FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
REFERAT
AGUSTUS 2015
Disusun oleh :
Moren Sahertian (2008-83-016)
Wineti Damamain (2008-83-028)
Fransisca Tentua (2008-83-045)
Jasmine F. Hatane (2008-83-046)
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
A. Karsinoma Nasofaring....................................................................................4
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
Pendahuluan ..........................................................................................4
Anatomi ..................................................................................................4
Epidemiologi dan Etiologi......................................................................5
Patofisiologi............................................................................................6
Manifestasi Klinis...................................................................................8
Diagnosa..................................................................................................8
Klasifikasi................................................................................................9
Protokol Penaganan KNF........................................................................10
Radioterapi KNF.....................................................................................11
Respon Tumor Terhadap Radiasi.............................................................12
Prognosis.................................................................................................12
Follow up.................................................................................................13
Pendahuluan .......................................................................................................13
II.
Oksigen Hiperbarik.................................................................................15
III.
Oksigen dan Angiogenesis Tumor...........................................................17
IV. OHB dan Karsinoma Nasofaring ...........................................................19
V.
VI.
VII.
A. Karsinoma Nasofaring
I. PENDAHULUAN
Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang
paling banyak dijumpai diantara tumor ganas THT di Indonesia,
dimana karsinoma nasofaring termasuk dalam lima besar tumor ganas,
dengan frekuensi tertinggi (bersama tumor ganas serviks uteri,
tumor payudara, tumor getah bening dan tumor kulit), sedangkan
didaerah kepala dan leher menduduki tempat pertama (KNF
mendapat persentase hampir 60% dari tumor di daerah kepala
dan leher, diikuti tumor ganas hidung dan sinus paranasal 18%, laring
16%, dan tumor ganas rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase
rendah).
II. ANATOMI
tinggi KNF meningkat setelah umur 30 tahun, puncaknya pada umur 4059 tahun dan menurun setelahnya
Ras mongoloid merupakan faktor dominan timbulnya KNF, sehingga
kekerapan cukup tinggi pada penduduk Cina bagian selatan, Hongkong,
Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia.
Dijumpainya Epstein-Barr Virus (EBV), pada hampir semua kasus
KNF mengaitkan terjadinya kanker ini dengan keberadaan virus tersebut.
Selain itu Banyak faktor lain yang sangat mempengaruhi timbulnya
karsinoma nasofaring seperti letak geografis, rasial, jenis kelamin,
pekerjaan, lingkungan kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, dan
lain-lain.
Kebiasaan mengkonsumsi ikan asin, merokok, terkena paparan asap
polutan seperti asap rokok, dupa, bahan kimia, ventilasi yang buruk, dan
masih banyak lagi merupakan faktor risiko timbulnya karsinoma
nasofaring.
IV. PATOFISIOLOGI
EBV
Genetik
Lingkunga
n
Karsinoma Nasofaring
5
V. MANIFESTASI KLINIS
Gejala di bagi dalam empat kelompok :
Stadium Il :
8
1) Kemo-radioterapi, atau
2) Radioterapi dosis tinggi pada tumor primer di nasofaring dan
radiasi profilaktik di leher
Stadium III :
1) Kemo-radioterapi, atau
2) Radioterapi dosis tinggi/teknik hiperfraksinasi ditujukan pada
tumor primer di nasofaring dan kelenjar leher bilateral (bila ada)
3) Diseksi leher mungkin dapat dikerjakan misalnya pada tumor
leher persisten atau rekuren asalkan tumor primer di nasofaring
sudah terkontrol
Stadium IV :
1) Kemo-radioterapi, atau
2) Radioterapi dosis tinggi / teknik hiperfraksinasi ditujukan pada
tumor primer di nasofaring dan kelenjar leher bilateral (klinis
positif)
3) Diseksi leher dapat dikerjakan bila tumor leher persisten atau
rekuren asalkan tumor primer di nasofaring sudah terkontrol
4) Kemoterapi untuk KNF stadium IV C
IX.
RADIOTERAPI KNF
10
XII.
12
13
14
1) Pada
dasarnya
oksigen
memang
berperan
dalam proses
hal :
Dimana pada jaringan yang luka terdapat negative space, sehingga pada
proses penyembuhannya membutuhkan jaringan baru untuk mengisi negative
space tersebut, sedangkan untuk
15
16
17
V. PENELITIAN
HUBUNGAN
OHB
DALAM
TREATMENT
KARSINOMA NASOFARING
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa keadaan hipoksia
mengakibatkan tumor menjadi resisten terhadap terapi radiasi dan
kemoterapi. Keadaan hipoksia mengakibatkan peningkatan dari
metabolisme sel tumor, angiogenesis, pertumbuhan serta metatastasis
tumor.
Terapi hiperbarik meningkatkan sensitifitas radioterapi untuk
membunuh sel kanker. Penelitian menunjukkan bahwa terapi
Hiperbarik dapat menurunkan angka mortalitas dan rekurensi pada
pasien dengan keganasan pada kepala dan leher.
Radioterapi dapat menyebabkan perubahan suplai oksigen ke
jaringan yang terkena efek radioterapi. Hal ini dikarenakan radioterapi
memberi pengaruh tidak hanya pada sel kanker, tapi juga sel normal di
sekitar sel kanker. Hal ini menyebabkan terjadinya resiko nekrosis
akibat kurangnya pasokan oksigen. Terapi hiperbarik meningkatkan
suplai oksigen ke daerah tersebut, sehingga terjadi neovaskularisasi
dan jaringan tersebut dapat disembuhkan.
Penelitian membandingkan antara pasien kanker kepala leher post
radioterapi yang diberi terapi hiperbarik dengan tidak diberi terapi
hiperbarik. Hasilnya terjadi penurunan angka kekambuhan serta
18
20
dan
pembedahan.
Beberapa
peneliti
melaporkan
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Majalah Kedokteran Tropis Indonesia Volume 14, Nomor 2, Juli 2003.
2. Damayanti B S, dkk. 2015. Bcl-2 Immunosupression as Radiotheraphy
Response Predictor in Undifferentiated Nasopharynx Carcinoma. Journal of
Medicine and Health. Vol 1. No. 1. Department of Pathology Anatomy
Faculty of Medicine Padjajaran University. Bandung. Hal 1-10.
3. Jain KK, 1996. Text Book of Hyperbaric Medicine. Toronto : Hogrefe and
Huber, p 12-23, p 61-64, p 331-334.
4. Moen Inggrid, E. B. Stuhr Linda. 2012. Hyperbaric oxygen therapy and
cancer-a review. Springer. Norway.
5. Oktaviani, Tisusilo Salean. 2009.
Referat
Karsinoma
Nasofaring.
22
Oxygen
Theraphy).
http://elektromedik.blogspot.com/2012/11/terapi-hbot-hiperbaric-oxygentheraphy.html
23