Proposal
Proposal
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator sensiti untuk
mengukur tingkat kemajuan bangsa. Target MDGs sampai dengan tahun 2015
adalah mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua pertiga dari
tahun 1990 yaitu sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan data dari
SDKI tahun 2012, Provinsi Bengkulu belum dapat mencapai target MDGs.
Angka kematian bayi (AKB) di Provinsi Bengkulu masih cukup besar yaitu
29 per 1000 kelahiran hidup (Ringkasan eksekutif data dan informasi
kesehatan Provinsi Bengkulu, 2013 : 27) .
Data WHO pada tahun 2013 angka kematian bayi di Indonesia masih
cukup tinggi yaitu 15 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2010 Asia
tenggara menduduki peringkat kedua tertinggi untuk kematian balita yang
diakibatkan asfiksia neonatorum setelah Pasifik Barat yaitu 11%. Sedangkan
kematian balita usia dibawah 5 tahun di Indonesia karena menderita asfiksia
neonatorum pada tahun 2000 adalah 11% dan tidak mengalami perubahan
pada tahun 2010 yaitu 11% (World health statistic, 2013: 67).
Berdasarkan data dari profil kesehatan Kota Bengkulu tahun 2011,
kematian bayi berjumlah 64 orang dan bayi lahir mati berjumlah 25 orang.
diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organorgan, dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI, 2002).
Menurut DR. Nursalam (2005) perkembangan motorik kasar (gross motor)
adalah aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh yang
melibatkan sebagian besar bagian tubuh karena dilakukan oleh otot-otot yang
lebih besar sehingga memerlukan cukup tenaga, misalnya berjalan dan berlari
(Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, 2005: 56)
Tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk menopang dirinya sendiri.
Penurunan oksigen setidaknya satu bagian tubuh dikenal sebagai hipoksia.
Total kurangnya oksigen dikenal sebagai anoksia. Sel-sel otak akan rusak
setelah 4 sampai 6 menit tanpa oksigen. Ketika aliran oksigen ke otak
terputus, seseorang akan kehilangan kesadaran dalam waktu 10 detik.
Hipoksia diperpanjang menyebabkan kerusakan otak dan akhirnya kematian.
(Artikel kedokteran : 2013)
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang hubungan antara asfiksia neonatorum dengan perkembangan motorik
kasar bayi kurang dari satu tahun di RSUD dr M. Yunus Bengkulu.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah peneliti adalah masih tingginya
angka kejadian asfiksia yaitu 274 kelahiran bayi dengan asfiksia di Rumah
sakit Dr. M. Yunus Bengkulu. Maka pertanyaan penelitian adalah Apakah
dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Wong
(2000)
perkembangan
merupakan
bertambah
YANG
BERPENGARUH
TERHADAP
TUMBUH KEMBANG
Masa lima tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar dasar
kepribadian manusia. Kemampuan pengindraan, berfikir, ketrampilan,
berbahasa dan berbicara, bertingkah laku sosial dll. Ada 2 faktor yang
mempengaruhi proses tumbuh kembang optimal seorang anak yaitu :
a. Faktor dalam
1) Ras / etnik dan bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras / bangsa Amerika maka ia tidak
memiliki faktor hereditas ras / bangsa Indonesia atau sebaliknya.
2) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,
pendek, gemuk atau kurus.
3) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal,
tahun pertama kehidupannya.
4) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat
daripada laki laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas,
pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
5) Genetik
kromosom
umumnya
disertai
dengan
kegagalan
mellitus
dapat
menyebabkan
makrosomia,
10
11
6) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,
kesehatan lingkungan yang jelek, dan ketidaktahuan, akan
menghambat pertumbuhan anak.
7) Lingkungan pengasuhan
Pada
lingkungan
pengasuhan,
interaksi
ibu
anak
sangat
kortikosteroid
jangka
lama
akan
menghambat
3. CIRI-CIRI PERKEMBANGAN
Menurut Narendra (2002) perkembangan memiliki ciri ciri sebagai
berikut :
a. Perkembangan selalu melibatkan proses pertumbuhan yang diikuti
dari perubahan fungsi, seperti perkembangan system reproduksi akan
diikuti perubahan pada fungsi alat kelamin.
12
13
14
5. PENILAIAN PERKEMBANGAN
Menurut Vivian (2011) ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang, yakni
sebagai berikut :
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui /
menemukan status gizi kurang / buruk dan sebagai berikut.
b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui
gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat
dan gangguan daya dengar.
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui
adanya masalah mental emosional, autism dan gangguan pemutusan
15
16
e.
1)
2)
3)
4)
5)
(gross motor).
3) Tempat tidur lengkap dengan perlak dan laken.
Keuntungan DDST II
Menilai perkembangan anak sesuai dengan usia.
Memantau perkembangan anak usia 0-6 tahun.
Monitor anak dengan risiko perkembangan.
Menjaring anak terhadap adanya kelainan.
Memastikan apakah anak dengan persangkaan ada kelainan
17
18
B. ASFIKSIA NEONATORUM
1. PENGERTIAN
Asfiksia adalah keadaan bayi yang tidak bisa bernapas spontan dan
teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2
yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan, 1998 : 319)
19
20
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
3. PENYEBAB
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan
gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi
menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan
gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya
asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat pada
bayi (Wiknjosastro, 2007)
Faktor ibu disebabkan oleh preeklampsia dan eklampsia, pendarahan
abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta), partus lama atau partus
macet, demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC,
HIV), kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan). Faktor Tali
Pusat terdiri dari lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat,
prolapsus tali pusat. Kemudian dari faktor bayi diantaranya bayi prematur
(sebelum 37 minggu kehamilan), persalinan dengan tindakan (sungsang,
bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep), kelainan
21
22
sirkulasi
darah
menuju
sirkulasi
plasenta
dapat
bertambah
berat,
serhingga
memerlukan
tindakan
memberikan
nutrisi
dan
pertukaran
CO2/O2
sehingga
mempunyai resiko asfiksia dan setiap saat dapat meninggal di rahim, Saat
persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia. Beberapa keadaan Tali
pusat seperti : Lilitan tali pusat; Tali pusat pendek; Simpul tali pusat; dan
prolap tali pusat, yang mengakibatkan aliran darah ke janin berkurang
23
kemungkinan
perlunya
tindakan
resusitasi. Akan
tetapi,
24
25
diganjal 2-3cm, menghisap mulut, hidung dan kadang trachea, bila perlu
masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran
pernafasan terbuka. Kedua, memulai pernafasan dengan cara memakai
rangsangan taksil untuk memulai pernafasan, memakai VTP bila perlu
seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut
(hindari paparan infeksi). Ketiga adalah mempertahankan sirkulasi dengan
cara rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara : Kompresi
dada dan Pengobatan (Wiknjosastro, 2007)
7. PERSIAPAN RESUSITASI
a. Mengantisipasi bayi lahir dengan depresi atau asfiksia dengan cara
meninjau riwayat antepartum dan meninjau riwayat intrapartum.
b. Urutan pelaksanaan resusitasi yaitu mencegah khilangan panas dan
mengeringkan tubuh bayi dengan cara alat pemancar panas telah di
aktifkan sebelumnya sehingga tempat meletakkan bayi hangat, bayi di
letakkan di bawah pemancar panas,tubuh dan kepala bayi di keringkan
dengan menggunakan handuk atau selimut hangat(apabila diperlukan
penghisapan mekonium,dianjurkan untuk menunda pengeringan tubuh
yaitu setelah mekonium di hisap dari trachea dan Untuk bayi sangat
kecil ( BB< 1500 gr ) atau apabila suhu ruangan sangat dingin
dianjurkan menutup bayi dengan sehelai plastic tipis yang tembus
pandang.
c. Meletakkan bayi dalam posisi yang benar dengan cara bayi di letakkan
terlentang di alas yang datar,kepala lurus dan leher sedikit tengadah
26
(ekstensi)
dan
untuk
mempertahankan
agar
leher
tetap
beberapa
detik
tidak
terjadi
reaksi
atas
rangsanagn
27
ASFIKSIA
NEONATORUM
DENGAN
28
hipoksia. Total kurangnya oksigen dikenal sebagai anoksia. Sel-sel otak akan
rusak setelah 4 sampai 6 menit tanpa oksigen. Ketika aliran oksigen ke otak
terputus , seseorang akan kehilangna kesadaran dalam waktu 10 detik.
Hipoksia diperpanjang menyebabkan kerusakan otak dan akhirnya kematian.
(Artikel kedokteran : 2013)
D. KERANGKA TEORI
Keterangan:
adalah variabel yang diteliti
Faktor dalam
Faktor luar
Faktor Persalinan
Faktor Pasca
Salin
Perkembangan
motorik
kasar bayi kurang dari satu
tahun (0-12 bulan)
29
E. HIPOTESIS
Ha = ada hubungan antara asfiksia neonatorum dengan perkembangan
motorik kasar bayi kurang dari satu tahun.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
observisional deskriptif dengan pendekatan cross sectional ialah suatu
penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor resiko (independen)
dengan faktor efek (dependen), dimana melakukan observasi atau pengukuran
variabel sekaligus pada waktu yang sama (Riyanto, 2011).
Bagan 3.1 Kerangka Desain Penelitian
Bayi kurang
dari satu
tahun
Perkembangan
Normal
Abnormal
Perkembangan
Normal
30
Abnormal
B. VARIABEL PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel independent yaitu asfiksia
neonatorum dan variabel dependent yaitu perkembangan motorik kasar.
Bagan 3.2 Variabel Penelitian
Variabel independent
Variabel dependent
Asfiksia neonatorum
Perkembangan
motorik kasar
C. DEFINISI OPERASIONAL
Variabel
Definisi
Operasional
Independent
Asfiksia
Cara
ukur
Melihat
Alat ukur
Checklist
Hasil Ukur
0 = asfiksia
1 = tidak
Skala
ordinal
register
neonatorum
Dependent
Perkembangan
Menggunak
asfiksia
0 = abnormal,
adalah
an
bila
bertambahnya
DDST
Perkembangan
DDST
lembar
motorik kasar
didapatkan 2
kemampuan
atau
dalam
keterlambatan
struktur
lebih
pada 2 sektor/
lebih atau bila
pada 1 sektor
didapatkan 2
ordinal
31
keterlambatan
atau
lebih,
atau
tidak
dapat
dites,
bila
terjadi
penolakan.
1 = normal,
semua
yang
tidak
tercantum
dalam kriteria
diatas.
32
a. Kriteria inklusi: berumur kurang dari satu tahun (0-12 bulan) pada saat
penelitian dilaksanakan, dengan riwayat lahir di RSUD M.Yunus
Bengkulu dan tinggal di dalam wilayah Kota Bengkulu
b. Kriteria eksklusi: berumur lebih dari 12 bulan dan tinggal diluar kota
Bengkulu
Besar sampel
Dengan menggunakan rumus Lamenshaw, yaitu:
pq
N n
d=zx
x
n
N 1
Dengan,
n = besar sampel
d = penyimpngan terhadap populasi/ derajat ketepatan yang
diinginkan, biasanya 0,05 atau 0,01
N = besar populasi
Z = Standar deviasi normal biasanya ditentukan 1,95 atau 2,0 sesuai
dengan derajat kemaknaan 95%
P = proporsi untuk sifat tertentu, ditetapkan 0,5
Q = 1,0 P
Sehingga didapatkan
pq
N n
d=zx
x
n
N 1
0,1 = 1,96x
2
0,5 x (10,5)
n
(0,1) = (1,96) x
0,01 =
0,5 x 0,5
n
x
x
140n
1401
(140n)
139
33
diperiksa
kelengkapannya,
kemudian
dikelompokkan
34
35
95 % dengan signifikan