Anda di halaman 1dari 11

15

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kompresor merupakan suatu komponen utama dalam sebuah instalasi


turbin gas. Sistem utama sebuah instalasi turbin gas pembangkit tenaga listrik,
terdiri dari empat komponen utama, yang salah satunya adalah kompresor.
Komponen utama lainnya adalah ruang bakar, turbin dan generator listrik.
Masing-masing dari komponen utama tersebut memiliki spesifik kerja dan fungsi
yang berbeda-beda. Berikut ini adalah sebuah skema sistem instalasi turbin gas
dengan siklus terbuka dengan komponen-komponen penyusunnya.

Gambar 2.1. Sistem turbin gas dengan siklus terbuka

Keterangan :
K

= Kompresor

= Turbin

RB

= Ruang Bakar

= Generator

Pada instalasi turbin gas, setiap komponen memiliki proses tersendiri baik
pada analisa termodinamika ataupun pada perubahan-perubahan energi yang
terjadi didalam proses tersebut. Berikut diagram P vs V dan T,h vs S pada sistem
pembangkit listrik dengan siklus terbuka.

Universitas Sumatera Utara

16

Gambar 2.2 Diagram P-V dan diagram h,T-s

Untuk selanjutnya pembahasan dalam bagian ini lebih khusus tentang


kompresor dalam sebuah sistem pembangkit tenaga listrik.

2.1 Kompresor dan Fungsinya dalam Sistem Turbin Gas


Kompresor adalah serangkaian alat

yang berfungsi mengalirkan dan

menaikkan tekanan udara pada sistem turbin gas, sampai sekurang-kurangnya


cukup tinggi untuk untuk membakar bahan bakar yang disemprotkan kedalam
ruang bakar (combustion chamber). Pada gambar 2.2, proses kerja kompresor
adalah ditunjukkan dari notasi 1 ke 2. Proses yang terjadi disini adalah proses
kompresi isentropis. Secara teoritis, pada kompresor terjadi kenaikan tekanan
tanpa perubahan entropi. Kemudian pada proses ini juga menyebabkan naiknya
suhu yang secara tidak langsung akan menaikkan entalpi.

Perubahan entalpi

inilah yang kemudian mempengaruhi kerja dari sebuah kompresor.


Ada dua jenis kompresor yang biasa digunakan pada sistem turbin gas
yaitu kompresor aksial dan kompresor sentrifugal. Dalam perancangan ini, akan
dipakai kompresor aksial dimana udara mengalir dalam arah sejajar terhadap
sumbu poros kompresor.
2.2 Siklus Ideal dan Aktual pada Kompresor
Gambar 2.2 merupakan proses dalam siklus ideal pada kompresor.
Proses-proses yang terjadi diatas berlaku secara teoritis, tetapi pada
kenyataannya terjadi penyimpangan-penyimpangan dari proses yang ideal.

Universitas Sumatera Utara

17

Penyimpangan-penyimpangan itu antara lain karena :


1.

Fluida kerja bukanlah gas ideal dengan panas spesifik konstan


dan laju aliran massa fluida kerja tidak konstan.

2.

Proses yang berlangsung disetiap komponen tidak adiabatik dan


reversibel, karena ada kerugian energi akibat gesekan, perpindahan panas
dan lain-lain.

3.

Proses kompresi didalam kompresor tidak berlangsung secara isentropik.

Dari penyimpangan-penyimpangan itulah, kemudian akan merubah


beberapa proses dalam siklus ideal dalam kompresor. Siklus hasil yang terjadi
akibat penyimpangan-penyimpangan tersebut dinamakan dengan siklus aktual.
Siklus aktual inilah yang kemudian berisi tentang fakta dilapangan pada
kompresor dan juga pada komponen lain dalam sistem turbin gas.

Untuk lebih jelasnya tentang siklus aktual dan ideal, dapat diperhatikan
gambar 2. 3 berikut ini:

Gambar 2.3 Diagram h-s pada kompresor

Pada gambar 2.3, titik i dan e berturut-turut menyatakan masuk dan keluar
sistem aktual. Sedangkan es adalah titik keluar secara teoritis (ideal). Pada siklus
ideal, kerja kompresor dapat dicari dengan persamaan berikut:

Universitas Sumatera Utara

18

WK

= Cp ( tes

ti

= hes hi ( k J / k g )

(2.1) (lit 2 hal. 56)

Sedangkan pada siklus aktual, titik es pada gambar akhirnya akan bergeser
kekanan sebagai akibat dari penyimpangan bahwa siklus tidak berlangsung secara
isentropik. Titik akhir, e merupakan akibat penyimpangan dari siklus. Sehingga
persamaan (2.1) juga mengalamai perubahan. Nilai inilah yang kemudian dipakai
sebagai hasil kerja aktual yang dirumuskan sebagai berikut:

WKaktual = Cp ( te

ti

= he hi( k J / k g )

(2.2) (lit 2 hal. 56)

2.3 Efisiensi Kompresor

Dari gambar 2.3, dapat dilihat bahwa kerja ideal kompresor lebih rendah
dari kerja aktual. Perbandingan kedua kerja ini dinayatakan dengan efisiensi
isentropik kompresor.

Efisiensi isentropik, K kompresor dapat dirumuskan

sebagai berikut:
K

. (2.3) (lit. 2 hal. 57)

Persamaan (2.3) dapat juga dicari dengan mensubstitusikan persamaan (2.1) dan
(2.2) kedalamnya. Sehingga persamaan (2.3) bisa kemudian diganti dengan
parameter input berupa temperatur ataupun entalpi seperti persamaan berikut:
K

=
=

Untuk

menaikkan

(2.4) (lit. 2 hal. 57)

efisiensi

kompresor,

dapat

dilakukan

dengan

mengurangi kerja kompresor untuk mencapai tekanan yang sama atau stabil pada
sisi masuk dan sisi keluar kompresor. Dengan kata lain, dilakukan dengan

Universitas Sumatera Utara

19

mengurangi hK antara siklus ideal dan siklus aktual. Atau membuat sebisa
mungkin dengan cara mendekatkan titik e ke titik es sesuai pada gambar 2.3.
dengan kata lain membuat s mendekati isentropik atau mendekati nol.
Menaikkan efisiensi kompresor adalah dengan tujuan untuk meningkatkan
kerja sistem turbin gas secara keseluruhan. Karena kompresor adalah komponen
parsial dari sebuah sistem turbin gas yang memiliki pengaruh pada siklus sistem
turbin gas secara utuh. Tentu dengan meningkatnya efisiensi, akan memberikan
peningkatan nilai guna terhadap sebuah pembangkit tenaga.

2.4 Konstruksi Kompresor Aksial


Kompresor aksial dapat menghasilkan laju aliran massa udara yang tinggi
pada bidang frontal yang kecil. Kompresor aksial terdiri dari beberapa tingkat
(dapat sampai 30), dimana masing-masing tingkat terdiri dari sebaris sudu gerak
pada rotor, dan sebaris sudu tetap pada stator. Rotor dan stator inilah yang
menjadi bagian utama dari sebuah kompresor aksial. Untuk lebih jelasnya tentang
komponen kompresor aksial, dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.4 Skema konstruksi kompresor aksial

2.4.1 Sudu Kompresor


Sudu kompresor terdiri dari sudu gerak dan sudu tetap. Penampang sudu
adalah berbentuk aerofoil. Aerofoil merupakan bentuk aerodinamik yang paling
efektif untuk menghasilkan gaya angkat. Ada beberapa cara pemasangan sudu

Universitas Sumatera Utara

20

pada rotor seperti gambar berikut.

Gambar 2.5 Konstruksi dan jenis-jenis pemasangan sudu pada rotor

Sudu kompresor dipasang longgar pada rotor untuk memungkinkan


peredaman atau menghilangkan getaran. Namun hal ini uga bisa menyebabkan
masalah ketika gaya sentrifugal pada sudu tidak cukup menghasilkan gesekan
yang diperlukan.
Pada satu tingkat kompresor, sudu gerak tersusun melingkar pada rotor.
Jumlah sudu pada masing-masing tingkat tidaklah sama. Itu semua bergantung
pada dimensi-dimensi sudu jarak antar sudu (pitch). Berikut detail susunan sudu
gerak pada sumbu putar.

Gambar 2.6 Detail susunan sudu dan penamaan sudut

Aspect ratio merupakan perbandingan antara tinggi sudu dan chord sudu
(h/c). Dengan adanya perbandingan ini, dapat dicari panjang dari chord sudu.

Universitas Sumatera Utara

21

Setelah diperoleh chord sudu, dengan perbandingan soliditas (s/c) dapat dicari
jarak sudu. Perbandingan soliditas ini, dipengaruhi oleh sudut keluar kecepatan
aksial dan sudut defleksi fluida yang didapat dari perhitungan perancangan.

Gambar 2.7 Grafik hubungan s/c

Berat Sudu (Ws), dapat ditentukan dari persamaan berikut:


= volume sudu x berat jenis sudu ()

Ws
Dimana:
Vs

= h . c. t

= 76 kN/m3 7,6 x 104 N/m3

Sudu yang berada pada satu tingkat kompresor, maka dianggap sudu yang
satu relatif dengan dan terhadap sudu yang lai.. Karena hal tersebutlah, kemudian
dapat dianggap bahwa fenomena-fenomena akibat aliran fluida kerja pada satu
sudu, akan sama dengan sudu lainnya. Baik itu berupa kecepatan, ataupun ia
berupa sifat-sifat fluida lainnya yang berhubungan dengan sudu-sudu tersebut.

Untuk jumlah sudu masing-masing tingkat pada kompresor tidaklah sama.


Untuk menghitung jumlah sudu pertingkat dapat dengan menggunakan persamaan

Universitas Sumatera Utara

22

berikut:

Dimana:
Z

= Jumlah sudu dalam satu tingkat kompresor

rm

= panjang jari-jari rata-rata sudu

= jarak sudu (pitch)

2.4.2 Segitiga Kecepatan pada Sudu Kompresor


Pada analisis dua dimensi, maka proses yang terjadi dalam kompresor
adalah beberapa kondisi. Kondisi inilah yang kemudian mengalami pengulangan
dalam tingkat-tingkat berikutnya dalam sebuah kompresor. Berikut gambaran
tentang kondisi dalam ruang annulus kompresor.

Gambar 2.8 Kondisi dalam annulus tingkat pertama kompresor

Kondisi 1 merupakan ruang dimana fluida sebelum melewati sudu gerak


tingkat pertama. Sedangkan kondisi 2 adalah kondisi fluida setelah melewati sudu
gerak dan akan melalui sudu tetap tingkat pertama. Dan kondisi 3 adalah kondisi
dimana fluida setelah melewati tingkat pertama dan akan melewati sudu gerak
tingkat kedua dalam kompresor dan begitulah tahapan atau kondisi ini berlanjut
sampai pada tingkat terakhir. Notasi 1, 2 dan 3 pada tingkat pertama kompresor
ini, kemudian bisa digambarkan pada segitiga kecepatan dengan notasi subscript
yang sama seperti pada gambar berikut:

Universitas Sumatera Utara

23

Gambar 2.9 Segitiga kecepatan pada satu tingkat pertama kompresor

Segitiga kecepatan untuk satu tingkat kompresor dapat dilihat pada


gambar 2.9 dimana kecepatan absolut dan arah aliran pada sisi keluar, sama
dengan pada sisi masuk. Aliran dari tingkat sebelumnya atau dari sudu pengarah
memiliki kecepatan c1 dan arah 1. Dan w1 merupakan kecepatan relatif dengan
sudut 1. Kemudian aliran fluida membentuk sudut 2 pada sisi keluar dengan
kecepatan relatif w2. Dengan menambahkan kecepatan sudu, U, maka akan
menhasilkan kecepatan absolut dari rotor, c2 dengan sudut sebesar 2. Kemudian
sudu stator

akan membelokkan aliran sehingga kecepatan keluar adalah c3

dengan sudut 3. Beginilah diagram kecepatan pada satu tingkat kompresor, dan
kemudian proses seperti ini akan kembali berlanjut pada tingkat selanjutnya
sampai pada tingkat terakhir dari kompresor aksial.

2.5 Derajat Reaksi Kompresor Aksial


Didalam kompresor aksial, kenaikan tekanan terjadi pada kedua jenis
sudu. Sudu gerak pada rotor dan sudu tetap pada stator. Oleh karena itu, perlu
ditetapkan seberapa besar kontribusi rotor terhadap terhadap kenaikan tekanan

Universitas Sumatera Utara

24

statik dalam satu tingkat. Hal ini didalam perhitungan dikenal dengan derajat
reaksi, RR , yang didefenisikan sebagai :

RR

.(2.5) (lit. 2 hal 512)

Dimana, Tsg dan Tsd secara berurutan adalah kenaikan temperatur statik dalam
sudu gerak dan sudu tetap. Derajat reaksi juga dapat dinyatakan sebagai kenaikan
tekanan statik dalam baris sudu gerak, dibagi dengan kenaikan tekanan yang
terjadi pada dalam satu tingkat kompresor.

RR

..(2.6) (lit. 2 hal. 512)

Dimana, 1,2 dan 3 berturut-turut merupakan kondisi masuk sudu gerak, keluar
sudu gerak dan masuk sudu tetap, keluar sudu tetap dan akan masuk ke sudu
gerak tingkat selanjutnya. Untuk menentukan derajat reaksi dengan analisa pada
suatu kompresor, maka salah satu cara yang mudah adalah dengan melihat
segitiga kecepatan pada satu tingkat kompresor tersebut. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.10 Segitiga kecepatan derajat reaksi > 50% dan < 50%

Universitas Sumatera Utara

25

Sedangkan untuk derajat reaksi 0,5 lebih mudah dalam penganalisaan dari
derajat reaksi lainnya karena bentuknya yang simetris antara segitiga kecepatan
pada sudu gerak dan segitiga kecepatan pada sudu tetap. Dengan kata lain 1 dan
2 mempunyai besar sudut yang sama.
2.6 Jumlah tingkat Kompresor
Banyaknya jumlah tingkat kompresor dinyatakan sebagai perbandingan
antara kenaikan temperatur setiap tingkatnya. Secara sistematis, menurut dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Zk =

(2.7)

Kenaikan temperatur seluruh tingkat adalah selisih antara temperatur udara


keluar dengan temperatur udara masuk kompresor. Dari diagram h s untuk
kompresor dapat dilihat kenaikan temperatur untuk seluruh tingkat yaitu:
T = T02 T1

.. (2.8) (Lit 1 hal 159)

Sedangkan kenaikan temperatur setiap tingkatnya menurut [1] halaman 166.


T0s =

. U . Ca .(tan 1- tan 2)

(2.9)

Dimana :
= Faktor kerja setiap tingkat, besarnya antara 0,80 1,0
= diambil 0,9
Ut

(Lit 1 hal 166)

= Kecepatan keliling sudu rata-rata

= 350 m/s
1

= Sudut kecepatan masuk aksial

= Sudut kecepatan keluar aksial

(Lit 1 hal 161)

Setelah diperoleh jumlah tingkat kompresor maka dapat dilanjutkan dengan


penghitungan dimensi-dimensi lain pada sudu-sudu dengan persamaan-persamaan
yang diuraikan sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai