Artikel
Artikel
ABSTRACT
This research is aimed to know about the factors that influence to change of
farming function in Demak Regency. This issue is important sice farming was the
main sector and had important role for economic and also employment . On this
research the independent variables are the number of population, the number of
industries, and also domestic income (PDRB)
The research is analized with regression by ordinary least square method and
using semilog model for this estimation. Hence, the change of farming function is
analized by graphical method.
The result of this research shows that all the independent variables has
positive relationship to the change of farming function. But only two variables are his
significane, that are number of population and number industries. From the
grapichal method analysis we know that the number of change of farming function is
increase from year to year. Most of the phenomenom is used to housing and
industrial need.
Keywords : change of farming function, number of population and industries,
domestic income.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di Provinsi Jawa Tengah sendiri sektor pertanian dapat dikatakan menjadi
salah satu penggerak utama dari roda perekonomian. Bahkan Provinsi Jawa Tengah
menjadi salah satu sentra produksi padi di indonesia. Hal ini dapat kita pahami karena
wilayah ini mempunyai lahan pertanian yang luas serta memiliki tingkat kesuburan
yang tinggi jika dibandingkan daerah lainnya. Salah satu bentuk dari pentingnya
sektor pertanian di Jawa Tengah adalah pada penyerapan tenaga kerja. Pada Tabel 1.1
ini merupakan jumlah penduduk di Jawa Tengah yang bekerja menurut lapangan
usaha.
Tabel 1.1
Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan
Usaha Utama di Jawa Tengah pada Tahun 2004-2008
Tahun
Sektor pertanian
Sektor industri
Total
2004
6.242.391 (42%)
2.393.068 (16%)
6.294.638 (42%)
14.930.097
2005
5.875.292 (38%)
2.596.815 (17%)
7.183.196 (45%)
15.655.303
2006
5.562.775 (37%)
2.725.533 (18%)
6.922.623 (45%)
15.210.931
2007
6.147.989 (38%)
2.765.644 (17%)
7.390.425 (45%)
16.304.058
2008
5.697.121 (38%)
2.703.427 (18%)
7.063.110 (44%)
14.930.097
semakin meningkat. Pada sektor industri pada tahun 2004 menyumbang 16% tenaga
kerja di Jawa Tengah, dan pada tahun 2008 bertambah menjadi 18%.
Dari penjelasan tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan yaitu walaupun
sektor pertanian memberikan kontribusi tertinggi dalam penyerapan tenaga kerja, tapi
perkembangannya dari tahun ke tahun menunjukkan tingkat penurunan. Hal ini
disebabkan mulai beralihnya tenaga kerja tersebut ke sektor lain seperti sektor
industri, perdagangan maupun jasa. Pada kasus ini menunjukkan jika sektor industri
dan sektor lainnya lebih disukai oleh para pekerja dari pada sektor pertanian, karena
mungkin mereka beranggapan jika sektor industri bisa memberikan penghidupan
yang lebih baik dibandingkan sektor pertanian.
Selain penyumbang tenaga kerja yang cukup besar, sektor pertanian
menempati urutan kedua dalam kontribusinya terhadap PDRB Jawa Tengah setelah
sektor industri pengolahan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.2 yang tertera
berikut ini.
Tabel 1.2
PDRB Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar
Harga Konstan, Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2009 (jutaan Rp)
Tahun
Industri
Pertanian
pengolahan
Perdagangan,
Jasa-jasa
hotel,restoran
2005
46.105.706,52
29.924.642,25
30.056.962,75 14.312.739,86
2006
48.189.134,86
31.002.199,11
31.816.441,85 15.442.467,70
2007
50.870.785,69
31.862.697,60
33.898.013,93 16.479.357,72
2008
53.158.962,88
33.484.068,44
35.626.196,01 17.741.755,98
2009
54.137.598,53
34.949.138,35
37.766.356,61 19.134.037,85
Akan tetapi sektor pertanian masih kalah jauh jika dibandingkan dengan sektor
industri pengolahan, bahkan dalam dua tahun terakhir sektor pertanian kalah oleh
sektor perdagangan, hotel dan restoran. Yang berarti bahwa sektor pertanian mulai
ditinggalkan, dan mulai menuju pada sektor lainnya yang dianggap lebih memberikan
keuntungan. Padahal apabila dikaitkan dengan Tabel 1.1 sektor industri mempunyai
tenaga kerja yang lebih kecil dari pada sektor pertanian..
Dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat yang terjadi di Jawa
Tengah ini menuntut adanya pembangunan berbagai infrastruktur sehingga
permintaan lahan pertanian yang ada menjadi cukup besar. Akibatnya banyak lahan
pertanian yang beralih fungsi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu
terjadinya alih fungsi lahan juga mungkin dikarenakan kurangnya insentif atau
perhatian sektor pertanian ini oleh pemerintah, sehingga masyarakat beralih ke sektor
lainnya
seperti
sektor
industri
maupun
perdagangan.
Berikut
merupakan
perkembangan alih fungsi lahan tiap tahun yang terjadi di Jawa Tengah dari tahun
2003-2008.
Gambar 1.1
Jumlah Alih Fungsi Lahan di Jawa Tengah Tahun 2003-2008 (Dalam Ha)
Dari Gambar 1.1 di atas kita melihat bahwa perkembangan alih fungsi lahan
di Jawa Tengah dari tahun 2003-2008 tergolong cukup tinggi. Pada tahun 2003
jumlah alih fungsi lahan sebesar 545,41 Ha, kemudian pada tahun 2004 mengalami
peningkatan yang cukup besar yaitu sebesar 625,15 Ha. Tahun 2005 kembali
mengalami peningkatan sebesar 747,32 Ha, setelah itu alih fungsi lahan yang ada
terus mengalami penurunan sampai tahun 2008 yaitu sebesar 533,54 Ha.
Walaupun pada rentang waktu 2005 sampai 2008 jumlah alih fungsi lahan
tersebut mengalami penurunan akan tetapi adanya alih fungsi lahan di Jawa Tengah
sudah tergolong tinggi. Alih fungsi lahan yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah juga
diakibatkan oleh adanya celah pada peraturan pemerintah. Kebanyakan pemerintah
kurang memberikan sanksi yang tegas terhadap alih fungsi lahan tersebut. Selain itu
kurangnya pengawasan dan kontrol dari pemerintah juga menyebabkan semakin
besarnya alih fungsi lahan ke non pertanian.
Dengan peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun yang terjadi di
Jawa Tengah menuntut jumlah produksi pangan yang semakin banyak. Sementara di
sisi lain pertumbuhan ekonomi menuntut adanya permintaan jumlah lahan untuk
pembangunan infrastruktur. Padahal peningkatan produktifitas sangat dipengaruhi
oleh besarnya lahan yang digunakan. Disini faktor lahan pertanian mempunyai
pengaruh yang sangat penting, sehingga jika keberadaanya menurun maka akan
mengganggu jumlah produksi pangan yang ada. Sahid Susanto (2008) mengatakan
lahan sawah beririgasi mempunyai peran utama dalam menjaga stabilitas suplai
pangan khususnya beras, meningkatkan fungsi ekologis, menciptakan aktivitas sosial
dan ekonomi masyarakat pedesaan, wahana pembentuk peradaban masyarakat
berbasis agraris.
Kabupaten Demak merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Jawa Tengah
yang memiliki sistem pertanian yang sudah baik. Hal ini dikarenakan selain jenis
tanah yang subur untuk pertanian, jumlah lahan pertanian di Kabupaten tersebut
cukup luas. Bahkan Kabupaten ini menjadi lumbung pangan untuk daerah Jawa
Pertanian
Industri
Perdagangan,
pengolahan
hotel,restoran
Jasa-jasa
2005
1.061.200,53
279.777,91
500.715,22
245.129,93
2006
1.099.489,17
283.160,99
514.949,19
277.358,19
2007
1.129.881,65
289.798,41
543.812,17
301.007,01
2008
1.176.841,83
295.965,65
562.836,51
320.956,48
2009
1.226.312,09
302.523,35
583.409,48
339.072,38
merupakan Grafik besarnya alih fungsi lahan tiap tahun yang ada di Kabupaten
Demak mulai dari tahun 2002 sampai 2010.
Gambar 1.2
Besarnya Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Non Pertanian Melalui IPPT
(Perijinan) di Kabupaten Demak pada Tahun 2002-2010 (m)
Tabel 1.4
Jumlah Alih Fungsi Lahan di Kabupaten Demak dan Sekitarnya
Tahun 2006-2009 ( dalam m)
Tahun
Demak
Kudus
Semarang
Grobogan
Kendal
Batang
2006
150.407
193.954
305.371
179.450
429.583
132.650
2007
567.846
139.939
363.340
268.690
220.168
86.918
2008
300.161
136.539
223.239
240.722
340.525
92.999
2009
1.299.459
91.478
124.701
16.999
206.310
109.107
Jumlah
2.317.873
561.910
1.016.651
705.861
1.196.586
421.674
1.2
Rumusan Masalah
Adanya alih fungsi lahan tersebut antara lain dikarenakan oleh peningkatan
1.3
Tujuan dan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perkembangan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian
beberapa tahun ke belakang yang terjadi di Kabupaten Demak
2. Untuk mengetahui pengaruh peningkatan jumlah penduduk, jumlah industri,
serta besarnya PDRB terhadap besarnya alih fungsi lahan yang terjadi di
Kabupaten Demak.
10
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
11
kontribusi marjinalnya atas produksi pangan akan semakin menurun. Berikut ini
adalah Gambar model jebakan populasi Malthus.
Gambar 2.1 Model Jebakan Populasi Malthus
Persentase
Tingkat
Pertumbuhan
Tingkat
Pertumbuhan
Populasi ( P/P)
Tingkat Pertumbuhan
Pendapatan( Y/P)
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh
kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain
12
yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu
sendiri.
Perubahan jenis lahan merupakan penambahan penggunaan jenis lahan di satu
sektor dengan diikuti pengurangan jenis lahan di sektor lainnya. Atau dengan kata
lain perubahan penggunaan lahan merupakan berubahnya fungsi lahan pada periode
waktu tertentu, misalnya saja dari lahan pertanian digunakan untuk lahan non
pertanian. Menurut Wahyunto (2001), perubahan penggunaan lahan dalam
pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena
dua hal, pertama adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin
meningkat jumlahnya dan kedua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu
kehidupan yang lebih baik..
Menurut Irawan (2005),ada dua hal yang mempengaruhi alih fungsi lahan .
Pertama, sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan atau industri di suatu
lokasi alih fungsi lahan, maka aksesibilitas di lokasi tersebut menjadi semakin
kondusif untuk pengembangan industri dan pemukiman yang akhirnya mendorong
meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan tanah sehingga harga
lahan di sekitarnya meningkat. Kedua, peningkatan harga lahan selanjutnya dapat
merangsang petani lain di sekitarnya untuk menjual lahan.
Menurut Pakpahan ( dalam Fanny Anugrah K 2005), menyebutkan bahwa
konversi lahan di tingkat wilayah secara tidak langsung dipengaruhi oleh :
a. Perubahan struktur ekonomi
b. Pertumbuhan penduduk
c. Arus urbanisasi
d. Konsistensi implementasi rencana tata ruang.
Secara langsung konversi lahan sawah dipengaruhi oleh:
a. Pertumbuhan pembangunan sarana transportasi
b. Pertumbuhan lahan untuk industri
c. Pertumbuhan sarana pemukiman
d. Sebaran lahan sawah.
13
Karena adanya faktor tersebut sewa lahan (land rent) pada suatu daerah akan
semakin tinggi. Menurut Barlowe ( dalam Fanny Anugrah K, 2005) sewa ekonomi
lahan mengandung pengertian nilai ekonomi yang diperoleh suatu bidang lahan bila
lahan tersebut digunakan untuk kegiatan proses produksi. Urutan besaran ekonomi
lahan menurut penggunaannya dari berbagai kegiatan produksi ditunjukkan sebagai
berikut :1). Industri manufaktur, 2). Perdagangan, 3). Pemukiman, 4). Pertanian
intensif, 5). Pertanian ekstensif.
Berdasarkan Gambar 2.2 yang menunjukkan hubungan antara land rent
dengan kapasitas penggunaan lahan menurut Barlowe ( dalam Fanny Anugrah K,
2005). Dapat dilihat bahwa pada industri dan perdagangan mempunyai sewa ekonomi
paling tinggi, kemudian di urutan kedua adalah pada pemukiman. Sewa ekonomi
untuk kegiatan pertanian sendiri menempati urutan ketiga
Gambar 2.2
Hubungan Antara Land Rent dengan Kapasitas Penggunaan Lahan
Sewa Ekonomi
Industri & Perdagangan
Pemukiman
Pertanian
Hutan
Lahan Tandus
14
2.3
peneliti. Pada kerangka pemikiran ini berisi gambaran mengenai penelitian yang akan
dilakukan. Pada penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi
lahan di Kabupaten Demak, faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain
banyaknya jumlah penduduk, jumlah industri yang ada di Kabupaten Demak, dan
jumlah pendapatan domestik regional bruto (PDRB). Kombinasi dari ketiga faktor
tersebut diperkirakan akan mempengaruhi jumlah alih fungsi lahan dari sektor
pertanian ke non pertanian. Kemudian nantinya akan dianalisis dampak-dampak dari
alih fungsi lahan tersebut terhadap ketahanan pangan maupun dampak negatif lainnya
yang mungkin timbul karena adanya alih fungsi lahan. Berikut merupakan Gambar
2.4 yang menunjukkan alur dari kerangka pemikiran tersebut.
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran
Faktor jumlah
penduduk
Kabupaten Demak
Faktor jumlah
industri Kabupaten
Demak
Faktor jumlah
PDRB Kabupaten
Demak
Besarnya alih
fungsi lahan di
Kabupaten
Demak
15
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari sebuah penelitian yang akan
dilakukan oleh si peneliti. Oleh karena itu jawaban sementara yang menjadi hipotesis
dari penelitian ini adalah
a. Di duga ada pengaruh yang positif antara jumlah penduduk terhadap alih
fungsi lahan di Kabupaten Demak.
b. Di duga ada pengaruh yang positif antara jumlah industri terhadap alih fungsi
lahan di Kabupaten Demak.
c. Di duga ada pengaruh yang positif antara jumlah pendapatan domestik
regional bruto (PDRB) terhadap alih fungsi lahan di Kabupaten Demak.
d. Di duga ada pengaruh yang positif antara jumlah penduduk, jumlah industri,
serta jumlah pendapatan domestik regional bruto (PDRB) terhadap alih fungsi
lahan di Kabupaten Demak.
16
METODE PENELITIAN
3.1
secara jelas, lengkap dan terperinci. Definisi operasional variabel yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah
1.
2.
Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk merupakan banyaknya penduduk yang tinggal dan menetap
di Kabupaten Demak. Jumlah ini terdiri dari gabungan antara penduduk lakilaki dan perempuan yang sudah tercatat oleh pemerintah setempat. Satuan
yang digunakan adalah per satuan orang.
3.
Jumlah PDRB
Jumlah PDRB merupakan banyaknya pendapatan Kabupaten Demak yang
terdiri dari sembilan sektor yang ada, baik itu sektor pertanian, industri
maupun sektor yang lainnya pada tiap tahunnya. Dari PDRB kita dapat
mengetahui apakah sektor-sektor yang di dalamnya mempengaruhi alih fungsi
lahan apa tidak. Selain itu kita juga bisa melihat pertumbuhan perekonomian
pada daerah tersebut. Satuan yang digunakan adalah jutaan rupiah pada tiap
tahun.
17
4.
Jumlah Industri
Jumlah industri merupakan banyaknya pertumbuhan industri yang tercatat di
dinas
perindustrian,
perdagangan
dan
koperasi
Kabupaten
Demak
3.2
Metode Analisis
Metode analisis merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk mencari
pengaruh antara variabel bebas dengan variabel tak bebas. Dalam penelitian ini untuk
menganalisis atau melihat pengaruh antara jumlah penduduk, besarnya PDRB, serta
jumlah industri terhadap besarnya alih fungsi lahan di Kabupaten Demak. Metode
yang digunakan adalah menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary LeastSquare). Secara matematis model tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = 1 + 2 X2 + 3 X 3+ 4 X4 +
Dimana Y = Besarnya alih fungsi lahan
= Konstanta
X2 = Jumlah penduduk
X3 = Besarnya pertumbuhan jumlah industri
X4 = Besarnya PDRB
Model estimasinya dilakukan dengan mentransformasikan persamaan tersebut
menjadi bentuk semi logaritma, dimana variabel dependen berbentuk logaritma
sedangkan variabel independennya tetap. Ini dilakukan karena dengan model semi
logaritma dapat menghasilkan estimasi model yang terbaik, serta mempunyai tingkat
keakuratan yang cukup tinggi. Selain itu tujuan dari bentuk semi logaritma adalah
sesuai yang dikatakan oleh Imam Ghozali (2009) yaitu hasil regresi melanggar
asumsi klasik yaitu pada autokorelasi dan heteroskedastisitas, oleh sebab itu untuk
18
mengobati penyakit tersebut model regresi diubah ke dalam bentuk semi log. Berikut
adalah model OLS dengan bentuk semi logaritma:
LnY = 1 + 2 X2 + 3 X 3+ 4 X4 +
Regresi tersebut akan terpenuhi jika koefisien regresinya linear, tak bias dan
mempunyai varian yang minimum atau efisien. Oleh sebab itu berbagai pengujian
sangat diperlukan untuk mengetahui apakah di dalam model tersebut terdapat
penyakit atau tidak. Dengan metode OLS dari analisis regresi linear koefisien dari
masing-masing variabel koefisien ini merupakan estimasi dari masing-masing faktor
yang berpengaruh. Serta menunjukkan sejauh mana faktor tersebut secara bersamasama mempengaruri besarnya jumlah alih fungsi lahan atau variabel dependen.
19
4.1.
dibahas terlebih dahulu mengenai perkembangan alih fungsi lahan yang ada di
Kabupaten Demak dengan menggunakan data mulai dari tahun 2006 sampai 2010.
Berikut adalah data alih fungsi lahan selama lima tahun terakhir.
Berdasarkan Gambar 4.5 di bawah, dapat kita lihat bahwa pada tahun 2006
jumlah alih fungsi lahan yang terjadi di Kabupaten Demak sebesar 149.157 m.
Jumlah tersebut antara lain digunakan untuk pemukiman penduduk sebesar 41.932
m, pembangunan industri sebesar 51.739 m, serta untuk penggilingan padi sebesar
55.486 m.
Gambar 4.5
Besarnya Alih Fungsi Lahan Tahun 2006-2010 di Kabupaten Demak
20
21
memudahkan
sektor
industri
untuk
masalah
distribusi
barang.
Sementara
LnY = 1 + 2 X2 + 3 X 3+ 4 X4 +
Dimana LnY = Besarnya pertumbuhan alih fungsi lahan
X2
= Jumlah penduduk
X3
X4
= Besarnya PDRB
22
Tabel 4.10
Hasil Koefisien Regresi SPSS
Model
1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
-3,247
,945
pndk
0,00000855
,000
indstri
0,00002908
pdrb
0,00000002
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
-3,435
,007
,965
8,038
,000
,108
9,300
,000
,100
2,458
,036
,931
1,074
,000
,052
,436
,673
,109
9,140
Dari Tabel 4.10 di atas tersebut dapat diperoleh persamaan sebagai berikut
LnY = -3,247 + 0,000086X1 + 0,000029X2 + 0,00000002X3 + 0,072
Dari persamaan tersebut berarti dapat kita simpulkan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta adalah sebesar -3,247, ini menyatakan bahwa jika tidak
terdapat variabel-variabel independen seperti jumlah penduduk, jumlah
industri, serta jumlah pendapatan domestik regional bruto (PDRB), maka
jumlah alih fungsi lahan akan berkurang sebesar 3,247 persen.
2.
Koefisien regresi (1) adalah jumlah penduduk yaitu sebesar 0,000086, ini
berarti bahwa setiap ada peningkatan 100 orang penduduk maka akan terjadi
kenaikan relatif jumlah alih fungsi lahan sebesar 0,085 persen.
3.
Koefisien regresi (2) adalah jumlah industri yaitu sebesar 0,000029, ini
berarti bahwa setiap ada peningkatan 100 unit industri maka akan terjadi
kenaikan relatif jumlah alih fungsi lahan sebesar 0,29 persen.
4. Koefisien regresi (1) adalah jumlah PDRB yaitu sebesar 0,00000002, ini
berarti bahwa setiap ada peningkatan 100.000.000 rupiah PDRB maka jumlah
alih fungsi lahan akan bertambah sebesar 0,2 persen.
23
4.3.
yang mempengaruhi alih fungsi lahan di Kabupaten Demak, ada beberapa variabel
independen yang digunakan untuk mendukung penelitian tersebut. Variabel
independen tersebut antara lain jumlah penduduk, jumlah industri, serta jumlah
PDRB Kabupaten Demak. Adapun analisis tiap variabelnya adalah sebagai berikut.
a.
mengalami pertambahan. Atau dengan kata lain jumlah kelahiran lebih besar dari
pada jumlah kematian. Dengan jumlah penduduk yang selalu mengalami
penambahan, maka sangat membutuhkan rumah tempat tinggal atau pemukimanpemukiman baru untuk tempat tinggal. Dengan adanya pembangunan pemukiman ini,
maka secara langsung mengurangi jumlah lahan pertanian yang ada di Kabupaten
Demak.
Dalam penelitian yang telah dilakukan, hasil model regresi membuktikan
bahwa penambahan jumlah penduduk berpengaruh signifikan dan positif terhadap
besarnya alih fungsi lahan di Kabupaten tersebut. Besarnya nilai koefisien parameter
jumlah penduduk sebesar 0,000086, ini berarti bahwa setiap ada peningkatan 100
orang penduduk maka akan terjadi kenaikan relatif jumlah alih fungsi lahan sebesar
0,085 persen dengan asumsi variabel lainnya tetap.
b.
terkecuali juga di Negara Indonesia. Besarnya sektor industri semakin lama semakin
meningkat, ini juga yang terjadi di Kabupaten Demak. Di Kabupaten Demak
banyaknya industri semakin meningkat baik itu industri besar, sedang, menengah,
maupun industri rumah tangga. Semakin banyaknya sektor industri juga berdampak
pada semakin banyaknya alih fungsi lahan. Lahan yang beralih fungsi merupakan
lahan pertanian, sehingga dengan banyaknya alih fungsi karena sektor industri maka
jumlah lahan untuk sektor pertanian semakin berkurang.
24
merupakan pendapatan daerah yang berasal dari berbagai sektor yang ada. Besarnya
PDRB di Kabupaten Demak masih didominasi oleh sektor pertanian. Oleh sebab itu
dari hasil model regresi tersebut ternyata pengaruh PDRB di Kabupaten Demak
berpengaruh positif terhadap alih funsi lahan, akan tetapi tidak signifikan. Besarnya
koefisien parameter jumlah PDRB sebesar 0,00000002, ini berarti bahwa setiap ada
peningkatan 100.000000 rupiah PDRB maka jumlah alih fungsi lahan akan
bertambah sebesar 0,2 persen dengan asumsi variabel lainnya tetap
Hal ini mungkin di karenakan jumlah PDRB merupakan gabungan dari
sembilan sektor yang ada. Dari kesembilan sektor tersebut tidak semua peningkatan
sektor yang ada mempengaruhi alih fungsi lahan. Apalagi penyumbang paling besar
merupakan sektor pertanian.
4.4.
pertanian ke sektor non pertanian. Alih fungsi lahan tersebut secara langsung
mengurangi jumlah lahan pertanian yang ada di Kabupaten Demak. Berdasarkan
wawancara langsung kepada ketua seksi bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan
(P3) kanwil Badan Pertanahan Nasional Jawa Tengah, banyak faktor-faktor penyebab
mengapa alih fungsi lahan semakin besar di Kabupaten Demak antara lain sebagai
berikut:
25
a.
b.
c.
Demak, maka saya melakukan wawancara secara langsung kepada Bapak Rahardja
sebagai salah satu anggota di bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan (P3) yang
ada di Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Demak.
Dari hasil wawancara tersebut di dapatkan bahwa dengan adanya alih fungsi
lahan memang secara mikro mengurangi jumlah produksi padi para petani. Akan
tetapi secara keseluruhan alih fungsi lahan tersebut tidak menimbulkan bahaya
kerawanan pangan di Kabupaten Demak, ini terbukti dengan surplus beras yang
terjadi di Kabupaten Demak. Selain itu beliau juga menyebutkan bahwa alih fungsi
lahan yang terjadi di Kabupaten Demak merupakan lahan yang kurang produktif,
sehingga pada sekarang ini belum mengancam ketahanan pangan di Kabupaten
Demak.
Selain itu saya juga melakukan wawancara secara langsung kepada Bapak
Untung Subagyo selaku kepala bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan (P3) di
kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) wilayah Jawa Tengah. Dari hasil
wawancara tersebut didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Dengan adanya alih fungsi lahan pada saat sekarang ini belum memberikan
dampak yang serius terhadap kerawanan pangan, akan tetapi ini bisa menjadi
masalah yang serius terhadap ketahan pangan jika semakin banyak alih fungsi
lahan ke sektor non pertanian.
b. Bahwa alih fungsi lahan dapat menyebabkan pengangguran-pengangguran
baru di sektor pertanian, hal ini dikarenakan pada waktu terjadi alih fungsi
lahan ke sektor non pertanian maka sebagian orang akan kehilangan mata
pencaharian baru. Sementara sektor lain belum tentu dapat menerimanya
karena kurangnya keahlian yang ada.
26
4.5.
27
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisis penelitian mengenai faktor-faktor yang
28
DAFTAR PUSTAKA
Afriani, Arum Laili. 2009. Analisis pengaruh beberapa variabel terhadap alih fungsi
lahan perkebunan di Kota Semarang (kasus di PT. KARYADEKA ALAM
LESTARI). Skripsi S1 Jurusan Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret.
Anugrah, Fanny. 2005. Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan
Sawah ke Penggunaan Non Pertanian di Kabupaten Tangerang. Skripsi S1
Jurusan Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya Fakultas pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Boediono. 1993. Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Delliarnov. 2005. Sejarah Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT RajaGrafindo.
Demak Dalam Angka. 1997-2010. BPS Kabupaten Demak.
Dewi,Ni Putu Martini. 2008. Pengaruh Alih Fungsi Lahan Sawah terhadap Produksi
Tanaman Pangan di Kabupaten Badung. Denpasar: Buletin Studi Ekonomi.
Fauziah, Lilis Nur. 2005. Ahli Fungsi Tanah Pertanian Menjadi Tanah Non
Pertanian( Studi Komparatif Indonesia dan Amerika. Yogyakarta: FH UGM.
Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika: Teori, Konsep, dan Aplikasi denagn SPSS 17.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar. 1978. Ekonometrika Dasar. (Terj) Sumarmo Zain. Jakarta:
Erlangga.
Irawan, Bambang dan Supeno Friyanto. 2002. Dampak Konversi Lahan Sawah di
Jawa terhadap Produksi Beras dan Kebijakan Pengendaliannya. Bogor :
Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian RI ,Bogor.
Irawan, Bambang. 2005. Konversi Lahan Sawah: Potensi Dampak, Pola
Pemanfaatannya, dan Faktor Determinan. Bogor: Pusat Penelitian
danPengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.
Jawa Tengah Dalam Angka. 2004-2010: BPS Jawa Tengah.
Lembaga Demografi Fakultas Indonesia. 1981. Dasar-dasar Demografi. Jakarta:
FEUI.
29
Lestari. 2009. Faktor-faktor Terjadimya Alih Fungsi Lahan. Dalam Tinjauan Pustaka
Universitas Sumatra Utara
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: LP3ES.
Nazir, Mohammad. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nicholson, Walter. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya Jakarta:
Erlangga.
Sahara, Dewi dan Idris. 2005. Efisiensi Produksi Sistem Usahatani Padi pada Lahan
Sawah Irigrasi Teknis. Kendari: BPTP Sulawesi Tenggara.
Soekartawi. 1991. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.
Sudarman, Ari. 2002. Teori Ekonomi Mikro. Yoryakarta: BPFE Yogyakarta.
Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Supranto, J. 2010. Ekonometri. Bogor: ghalia Indonesia.
Todaro, Michael dan Stephen C Smith. 2002. Pembangunan Ekonomi di Dunia
Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Wahyunto (Dalam Dalam Tinjauan Pustaka Universitas Sumatra Utara). 2001.
Pengertian Alih Fungsi Lahan. UNSU
Widjanarko et al ( dalam ibrahim). 2006. Dampak Alih Fungsi Lahan.Universitas
Sumatra Utara.
Witono. (dalam Tinjauan Pustaka Universitas Sumatra Utara). 2005. Fakta Alih
Fungsi Lahan. UNSU.