@@bab Iv - V Baru
@@bab Iv - V Baru
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Subjek Penelitian.
Responden penelitian adalah pasien wanita penderita kanker serviks stadium
lanjut yang menjalani rawat jalan di poli Obstetri dan Ginekologi serta pasien
rawat inap di Bangsal Obstetri dan Ginekologi di RSUD Dr.Moewardi Surakarta
berjumlah 15 orang yang mempunyai kriteria inklusi dan eksklusi.
Tabel 1. Data Subyek Penelitian.
Variabel
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
Kategori
40-50 tahun
>50 tahun
IRT
Pedagang
Petani
Tidak Sekolah
SD
SMP
Jumlah
8
7
9
2
4
6
6
3
%
53,30
46,70
60,00
13,30
26,70
40,00
40,00
20,00
N
15
P
0,715
15
0,185
Normalitas data merupakan syarat mutlak sebuah data agar dapat dianalisis
lebih lanjut. Dalam penelitian ini uji normalitas data menggunakan Shapiro-Wilk
terhadap variabel penelitian serotonin sebelum perlakuan nilai p=0,715 (p>0.05)
dan setelah perlakuan nilai p=0,185 (p>0.05). Sehingga kelompok Serotonin
sebelum perlakuan dan setelah perlakuan berdistribusi normal.
Tabel 3. Uji beda rerata serotonin pada kelompok sebelum perlakuan dan
kelompok perlakuan.
Kelompok
Sebelum
N
15
MeanSD
91,2830,28
Setelah
Signifikan p < 0.05
15
217,5340,64
P
0,000
sebesar
217,5340,64 dengan p-value (0,000) < 0,05, yang berarti ada perbedaan
bermakna pada rata-rata serotinin sebelum perlakuan dan setelah perlakuan
logoterapi pada pasien penderita kanker servik stadium lanjut yang menjalani
rawat jalan Obstetri dan Ginekologi di RSUD Dr.Moewardi.
N
15
P
0,004
Setelah
15
0,004
Tabel 5. Uji beda rerata skor nyeri pada kelompok sebelum perlakuan dan
kelompok perlakuan.
Kelompok
Sebelum
Setelah
Signifikan p<0.05
N
15
MeanSD
7,800,775
15
5,200,775
P
0,001
Skor nyeri sebelum perlakuan nilai mean 7,800,775 dan skor nyeri setelah
perlakan sebesar 5,200,775. Sedangkan uji test statistic menunjukan nilai p =
0.001 < 0.05, yang berarti ada perbedaan bermakna skort nyeri sebelum dan
setelah adanya perlakuan. Hasil interpretasi grafik menunjukkan bahwa skor nyeri
sebelum perlakuan lebih tinggi dibanding setelah perlakuan.
bahwa terdapat perbedaan bermakna antara skor nyeri sebelum dan setelah
perlakuan.
B. Pembahasan
Hasil penelitian dengan menggunakan uji t test menunjukkan p-value sebesar 0.000 <
0.05, yang berarti ada perbedaan yang bermakna pada serotonin sebelum perlakuan dan
setelah mendapat perlakuan psikoterapi logoterapi. Pada nilai rata-rata setelah mendapat
perlakuan jauh lebih tinggi dibanding sebelum mendapat perlakuan hal ini menunjukan
bahwa penggunaan phisikoterapi logoterapi lebih efektif meningkatkan serotonin pada pasien
penderita kanker servisk stadium lanjut dibanding yang sebelum mendapat phisikoterapi
logoterapi. Karena serotonin berperan untuk mempengaruhi mood, hasrat, serta berperan dalam
fungsi memori, norephineprin berperan pada fungsi kesadaran, dan dopamine berperan pada proses
berpikir dan motivasi. Penurunan ketiga neurotransmitter tersebut dapat menurunkan fungsi kognisi,
afeksi, dan motivasi pada individu, yang sering ditemukan pada pasien yang mengalami depresi
(European Society for Medical Oncology/ESMO, 2009).
Menurut Sephton (2000) kanker menimbulkan stress fisik dan emosional. Penyakit
dan terapi kanker sendiri menimbulkan beban psikologis yang berat. Sementara itu,
kecemasan terkait diagnosis dan prognosis, biaya terapi medis, serta gangguan fungsi sosial,
vokasional, dan keluarga juga merupakan serangkaian stressor psikologis sehingga dapat
menginduksi depresi.
Pada kondisi distres terjadi perubahan fungsional berupa perubahan hormonal dan
neurotransmisi, meliputi peningkatan aktivitas noradrenergik dan kadar kortisol, jika kronis
akan mengakibatkan perubahan struktural, berupa atrofi sel-sel piramidal dan penurunan
volume hipokampus, meningkatan aktivitas aksis hipotalamo-pituitariadrenal (aksis HPA)
yang mengakibatkan perubahan kadar Interleukin-6 (IL6) ( Suparno, 2007).
Kondisi distres berkaitan dengan konsentrasi kortisol darah dan konsentrasi IL6
plasma maupun distribusinya di susunan saraf pusat. Pajanan stresor kejiwaan (paparan
predator) merangsang hipotalamus, pituitari dan kelenjar adrenal, yang membentuk aksis
HPA
terkait dengan dampak stres, seperti peningkatan kadar kortisol dan katekolamin
yang berhubungan erat dengan kadar serotonin dan dopamin dalam otak.
Menurut Hardiono (2007) serotonin tersebar di seluruh tubuh, terutama di saluran
cerna, trombosit dan otak. Bebagai organ tersebut mempunyai reseptor serotonin, dengan
subtipe yang berbeda-beda tergantung organ tempat ia berada dan fungsi organ tersebut.
Serotonin dalam darah yang disebut sebagai serotonin perifer merupakan produksi sel
enterokromafin dinding usus. Sebagian di antaranya bekerja sebagai neurotransmiter di
sistem saraf usus, sedangkan sebagian lepas ke dalam darah. Di dalam darah, sebagian
besar diambil oleh trombosit menjadi platelet serotonin sedangkan sisanya beredar bebas
dalam plasma disebut sebagai free-serotonin. Sel enterokromafin dapat memantau kadar
serotonin dalam darah dan melepaskan serotonin sesuai kebutuhan, kemungkinan melalui
mekanisme transporter serotonin. Neurotransmiter serotonin disintesis oleh sel saraf
serotonergik presinaps, disimpan dalam vesikel, kemudian dilepaskan melalui celah sinaps.
Pada membran post-sinaps, serotonin berikatan dengan reseptor yang spesifik. Setelah
digunakan sebagai neurotransmiter, serotonin dalam sinaps diambil kembali oleh suatu
sistem transpor membran yang spesifik, dan disimpan kembali dalam vesikel saraf presinaps.
Logoterapi adalah suatu teknik psikoterapi yang dikemukakan oleh Victor Emile
Frankl yang memperkenalkan logoterapi yang mengakui adanya dimensi spiritual dan
memanfaatkannya untuk mengembangkan hidup bermakna (therapy through meaning).
Dengan logoterapi, klien yang menghadapi kesukaran menakutkan atau berada dalam
kondisi yang tidak memungkinkannya beraktivitas dan berkreativitas dibantu untuk
menemukan makna hidupnya dengan cara bagaimana ia menghadapi kondisi tersebut dan
bagaimana ia mengatasi penderitaannya. Dengan cara ini, klien dibantu untuk
menggunakan kejengkelan dan penderitaannya sehari-hari sebagai alat untuk menemukan
tujuan hidupnya (Bastaman, 2007).
Penelitian ini membuktikan bahwa setelah adanya logoterapi pada pasien penderita
kanker serviks, kadar serotinin pasien yang mendapat perlakuan lebih tinggi dibanding
sebelum mendapat perlakuan. Sehingga dalam hal ini perlunya untuk psikoterapi logoterapi
pada pasien penderita kanker serviks untuk mencegah peningkatan kadar kortisol yang
menimbulkan adanya gangguan stress fisik emosional yang berlebihan, seperti yang
diungkpakan oleh Nuhriawangsa (2004) metode terapi yang ditujukan untuk mendapatkan
pengaruh terhadap perubahan pikiran dan perasaan antara pasien dan terapis. Tujuan terapi
ini ialah untuk mempengaruhi perasaan dan tingkah laku pasien dalam menyembuhkan
ketegangan, menaikkan keefektifan fungsi jiwa dan memperbaiki adaptasi pasien dalam
kelompok di mana ia hidup untuk keuntungan bersama.
Berbeda dengan pendapat Lazarus (1980) berpendapat bahwa Coping mechanism
merupakan respon terhadap stresor yang memiliki dua fungsi utama. Fungsi pertama
memecahkan masalah yang menyebabkan stresor psikologis. Lingkungan dapat diubah
dengan berbagai cara atau mengubah aktivitas atau tingkah laku individu sendiri. Fungsi
kedua, Coping mechanism memungkinkan pasien berpkir lebih baik, sehingga pasien dapat
menjaga moral dan terus berfungsi dengan baik. Pasien melakukan melalui berbagai cara
tertentu, seperti melauli mekanisme pertahanan diri.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang menyatakan ada perbedaan kadar
serotonin serum pasien kanker serviks stadium lanjut sebelum dan setelah intervensi
psikoterapi logoterapi.
1. Terdapat perbedan bermakna p=0.000 kadar serotonin pada pasien kanker serviks
sebelum mendapat perlakuan dengan pasien yang belum mendapat perlakuan
logoteraphi, nilai rata-rata kadar serotonin sebelum perlakuan (91,28) lebih rendah
dibanding serotonin setelah perlakuan (217,53).
2. Terdapat perbedaan skor nyeri pada pasien kanker serviks sebelum (7.20) dan setelah
B.
efektif dalam menurunkan rasa nyeri pada penderita kanker serviks dan menambah jumlah
sampel yang lebih banyak untuk mendapatkan hasil yang lebih representatif.