air untuk, berjarak 1100 m dan 930 m di sebelah timur laut lokasi
bendungan. Terdapat dua macam material yang bisa digunakan, yakni :
a) Tanah hasil pelapukan breksi berupa lempung lanauan dengan plastisitas sedang
sampai tinggi.
b) Tanah pelapukan napal berupa lempung dengan plastisitas tinggi dan sangat
tinggi yang dijumpai dalam jumlah yang lebih banyak.
Kelompok II
Jenis lempung ini mempunyai kadar air sangat tinggi, karena curah hujannya tinggi
dan sistem pertaniannya dengan teras/undak/sengkedan (Kerkes & Tarbox, 1988, op
cit. Bambang Kuswidodo et al., 1993).
Sesuai data diatas maka tipe bendungan yang sesuai dengan kondisi geologi yang
ada dipilih bendungan urugan zonal inti vertikal, yang mana tanah pembentuk
tubuh bendungan terdiri atas bahan yang lulus air, tetapi dilengkapi dengan inti
kedap air yang berkedudukan vertikal. Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Zone lulus air menggunakan Batuan breksi
2. Zone inti kedap air menggunakan Tanah pelapukan napal berupa lempung
dengan plastisitas tinggi dan sangat tinggi.
3. Zone Transisi menggunakan Tanah hasil pelapukan breksi berupa lempung
lanauan dengan plastisitas sedang sampai tinggi.
Kelompok II
dengan kondisi tersebut tipe bendungan yang tepat untuk daerah ini adalah tipe
bendungan urugan. Bendungan urugan memiliki keunggulan yaitu dapat dibangun
pada hampir semua kondisi geologi dan geografi. Bendungan urugan dapat
dibangun diatas batuan yang lapuk atau diatas alur sungai yang tersusun dari
batuan sedimen dengan kemampuan daya dukung yang rendah asalkan
kekedapannya dapat diperbaiki pada tingkat yang dikehendaki.
REFERENSI
Sosrodarsono, Suyono dan Kensaku Takeda.1977. Bendungan Tipe Urugan.
Pradnya Paramita: Jakarta
Badan Standardisasi Nasional. 2015. SNI 8062.2.2015 Tentang Tata Cara Desain
Tubuh Bendungan Tipe Urugan. Jakarta
Kelompok II
10