Essay Speech Delayed
Essay Speech Delayed
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Sejak dahulu, masalah perkembangan anak telah mendapat banyak
perhatian. Gangguan bicara merupakan salah satu masalah yang
sering
f.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Perkembangan Anak
Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing
dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual
dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih,
1994).
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perlembangan anak.
Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan
pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor,
psikologis, emosi dan lingkungan di sekitar anak.
2. Perkembangan Berbicara dan Bahasa Normal pada
Toddler
Menurut Towne perkembangan berbicara dan berbahasa pada anak normal usia
toddler adalah sebagai berikut:
Umur
12 bulan
15 bulan
18 bulan
21 bulan
Dapat
mengetahui
dan
mengenali
gambar-gambar
obyek yang sudah akrab
dengannya, jika obyek disebut
namanya.
Akan mengikuti petunjuk Mulai
mengkombinasikan
yang berurutan (ambil topimu kata-kata (mobil papa, mama
dan letakkan diatas meja).
berdiri).
24 bulan
Teruslah membaca untuk anak dan buat anak melihat bahwa kita
membaca buku.
Dorong anak mau menceritakan kembali gambar yang dilihat.
Bantu anak memilih TV dan menemaninya.
a. Nama, ajari anak menyebut namanya.
b. Cerita mengenai diri anak anda.
c. Menyebut nama benda-benda.
d. Menyatakan keadaan suatu benda.
5. Pengertian Gangguan Bicara dan Bahasa
Gangguan bicara dan bahasa merupakan suatu keterlambatan dalam
berbahasa ataupun bicara dimana jika dilakukan penanganan dini akan sangat
menolong anak dalam masalah bahasa (Jeniffer Fusco, 2002).
Gangguan bahasa merupakan keterlambatan dalam sektor bahasa yang
dialami oleh seorang anak (Soetjiningsih, 1995).
Bahasa dapat dirumuskan sebagai pengetahuan tentang sistem lambang
yang dipergunakan dalam komunikasi yang dilakukan secara lisan; sedangkan
ucapan atau berbicara adalah memperlihatkan pengetahuan tersebut dalam
suatu tingkah laku yang dapat didengar. Bahasa dapat dipandang sebagai dasar
di atas mana kemudian dibangun kemampuan berbicara tersebut, keduanya
akan berkembang dalam progresi yang beraturan. Kemampuan berbahasa
diperlihatkan dengan cara bagaimana anak merespon petunjuk lisan yang
diberikan; gerakan yang diperlihatkan anak untuk mengkomunikasikan
kebutuhan, keinginan serta penetahuan tenatng lingkungan serta melalui
permainan kreatif dan imajinatif (Behrman, 1988).
6. Etiologi Gangguan berbicara dan Bahasa
Penyebab kelainan berbahasa bermacam-macam yang melibatkan
berbagai faktor yang dapat saling mempengaruhi, antara lain kemampuan
lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi, psikologis dan lain
sebagainya. Menurut Blager B.F (1981) membagi penyebab gangguan bicara
dan bahasa adalah sebagai berikut:
Penyebab
2. Lingkungan
a. Sosial ekonomi kurang.
b. Tekanan keluarga.
c. Keluarga bisu.
d. Dirumah menggunakan bahasa
bilingual.
3. Emosi
a. Ibu yang tertekan.
b. Gangguan serius pada orang tua
c. Gangguan serius pada anak.
4. Masalah Pendengaran
a. Kongenital.
b. Didapat.
a.
b.
c.
d.
Terlambat.
Gagap.
Terlambat pemerolehan bahasa.
Terlambat pemerolehan struktur
bahasa.
bicara
yang
bicara
yang
5. Perkembangan terlambat
a. Terlambat bicara.
a. Perkembangan lambat.
b. Terlambat bicara.
b. Perkembangan lambat, tetapi
masih dalam batas rata-rata.
c. Pasti terlambat bicara.
c. Retardasi mental.
6. Cacat bawaan
a. Palatoshciziz.
b. Sindrom Down.
7. Kerusakan otak
a. Kelainan neuromuskular.
b. Kelainan sensorimotor.
c.
d. Palsi serebral.
e.
f. Kelainan Persepsi.
a. Terlambat
dan
terganggu
kemampuan bicaranya.
b. Kemampuan bicaranya lebih rendah
a. Mempengaruhi
kemmapuan
mengisap, menelan, mengunyah dan
akhirnya timbul gangguan bicara
dan artikulasi seperti disartia.
b. Mempengaruhi
kemampuan
mengisap dan menelan, akhirnya
menimbulkan gangguan artikulasi
seperti dispraksia.
c. Berpengaruh
pada
pernafasan,
makan dan timbul juga masalah
artikulasi yang dapat mengakibatkan
disartia dan dispraksia.
d. Kesulitan
membedakan
suara,
mengenal
bahasa,
simbolisasi,
mengenal
konsep,
akhirnya
menimbulkan kesulitan belajar
disekolah.
susunan
saraf
pusat
akan
mempengaruhi
pemahaman,
10
Dislalia
Disfasia ekspresif
Disfasia reseptif dan tuli
perseptif
Tuli perseptif dan tuli
sentral
11
d. Anak bicara dengan kata-kata dan frase yang susah dimengerti bahkan
pada orang-orang yang sering kontak dengannya sehingga menimbulkan
rasa marah dan frustasi bagi si anak.
2. Defisit represif dan ekspresif
a. Gangguan campuran ekspresif represif.
b. Anak berbicara sulit dipahami dengan kalimat yang pendek dan banyak
dari mereka yang autistik.
c. Disfrasia verbal auditori agnosia.
d. Anak mengerti sedikit pada apa yang dikatakan kepadanya walaupun
kadang-kadang mereka mengikuti suatu pembicaraan dengan cara lain
dan miskin dalam artikulasi kata-kata.
3. Defisit bahasa yang lebih berat
a. Gangguan leksikal sintaksis.
b. Anak kesulitan dalam menemukan kata-kata yang tepat khususnya saat
bercakap-cakap. Mereka tidak gagap dan tidak menghindar untuk
berbicara.
c. Gangguan semantik pragmantik.
d. Anak dapat berbicara lancar tetapi mereka bicara tanpa henti mengenai
satu topik.
Aram D.M (1987) dan Towne (1983) gejala-gejala anak dengan gangguan
bahasa adalah sebagai berikut:
1. Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta kepalanya
terhadap suara yang datang dari belakang atau samping.
2. Pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya
sendiri.
3. Pada usia 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap kata-kata
jangan, da-da, dan sebagainya.
4. Pada usia 18 bulan tidak dapa menyebut sepuluh kata tunggal.
5. Pada usia 2 bulan tidak memberi reaksi terhadap perintah (misalnya duduk,
kemari, berdiri).
12
13
Meragukan
-
14
Penatalaksanaan
Meningkatkan stimulasi
Mengurangi tekanan
Tekanan
Keluarga
c.
Keluarga
bisu
d.
Bahasa
Bilingual
Emosi
a.
Ibu yang
tertekan
b.
Gangguan
serius
pada
keluarga
c.
Gangguan
serius
Masalah
Pendengaran
a. Kongenital
Rujukan
Kelompok BKB (Bina
Keluarga dan Balita)
atau kelompok bermain.
Konseling keluarga
b.
b. Didapat
Perkembangan
lambat
a. Dibawah ratarata
b. Perkembangan
terlambat
c. Retardasi
mental
Meningkatkan stimulasi
Menyederhanakan masukan
bahasa
Kelompok BKB
Ahli, terapi wicara
Meningkatkan stimulasi
Konseling,
kelompok
BKB/bermain
Psikoterapi
Psikoterapi
Audiologist/ahli THT
Meningkatkan stimulasi
Meningkatkan stimulasi
Maksimalkan potensi
Program khusus
Audiologist/ahli THT
15
Cacat bawaan
a.Palatum
sumbing
b. Sindrom Down
Kerusakan otak
a.
Kerusakan
neuromuskular
b. Sensorimotor
d. Palsi
Serebralis
e. Masalah
persepsi
16
BAB III
RESUME
A. Pengkajian
An Y usia 2 tahun 2 bulan 17 hari, laki laki, dibawa oleh orang tua Tn
H dan Ny S ke Poli Tumbang untuk mengetahui gangguan yang terjadi pada
anaknya, karena setelah ditunggu sampai usia 2 tahun An. Y ternyata belum
juga bisa berbicara. Perkembangannya tidak seperti kedua kakaknya yang
pada usia 2 tahun sudah mempunyai kemampuan untuk berbicara dan
berbahasa. An. Y hanya mampu mengatakan mama atau papa saja. Sedangkan
pertumbuhan fisiknya An. Y tidak mengalami gangguan. Bila menginginkan
sesuatu An. Y hanya mengucapkan suara yang tidak jelas. Sehingga akhirnya
orang tua membawa An. Y ke Poli Tumbang untuk mengetahui gangguan
yang terjadi pada anaknya.
Di poli tumbang anak dilakukan pemeriksaan antropometri meliputi
BB: 16,1 kg, TB: 94,5 cm, LILA : 19 cm, Lingkar kepala : 52 cm, lingkar
dada : 51 cm. Kemudian dilakukan pemeriksaan DDST, dari hasil
pemeriksaan didapatkan dari sektor personal sosial anak Y mampu gosok gigi
dengan bantuan, mampu mencuci tangan dan mengeringkannya, tidak mampu
memakai baju tanpa bantuan, tidak mampu memakai T shirt, tidak mampu
menyebut nama teman, mampu membuka pakaian sendiri, tidak mamapu
menyuapi boneka, tidak mampu menggunakan sendok garpu dan tidak mampu
membantu aktivitas di rumah. Pemeriksaan sektor motorik halus didapatkan
anak Y mampu membuat menara dari 4 kubus, mampu membuat menara dari
kubus, tidak mampu meniru garis vertikal, tidak mampu menyusun menara
dari 6 kubus, mampu mengambil manik-manik ke dalam gelas. Pemeriksaan
sektor bahasa didapatkan anak Y mampu mengucapkan mama/papa spesifik,
mampu mengucapkan satu kata, tidak mampu mengucapkan 2 kata, tidak
17
18
tua yang salah. Stimulasi yang kurang diberikan pada masa perkembangan
akan membuat anak tidak berkembang. Untuk mengetahui gangguan yang
terjadi pada anak dengan keterlambatan bicara dan bahasa perlu dilakukan
beberapa macam pemeriksaan selain tes DDST. Biasanya dilakukan
pemeriksaan tes pendengaran Bera Test dan Barany test. Barany test dapat
mengetahui gangguan fungsi pendengaran anak pada frekuensi tertentu
sedangkan Bera test akan lebih spesifik menentukan gelombang tertentu
yang mengalami kerusakan.
2. Hasil diskusi expert II (Perawat R)
Dengan pemeriksaan DDST dapat diektahui keterlambatan perkembangan
yang terjadi pada anak. Biasanya orang tau membawa anaknya untuk
dilakukan pemeriksaan DDST bila ortu merasa anaknya mengalami
gangguan perkembangan tidak seperti anak yang lain. Rata-rata anak yang
dibawa skrining DDST ini pada usia todler yang mengalami keterlambatan
di sektor bahasa. Dikatakan terlambat pada suatu sektor jika terdapat 2
atau lebih tugas perkembangan yang tidak mampu dilakukan anak. Untuk
terapi anak yang mengalami keterlambatan biasanya dirujuk ke
rehabilitasi/PRU
untuk
dilakukan
terapi.
Begitu
juga
dengan
19
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan dari sektor personal sosial
anak Y mampu gosok gigi dengan bantuan, mampu mencuci tangan dan
mengeringkannya, tidak mampu memakai baju tanpa bantuan, tidak mampu
memakai T shirt, tidak mampu menyebut nama teman, mampu membuka
pakaian sendiri, tidak mamapu menyuapi boneka, tidak mampu menggunakan
sendok garpu dan tidak mampu membantu aktivitas di rumah. Pemeriksaan
sektor motorik halus didapatkan anak Y mampu membuat menara dari 4
kubus, mampu membuat menara dari kubus, tidak mampu meniru garis
vertikal, tidak mampu menyusun menara dari 6 kubus, mampu mengambil
manik-manik ke dalam gelas. Pemeriksaan sektor bahasa didapatkan anak Y
mampu mengucapkan mama/papa spesifik, mampu mengucapkan satu kata,
tidak mampu mengucapkan 2 kata, tidak mampu mengucapkan 3 kata, tidak
mampu mengucapkan 6 kata, tidak mampu menunjuk 2 gambar, tidak mampu
mengkombinasi kata, tidak mengetahui kegiatan. Pemeriksaan sektor motorik
kasar didapatkan data anak Y mampu melompat, mampu melempar bola ke
atas, mampu menendang bola ke depan, mampu berjalan naik tanggga,
mampu lari, mampu berjalan mundur. Hasil penilaian menunjukan bahwa
anak mengalami semua keterlambatan disektor bahasa dan lebih dari 2
keterlambatan disektor personal sosial. Selanjutnya An. Y didiagnosis speech
delayed dengan etiologi yang belum jelas karena belum dilakukan
pemeriksaan.
Menurut Blager (1981) penyebab timbulnya kelainan dalam berbicara
dan bahasa dapat melibatkan berbagai faktor antara lain kemampuan
lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi, psikologi atau cacat
bawaan. Sedangkan Aram (1987) juga mengatakan bahwa gangguan bicara
pada anak dapat disebabkan kelainan seperti lingkungan sosial anak, sistem
20
pada
kasus
An.
mengenai
kemampuan
21
mengenai
penatalaksanaannya
disesuaikan
dengan
22
23
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan sebagai hasil dari proses pematangan merupakan
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan. Sedangkan indikator
dari seluruh perkembangan anak terletak pada kemampuan berbahasanya.
Untuk mengetahui keterlambatan perkembangan ini dapat segera
dilakukan skrining dengan DDST yang selanjutnya dilakukan pemeriksaan
penunjang. Faktor lingkungan dan pola asuh orang tua sangat menentukan
kemajuan perkembangan bicara dan bahasa pada anak. Sedangkan
penatalaksanaannya tergantung dari faktor penyebab agar dapat dilakukan
stimulasi yang benar pada anak.
B. Saran
1. Agar dapat dilakukan penanganan yang lebih awal seharusnya orang tua
lebih bisa memahami perkembangan yang terjadi pada anaknya.
2. Seharusnya orang tua lebih bisa memahami kondisi anaknya jika memang
harus menyekolahkan di SLB, karena orang tua cenderung malu dan belum
bisa menerima bahwa anaknya tidak normal seperti lainnya.
24
DAFTAR PUSTAKA
25