Anda di halaman 1dari 2

bahasaarabonline.

com

http://bahasaarabonline.com/pembagian-kalimat-bahasa-arab-2.html

Pembagian Kalimat Bahasa Arab


Pembagian Kalimat dalam Bahasa Arab sudah dapat
dipastikan selalu menempati urutan pertama dalam setiap
pelajaran grammar arab atau nahwu. Sebab ia menempati
posisi urgen dalam ilmu nahwu. Betapa tidak, kita tak
mungkin bisa memahami kaidah bahasa Arab bila tidak
mengetahui pembagian kalimat bahasa Alquran ini.
Maka dari itu, pada pos pertama materi-materi Belajar
Bahasa Arab Online ini, saya pun memulai dengan bahasan
ini. Saya mencoba memberikannya secara singkat, tapi
sudah mampu meng-c0ver materi pada pembahasan ini.
Tanpa mengetahui pembagian kalimat, sulit rasanya dapat
memahami bab-bab berikutnya. Bab ini layaknya pondasi,
sedang yang lain adalah dinding dan atap. Itu bila boleh saya analogikan ilmu kaidah bahasa arab (nahwu)
dengan bangunan. Tanpa pondasi, rumah tak bisa kokoh. Bisa saja berdiri, namun mudah runtuh.

Pengertian Kalam, Jumlah , dan Kalimah


Dalam pada itu, sebelum menjelaskan pembagian kalam menjadi beberapa kalimat, saya perlu menekankan di
sini pengertian tiga istilah yang pasti akan ditemukan ketika mempelajari kaidah Bahasa Arab. Apa itu? Jawabnya
sederhana: Kalam, Jumlah, dan kalimah.
Dalam khazanah ilmu nahwu, masih terdapat silang pendapat diantara ahli tata bahasa klasik sendiri. Diantara
mereka ada yang membedakan antara kalam dengan jumlah; ada pula yang memukul rata: kalam dan jumlah
adalah satu. Perbedaan hanya di level istilah, substansi tidak ada bedanya.
Namun, ulama lain membedakan antara kedua istilah tersebut. Kalam adalah istilah tersendiri, jumlah pun
memiliki makna yang tak sama. Biar tidak berbelit-belit. Saya kutip ulama yang merepresentasikan masingmasing dari dua wacana yang berbeda ini.
Ibnu al-Zamakhshari, mendefinisikan al-Kalam sebagai susunan dua-kata atau lebih menjadi satu susunan
kalimat yang sudah dapat dipahami maknanya. Definisi semacam ini yang merupakan mayoritas ulama nahwu,
termasuk al-Shonhaji, penulis kitan paling populer di kalangan pesantren, al-Ajjurumiyyah. Dan kelompok ini tidak
membedakan antara al-kalam dengan al-jumlah. Jumlah hanya istilah lain untuk menyebut al-kalam, yaitu
penyusunan dua kalimat dengan susunan isnadi-penggantungan makna suatu kata terhadap kata yang lain.
Berbeda dengan Ibn Hisham yang membedakan dua istilah ini. Baginya, al-kalam adalah susunan dua kata
(Arab; al-Kalimat )atau lebih menjadi yang sudah memiliki makna sempurna. Berbeda dengan jumlah. Bagi
Ibnu Hisham, al-jumlah memiliki sedikit kesamaan dengan al-Kalam, yaitu sama dalam hal tersusun dari dua alkalimah atau lebih, namun ada perbedaan yang signifikan: al-jumlah tidak disyaratkan memiliki makna yang
sempurna.
Dengan kata lain, al-Jumlah adalah tersusunnya dua al-kalimat atau lebih meski tidak memiliki makna yang
sempurna, alias kita masih bertanya-tanya apa maksud ucapan (jika ia terucap) atau tulisan (bila berupa teks)
tersebut.

Pembagian Kalam
Sekarang apa saja al-kalimah yang jika di susun menjadi al-kalam dan/ atau al-Jumlah?

Dalam khazanah ilmu nahwu qadim (kaidah bahasa Arab klasik) al-kalam terbagi menjadi tiga: kalimah al-Isim,
kalimah al-fiil, dan kalimah al-huruf.
Namun, seiring perkembangan bahasa arab itu sendiri, pembagian kalam pun terus bertambah. Tapi lain kali saja
ya, saya tulis secara detail. Sekarang, sebagai pengantar, artikel pertama, cukup mengenal pembagian menurut
ulama nahwu klasik saja dulu.
Sedangkan apa itu kalimah isim, kalimah fiil dan kalimah huruf? Lagi-lagi saya jawab: nanti diartikel berikutnya,
saya akan bahas satu persatu, tak sekadar definisi dan ciri-ciri, tapi bagaimana menganalis dan mengenalinya
dalam peraktik nyata; dalam sebuah teks.
Ikuti terus artikel-artikel saya berikutnya, yang jelas Belajar Bahasa Arab Online dengan saya 100% gratis!

Anda mungkin juga menyukai