I.1
Latar Belakang
Manusia mengunakan gigi untuk aktiviti setiap hari, terutama
untuk mengunyah dan mengolah makanan menjadi potongan-potongan
yang kecil supaya memudahkan pencernaan. Fraktur gigi sering terjadi
dalam kehidupan manusia setiap hari dan disebabkan oleh beberapa faktor
eksternal maupun internal, seperti trauma dari kecelakaan, mengunyah
benda asing yang terlalu keras. Fraktur gigi biasa terjadi pada bagian
mahkota atau akar gigi. Komplikasi ini sering dialami oleh pasien yang
mempunyai kualitas tulang yang buruk dan biasanya sudah lanjut usia,
orang muda juga bisa mengalami fraktur akar gigi. Selain faktor di atas,
pada waktu atau setelah perawatan gigi seperti pencabutan atau tindakan
konservasi juga mempunyai risiko tinggi yang dapat menyebabkan fraktur
akar gigi. Berdasarkan penelitian, fraktur biasanya terjadi karena
pengunaan alat atau instrumen yang tidak sesuai pada waktu perawatan.
Disamping itu, hal lain seperti dokter gigi yang kurang pengalaman akan
mempengaruhi kemampuannya untuk melakukan perawatan dengan tepat
Menurut American Dental Association (ADA), fraktur dental atau
patah gigi merupakan hilangnya atau lepasnya fragmen dari satu gigi
lengkap yang biasanya disebabkan oleh trauma atau benturan. Fraktur gigi
dapat dimulai dari ringan (melibatkan chipping dari lapisan gigi terluar
yang disebut email dan dentin) sampai berat (melibatkan fraktur vertikal,
diagonal, atau horizontal akar). Email dan dentin adalah dua lapisan
pelindung terluar gigi. Email adalah permukaan terluar yang keras dan
berwarna putih. Dentin adalah lapisan kuning yang terletak tepat di bawah
email. Email dan dentin keduanya berfungsi melindungi jaringan gigi
bagian dalam. Mahkota terlihat sepertiga dari gigi, sedangkan sisanya dua
pertiga yang ditutupi dengan gusi disebut akar.
Tingginya kasus kecelakaan membuat fraktur rahang juga tidak
bisa dihindari. Fraktur mandibula dan maksila adalah rusaknya kontinuitas
tulang mandibular dan maksilar yang dapat disebabkan oleh trauma baik
secara langsung atau tidak langsung. Fraktur mandibula dapat terjadi
pada bagian korpus, angulus, ramus maupun kondilus.
I.2
Rumusan Masalah
- Apakah fraktur gigi, etiologi, dan klasifikasinya? serta bagaimana
gambaran klinis, radiologi, pencegahan dan penanganan dari
fraktur gigi?
I.3
Tujuan
- Untuk mengatahui definisi, etiologi, klasifikasi, gambaran klinis,
gambaran radiologi, pencegahan, serta penanganan dari fraktur gigi
- Untuk mengatahui definisi, etiologi, klasifikasi, gambaran klinis,
gambaran radiologi, pencegahan, serta penanganan dari fraktur
mandibula
- Untuk mengatahui definisi, etiologi, klasifikasi, gambaran klinis,
gambaran radiologi, pencegahan, serta penanganan dari fraktur
maksila
I.4
Manfaat
- Agar kita dapat lebih memahami tentang definisi, etiologi,
klasifikasi, gambaran klinis, gambaran radiologi, pencegahan, serta
penanganan dari fraktur gigi
- Agar kita dapat lebih memahami tentang definisi, etiologi,
klasifikasi, gambaran klinis, gambaran radiologi, pencegahan, serta
penanganan dari fraktur mandibula
- Agar kita dapat lebih memahami tentang definisi, etiologi,
klasifikasi, gambaran klinis, gambaran radiologi, pencegahan, serta
penanganan dari fraktur maksila
b.
c.
d.
e.
f.
2. Fraktur Dentin
Tanpa Terbukanya Pulpa Fraktur mahkota yang megenai cukup
banyak dentin, tanpa megenai pulpa.
4. Fraktur Akar
Fraktur terbatas pada akar gigi yang melibatkan sementum, dentin,
dan pulpa
10
b. Pemeriksaan Gigi
Pasien harus melakukan kunjungan ke dokter gigi sekali
atau dua kali setiap tahun untuk pemeriksaan gigi. Ini karena
kadang kadang ada struktur gigi yang sudah rapuh karena
disebabkan oleh perawatan saluran akar ataupun bahan restorasi
yang lama mulai terpisah dari struktur gigi. Dengan pemeriksaan
dan dapat dideteksi lebih awal, kondisi fraktur gigi dapat dielakkan
dan segera dilakukan perawatan.
c. Diagnosis dan Perawatan yang Tepat
Dari peran seorang dokter gigi harus melakukan diagnosis
yang tepat baru dapat memberikan perawatan yang sesuai dan hasil
yang baik. Diagnosis dimulai dengan merekam demografi pasien
dan mengambil sejarah singkat peristiwa traumatik, kemudian
diikuti pemeriksaan intra oral dan ekstra oral. Gigi mungkin terasa
tidak nyaman waktu perkusi atau palpasi dan menunjukkan
perubahan warna mahkota sementara. Sebuah visualisasi
11
harus dimulai dengan melihat kondisi gigi, soket gigi harus diirigasi
supaya dapat dilihat jelas. Jika masih ragu, pasien dianjurkan untuk
dilakukan rontgen foto guna melihat kondisi soket bekas pencabutan. Sisa
akar gigi dikeluarkan dengan menggunakan elevator dengan daya yang
ringan. Dilakukan dengan hati-hati sampai sisa tersebut makin longgar
pada soket lalu dikeluarkan. Jika sisa gigi tidak dapat dikeluarkan dengan
instrumen elevator, teknik transalveolar harus digunakan untuk
megeluarkan sisa fraktur tersebut.
13
14
II.2.3 Frekuensi
Secara umum, paling sering terjadi pada korpus mandibula,
angulus dan kondilus, sedangkan pada ramus dan prosesus koronoideus
lebih jarang terjadi.
Berdasarkan penelitian, dapat diurutkan seperti berikut :
Korpus 29 %
Kondilus 26%
Angulus 25%
Simfisis 17%
Ramus 4%
Proc.Koronoid 1%
15
II.2.4 Etiologi
Penyebab terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas dan sebagian
besar adalah pengendara sepeda motor. Sebab lain yang umum adalah
trauma pada muka akibat kekerasan, olahraga. Berdasarkan penelitian
didapatkan data penyebab tersering fraktur mandibula adalah :
Kecelakaan berkendara 43%
Kekerasan 34%
Kecelakaan kerja 7%
Jatuh 7%
Olahraga 4%
Sebab lain 5%
Fraktur mandibula dapat juga disebabkan oleh adanya kelainan
sistemik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur patologis seperti pada
pasien dengan osteoporosis imperfekta.
II.2.5 Patofisiologi
Derajat keparahan fraktur sangat bergantung pada kekuatan
trauma. Karena itu fraktur kominutiva dapat dipastikan terjadi karena
adanya kekuatan energi yang besar yang menyebabkan trauma.
Berdasarkan penelitian pada 3002 pasien dengan fraktur mandibula,
diketahui bahwa adanya gigi molar 3 bawah meningkatkan resiko
terjadinya fraktur angulus mandibula sampai 2 kali lipat.
II.2.6 Manifestasi Klinis
Pasien dengan fraktur mandibula umumnya datang dengan adanya
deformitas pada muka, baik berupa hidung yang masuk kedalam, mata
masuk kedalam dan sebagainya. Kondisi ini biasa disertai dengan adanya
kelainan dari fungsi organ organ yang terdapat di muka seperti mata
terus berair, penglihatan ganda, kebutaan, anosmia, kesulitan bicara karena
adanya fraktur mandibula, maloklusi sampai kesulitan bernapas karena
hilangnya kekuatan untuk menahan lidah pada tempatnya sehingga lidah
menutupi rongga faring.
II.2.7 Gejala & Tanda
Tanda tanda patah pada tulang rahang meliputi :
1.Dislokasi, berupa perubahan posisi rahang yg menyebabkan
maloklusi atau tidak berkontaknya rahang bawah dan rahang atas
2.Pergerakan rahang yang abnormal, dapat terlihat bila penderita
menggerakkan rahangnya atau pada saat dilakukan .
3.Rasa sakit pada saat rahang digerakkan
4.Pembengkakan pada sisi fraktur sehingga dapat menentukan lokasi
daerah fraktur.
16
adanya fraktur lain pada daerah wajah termasuk os.frontal, kompleks nasoethmoid-orbital, orbital dan seluruh pilar penopang kraniofasial baik
horizontal maupun vertikal. CT-scan juga ideal untuk melihat adanya
fraktur kondilus.
II.2.9 Peanatalaksanaan
Penatalaksanaan pada fraktur mandibula mengikuti standar
penatalaksanaan fraktur pada umumnya. Pertama periksalah A(airway),
B(Breathing) dan C(circulation). Bila pada ketiga topik ini tidak
ditemukan kelainan pada pasien, lakukan penanganan terhadap fraktur
mandibula pasien. Bila pada pasien terdapat perdarahan aktif, hentikanlah
dulu perdarahannya. Bila pasien mengeluh nyeri maka dapat diberi
analgetik untuk membantu menghilangkan nyeri. Setelah itu cobalah
ketahui mekanisme cedera dan jenis fraktur pada pasien berdasarkan
klasifikasi oleh Dingman dan Natvig.
Bila fraktur pada pasien adalah fraktur tertutup dan tidak disertai
adanya dislokasi atau ada dislokasi kondilus yang minimal, maka dapat
ditangani dengan pemberian analgetik, diet cair dan pengawasan ketat.
Pasien dengan fraktur prosesus koronoid dapat ditangani dengan cara yang
sama. Pada pasien ini juga perlu diberikan latihan mandibula untuk
mencegah terjadinya trismus.
Kunci utama untuk penanganan fraktur mandibula adalah reduksi
dan stabilisasi. Pada pasien dengan fraktur stabil cukup dengan melakukan
wiring untuk menyatukan gigi atas dan bawah. Untuk metode ini dapat
dilakukan berbagai tindakan. Yang paling banyak dilakukan adalah dengan
menggunakan wire dengan Ivy loops dan dilakukan MMF
(maxillomandibular fixation).
18
19
II.2.10 Komplikasi
Komplikasi setelah dilakukannya perbaikan pada fraktur
mandibula umumnya jarang terjadi. Komplikasi yang paling umum terjadi
20
Geiala
klinik
Extra oral :
23
Gejala
klinik
Extra
oral :
o
Pembengkakan hebat pada muka dan hidung, pada daerah tersebut
terasa sakit.
o Dari samping muka terlihat rata karena adanya deformitas
hidung.
o Bilateral circum echymosis, subconjunctival echymosis.
o Perdarahan dari hi dung yang disertai cairan cerebrospinal.
Intra oral
o Mulut sukar dibuka dan rahang bawah sulit digerakkan ke depan
o Adanya maloklusi open bite sehingga penderita sukar
mengunyah.
24
Geiala klinik
Extra oral :
o Pembengkakan hebat pada muka dan hidung
o Perdarahan pada palatum, pharinx, sinus maxillaris, hidung dan
telinga.
o Terdapat bilateral circum echymosis dan subconjunctival
echymosis.
o Pergerakan bola mata terbatas dan terdapat kelainan N.opticus
dan saraf motoris dari mata yang menyebabkan diplopia,
kebutaan dan paralisis bola mata yang temporer.
o Deformitas hidung sehingga mata terlihat rata.
o Adanya cerebrospinal rhinorrhoea dan umumnya bercampur
darah
o paralisis N.Fasialis yang sifatnya temporer atau permanen yang
menyebabkan Bells Palsy.
25
Intra oral :
o Mulut terbuka lebih lebar karena keadaan open bite yang berat.
o Rahang atas dapat lebih mudah digerakkan
o Perdarahan pada palatum dan pharynx.
o Pernafasan tersumbat karena tertekan oleh dorsum lidah.
5) Zygomaticus Complex Fracture
Tulang zygoma adalah tulang yang kokoh pada wajah dan jarang
mengalami fraktur. Namun tempat penyambungan dari lengkungnya
sering fraktur. Yang paling sering mengalami fraktur adalah temporal
sutura dari lengkung rahang.Fraktur garis sutura rim infra orbital,
garis sutura zygomatic frontal dan zygomatic maxillaris.
26
o Rasa nyeri
o Epistaksis, perdarahan hidung disebabkan karena cedera,
tersobeknya selaput lendir antral oleh depresi fraktur zygomatic
dengan perdarahan lebih lanjut ke antrum melalui ostium
maxilla ke rongga hidung.
o Rasa baal di bawah mata, rasa terbakar dan paraesthesia
o Perdarahan di daerah konjungtiva
o Gangguan penglihatan diplopia, kabur.
II.3.5 Pemeriksaaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi digunakan untuk menunjang diagnosa.
Untuk menegakkan diagnosa yang tepat sebaiknya digunakan beberapa
posisi pengambilan foto, karena tulang muka kedudukannya sedemikian
rupa sehingga tidak memungkinkan kita untuk melihatnya dari satu
posisi saja.
Pemeriksaan Ro Foto untuk fraktur maxilla antara lain :
1. PA position
2. Waters position
3. Lateral position
4. Occipito Mental Projection
5. Zygomaticus
6. Panoramic
7. Occlusal view dari maxilla
8. Intra oral dental
II.3.6 Perawatan Fraktur
Perawatan fraktur ditujukan pada penempatan ujung tulang yang
fraktur pada hubungan yang benar sehingga ujung tulang tersebut
bersentuhan dan dipertahankan pada posisi tersebut sampai
penyembuhan terjadi.
Reposisi/reduksi fraktur ada 2 cara
1) Close reduction
Banyak terdapat cara reposisi. Cara yang mudah adalah reposisi
tertutup yaitu manipulasi tulang dengan tarikan yang dilakukan di
bawah kulit yang intact sampai fraktur berada pada posisi yang
benar. fraktur yang dapat dilakukan reposisi tertutup, bila garis
fraktur simpe1, posisi cukup baik dan terjadinya fraktur masih
baru
a) Reduksi yang dilakukan pada fraktur dengan cara manipulasi. Cara ini
dilakukan pada fraktur yang masih baru dan mudah dikembalikan pada
tempat semula.
27
b)
2)
1)
2)
3)
Caranya :
Kita raba permukaan tulang yang patah melalui intra dan
ekstra oral, lalu kita perhatikan oklusinya. Setelah kawat
fiksasi dipasang, baru reduksi dikerjakan yaitu dengan
manipulasi bagian-bagian tulang yang patah itu sampai
kedudukannya seperti semula.
Reduksi dengan tarikan
Yang paling sering dipakai yaitu intermaxillary traction yaitu
penarikan rahang bawah dan rahang atas. Cara ini dilakukan
bila displacement sukar dimanipulasi pada tempat-tempat
yang diinginkan yang mungkin oleh karena adanya spasmus
otot dan fraktur yang sudah lama sehingga terjadi malunion
yang sukar dikembalikan ke keadaan semula.
Open reduction (dengan cara operasi)
Cara ini dipakai jika reduksi tertutup tidak dapat dikerjakan, lebih
sering dikerjakan untuk fiksasi dari pada untuk reduksi fraktur.
Fiksasi dan Immobilisasi
Pada fraktur yang dilakukan reposisi tertutup ketika tulang
rahang dan gigi sudah terletak pada posisi yang tepat, maka dapat
dipertahankan dengan menggunakan kawat Arch Bar, membebat gigi,
pita elastic atau kawat yang menghubungkan mandibula dan maksila.
Fiksasi dapat dilakukan langsung pada gigi atau otot-otot sekitar rahang,
sehingga dapat dibagi menjadi :
Indirect dental fixation
Mengikat rahang atas dan rahang bawah bersama-sama dalam
keadaan oklusi dengan mempergunakan pengikat atau elastic band.
Pada fiksasi harus diperhatikan oklusi gigi atas dan bawah harus
baik.
Ada 2 macam cara :
a) Kombinasi wiring dengan intermaxillary fixaton menurut cara
Gilmer atau Ivy.
b) Kombinasi arch bar dengan intermaxillary fixation.
c) Macam-macam arch bar : Jelenko, Erich, Winter
Direct Dental Fixation
Immobilisasi dari fragmen-fragmen dengan menggunakan splint bar
atau wire di antara dua atau lebih gigi pada daerah fraktur.
Wiring merupakan cara yang paling mudah. Tekniknya : Mengelilingi
dua gigi yang berdekatan kemudian menuju garis fraktur dengan
sepotong kawat dengan mengikatnya kuat-kuat. Cara ini kurang stabil
dan tidak dapat dipertanggungjawabkan sehingga jarang dipakai.
Indirect Skletal Fixation
Yang termasuk cara ini :
28
A)
1)
2)
3)
4)
30
a)
b)
c)
3)
31
32
33
34
35