2015
: industri.kontan.co.id
Tanggal
: 26 Oktober 2015
JAKARTA. Ketua Institut Hijau Indonesia Chalid Muhammad menilai, dalam satu tahun masa
pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, ada sejumlah kebijakan yang harus dicabut, salah
satunya adalah rencana pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
"Kami menduga, kereta cepat ini ada hanya untuk melayani kepentingan bisnis properti," kata
Chalid dalam acara diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (26/10).
Dugaan tersebut berdasarkan rencana titik-titik pemberhentian kereta yang berada di tanah-tanah
yang sudah mulai dikuasai developer. Proyek kereta cepat tersebut, menurut Chalid, juga dinilai
hanya akan menambah utang yang sangat besar bagi badan usaha milik negara (BUMN) dan
tidak dibutuhkan oleh rakyat karena transportasi Jakarta-Bandung dianggap sudah lengkap.
"Kita sudah punya jalan tol yang dibangun, jalur kereta juga sudah ada, ada transportasi udara,"
tutur Chalid.
Ia pun mempertanyakan alasan di balik ngotot-nya Menteri BUMN Rini Soemarno dalam
mempertahankan proyek tersebut. Terlebih lagi, sejumlah menteri justru menolak rencana proyek
kereta cepat, seperti Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dan Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli.
"Nah pertanyaannya, ada apa di balik ambisi Rini untuk membangun kereta cepat? Ini perlu
diinvestigasi lebih lanjut," ungkapnya.
Ia meminta agar Presiden secara tegas menghentikan proyek kereta api cepat tersebut karena
dirasa sangat tidak rasional dan hanya akan menimbulkan beban yang sangat besar bagi utang
negara. (Nabilla Tashandra)
Sumber
: industri.kontan.co.id
Tanggal
: 26 Oktober 2015
: properti.kompas.com
Tanggal
: 27 Oktober 2015
KOMPAS.com Salah satu hal penentu angka penjualan properti yang melonjak di kawasan
Serpong adalah pengembangan infrastruktur. Dilansir oleh Kompas.com (16/10/2015), 97 persen
dari total 12.666 unit pasokan kondominium eksisting telah terjual di Tangerang.
Dari 11 kondominium tersebut, 49,7 persen di antaranya merupakan kelas menengah, dan 42,8
persen kelas menengah bawah.
"Adanya stasiun Serpong dan beroperasinya commuter line menjadi pemantik semakin
ekspansifnya pembangunan kondominium di wilayah ini. Permintaan tertinggi berasal dari para
entrepreuner, eksekutif, profesional, mahasiswa, dan investor," ujar Director
Researchand Advisory Cushman and Wakefield Indonesia, Arief Rahardjo.
Sebagai penyangga ibukota, Serpong, utamanya kawasan BSD City, termasuk dalam wilayah
dengan lonjakan harga tanah tertinggi. Seiring waktu, kawasan ini melabelkan dirinya sebagai
kawasan elit dengan aneka fasilitas.
Saat ini, kawasan tersebut sudah ditopang beberapa rumah sakit besar, sekolah bertaraf
internasional dan perguruan tinggi. Beberapa rumah sakit yang berada di kawasan ini di
antaranya, Rumah Sakit Medika BSD, Omni Hospital, Eka Hospital, Bethsaida dan Siloam
Hospital.
Adapun perguruan tinggi yang melengkapi kawasan tersebut diantaranya Prasetiya Mulya
Business School, Swiss German University, Universitas Pelita Harapan, Binus University, serta
Universitas Media Nusantara.
Belakangan kawasan tersebut juga dilengkapi berbagai sarana hiburan, seperti Ocean Park BSD
dan TerasKota. Tak heran, saat pengembang dan operator pusat perbelanjaan terbesar di Jepang
membangun pusat perbelanjaan dan gaya hidup AEON Mall di lahan seluas 10 hektar di kawasan
BSD City.
Belum lagi saat fasilitas Meeting, Incentive, Conferences, and Exhibition (MICE) terbesar seAsia Tenggara ICE-BSD yang kini juga berdiri di sana, membuktikan bahwa kawasan tersebut
telah menjadi kota mandiri.
Data Kontan menunjukkan, pada 2014 lalu pengamat properti Bangga Nirwanjaya menuturkan
bahwa harga tanah di wilayah ini berada pada kisaran Rp 10 juta per meter persegi. Bahkan,
rumah termurah di BSD City, misalnya, sudah dihargai Rp 12 juta per meter persegi.
Seiring kenaikan tiap tahun, harga tanah di kawasan tersebut sudah mencapai Rp 15 juta sampai
Rp 20 juta per meter persegi. Itu belum termasuk nilai bangunan. Karena lonjakan harga tanah
sudah demikian tinggi, orang lebih banyak memilih apartemen baik untuk tempat tinggal atau
investasi. Hitungannya begini, misal apartemen mewah yang ditawarkan diberi harga Rp 3,5
miliar atau Rp 25 juta per meter persegi.
Sekilas, harga tersebut terkesan mahal. Namun setelah dihitung lagi, angka segitu sudah
termasuk bangunan. Ini yang dianggap menguntungkan.
: properti.bisnis.com
Tanggal
: 27 Oktober 2015
JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai salah satu organisasi nonpemerintah yang saat ini
bertanggungjawab pada kondisi lingkungan hidup, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi)
berketetapan menolak Rancangan Peraturan Daerah (raperda) Rencana Tata Ruang (RTR)
Kawasan Strategis Pantura Jakarta yang digagas oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) DKI Jakarta.
Tujuan dibentuknya raperda itu adalah memberikan wajah baru bagi Jakarta yang selama ini
dikenal sebagai kota semrawut. Adanya raperda tersebut juga bisa membuat Jakarta menjadi kota
yang lebih baik lagi ke depannya.
"Ya, jadi bagus dong, kita punya kota keren dong. Kita kan sebagai ibukota mau juga wajah kota
kita ini keren dan jadi bagus, lalu kemudian kita punya konsep melakukan revitalisasi terhadap
pantai lama. Jadi, konsep ini konsep yang nggak bisa dipisahkan dari pengembangan wajah baru
ibukota lebih modern dan bernilai ekonomis," kata Kepala Bappeda DKI Jakarta, Tuti
Kusumawati, Kamis (22/10/2015) lalu.
Namun, lain halnya dengan pandangan Walhi yang menganggap bahwa raperda tersebut hanya
fokus pada masalah ekonomi daripada niat untuk memperbaiki Jakarta. Keterlibatan
pengembang-pengembang swasta dalam pembentukan 17 pulau juga seolah menguatkan hal
tersebut.
"Ini murni motif ekonomi. Tanah di Jakarta sekarang harganya Rp 80 juta sampai Rp 100 juta per
meter perseginya. Sementara tanah di kawasan reklamasi hanya sekitar Rp 20 juta. Kami di sini
melihat nafsu ekonomi makin tinggi," tegas Deputi Direktur WALHI Jakarta, Zaenal Muttaqin,
kepada Kompas.com, Senin (26/10/2015).
Raperda itu, lanjut Zaenal, apabila disahkan akan menjadi satu bentuk ketidakadilan pemerintah
terhadap rakyat. Pemerintah tak bisa jika hanya menghitung faktor ekonomi tanpa memikirkan
nasib dan dampak dari raperda itu terhadap lingkungan.
Karena itulah, lanjut dia, raperda tersebut perlu mendapat tinjauan secara nasional, bukan hanya
dalam ranah DKI Jakarta saja. Sebelum Raperda itu masuk pembahasan DPRD, WALHI sudah
menyiapkan tindakan untuk menggagalkan Raperda itu menjadi Peraturan Daerah (Perda).
"Kita akan kampanye untuk penolakan terhadap Raperda itu. Selama masih rancangan, kami
yakin kami bisa melakukan lobi-lobi politik ke DPRD DKI Jakarta tentang masalah Raperda
ini," tandas Zaenal.
: properti.bisnis.com
Tanggal
: 27 Oktober 2015
Dia menuturkan Tapera akan sangat berguna bagi 80% masyarakat Indonesia yang
membutuhkan rumah. Sekitar 20% lainnya, kata Maurin, adalah warga yang bisa memenuhi
sendiri kebutuhannya terkait dengan perumahan.
Yoseph Umar Hadi, Ketua Panitia Khusus Tapera periode 2015-2019, menuturkan DPR dan
pemerintah telah siap menyelesaikan RUU tersebut. Dia mengklaim sebagian besar pasal sudah
disetujui oleh pemerintah.
"Sekitar tujuh puluh persen pemerintah sudah menyetujui pasal demi pasal yang tertuang dalam
RUU Tapera dan ada sekitar 413 daftar inventaris masalah yang telah disetujui pemerintah," kata
Yoseph.
: properti.bisnis.com
Tanggal
: 27 Oktober 2015
Bisnis.com, JAKARTA -- Sejumlah pengembang menyatakan tingkat beban bunga pinjaman dari
perbankan belum mengalami penurunan kendati tren bunga deposito industri perbankan telah
melandai.
Pengembang berharap bunga pinjaman tahun depan sudah mulai diturunkan sehingga beban
biaya investasi proyek-proyek properti bisa ditekan.
Direktur Keuangan PT Greenwood Sejahtera, Bambang Dwi Yanto, mengatakan tingkat bunga
pinjaman dari perbankan saat ini mencapai 12,5%. Bunga tersebut berasal dari pinjaman bank
swasta maupun bank persero.
Tingkat bunga perbankan yang cukup tinggi ini menurut Bambang membuat Greenwood
mencoba untuk mengkaji opsi sumber pendanaan lainnya, termasuk kontrak investasi kolektif
dana investasi real estate (DIRE).
"Terus terang belum ada penurunan, kalau naik cepat sekali,tapi kalau turun lamban. Kalau
bunga turun, kami bisa tancap gas tahun depan," ujarnya kepada Bisnis.com, Senin (26/10/).
Bambang mengatakan, terakhir perseroan mendapat pinjaman dari PT Bank ICBC Indonesia
sebanyak Rp400 miliar untuk pembangunan proyek Capital Square di Surabaya. Perseroan
mendapat tingkat bunga mengambang sebesar 13% dengan tenor 60 bulan.
Dia mengimbuhkan, selain proyek Capital Square, pada 2016 Greenwood merupaya
mempercepat pemancangan tiang perdana proyek kawasan terpadu di Jakarta Barat di atas lahan
seluas 5,3 hekatre. "Kami kejar izinnya. Terus terang izinnya ini sulit diprediksi, bisa 3 bulan,
bisa juga bertahun-tahun," ujarnya.
PT Paramount Land juga menyatakan tingkat bunga pinjaman perbankan masih cukup tinggi.
Presiden Direktur Paramount, Ervan Adi Nugroho, mengatakan tingkat bunga pinjaman
perbankan yang didapat perseroan berkisar 12,5%-13,5%. "Ini untuk investasi maupun modal
kerja," katanya.
Tahun depan, Paramount berencana memulai proyek residensial di Balikpapan dan Manado.
Ervan mengatakan, perseroan berniat melakukan pra peluncuran proyek residensial di Manado
pada awal November 2015.
Di proyek tersebut, Paramount akan membangun hunian dengan luas terkecil 85 meter persegi
dengan banderol harga di kisaran Rp1,5 miliar. Paramount masih menghitung luas unit yang akan
diluncurkan pada tahap pertama.
Berdasarkan data Bank Indonesia, rata-rata kredit investasi dan modal kerja hingga Agustus 2015
tercatat 12,21% dan 12,63%. Tingkat bunga tersebut secara tahunan masing-masing 11 basis poin
dan 7 bps.
Di sisi lain, bunga deposito mengalami tren penurunan lebih tinggi. Bunga deposito dengan tenor
satu bulan, tiga bulan, dan enam bulan turun masing-masing 84 bps, 137 bps, dan 55 bps.
: properti.bisnis.com
Tanggal
: 26 Oktober 2015
\Bisnis.com, DEPOK- Anggota Fraksi PPP Kota Depok Ma'mun Abdullah menilai batas
pembangunan kavling perumahan di Depok minimal 120 meter terlalu berat.
"Kami meminta batasnya harus lebih kecil karena akan menyulitkan pengembang membangun
rumah," ujarnya seusai rapat paripurna di Gedung DPRD Depok, Senin (26/10/2015).
Ma'mun mengusulkan batas kavling perumahan di Depok tersebut 70 meter persegi atau 90
meter persegi dengan membuatkan zona khusus.
Seperti diketahui, Pemkot Depok membatasi pembangunan rumah kavling perumahan minimal
120 meter persegi.
Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail mengatakan pembatasan luasan kavling perumahan itu
tengah dibahas dalam Raperda Detai Tata Ruang Kota Depok.
Menurutnya, pembatasan kavling perumahan 120 meter persegi itu diharapkan bisa
mengendalikan imigrasi dan laju urbanisasi. Jadi, kata dia, setiap pengembang perumahan di
Depok hanya boleh membangun di ats lahan 120 meter persegi.
"Pembatasan itu agar terbangun juga ruang terbuka hijau. Karena kalau di bawah luasan lahan
itu, pengembangan jarang menyediakan RTH," paparnya.
: properti.bisnis.com
Tanggal
: 26 Oktober 2015
Bisnis.com, JAKARTA--Ketua Pansus RUU Tabungan Perumahan Rakyat atau Tapera Yosef
Umar Hadi menegaskan, kalau tidak ada persoalan mendasar maka produk legislasi itu akan
dibawa ke sidang paripurna DPR untuk disahkan menjadi undang-undang.
Menurut Yosef, pembahasan RUU inisiatif DPR tersebut tinggal 20%. Sedangkan seluruh Fraksi
di DPR dan pemerintah telah menyatakan tinggal menyempurnakan mekanisme pembayaran.
Begitu juga dengan iuran karyawan, pekerja dan buruh yang akan memiliki rumah selain akses
perbankan.
Sekitar 12 Maret 2016 mendatang RUU Tapera akan selesai dan disahkan pada sidang paripurna
DPR, tegas Yosef pada diskusi RUU Tapera, di Gedung DPR, Senin (26/10/2015).
Nara sumber lain pada diskusi itu Dirjen Pembiayaan Perumahan Kementerian PURR Maurin
Sitorus dan pengamat Perumahan dan Tata Ruang Yayat Supriyatna.
Yosef menjelaskan, pada prinsipnya semangat dari RUU itu adalah agar rakyat memiliki rumah.
Dengan memenuhi kebutuhan pokok itu, ujarnya, rakyat akan mendapatkan kehidupan yang
layak, sehat dan mampu untuk mendorong kecerdasan anak-anak sebagai generasi penerus
bangsa.
Sementara itu, Maurin Sitorus menyebutkan industri perumahan akan mendorong pertumbuhan
ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Namun demikian, pemerintah harus bisa mengendalikan industri perumahan termasuk soal harga
yang terjangkau bagi masyarakat.
Kalau BPJS itu tidak fokus dan sulit berhasil karena hanya sampingan setelah menangani
kesehatan. Sehingga diperlukan UU perumahan tersendiri, yaitu UU Tapera, ujarnya.
Selain itu, ujarnya, RUU Tapera sesuai dengan Pasal 28 H UUD 1945 bahwa setiap warga negara
berhak memiliki rumah yang layak dan itu sebagai hak asasi manusia.
Begitu juga dengan UU No.11 tahun 2005 yang menyebutkan bahwa rumah sebagai kebutuhan
dasar (PBB) dan UU No.20 tahun 2011 tentang rumah susun yang pembiayaannya dilakukan
oleh pemerintah.
Sebanyak 13,5 juta sampai 15 juta rakyat belum punya rumah sendiri, 7,6 juta belum
mempunyai rumah, dan 3,4 juta menghuni rumah tak layak serta sebanyak 800 ribu orang tinggal
di wilayah kumuh, ujarnya.
: housing-estate.com
Tanggal
: 26 Oktober 2015
Housing-Estate.com, Jakarta - Perumahan yang mengusung tema agama (Islam) awalnya hadir
di Depok, Jawa Barat. Tema tersebut kini diterapkan PT Tujuh Safdah Gemilang (TSG) di
Cibitung, Bekasi, Jawa Barat. Nama perumahannya Kampung Islami Thoyibah (KIT) di Jl Kali
CBL. Heru Chaerudin, Direktur Utama TSG, menyatakan di perumahan ini akan dilaksanakan
kegiatan dakwah Islam secara kontinyu. Bentuk kegiatannya antara lain pembahasan masalahmasalah ke-Islam-an, belajar bahasa Arab dan Inggris.
Kami memiliki komunitas jamaah pengajian yang secara rutin akan menghidupkan kegiatan di
perumahan ini. Jadi kami bukan sekadar menjual konsep Islami kemudian setelah laku
ditinggalkan, ujar Heru kepada housing-estate.com di Bekasi, Senin (26/10).
Menurut Heru, konsep yang ditawarkan sama sekali tidak menyempitkan pasar. Calon konsumen
menyatakan minatnya sangat banyak. Mereka dari para jamaah dan komunitas di beberapa kota.
Kendati permintaannya banyak pemasaran tahap kedua akan dibuka bulan Desember 2015
mendatang menunggu pembangunan tahap pertama selesai.
Tahap pertama (4,5 ha) sebanyak 196 unit yang dipasarkan Februari 2015 sudah terjual habis.
Tahap kedua sebanyak 1.000 unit akan dikembangkan di area seluas 9,5 ha. Ada dua tipe yang
ditawarkan, 27/84 dan 42/96 seharga Rp200 juta dan Rp250 juta.
Perumahan akan dilengkapi ruko dan sekolah. Berbeda dengan perumahan lain, ruko yang
dibangun hanya disewakan dan tetap menjadi milik developer. Ruko ini akan dikelola seperti
pasar di Madinah, Arab Saudi, saat azan berkumandang langsung tutup untuk melaksanakan
sholat berjamaah di masjid.
Pembiayaan proyek ini menggunakan crowdfunding atau penggalangan dana dari masyarakat
muslim di Singapura, Malaysia, dan Brunei yang menjamin bebas riba. Para investor ini nantinya
akan mendapatkan bagian keuntungan dari penjualan rumah. Sistem ini baru diterapkan pertama
kali di Indonesia. Kami sudah mencoba menerapkan system ini dengan membeli beberapa unit
properti di Jakarta, Bandung, dan daerah lainnya, ujarnya.
Menurut Ronald Wijaya, Direktur PT Ethis Indo Asia, perusahaan funding asal Singapura yang
men-support proyek ini, pembiayaan KIT melibatkan sekitar 60 investor. Mereka member
kontribusi minimal 5 juta dolar Singapura. Para investor tersebut akan diberi laporan lengkap dan
berkala terkait dana yang diinvestasikannya. Para investor tersebut selama periode 6 8 bulan
sudah mendapatkan margin 8 persen, katanya.
Sumber
: housing-estate.com
Tanggal
: 26 Oktober 2015
: housing-estate.com
Tanggal
: 26 Oktober 2015
Housing-Estate.com, Jakarta - Program sejuta rumah yang dicanangkan Presiden Jokowi akhir
April 2015 lalu membuat industri properti khususnya untuk kalangan masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR) lebih bergairah. Untuk mendorong program ini pemerintah banyak memberikan
insentif dan kemudahan baik kepada konsumen maupun pengembang.
Tapi kalangan pengembang meragukan kelangsungan program ini. Ketua DPD Realestat
Indonesia (REI) Banten, Soelaeman Soemawinata, menyatakan ketersediaan lahan menjadi
tantangan terbesar pembangunan rumah murah. Sayangnya soal ini justru kurang mendapat
perhatian pemerintah. Saya mengkhawatirkan sustainability dari program sejuta rumah apakah
bisa terjamin dengan harga lahan dan bangunan yang terus beranjak naik. Hingga saat ini belum
ada blue print mengenai jaminan ketersediaan lahan atau pun persoalan teknis lainnya terkait
alokasi subsidi, perizinan, infrastruktur, listrik, dan air, ujarnya kepada housing-estate.com di
Jakarta, Senin (26/10).
Keberlangsungan terhadap program ini penting karena pengembang rumah sederhana
menggunakan modal sendiri. Subsidi yang diberikan pemerintah lebih ditujukan untuk
membantu masyarakat, bukan untuk kalangan pengembang. Ia mengingatkan agar program
sejuta rumah tidak menjadi masalah di kemudian hari. Karena itu pemerintah harus mengatur
dengan baik, mengeluarkan regulasi yang mendukung industri ini agar bisa maju. Peringatan ini
disampaikan agar pengembang tidak disalahkan seandainya program sejuta rumah terkendala
masalah-masalah tadi.
Soelaeman tidak keberatan pengembang anggota REI disebut suka mengeluh tentang masalahmasalah yang dihadapi. Selama pemerintah belum dapat menciptakan kondisi bisnis yang
kondusif pihaknya akan terus menyuarakannya. Jadi nggak apa-apa kalau kami disebut sering
menyanyikan lagu lama. Rasanya, menyanyikan lagu wajib seperti ini (menyuarakan keluhan)
masih lebih sopan ketimbang kami harus demo, imbuhnya.
: housing-estate.com
Tanggal
: 26 Oktober 2015
Housing-Estate.com, Jakarta - Para pekerja asing (ekspatriat) di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat,
jadi pasar potensial apartemen di kawasan tersebut. Mayoritas pekerja asal Jepang dan Korea
yang bekerja di perusahaan-perusahaan asal negerinya yang tersebar sejumlah kawasan industry
di Cikarang. Dari sekian ribu ekspatriat itu, pekerja asal Korea Selatan paling bernafsu beli
apartemen.
Menurut Supriantoro, Direktur Sales & Marketing PT Nusantara Prospekindo Sukses (Cowell
Group), pengembang apartemen The Oasis Cikarang, sebanyak 30 persen pembelinya adalah
orang-orang Korea.
Kami surprise dengan banyaknya pembeli dari Korea Selatan karena jumlah mereka sebenarnya
kalah dari ekspatriat Jepang. Mereka selama ini tinggal di Jakarta dan tertarik dengan konsep
pengembangan di The Oasis selain lokasinya dekat dengan tempat kerja mereka, ujarnya saat
acara Korean Dining at The Oasis, akhir pekan lalu.
Apartemen The Oasis Cikarang hampir merampungkan pembangunan tower pertama
(Mahogany) sebanyak 620 unit. Tower ini sudah habis dan saat ini sudah mulai membangun
tower kedua, Acacia. Di tower kedua, dari 720 unit yang dipasarkan sudah terjual 211 unit.
Supriantoro mengatakan tower Mahogany akan siap diserahterimakan pada akhir 2015. Serah
terima tower pertama ini akan segera diikuti dengan peluncuran tower ketiga (Pinewood) pada
awal 2016.
Direktur Operasi The Oasis, Untung Sunarto, mengklaim proyeknya tidak terpengaruh oleh
kondisi perekonomian saat ini. Pembangunannya berjalan lebih cepat dari skedul yang
ditetapkan. Saat ini pengembang tengah membangun RS Omni.
The Oasis dijual seharga Rp14,7 juta per meter persegi. Dua setengah tahun lalu saat diluncurkan
harganya Rp10 juta/m2. Tower Acacia terdiri tipe studio (29 m2) seharga Rp500 juta, 1 kamar
(44 m2) Rp800 juta, dan 2 kamar (60 m2) Rp1,1 miliar. Untung mengatakan pihaknya
mengeluarkan investasi Rp500 juta untuk satu tower, sedangkan untuk membangun RS Omni
Rp700 miliar.