Anda di halaman 1dari 17

KEKERANGAN

OLEH :
1. I KADEK AGUS WIDIADA ( 0903061001)
2. KADEK DEASY INDAH MELIASARI (0903061002)
3. I WAYAN SRI ADI WIRYANA ( 0903061003 )
4. I GEDE DIAN SEMARA WIGUNA (0903061004)
5. KETUT ASTINI RAHAYU ( 0903061005 )
6. PUTU AYU DHITA PUSPARINI (0903061006)
7. PUTU WISNU SEPTIADI ( 0903061007 )

JURUSAN BUDIDAYA KELAUTAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA

2010

KEKERANGAN
Moluska merupakan salah satu filum dalam animalia yang merupakan
sekumpulan hewan bertubuh lunak yang memiliki cangkang yang keras untuk
melindungi dirinya. Moluska terbagi atas beberapa kelas diantaranya Bivalvia.
Bivalvia adalah kelas dalam moluska yang mencakup semua kerang-kerangan:
memiliki sepasang cangkang (nama "bivalvia" berarti dua cangkang). Nama lainnya
adalah Lamellibranchia, Pelecypoda, atau bivalva. Ke dalam kelompok ini termasuk
berbagai kerang, kupang, remis, kijing, lokan, simping, tiram, serta kima. Kerangkerangan banyak bermanfaat dalam kehidupan manusia sejak masa purba. Dagingnya
dimakan sebagai sumber protein. Cangkangnya dimanfaatkan sebagai perhiasan,
bahan kerajinan tangan, bekal kubur, serta alat pembayaran pada masa lampau.
Mutiara dihasilkan oleh beberapa jenis tiram. Pemanfaatan modern juga menjadikan
kerang-kerangan sebagai biofilter terhadap polutan.
A. REMIS
Remis adalah sekelompok kerang-kerangan kecil yang hidup di dasar perairan,
khususnya dari genus Meretrix, famili Veneridae.Remis mempunyai cangkang
yang kuat dan simetris, bentuk cangkang agak bundar atau memanjang.
Permukaan periostrakum agak licin, bagian dalam bewarna putih dan bagian
luar bewarna abu-abu kecoklatan. Hidup membenamkan diri dalam substrat.
Lebar cangkang dapat mencapai 3-4 cm
B. SIMPING
Simping ialah moluska bivalvia dari famili Pectinidae yang hidup di perairan
laut, kosmopolitan (dapat ditemui di semua perairan bumi), dan bernilai
ekonomi sebagai sumber makanan dan bahan kerajinan. Simping dianggap
kerang yang paling aman untuk dimakan mentah. Beberapa simping yang
warna cangkangnya terang dijadikan bahan baku kerajinan dari kerang.Racun,
bakteri, dan virus cenderung terakumulasi di tubuhnya dalam proses
penyaringan air laut oleh kerang-kerangan, namun pada simping bagian
penyaring ini biasanya tidak dijumpai atau tereduksi.

C. TIRAM
Tiram adalah sekelompok kerang-kerangan dengan cangkang berkapur dan
relatif pipih. Tiram sejati adalah semua bivalvia yang termasuk keluarga
Ostreidae. Namun demikian, nama tiram dipakai pula untuk beberapa hewan
lain di luar kelompok itu.Dagingnya rendah kalori dan mengandung kalsium
dan vitamin A.

D. ABALON
Abalon merupakan komoditas perikanan bernilai tinggi, khususnya di negaranegara maju di Eropa dan Amerika Utara. Biota laut ini dikonsumsi segar atau
kalengan. Di Indonesia, jenis siput ini belum banyak dikenal masyarakat dan
pemanfaatannya baru terbatas di daerah-daerah tertentu, khususnya di daerah
pesisir.
Daging abalon mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi dengan kandungan
protein 71,99%, lemak 3,20%, serat 5,6o%, dan abu 11,11%. Cangkangnya
mempunyai nilai estetika yang dapat digunakan untuk perhiasan, pembuatan
kancing baju, dan berbagai bentuk barang kerajinan lainnya. Produksi abalon
saat ini lebih banyak diperoleh dari tangkapan di alam. Hal tersebut akan
nienimbulkan kehawatiran terjadinva penurunan populasi di alam.

A. Sistematika
Famili : Haliotidae
Species Haliolis assinina, Holiotis squammota
Nama dagang : abalone, donkey's ear
Nama lokal : kerang lapar-kenyang, siput mata tujuh
B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi
1. Ciri fisik
Abalon mempunyai situ cangkang yang terletak pada bagian atas. Pada
Cangkang tersebut terdapat lubang-lubang dengan jumlah yang sesuai dengan
ukuran abalon. Semakin besar ukuran abalon, semakin banyak lubang yang
terdapat pada cangkang.
cangkang berbentuk telinga, rata, dan tidak memiliki overculum. Bagian
cangkang sebelah dalam berwarna putih mengkilap, seperti perak. Siput ini
memiliki mata tujuh.
Abalon banyak bergerak dan berpindah tempat dengan menggunakan satu
organ yaitu kaki. Gerakan kaki yang sangat lambat sangat memudahkan
predator untuk memangsanya.

2. Pertumbuhan dan perkembangan

H. assinina termasuk salah satu jenis abalon yang berukuran relatif besar.
Jenis ini dapat mencapai ukuran 8 - 10cm dengan bobot 30-40 g/ekor dalam
waktu pemeliharaan 12-14 bulan.
Abalon tergolong hewan berumah dua atau diocis (betina dan jantan terpisah).
Pembuahan telur dan sperma terjadi di luar tubuh, dimulai dengan keluarnya
sperma ke dalam air yang segera diikuti keluarnya telur dari induk betina.
Kematangan gonad induk jantan maupun betina berlangsung sepanjang tahun
dengan puncak memijah terjadi pada bulan Juli dan Oktober. Telur yang siap
dipijahkan berdiameter 100 m. Di laboratorium telur yang dipijahkan
berdiameter rata-rata 183 m.

C. Pemilihan Lokasi Budi Daya


Abalon biasa ditemukan pada daerah yang berkarang yang sekaligus
dipergunakan sebagai tempat menempel. Penyebaran abalon sangat terbatas,
tidak semua pantai yang berkarang terdapat abalon. Umumnya abalon tidak
ditemukan di daerah estuarin.
Lokasi untuk pembesaran abalon adalah perairan karang yang terlindung dari
gelombang dan angin yang kuat; abalon membutuhkan media air yang bersih
dan jernih. Nilai parameter kualitas air untuk suhu 27-30 derajat celcius,
salinitas 29-33 ppt, pH antara 7,6-81 dan DO 3,27-6,28 ppm. Jika akan
dipelihara di bak, kualitas airnya harus diusahakan sama seperti di perairan
karang.

1). wadah budidaya


Wadah budi daya berupa tangki fiberglass atau bak beton berukuran 3 m X 2
M X 1 m, bentuk segi empat yang berada dalam ruang tertutup (sistem
indoor). Sebagai tempat penempelan abalon dipergunakan lembaran plastik
tipis bergelombang ukuran 30 cm x 40 cm sebanyak 21 lembar yang dipasang
pada posisi tegak lurus menggantung dalam bak pemeliharaan.
Pasilitas pembesaran yang digunakan berupa keranjang plastik berbentuk
silinder berukuran tinggi 12 cm, diameter 1o cm, dan bermata jala 0,5 cm.
Keranjang plastik tersebut diisi 3o benih abalon berukuran panjang cangkang
18,23-18,34 mm. Ke dalam keranjang dimasukkan lempeng PVC yang
dibengkokan sebagai substrat dan pelindung. Keranjang tersebut digantungkan
pada rakit yang ditempatkan di perairan teluk
E. Pengelolaan Budi Daya
1. Penyediaan benih
Budi daya abalon telah dilakukan di Eropa, Amerika Serikat, Australia, Cina,
dan Taiwan. Di Indonesia, budi dayanya masih dalam bentuk rintisan.
Pembenihan abalon dimulai dengan pematangan calon-calon induk berukuran
panjang 7-10 cm di dalam tangkifiberglass atau bak semen. Wadah tersebut
berukuran 11 ton. Selama dalam proses pematangan, abalon diberi makan
berupa rumput laut Gracillaria.
2. Penebaran
Saat ukuran cangkang sudah mencapai panjang 5 mm, abalon dipindahkan ke
dalam bak yang lebih besar, yaitu berukuran 1.000 liter. Pada awal proses
pembesaran, abalon diberi pakan mikroalga yang menempel pada lembaran
plastik. Secara bertahap pakan diganti dengan jenis Gracilaria sp. dan
Acantophora sp. Selain itu, diterapkan sistem air mengalir dengan laju
pergantian air sebesar 400% per 24 jam.
Pemberian pakan
Abalon merupakan hewan herbivora, yaitu pemakan tumbuh-tumbuhan dan
aktif makan pada suasana gelap. Hewan ini menyukai alga merah, alga cina
cokelat, dan alga hijau termasuk rumput laut. Selama pemeliharaan yang
berlangsung 6 bulan, abalon diberi pakan Gracillaria sp. sebanyak 10% bobot
abalon. Angka sintasan (survival rate) antara 90-95,5%. Sementara itu,
pertumbuhannya dari bobot awal 1,39 g (18,3 min panjang cangkang) menjadi
8,40 g (32
cangkang) (32,78 mm panjang cangkang).

4. Pembesaran
Pembesaran abalon di Indonesia masih dalam taraf percobaan. Pembesarannya
bisa dengan metode tancap (pen-culture) dan metode rakit.
F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama merupakan hewan pengganggu dan pemangsa dalam budi daya abalon.
Jenis predator dalam budi daya abalon adalah kepiting laut. Upaya pencegahan
dengan cara membersihkan hama-hama tersebut dengan cara manual pada
periode waktu tertentu.
Kematian massal abalon pernah terjadi di dalam tangki pembesaran yang
diatasi dengan penggunaan streptomycin dan neomycin. Adapun patogen yang
diduga sebagai penyebab kematian abalon adalah bakteri.
G. Panen
Pemanenan abalon dilakukan tanpa menggunakan alat , tetapi menggunakan
tangan setelah tercapai ukuran pasar. Pada daerah terpencil, abalon yang
ditangkap nelayan diawetkan dengan cara direbus, kemudian dikeringkan
sebelum dijual/diekspor. Untuk saat ini, hasil budi daya abalon dijual dalam
bentuk diawet secara didinginkan/dibekukan.
sumber :Penebar Swadaya, 2008
E. KERANG
Kerang adalah hewan air yang termasuk hewan bertubuh lunak
(moluska).Semua kerang-kerangan memiliki sepasang cangkang (disebut juga
cangkok atau katup) yang biasanya simetri cermin yang terhubung dengan
suatu ligamen (jaringan ikat). Pada kebanyakan kerang terdapat dua otot
adduktor yang mengatur buka-tutupnya cangkang.Kerang tidak memiliki
kepala (juga otak) dan hanya simping yang memiliki mata. Organ yang
dimiliki adalah ginjal, jantung, mulut, dan anus. Kerang dapat bergerak
dengan "kaki" berupa semacam organ pipih yang dikeluarkan dari cangkang
sewaktu-waktu atau dengan membuka-tutup cangkang secara mengejut.Sistem
sirkulasinya terbuka, berarti tidak memiliki pembuluh darah. Pasokan oksigen
berasal dari darah yang sangat cair yang kaya nutrisi dan oksigen yang
menyelubungi organ-organnya.Makanan kerang adalah plankton, dengan cara
menyaring. Kerang sendiri merupakan mangsa bagi cumi-cumi dan hiu.Semua
kerang adalah jantan ketika muda. Beberapa akan menjadi betina seiring
dengan kedewasaan.

Jenis-jenis kerang yang sampai saat ini sudah bisa dibudidayakan


adalah :
1. Kerang darah (anadara granosa)
kerang darah merupakan pangan yang lezat dan telah banyak dijual di rumah
makan dan pedagang kaki lima. Bobot daging sama dengan 22,70-24,3%
bobot total tubuhnya.
Jenis jenis kerang darah yang telah diketahui hidup di perairan Indonesia
adalah A. granosa (kerang darah), A. nodifera (kerang darah), A. inflata
(kerang bulu), A. rhombea, dan A. indica (kerang mencos). Di antara ke-5
jenis kerang tersebut yang banyak tertangkap adalah kerang mencos.

jenis lain adalah kerang gelatik (A. antiguata). Dibanding dengan jenis
kekerangan lainnya, budi daya kerang darah telah dilakukan oleh banyak
negara antara lain Cina, Taiwan, Republik Korea, Malaysia, dan Thailand.
A. Sistematika
Famili : Arcidae
Species Anadara granosa
Nama dagang : cockle
Nama lokal : kerang dagu

B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi


1. Ciri fisik
Cangkang memiliki belahan yang sama melekat satu sama lain pada Batas
cangkang. Rusuk pada kedua belahan cangkangnya sangat kentara. Cangkang
berukuran sedikit lebih panjang dibanding tingginya tonjolan (umbone) yang
sangat kentara. Setiap belahan Cangkang memiliki 19-23 rusk.
2. Pertumbuhan dan perkembangan
Dibanding kerang hijau, laju pertumbuhan kerang darah relatif lebih lambat.
Laju pertumbuhan 0,098 mm/hari. Untuk tumbuh sepanjang 4-5 mm, kerang
darah memerlukan waktu sekitar 6 bulan. Presentase daging terbesar dimiliki
oleh A. granola, yaitu sebesar 24,3%.
Kerang darah memijah sepanjang tahun dengan puncaknya terjadi pada bulan
Agustus/September. hewan ini termasuk hewan berumah dua (diocis).
Kematangan gonad terjadi pada saat kerang darah mencapai ukuran panjang
18-2o mm dan berumur kurang dari satu tahun. Adapun pemijahan mulai
terjadi pada ukuran 20 mm.
C. Pemilihan Lokasi Budi Daya
Kerang ini hidup dalam cekungan-cekungan di dasar perairan di wilayah
pantai pasir berlumpur. Jenis kekerangan ini menghendaki kadar garam antara.
13-28 g/kg, kecerahan 0,5-2,5 m, dan pH 7,5-8,4. Tiap jenis Anadara
menghendaki lingkungan yang berbeda. A. antiguata, misalnya, hidup di
perairan berlumpur dengan tingkat kekeruhan tinggi. Sementara itu, kerang
bulu menghendaki perairan berdasar pasir dan jernih.
pembesaran dilakukan di wilayah pasang surut yang terpisah dari daerah
pengumpulan benih. Lokasi pembesaran tersebut dilingkari dengan pagar
bambu.

D. Wadah Budi Daya


Alat yang digunakan untuk pengumpulan benih adalah perahu berukuran 6-10
m panjang, sebilah papan selancar berukuran
18o cm x 50 cm, dan keranjang pengumpul benih yang terbuat dari anyaman
kawat berdiameter antara 1-2 mm, berukuran 4o cm x 15 cm x 10 cm.
E. Pengelolaan budidaya
1. Penyediaan benih
Di Indonesia, budi daya kerang darah Baru dalam taraf percobaan. Teknik budi
daya tersebut dimulai dengan pengumpulan benih kerang darah berukuran 410 min di tempat penyebaran benih alami di tepi pantai yang landai.

Operasi pengumpulan dimulai pada saat air pasang rendah dan kedalaman air
sekitar 6o cm. pengumpulan benih dilaksanakan dengan mengeruk dasar
perairan sedalam kurang lebih 3 cm dengan menggunakan keranjang
pengumpul benih tersebut di atas. Pengerukan dilakukan dengan
menggunakan papan selancar.
Papan tersebut berfungsi pula sebagai tempat penyimpanan benih yang
berhasil dikurnpulkan dan sekaligus memudahkan pergerakan si pengumpul.
Proses pengumpulan selesai pada saat dasar perairan kering tidak berair.
2. Penebaran benih
Benih yang terkumpul diseleksi menurut ukurannya. Selanjutnya, benih
ditebar di tempat pembesaran. Padat tebar awal sekitar 2.000 ekor/m2,
kemudian dijarangkan sampai kepadatan 200-300 ekor/m2.
F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Kerang darah yang dibudidayakan kerap kali dimangsa oleh siput gastropoda,
khususnya pada fase benih. Mortalitas missal lebih sering terkait dengan
perubahan kondisi lingkungan, khususnya salinitas. Kematian kerang ini
sering terjadi pada saat hujan yang berkepanjangan yang menyebabkan
turunnya salinitas. Kerang akan mati dalam air bersalinitas di bawah 15 g/kg.
G. Panen
Panen dimulai setelah masa pemeliharaan berlangsung selama 6-9 bulan. Cara
panen dilaksanakan dengan menggunakan alat pengeruk yang berukuran lebih
besar dan kuat dibanding alat pengeruk benih.
2. Kerang hijau (perna viridis)
Kerang hijau (Perna viridis) merupakan salah satu jenis kerang yang digemari
masyarakat, memiliki nilai ekonomis dan kandungan gizi yang sangat baik
untuk dikonsumsi, yaitu terdiri dari 40,8 % air, 21,9 % protein, 14,5 % lemak,
18,5 % karbohidrat dan 4,3 % abu sehingga menjadikan kerang hijau
sebanding dengan daging sapi, telur maupun daging ayam, dari 100 gram
daging kerang hijau ini mengandung 100 kalori.
BIOLOGI; Kerang hijau termasuk binatang lunak (Mollusca) yang hidup ditaut,
bercangkang dua (bivalve) berwama hijau. Insangnya berlapis-lapis (Lamelii
branchia) dan berkaki kapak (Pelecypoda) serta memiliki benang byssus. Kerang
hijau adalah plankton feeder, dapat berpindah-pindah tempat dengan menggunakan
kaki dan benang byssus, hidup baik pada perairan dengan kisaran kedalaman 1 - 7
meter dan memiliki toleransi terhadap perubahan salinitas antara 27-35 per mil.
Terdapat dalam jumlah yang berlimpah pada musimnya disepanjang pantai Indonesia
yaitu pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli. Hidup di daerah pasang surut dan
sub tidal, menempel kuat dan bergerombol pada benda-benda keras dengan

menggunakan benang byssusnya.


REPRODUKSI; Hewan ini memiliki alat kelamin yang terpisah atau diocious,
bersifat ovipora yaitu memiliki telur dan sperma yang berjumlah banyak dan
mikroskopik. Induk kerang hijau yang telah matang kelamin mengeluarkan sperma
dan sel telur kedalam air sehingga bercampur dan kemudian terjadi pembuahan, telur
yang telah dibuahi tersebut setelah 24 jam kemudian menetas dan tumbuh
berkembang menjadi larva kemudian menjadi spat yang masih bersifat planktonik
hingga berumur 15-20 hari kemudian benih/ spat tersebut menempel pada substrat dan
akan menjadi kerang hijau dewasa (Induk) setelah 5 - 6 bulan kemudian.
PERSYARATAN LOKASI; Lokasi yang menjadi kawasan pengembangan budidaya
kerang hijau diharapkan memenuhi persyaratan :
Terlindung dari arus kencang. Terhindar dari fluktuasi kadar garam yang tinggi. Dasar
perairan lumpur berpasir, dan jauh dari pengaruh sungai besar. Banyak terdapat benih
kerang hijau, perairan subur (unsur hara dan zat makanan) Bebas dari Pencemaran
Limbah Industri yaitu logam berat seperti Tembaga (Cu), Merkuri (Hg), Seng (Zn),
Cadmium (Cd) dan Timah Hitam (Pb) serta air raksa (Hg) dan bebas dari pencemaran
limbah rumah tangga seperti limbah organik yang dapat menyebabkan kritis oksigen
terlarut dan mengandung banyak bakteri pathogen seperti Salmonella, Echericia coli,
Clostridium dan Shigella, kerang hijau yang tercemar bahan pencemar diatas dapat
membahayakan manusia yang mengkonsumsinya dan Perairan yang baik untuk lokasi
budidaya adalah parameter: Suhu 27oC - 37oC, pH 6-8, Kecerahan 3,5-4m
Kedalaman 5 -20 m.Salinitas 27-35ppt.
BENIH; Pengumpulan benih/spat dapat menggunakan tali kolektor yang terbuat dari
serabut kelapa, tali polyethylene, tali pintalan ijuk. Tali kolektor digantungkan pada
perairan yang banyak terdapat benih kerang hijau. Secara alamiah benih-benih (spat)
menempel pada tali kolektor kemudian dipindahkan ke wadah pembudidayaan.
Lokasi yang tidak terdapat benih kerang hijau dilakukan transplantasi benih yang
diambil dari daerah lain.
METODE BUDIDAYA
Ada empat metoda budidaya kerang hijau yang telah dikenal masyarakat, yaitu
Tancap, Rakit Tancap, Rakit Apung dan Longline/Rawai. Pada kesempatan ini akan
dijelaskan metode rakit tancap. Metoda ini merupakan kombinasi antara metoda
tancap dan rakit apung.
Bambu ditancapkan pada dasar perairan dengan kokoh. Penempatan rakit harus
memperhitungkan tinggi rendah pasangsurutguna menghindari rakit dari kekeringan.
Ukuran rakit tergantung kebiasaan lokasi, untuk 6 x 15 m, kebutuhan material (lihat
analisa usaha). Tali kolektor (tali pembesaran) ditempatkan pada rakit tancap dengan
jarak tiap tali lebih kurang 1 m. Produksi yang dapat diperoleh selama pembesaran 5 6 bulan untuk satu tali berkisar antara 20 - 25 kg, sehingga produksi total dalam 1
rakit tancap lebih kurang lebih 9.000 -10.000 kg.
PANEN DAN PASCA PANEN

Ukuran konsumsi kerang hijau pada umumnya adalah ukuran sedang atau ukuran
tusuk sate yaitu 6 - 8 cm. Kerang hijau dapat dipanen setelah 5 - 6 bulan
pemeliharaan. Kerang hijau yang bermutu baik adalah yang berdaging tebal dan
berwarna krem. Pemanenan sebaiknya menggunakan pisau atau benda yang tajam
untuk pengikisan kerang hijau sebab apabila pisau yang digunakan tumpul kerang
hijau yang dipanen akan cepat mati karena luka pada benang byssus, sehingga akan
berkurang nilai ekonomisnya.
Sanitasi ; Dengan sifat kekerangan sebagai plankton feeder atau filter feeder
cenderung menimbun semua unsur yang tersaring di dalam ususnya, sehingga bakteri
dan mikro organisme lain yang terdapat dalam perairan sekitamya terkumpul sampai
mencapai tingkat yang dapat menimbulkan gangguan bagi kesehatan
konsumen.Kontaminasi dapat terjadi saat penanganan pasca panen. Daging kerang
yang terkena air kotor masuk melalui cangkang kerang yang terbuka. Air kotor yang
berada di lokasi kerang akan masuk melalui cangkang kerang pada saat terbuka ke
daging kerang sehingga dapat terkontaminasi. Oleh karena itu sanitasi terhadap
kekerangan pada saat pasca panen harusdiperhatikan.
Depurasi; Depurasi adalah suatu proses penanganan pasca panen yang bertujuan
untuk membersihkan kerang-kerangan dari
bahan-bahan pencemar dan beracun yang terdapat di dalam daging dan cangkang
kerang. Cara sederhana dengan merendam kerang didalam air bersih dalam kondisi
terkontrol, atau dapat juga dengan cara mengalirkan air dengan kondisi kerang
terendam didalam air.
Bentuk Produk Olahan Kerang ; Penanganan skala kecil dapat dilakukan secara
manual, sedangkan untuk skala besar diperlukan mekanisasi penanganan pasca panen
seperti alat pengelompok, alat pembersih insang.
ANALISA USAHA
METODE RAKIT TANCAP (6 M X 15 M)
1. INVESTASI
No JENIS

JML

SAT.

HARGA

TOTAL (RP)

Bambu

400

btg

7.000

2.800.000

Tambang net 500

kg

2.500

1.250.000

Tali pengikat 4

gulung

100.000

400.000

Peralatan

pkt

125.000

125.000

TOTAL BIAYA INVESTASI Rp 4.575.000


2. BIAYA OPERASIOAL (PRODUKSI)

No JENIS

JML SAT.

HARGA TOTAL (RP)

30

OH

35.000

Tenaga Kerja Tetap (1 org; 6


12
bin, 2x)

OB

200.000 2.400.000

Tenaga kerja panen (2 org; 3


12
hr, 2x)

OH

35.000

Sewa perahu 4 kali


(pembuatan rakit)

kali

100.000 400.000

Transportasi panen (2x


siklus)

kali

100.000 400.000

Biaya Tetap & Tidak Tetap


Upah pembuatan rakit 30
hari

Sub Total

1.050.000

420.000

4.670.000

Biaya Penyusutan

(%)

Wadah/rakit budidaya

15

4.575.000 686.250

B
Sub Total

686.250

TOTAL BIAYA OPERASIONAL (A + B)

Rp. 5.356.250

TOTAL BIAYA INVESTASI DAN OPERASIONAL Rp. 9.931.250


3. PENDAPATAN (2 kali PANEN per tahun)
JENIS

JML

SAT.

HARGA

TOTAL (RP)

Panen I : 9.00010.000

10.000

kg

600

6.000.000

8.000

kg

600

4.800.000

No II: 8.000 - 9.000


Penghasilan 2 kali
siklus

10.800.000

Keuntungan = Pendapatan - Biaya Operasional = 5.443.750

Pengembalian modal = Total Biaya - Keuntungan = 1,8 yang mengandung pengertian


investasi (modal) akan kembali setelah 1,8 kali panen.
METODE RAKITTANCAP DAN BUBU
(6 M X 15 M)
1, INVESTASI
No JENIS

JML

SAT.

HARGA

Kerang Hijau :

17.700.000

Bambu

400

btg

7.000

2.800.000

Tambang net

500

kg

2.750

1.375.000

Tali pengikat

Sing

100.000

400.000

Perahu

bh

13.000.000 13.000.000

Peralatan

pkt

125.000

Bubu (4 unit/unit
kerang hijau)
b

TOTAL (RP)

125.000
4.024.000

Bambu (12 btg, 4 unit) 48

btg

7.000

336.000

Besi stenlesteel (25m. 4


100
unit)

btg

25.000

2.500.000

Ram Kawat (10m, 4


unit)

24.000

960.000

Jaring 1 inchi (0,5 kg, 4


2
unit)

kg

40.000

80.000

Tali rami (2 ikat, 4 unit) 8

kg

11.000

88.000

Tali kawat (0,5 kg,4


unit)

kg

30.000

60.000

40

TOTAL BIAYA INVESTASI (A + B)


2. BIAYA OPERASIONAL (PRODUKSI)

Rp. 21.724.000

No JENIS

JML SAT. HARGA

TOTAL
(RP)

a Biaya Tetap dan Tidak Tetap


Kerang Hijau :

4.095.600

-Upah pembuatan rakit

30

OH 35.000

1.050.000

-Tenaga kerja tetap (1 org; 6


bln,2x)

12

OB 200.000

2.400.000

-Tenaga kerja panen (2 org; 3


hr,2x)

12

OH 35.000

420.000

-Solar pembuatan rakit (8 liter x 4


32
kali)

kali 4.700

150.400

-Solar panen (8 liter x 2 kali)

kali 4.700

75.200

16

Bubu (4 unit/unit kerang hijau), 20 hari per bulan,


setahun

14.800.000

- Upah pembuatan bubu

100.000

-Solar (100 liter x 10 bin)

1000 liter 4.700

4.700.000

400 OH 25.000

10.000.000

unit 25.000

- Upah pekerja bubu


(2org, 20hari, 10bl)
c. Biaya Penyusutan
Wadah/rakit dan perahu

3.258.600
15

21.724.000 3.258.600

TOTAL BIAYA OPERASIONAL


(A + B + C) =

22.154.200

TOTAL BIAYA INVESTASI DAN


OPERASIONAL

43.878.200

3. PENDAPATAN (KERANG HIJAU DAN BUBU)


No JENIS

JML SAT. HARGA TOTAL


(RP)

a Panen kerang hijau (2 kali panen)


Panen I dan II : 18.000

18.000 kg

600

10.800.000

b. Hasil Penangkapan bubu (20 hari x 10 bin) se tahun


Produksi (40 ka/hari)

8.000 ka

6000

48.000.000

PENDAPATAN SELAMA
SETAHUN =

58.800.000

KEUNTUNGAN - PENDAPATAN - BIAYA


OPERASIONAL =

36.645.800

Pengembalian modal = 1,2 yaitu modal akan kembali setelah 1,2 kali panen
Sumber : Ditjen Perikanan Budidaya
3. Kerang mutiara (pinctada maxima)
Alam menyediakan bibit kerang mutiara budidaya. Bibit kerang mutiara ini
dikumpulkan dengan menggunakan perangkap-perangkap larva (kolektor)
yang diletakkan di laut. Material dan model kolektor ini bervariasi. Material
kolektor bisa berasal dari alam seperti sabut kelapa dan ijuk maupun buatan
seperti kain dan plastik. Sementara modelnya bervariasi dari bentuk sapu
sampai ke bentuk panel. Prinsipnya adalah menyediakan substrat atau tempat
untuk menempel bagi larva kerang mutiara yang bermetamorfosis menjadi
spat. Namun demikian, bukan hanya spat kerang mutiara saja yang menempel
di koletor ini, namun bisa saja organisme lainnya. Kolektor-kolektor ini
digantung pada longline atau sarana apung lainnya. Lamanya perendaman
sebenarnya tergantung dari tingkat pertumbuhan spat yang mencapai ukuran
yang bisa dikenal sehingga bisa dibedakan dengan spat kerang jenis lain.
Secara teoritis, perendaman bisa lebih dari 2 bulan tergantung jenis kerang
yang akan dibudidayakan. Kolektor kemudian dibersihkan dari jenis kerang
lain dan organisme pengotor lainnya (biofouling) sehingga memungkinkan
spat bertumbuh dengan leluasa. Setelah itu, jenis yang akan dibudidayakan
diambil dengan hati-hati karena kondisi mereka sangat rentan. Mengingat
mereka menempel dengan bysus sehingga pengambilan spat adalah dengan
memotong bysusnya bukan dengan menarik keluar spat itu dengan paksa.
Mereka juga rentan terhadap perubahan suhu dan lamanya mereka terekspos di
luar air. Kerang muda ini dipindahkan ke kotak panel yang memiliki ruang
leluasa bagi mereka untuk bertumbuh. Lewat pemahaman ini, pengetahuan
akan sebaran jenis atau spesies kerang mutiara di perairan sangat dibutuhkan
sebelum memutuskan untuk membuat usaha budidaya kerang mutiara yang
membutuhkan suplai bibit dari alam.

Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kerang mutiara


budidaya saat ini mengalami pergeseran dari mencari bibit di alam ke bibit
hasil hatchery. Beberapa negara mulai mengembangkan program selektive
breeding yaitu pada prinsipnya menyeleksi kerang yang memiliki karakter
bagus untuk dijadikan induk. Karakter bagus dalam hal ini dititik beratkan
pada melihat pertumbuhan kerang dibandingkan kerang seusianya, morfologi
dari cangkang dan warna nacre (MoP) kerang. Mengingat tujuan kebanyakan
budidaya komersial dari kerang mutiara adalah memproduksi mutiara bulat,
sehingga bentuk morfologi sepasang cangkang yang menciptakan ruang yang
besar dan leluasa pada bagian internalnya, menjadi salah satu pertimbangan
untuk memproduksi anakan kerang host (kerang yang akan disisipkan inti
mutiara). Sementara kerang yang memiliki warna dan kondisi MoP terbaik
dijadikan sebagai induk untuk memproduksi saibo, mengingat saibo sangat
menentukan kualitas mutiara yang dihasilkan.
Dalam proses perbanyakan dengan sistem hatchery. Induk kerang mutiara
biasanya diseleksi apabila kondisinya sudah mencapai matang gonad. Caranya
adalah dengan membuka cangkang dengan shell opener dan memeriksa bagian
gonad dengan terlebih dahulu mengibaskan insang yang menutupi areal bagian
dalam kerang. Gonad biasanya langsung terlihat pada kerang matang gonad
saat insang dikibaskan karena bagian gonad ini memakan tempat yang cukup
besar dengan warnah cerah mencolok. Untuk kerang betina biasanya warna
gonadnya adalah krim cerah sedangkan jantan adalah putih. Untuk
membedakan gonad kedua kelamin kerang memang diperlukan latihan yang
berulang-ulang mengingat kadangkala warna gonad jantan terlihat menyerupai
warna betina, atau sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai