Rumah Susun 1
Rumah Susun 1
PENDAHULUAN
1
Universitas Sumatera Utara
yang berkaitan dengan jual beli rumah, untuk menghindari kerugian yang dapat
dialami oleh setiap konsumen.
Adalah suatu realita dalam menjaga keberlangsungan roda perekonomian,
peranan konsumen cukup penting, tetapi ironisnya sebagai salah satu perilaku
ekonomi, dalam hal perlindungan hukum, posisi konsumen sangat lemah. Salah
satu bukti adalah keberadaan perjanjian baku dalam praktek perdagangan seharihari.
Perjanjian standar (baku) sebenarnya dikenal sejak zaman Yunani Kuno.
Plato (423-347 SM) misalnya, oernah memaparkan praktik penjualan makanan
yang harganya ditentukan secara sepihah oleh penjual, tanpa memperhatikan
perbedaan mutu makanan tersebut. Dalam perkembangannya, tentu saja
penentuan secara sepihak oleh produsen / penjual tidak lagi sekedar masalah
harga, tetapi mencakup syarat-syarat yang lebih mendetail. Selain itu, barangbarang yang diatur dengan perjanjian standar juga makin bertambah. Di
Indonesia, perjanjian standar merambah ke pasar property dengan cara-cara yang
secara yuridis masih controversial, misalnya dalam hal satuan rumah susun,
diperbolehkan melakukan pembelian secara inden dalam bentuk perjanjian
standar. Tujuan dibuatnya perjanjian standar untuk memberikan kemudahan
(kepraktisan) bagi para pihak yang bersangkutan. 3
Bagi
perusahaan
pembangunan
perumahan
dan
pemukiman
guna
Bagi pembeli atau konsumen agar harga jual rumah lebih rendah karena calon
pembeli membayar sebagian dimuka.
Langkah-langkah yang ditempuh perusahaan pembangunan perumahan
dan pemukiman dan konsumen tersebut diatas menimbulkan adanya jual beli
secara pesan lebih dahulu, sehingga menyababkan adanya perjanjian jual beli
pendahuluan (Preliminary purchase), yang selanjutnya dituangkan dalam akta
perikatan jual beli satuan rumah.
Dalam pengadaan perjanjian pengikatan jual beli rumah, yakni perjanjian
yang diadakan oleh developer dan konsumen sebelum akta jual beli dan serah
terima bangunan dilaksanakan,pemerintah telah melakukan pengawasan dengan
mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Preumahan Rakyat No. 09 Tahun 1995
Ibid, h.43.
B. Permasalahan
Berdasarkan pengamtan dan penelaahan penulis dari berbagai literature,
informasi serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat dalam hal
pembelian dan penjualan perumahan, maka perlu kiranya penulis mengemukakan
permasalahan-permasalahan yang ada dalam skripsi ini.
Adapun permasalahannya adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
Bagaimana
ketidakseimbangan
posisi
konsumen
perumahan
dengan
Untuk mengetahui jual beli rumah oleh Zona Property sudah memenuhi
prosedur hukum atau belum.
b.
Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dalam proses jual beli
rumah oleh Zona Property.
c.
Secara Teoritis
- Untuk memperoleh dan memperdalam pengetahuan tentang masalah jual
beli rumah terutama mengenai perlindungan hukum bagi konsumen dalam
perjanjian pengikatan jual beli rumah.
- Untuk mengetahui prosedur yang dapat ditempuh apabila terjadi sengketa
yang timbul antara konsumen dan pengembang.
b.
Secara Praktis
- Agar masyarakat mengetahui akan haknya sebagai konsumen perumahan
sehingga dikemudian hari dapat menghindari diri dari kerugian yang
terjadi.
- Dapat menambah wawasan dan pengetahuan hukum terutama sebagai
masyarakat dalam hal ini konsumen dapat mengerti tentang proses jual
beli perumahan.
D. Keaslian Penulisan
Penulisan ini diselesaikan berdasarkan data-data yang dikumpulkan oleh
penulis sendiri dari berbagai sumber, selain dari bacaan, juga berdasarkan hasil
wawancara, dan sepanjang pengetahuan penulis, penulisan tentang perlindungan
konsumen perumahan terhadap developer menurur undang-undang perlindungan
konsumen pada Zona Property sudah diselidiki sesuai dengan objek yang berbeda.
E. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. 6
Dari berbagai pengertian berbagai pengertian mengenai konsumen diatas,
untuk selanjutnya istilah konsumen yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah pengertian konsumen akhir yang didasarkan pada pasal 1 butir 1 UndangUndang Perlindungan Konsumen dimana konsumen diartikan sebagai setiap orang
pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan.
Kata perlindungan konsumen apabila digabungkan, menurut Oxford of law 7
memberikan arti bahwa :
Consumer protections are the protection, especially by legal means, of
consumers (thoise who contract otherwise than in the course of a business to
obtain goods or sevice from those who supply them in the course of business). It is
the policy of current legislation to protect consumers against unfair contract
terms. In particular they are protectd against terms that attempt to exclude or
restrict the sellers implied undertakings thathe has a right to sell the goods, that
the goods confirm with either description or sample, and that they are
merchantable quality and fit for their particular purpose (Unfair Contract Terms
Act 1977).
Perlindungan konsumen merupakan perlindungan dalam arti hukum yang
diberikan kepada konsumen (mereka yang melakukan kontrak selain untuk tujuan
bisnis untuk mendapatkan barang dan jasa dari mereka yang menyediakannya
untuk tujuan bisnis). Perlindungan konsumen merupakan suatu kebijakan hukum
pada saat ini untuk melindungi konsumen terhadap ketentuan-ketentuan di dalam
kontrak yang tidak adil. Secara khususnya, konsumen dilindungi dari ketentuan
yang mengecualikan atau yang membatasi tanggung jawab penjual secara tidak
langsung atas dimilikinya hak menjual barang-barang tersebut (oleh penjual),
apakah barang-barang tersebut sesuai dengan gambaran atau contoh, dan memiliki
kualitas yang layak untuk diperdagangkan sesuai dengan tujuan utamanya).
Sedangkan di Indonesia, kata perlindungan konsumen memiliki arti :
segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan
perlindungan kepada konsumen 8.
Ibid
F. Metode Penelitan
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
hukum Deskriptif Normatif yaitu dengan cara melakukan pengumpulan data yang
berkaitan dengan permasalahan dana kemudian dilakukan analisis terhadap
permasalahan tersebut.
1.
Bentuk penulisan
Penulisan skripsi ini mengunakan bentuk penelitian normatif empiris yaitu
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti data sekunder, yaitu
meliputi :
a. Hukum primer, berupa peraturan perundang-undangan yang bersifat
megikat dan disahkan oleh pihak yang berwenang. Dalam tulisan ini,
yang digunakan adalah Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen ; dan berupa peraturan perundang-undangan yang
terkait.
b. Bahan hukum sekunder ; berupa bahan yang berhubungan erat dengan
topic penulisan skripsi ini Surat Keputusan Menteri Perumahan No. 9
Tahun 1995 tentang Pedoman Pengikat Perjanjian Jual Beli Rumah,
Buku-buku karangan para sarjana, hasil penelitian, maupun situs internet.
2.
G. Sistematika Penulisan
Bab I
tinjauan
pustaka,
metode
penulisan
dan
sistematika penulisan.
Bab II
Baba III
Bab IV
BAB V
: Dalam Bab ini, penulis memberikan kesimpulan dan saransaran yang diperoleh berdasarkan bab-bab sebelumnya yang
mudah-mudahan berguna bagi perkembangan ilmu hukum.