Prostat Obs
Prostat Obs
PENDAHULUAN............................................................................. 3
BAB II
Anatomi .................................................................................. 5
Fisiologi ................................................................................. 16
Etiologi .................................................................................. 16
Faktor Predisposisi ................................................................ 18
Patofisiologi .......................................................................... 21
Manifestasi Klinis ................................................................. 27
Pemeriksaan Fisik ................................................................. 29
Pemeriksaan Penunjang ........................................................ 31
Diagnosis Banding ............................................................... 35
Penatalaksanaan ................................................................... 36
Komplikasi ........................................................................... 46
Pencegahan ........................................................................... 46
Prognosis .............................................................................. 47
BAB III.
KESIMPULAN ............................................................................... 48
BAB IV.
BAB I
PENDAHULUAN
Obstruksi prostat jinak (BPO) mengacu pada terhalang arus di dalam uretra karena
benign prostatic hyperplasia. Benign Prostat Hiperplasia (BPH) atau dalam bahasa umumnya
dinyatakan sebagai pembesaran prostat jinak (PPJ), merupakan suatu penyakit yang biasa terjadi.
Ini dilihat dari frekuensi terjadinya BPH di dunia, di Amerika secara umum dan di Indonesia
secara khususnya. Di dunia, diperkirakan bilangan penderita BPH adalah sebanyak 30 juta.
(emedicine, 2009). Jika dilihat secara epidemiologinya, di dunia, dan kita jaraskan menurut usia,
maka dapat dilihat kadar insidensi BPH, pada usia 40-an, kemungkinan seseorang itu menderita
penyakit ini adalah sebesar 40%, dan setelah meningkatnya usia, yakni dalam rentang usia 60
hingga 70 tahun, persentasenya meningkat menjadi 50% dan diatas 70 tahun, persentasenya
mencapai hingga 90% (A.K. Abbas, 2005). Di indonesia, penyakit pembesaran prostat jinak
menjadi urutan kedua setelah penyakit batu saluran kemih, dan jika dilihat secara umumnya,
diperkirakan hampir 50 persen pria Indonesia yang berusia di atas 50 tahun, dengan kini usia
harapan hidup mencapai 65 tahun ditemukan menderita penyakit PPJ atau BPH ini. Kanker
prostat, juga merupakan salah satu penyakit prostat yang lazim berlaku dan lebih ganas
berbanding BPH yang hanya melibatkan pembesaran jinak daripada prostat. Seperti juga BPH,
kanker prostat juga menyerang pria berusia lebih dari 50 dan pada usia di bawah itu bukan
merupakan suatu yang abnormal. Secara khususnya di Indonesia, menurut (WHO,2008), untuk
tahun 2005, insidensi terjadinya kanker prostat adalah sebesar 12 orang setiap 100,000 orang,
yakni yang keempat setelah kanker saluran napas atas, saluran pencernaan dan hati. Istilah
hipertrofi sebenarnya kurang tepat oleh karena sebenarnya yang terjadi ialah hiperplasia dari
kelenjar periuretral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer.1 Berdasarkan
data yang ada, sedikitnya gejala yang timbul pada BPH berhubungan dengan umur, pada umur
55 tahun 25% gejala berkaitan dengan obtruksi yaitu susah untuk buang air kecil. Pada umur 75
tahun, 50% laki- laki mengeluh kekuatan dan pancaran urine berkurang. 2
BAB II
BENIGNA PROSTAT OBSTRUCTION
3
Ukuran prostat normal adalah tinggi 3 cm yang merupakan diameter vertikal, lebar 4 cm
pada dasar transversal dan
prostatica.
Prostat merupakan glandula fibromuskular yang mempunyai bentuk seperti piramid
terbalik dengan basis (basis prostatae) menghadap ke arah collum vesicae. Basis prostat
melanjutkan diri sebagai collum vesica urinaria, otot polos berjalan tanpa terputus dari satu organ
ke organ lain. Urethra masuk bagian tengah dari basis prostat..
Apex (apex prostatae) menghadap ke arah difragma urogenitale. Urethra meninggalkan
prostat tepat diatas apex permukaan anterior.
Facies anterior berbentuk konveks, facies posterior berbentuk agak konkaf dan dan dua
buah facies infero-lateralis. Facies anterior berada 2,5 cm disebelah dorsal facies posterior
symphysis osseum pubis. Celah yang terbentuk ini terisi oleh jaringan lemak ekstraperitoneal
yang terdapat pada cavum retropubica (cavum retzii) dan ligamentum puboprostaticum.
5
berkontrasi selama proses ejakulasi untuk mengeluarkan sekresi prostat ke dalam urethra.
Kelenjar prostat adalah modifikasi bagian dinding urethra.
Pada lengkungan urethra, seluruh bagian utama kelenjar prostat terbuka sampai ke
urethra prostatika. Ujung urethra melebar dan menonjol dari dinding posterior disebut
verumontanum. Celah orificium kecil dari utrikulum prostat ditemukan pada bagian apex
c. Zona Sentralis
Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulatorius, sesuai dengan lobus tengah
meliputi 25% massa glandular prostat. Zone ini mengandung 25% dari volume prostat
dan membentuk kerucut disekeliling duktus ejakulatorius pada bagian dasar vesica
urinaria. Zone ini memiliki karakteristik secara struktural dan imunohistokimia yang
berbeda dari bagian prostat yang lain, dan diduga berasal dari sistem duktus Wolffian
(umumnya mirip dengan epididimis, vas deferens dan vesica seminalis) dimana
bagian prostat yang lain berasal dari sinus urogenital. Berdasarkan hal tersebut zone
sentral jarang terkena penyakit, hanya 1 5% adenokarsinoma yang timbul pada
lokasi ini sekalipun terinfiltrasi oleh sel kanker dari zone yang berdekatan.
d. Zona Transisional.
Zona ini bersama-sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai kelenjar
preprostatik. Merupakan bagian terkecil dari prostat, yaitu kurang lebih 5% tetapi
dapat melebar bersama jaringan stroma fibromuskular anterior menjadi benign
prostatic hyperpiasia (BPH). Benign Prostat Hypertrophy (BPH) umumnya muncul
dari zone ini. BPH awalnya merupakan mikronodul kemudian berkembang
membentuk makronodul disekitar tepi inferior dari urethra preprostatik tepat diatas
verumontanum. Makronodul ini selanjutnya menekan jaringan normal sekitarnya
pada posteroinferior zone perifer dengan membentuk kapsul palsu disekitar jaringan
hyperplasia. Perkembangan zone transisi ini menghasilkan gambaran lobus pada sisi
atas urethra, Lobus ini pada saatnya akan menekan urethra pars prostatic dan
preprostatik untuk menimbulkan gejala. Sekitar 20% dari adenocarsinoma terjadi
pada zone ini.
e. Kelenjar-Kelenjar Periuretra
Bagian ini terdiri dan duktus-duktus kecil dan susunan sel-sel asinar abortif
tersebar sepanjang segmen uretra proksimal.
Batas-batas prostat :
a. Batas superior : basis prostat melanjutkan diri sebagai collum vesica urinaria, otot
polos berjalan tanpa terputus dari satu organ ke organ yang lain.
b. Batas inferior : apex prostat terletak pada permukaan atas diafragma urogenitalis.
Uretra meninggalkan prostat tepat diatas apex permukaan anterior.
c. Anterior : permukaan anterior prostat berbatasan dengan simphisis pubis, dipisahkan
dari simphisis oleh lemak ekstraperitoneal yang terdapat pada cavum retropubica
(cavum retziuz). Selubung fibrosa prostat dihubungkan dengan permukaan posterior
os pubis dan ligamentum puboprostatica. Ligamentum ini terletak pada pinggir garis
tengah dan merupakan kondensasi vascia pelvis.
d. Posterior : permukaan posterior prostat berhubungan erat dengan permukaan anterior
ampula recti dan dipisahkan darinya oleh septum retovesicalis (vascia Denonvillier).
Septum ini dibentuk pada masa janin oleh fusi dinding ujung bawah excavatio
rectovesicalis peritonealis, yang semula menyebar ke bawah menuju corpus
perinealis.
10
e. Lateral : permukaan lateral prostat terselubung oleh serabut anterior m. levator ani
waktu serabut ini berjalan ke posterior dari os pubis. Ductus ejaculatorius menembus
bagian atas permukaan prostat untuk bermuara pada uretra pars prostatica pada
pinggir lateral orificium utriculus prostaticus.
Prostat terbagi dalam beberapa lobus. Secara klinis prostat membentuk tiga buah lobus,
yaitu dua buah lobus lateralis dan sebuah lobus medius. Kedua lobus lateralis dibagi oleh sulcus
sentralis yang dapat dipalpasi pada pemeriksaan colok dubur dan dihubungkan satu sama lain
disebelah ventral urethra oleh isthmus prostatae, yang tidak tampak dari luar. Lobus lateralis
merupakan pembentuk massa prostat yang utama.
Lobus medius, merupakan bagian yang berbentuk kerucut dari prostat dan terletak antara
kedua ductus ejaculatorius dan urethra. Mempunyai ukuran ukuran yang bervariasi, terletak
menonjol ke dalam urethra pars cranialis pada permukaan posterior, dan menyebabkan
terbentuknya uvula vesicae. Hypertrophi lobus medius dapat menghalangi pengeluaran urine.
Pembagian lobus ini tidak mempunyai hubungan dengan struktur histologik pada prostat
normal, tetapi umumnya berhubungan dengan pembesaran patologik dari zone transisional
bagian lateral dan kelenjar periurethral pada bagian sentral.
11
Begitupun pada pembesaran prostat yang jinak, arteri ini yang terutama menyediakan
suplai darah untuk adenoma.
Pada saat prostat direseksi atau dienukleasi, perdarahan yang paling penting biasanya
ditemukan pada collum vesica urinaria, terutama pada posisi antara jam 4 dan jam 8.
12
Arteri capsular merupakan cabang utama yang kedua dari arteri prostat. Arteri ini
memiliki beberapa cabang kecil yang berjalan pada bagian anterior untuk mempercabangkan ke
dalam capsula prostat. Bagian terbesar dari arteri ini berjalan posterolateral ke prostat dengan
nervus cavernosus (serabut neurovaskuler) dan berakhir pada diafragma pelvis. Cabang capsular
menembus prostat pada sudut 90o dan mengikuti reticular band dari stroma untuk mensuplai
jaringan kelenjar.
Vena
Pembuluh vena berjalan memasuki plexus venosus prostaticus disekitar sisi anterolateral
prostat, sebelah posterior ligamentum arcauata pubic dan bagian bawah dari symphisis pubis,
sebelah anterior dari vesica urinaria dan prostat.
Aliran utama berasal dari vena dorsalis penis profunda. Plexus juga menerima ramus
anterior vesicalis (plexus venosus vesicalis) dan prostatic (yang menghubungkan dengan plexus
vesicalis dan vena pudenda interna) dan mengalirkan / bermuara kedalam vena vesicalis dan
vena iliaca interna.
13
Lymphe
Pembuluh-pembuluh lymphe berjalan menuju ke lymphonodus iliacus internus. Ada juga
yang menuju ke lymphonodus iliacus externus dan lymphonodus sacralis Pembuluh-pembuluh
lymphe dari vas deferens berakhir pada lymphonodus iliacus externus, sedangkan yang berasal
dari vesica seminalis mengalir ke lymphonodus iliacus internus dan externus.
14
INERVASI
Prostat menerima serabut-serabut saraf sympathis dan parasympathis dari plexus
nervosus prostaticus. Serabut-serabut parasympathis berasal dari medulla spinalis segmen
sacralis. Inervasi sympathis dan parasympathis dari plexus pelvis berjalan sepanjang prostat
sampai nervus cavernosa. Saraf mengikuti cabang dari arteri capsular untuk mempercabangkan
pada bagian kelenjar dan stromal. Saraf parasympathis berakhir pada acinus dan merangsang
sekresi, serabut sympathis menyebabkan kontraksi otot polos dari kapsul dan stroma.
Penghambatan alfa-1 adrenergik mengurangi tonus stroma prostat dan tonus spinkter
preprostatik dan meningkatkan laju aliran kencing pada orang dengan BPH (benign prostat
hypertrophy), hal ini menjelaskan bahwa penyakit ini mempengaruhi stroma dan epitel.
Gabungan peptidergic dan nitric oxida yang dikandung neuron juga telah ditemukan pada
prostat dan bisa menyebabkan relaksasi otot polos. Neuron afferen dari prostat berjalan
sepanjang plexus pelvis sampai pelvis dan pusat spinal thoracolumbar. Suatu blok prostatik
mungkin bisa didapatkan dengan menyuntikkan anestesi lokal ke dalam plexus pelvis.
15
Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting pada
pertumbuhan sel- sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosteron di dalam sel prostat oleh enzim
5-reduktase dengan bantuan koenzim NADPH. DHT yang telah terbentuk berikatan dengan
reseptor androgen (RA) membentuk kompleks DHT-RA pada inti dan sel selanjutnya terjadi
sintesis protein growth factor yang menstimulasi pertumbuhan sel prostat.
Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH tidak jauh berbeda
dengan kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada BPH, aktivitas enzim 5-reduktase dan
jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan pada BPH lebih sensitif
terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan dengan prostat normal.5
Ketidakseimbangan antara Estrogen - Testosterone
Pada usia yang semakin tua, kadar testosterone menurun, sedangkan kadar estrogen
relatif tetap sehingga perbandingan antara estrogen : testosterone relatif meningkat. Telah
diketahui bahwa estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel- sel kelenjar
prostat dengan cara meningkatkan sensitifitas sel- sel prostat terhadap rangsangan hormon
androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen, dan menurunkan jumlah kematian sel- sel
prostat (apoptosis). Hasil akhir dari semua keadaan ini adalah, meskipun rangsangan
terbentuknya sel- sel baru akibat rangsangan testosterone menurun, tetapi sel sel prostat yang
telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa prostat jadi lebih besar.5
Interaksi Stroma Epitel (Teori Growth Factors)
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat secara
tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator (growth factor) tertentu.
Faktor pertumbuhan ini dibuat oleh sel-sel stroma di bawah pengaruh androgen. Adanya ekspresi
berlebihan dari epidermis growth factor (EGF) dan atau fibroblast growth factor (FGF) dan atau
adanya penurunan ekspresi transforming growth factor- (TGF-), akan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan pertumbuhan prostat dan menghasilkan pembesaran prostat.
Berkurangnya kematian sel prostat (Apoptosis)
Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik homeostatis kelenjar prostat.
Pada jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan kematian sel.
Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara
keseluruhan makin meningkat sehingga mengakibatkan pertambahan massa prostat. Diduga
hormon androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel karena setelah dilakukan
kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.1
17
Testosteron
akan
diubah
menjadi
androgen
yang
lebih
poten
yaitu
dihydrotestosteron (DHT) oleh enzim 5-reductase, yang memegang peran penting dalam
proses pertumbuhan sel-sel prostat.10
2. Usia
Pada usia tua terjadi kelemahan umum termasuk kelemahan pada buli (otot
detrusor) dan penurunan fungsi persarafan. Perubahan karena pengaruh usia tua
menurunkan kemampuan buli-buli dalam mempertahankan aliran urin pada proses
18
otot
lama-lama
organ
seksual
kehilangan
kelenturannya, selain itu deposit lemak berlebihan juga akan mengganggu kinerja testis.6
Pada obesitas terjadi peningkatan kadar estrogen yang berpengaruh terhadap
pembentukan BPH melalui peningkatan sensitisasi prostat terhadap androgen dan
19
menghambat proses kematian sel-sel kelenjar prostat. Pola obesitas pada laki-laki
biasanya berupa penimbunan lemak pada abdomen.
6. Pola Diet
Suatu studi menemukan adanya hubungan antara penurunan risiko BPH dengan
mengkonsumsi buah dan makanan mengandung kedelai yang kaya akan isoflavon.
Kedelai sebagai estrogen lemah mampu untuk memblokir reseptor estrogen dalam prostat
terhadap estrogen. Jika estrogen yang kuat ini sampai menstimulasi reseptor dalam
prostat, dapat menyebabkan BPH. Studi demografik menunjukkan adanya insidensi yang
lebih sedikit timbulnya penyakit prostat ini pada laki-laki Jepang atau Asia yang banyak
mengkonsumsi makanan dari kedelai. Isoflavon kedelai yaitu genistein dan daidzein,
secara langsung mempengaruhi metabolisme testosteron. Risiko lebih besar terjadinya
BPH adalah mengkonsumsi margarin dan mentega, yang termasuk makanan yang
mengandung lemak jenuh. Konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh yang
tinggi (terutama lemak hewani), lemak berlebihan dapat merusak keseimbangan hormon
yang berujung pada berbagai penyakit.
7. Aktivitas Seksual
Kelenjar prostat adalah organ yang bertanggung jawab untuk pembentukan
hormon laki-laki. BPH dihubungkan dengan kegiatan seks berlebihan dan alasan
kebersihan. Saat kegiatan seksual, kelenjar prostat mengalami peningkatan tekanan darah
sebelum terjadi ejakulasi. Jika suplai darah ke prostat selalu tinggi, akan terjadi hambatan
prostat yang mengakibatkan kalenjar tersebut bengkak permanen. Seks yang tidak bersih
akan mengakibatkan infeksi prostat yang mengakibatkan BPH. Aktivitas seksual yang
tinggi juga berhubungan dengan meningkatnya kadar hormon testosteron.18
8. Kebiasaan merokok
20
kadar
tonus. Komponen dinamik ini tergantung dari stimulasi syaraf simpatis, yang juga tergantung
dari beratnya obstruksi oleh komponen mekanik.1
Berbagai keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan dan resistensi uretra.
Selanjutnya hal ini akan menyebabkan sumbatan aliran kemih. Untuk mengatasi resistensi uretra
yang meningkat, otot-otot detrusor akan berkontraksi untuk mengeluarkan urine. Kontraksi yang
terus-menerus ini menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi otot
detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Fase penebalan otot
detrusor ini disebut fase kompensasi.1
Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran
kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan
gejala-gejala prostatismus.1
Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase
dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin.
Tekanan intravesikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan
aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesico-ureter. Keadaan ini jika
berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh
ke dalam gagal ginjal.1
Hiperplasia Prostat
Buli-buli :
Ginjal dan ureter :
Hipertrofi otot detrusor
Refluks VU
Trabekulasi
Hidroureter
Selula
Hidronefrosis
Divertikel buli-buli
Gagal ginjal
Dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara
serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan
22
apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila
berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan
tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada
hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.
Dengan BPO, gejala biasanya muncul secara bertahap selama beberapa tahun. Pasien
sering mengalami buang air kecil yang mendesak. Gejala terutama mengganggu di malam
hari dan mengganggu tidur. Endapan gejala sering muncul secara bersamaan, tetapi tidak
terlalu mengganggu pasien awalnya. Gejala mungkin termasuk: aliran urin lemah, sulit untuk
memulai buang air kecil, mengosongkan kandung kemih membutuhkan waktu lebih lama,
gangguan dalam aliran urin, berusaha mengosongkan kandung kemih, dan sensasi yang
kandung kemih tidak sepenuhnya kosong.
a. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah (LUTS)5
Obstruksi
Iritasi
Hesistansi
Frekuensi
Nokturi
Intermitensi
Urgensi
Disuria
Distensi abdomen
Manifestasi klinis berupa obstruksi pada penderita hipeplasia prostat masih tergantung
tiga faktor, yaitu:
24
mengeluarkan urine. Pada suatu saat, otot buli-buli mengalami kepayahan (fatigue) sehingga
jatuh ke dalam fase dekompensasi yang diwujudkan dalam bentuk retensi urin akut.
Timbulnya dekompensasi buli-buli ini didahului oleh factor pencetus antara lain :
1) Volume buli-buli tiba-tiba penuh (cuaca dingin, konsumsi obat-obatan yang mengandung
diuretikum, minum tertalu banyak)
2) Massa prostat tiba-tiba membesar (setelah melakukan aktivitas seksual/ infeksi prostat)
3) Setelah mengkonsumsi obat-obat yang dapat menurunkan kontraksi otot detrusor (golongan
antikolinergik atau adrenergic-)
Untuk menentukan derajat beratnya penyakit yang berhubungan dengan penentuan jenis
pengobatan BPH dan untuk menilai keberhasilan pengobatan BPH, dibuatlah suatu skoring
yang valid dan reliable. Terdapat beberapa sistem skoring, di antaranya skor International
Prostate Skoring System (IPSS) yang diambil berdasarkan skor American Urological
Association (AUA). Sistem skoring yang lain adalah skor Madsen-Iversen dan skor Boyarski.
Skor AUA terdiri dari 7 pertanyaan. Pasien diminta untuk menilai sendiri derajat keluhan
obstruksi dan iritatif mereka dengan skala 0-5. Total skor dapat berkisar antara 0-35. Skor 0-7
ringan, 8-19 sedang, dan 20-35 berat.
25
26
Derajat 2 : Ditemukan tanda dan gejala seperti pada derajat 1, prostat lebih menonjol,
batas atas masih teraba dan sisa urine lebih dari 50 ml tetapi kurang dari 100 ml.
Derajat 3 : Seperti derajat 2, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa urin
lebih dari 100 ml.
28
Pada BPH akan ditemukan prostat yang lebih besar dari normal atau normal ( ingat tidak
ada korelasi antara besar prostat dengan obstruksi yang ditimbulkannya), permukaan licin
dan konsistensi kenyal.12
Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan pada traktus urinaria bagian atas kadangkadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah terjadi pnielonefritis akan disertai sakit
pinggang dan nyeri ketok pada pinggang. Vesica urinaria dapat teraba apabila sudah terjadi
retensi total, buli-buli penuh (ditemukan massa supra pubis) yang nyeri dan pekak pada
perkusi. Daerah inguinal harus mulai diperhatikan untuk mengetahui adanya hernia. Genitalia
eksterna harus pula diperiksa untuk melihat adanya kemungkinan sebab yang lain yang dapat
menyebabkan gangguan miksi seperti batu di fossa navikularis atau uretra anterior, fibrosis
daerah uretra, fimosis, condiloma di daerah meatus1.
29
Sedimen urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi, hematuri atau inflamasi pada
saluran kemih. Mengevaluasi adanya eritrosit, leukosit, bakteri, protein atau glukosa.
Kultur urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan
Faal ginjal
Mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas.
Pengukuran kadar elektrolit, BUN, dan kreatinin berguna untuk menilai fungsi ginjal
dari pasien. Insufisiensi ginjal dapat ditemukan pada 10% pasien dengan prostatism
dan memerlukan pemeriksaan radiologi saluran kemih bagian atas. Pasien dengan
insufisiensi ginjal mempunyai risiko yang tinggi mengalami komplikasi post-operasi
setelah pembedahan BPH.
Gula darah
Mencari
kemungkinan
adanya
penyekit
diabetes
mellitus
yang
dapat
meramalkan perjalanan penyakit dari BPH; dalam hal ini jika kadar PSA tinggi
berarti: (a) pertumbuhan volume prostat lebihcepat, (b) keluhan akibat BPH/laju
pancaran urine lebih buruk, dan (c) lebih mudahterjadinya retensi urine akut. Kadar
PSA di dalam serum dapat mengalami peningkatan pada keradangan, setelah
manipulasi pada prostat (biopsi prostat atau TURP), pada retensi urine akut,
kateterisasi, keganasan prostat, dan usia yang makin tua.10
B. Pemeriksaan Patologi Anatomi
BPH dicirikan oleh berbagai kombinasi dari hiperplasia epitel dan stroma di prostat.
Beberapa kasus menunjukkan proliferasi halus-otot hampir murni, meskipun kebanyakan
menunjukkan pola fibroadenomyomatous hyperplasia.
C. Pemeriksaan Radiologis
31
32
Adalah tes USG melalui rectum. Dalam prosedur ini, probe dimasukkan ke dalam
rektum mengarahkan gelombang suara di prostat. Gema pola gelombang suara
merupakan gambar dari kelenjar prostat pada layar tampilan. Untuk menentukan
apakah suatu daerah yang abnormal tampak memang tumor, digunakan probe dan
gambar USG untuk memandu jarum biopsi untuk tumor yang dicurigai. Jarum
mengumpulkan beberapa potong jaringan prostat untuk pemeriksaan dengan
mikroskop. Biopsy terutama dilakukan untuk pasien yang dicurigai memiliki
keganasan prostat. Transrektal ultrasonografi (TRUS) sekarang juga digunakan untuk
pengukur volume prostat, caranya antara lain :
USG Transabdominal
Sistografi Buli
Gambar. Gambaran Elevasi Dasar Buli yang Mengindikasikan Benigna Prostat Hiperplasia
D. Pemeriksaan Lain
34
Residual urin :
Jumlah sisa urin setelah miksi, dengan cara melakukan kateterisasi/USG setelah miksi
35
II.13. PENATALAKSANAAN
Tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalami tindakan medik. Kadang-kadang
mereka yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh sendiri tanpa mendapatkan terapi apapun
atau hanya dengan nasehat saja. Namun adapula yang membutuhkan terapi medikamentosa atau
tindakan medik yang lain karena keluhannya semakin parah.
Tujuan terapi hyperplasia prostat adalah (1) memperbaiki keluhan miksi, (2) meningkatkan
kualitas hidup, (3) mengurangi obstruksi intravesika, (4) mengembalikan fungsi ginjal jika
terjadi gagal ginjal, (5) mengurangi volume residu urine setelah miksi dan (6) mencegah
progrefitas penyakit. Hal ini dapat dicegah dengan medikamentosa, pembedahan atau tindakan
endourologi yang kurang invasif.
36
Terapi BPH dapat berkisar dari watchful waiting di mana tidak diperlukan teknologi yang
canggih dan dapat dilakukan oleh dokter umum, hingga terapi bedah minimal invasif yang
memerlukan teknologi canggih serta tingkat keterampilan yang tinggi.
Watchful Waiting
Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS dibawah 7, yaitu
keluhan ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien tidak mendapat etrapi namun
hanya diberi penjelasan mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat memperburuk keluhannya,
misalnya (1) jangan mengkonsumsi kopi atau alcohol setelah makan malam, (2) kurangi
konsumsi makanan atau minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi/cokelat), (3) batasi
penggunaan obat-obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin, (4) kurangi makanan
pedasadan asin, dan (5) jangan menahan kencing terlalu lama.
Secara periodik pasien diminta untuk datang control dengan ditanya keluhannya apakah
menjadi lebih baik (sebaiknya memakai skor yang baku), disamping itu dilakukan pemeriksaan
laboratorium, residu urin, atau uroflometri. Jika keluhan miksi bertambah jelek daripada
sebelumnya, mungkin perlu dipikirkan terapi yang lain.
37
Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk : (1) mengurangi resistansi otot
polos prostat sebagai komponen dinamik penyebab obstruksi infravesika dengan obat-obatan
penghambat adrenergic alfa (adrenergic alfa blocker dan (2) mengurangi volume prostat sebagai
komponen static dengan cara menurunkan kadar hormone testosterone/dihidrotestosteron (DHT)
melalui penghambat 5-reduktase.
1. Penghambat reseptor adrenergik .5,11
Mengendurkan otot polos prostat dan leher kandung kemih, yang membantu untuk
meringankan obstruksi kemih disebabkan oleh pembesaran prostat di BPH.
Efek samping dapat termasuk sakit kepala, kelelahan, atau ringan. Umumnya digunakan
alpha blocker BPH termasuk tamsulosin (Flomax), alfuzosin (Uroxatral), dan obat-obatan
yang lebih tua seperti terazosin (Hytrin) atau doxazosin (Cardura). Obat-obatan ini akan
meningkatkan pancaran urin dan mengakibatkan perbaikan gejala dalam beberapa minggu
dan tidak berpengaruh pada ukuran prostat.
38
39
banyak dipasarkan adalah: Pyegeum africanum, Serenoa repens, Hypoxis rooperi, Radix
urtica dan masih banyak lainnya.
Terapi Invasif Minimal
Diperuntukan untuk pasien yang mempunyai risiko tinggi terhadap pembedahan.
Microwave transurethral
Pada tahun 1996, FDA menyetujui perangkat yang menggunakan gelombang mikro untuk
memanaskan dan menghancurkan jaringan prostat yang berlebih. Dalam prosedur yang disebut
microwave thermotherapy transurethral (TUMT), perangkat mengirim gelombang mikro melalui
kateter untuk memanaskan bagian prostat dipilih untuk setidaknya 111 derajat Fahrenheit.
Sebuah sistem pendingin melindungi saluran kemih selama prosedur. Prosedur ini memakan
waktu sekitar 1 jam dan dapat dilakukan secara rawat jalan tanpa anestesi umum. TUMT belum
dilaporkan menyebabkan disfungsi ereksi atau inkontinensia. Meskipun terapi microwave tidak
menyembuhkan BPH, tapi mengurangi gejala frekuensi kencing, urgensi, tegang, dan
intermitensi.
uretra dari kerusakan akibat panas. Sistem TUNA meningkatkan aliran urin dan mengurangi
gejala dengan efek samping yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan reseksi transurethral
dari prostat (TURP).
Gambar. (a) alat TURP, (b) cara melakukan TURP, (c) uretra prostatika pasca TURP
Komplikasi operasi antara lain perdarahan, striktur uretra, atau kontraktur pada leher
kandung kemih, perforasi dari kapsul prostat dengan ekstravasasi, dan pada kondisi berat terjadi
42
sindroma TUR yang disebabkan oleh keadaan hipervolemik dan hipernatremia akibat absorbsi
cairan irigasi yang bersifat hipotonis. Manifestasi klinis sindroma TUR antara lain nausea,
muntah, hipertensi, bradikardi, confusing, dan gangguan penglihatan.
Risiko terjadinya
sindroma TUR meningkat pada reseksi yang lebih dari 90 menit. Penatalaksanaan meliputi
diuresis dan pada kondisi berat diberikan larutan hipertonis.5
Transurethral Incision of the Prostate (TUIP)
Pria dengan keluhan sedang sampai berat dan ukuran prostat yang kecil sering didapatkan
adanya hyperplasia komisura posterior (terangkatnya leher kandung kemih). Pasien tersebut
biasanya lebih baik dilakukan insisi prostat.5
Prosedur TUIP lebih cepat dan morbiditasnya lebih rendah dibandingkan TURP. Teknik
TUIP meliputi insisi dengan pisau Collin pada posisi jam 5 dan 7. Insisi dimulai di arah distal
menuju orifisium ureter dan meluas ke arah verumontanum.5
Terapi Pembedahan Terbuka
Dalam beberapa kasus ketika sebuah prosedur transurethral tidak dapat digunakan,
operasi terbuka, yang memerlukan insisi eksternal, dapat digunakan. Open surgery sering
dilakukan ketika kelenjar sangat membesar (>100 gram), ketika ada komplikasi, atau ketika
kandung kemih telah rusak dan perlu diperbaiki. Prostateksomi terbuka dilakukan melalui
pendekatan suprarubik transvesikal (Freyer) atau retropubik infravesikal (Millin). Penyulit yang
43
dapat terjadi adalah inkontinensia uirn (3%), impotensia (5-10%), ejakulasi retrograde (60-80%)
dan kontraktur leher buli-buli (305%). Perbaikan gejala klinis 85-100%.
Prostatektomi Terbuka Sederhana
Ketika ukuran prostat terlalu besar untuk direseksi secara endoskopi, enukleasi terbuka
dapat dilakukan. Kelenjar prostat yang lebih dari 100 g biasanya merupakan indikasi enukleasi
terbuka. Prostatektomi terbuka juga dilakukan pada pasien dengan disertai divertikulum atau
batu buli atau jika posisi litotomi tidak mungkin dilakukan.5
Operasi Laser
Kelenjar prostat pada suhu 60-65oC akan mengalami koagulasi dan pada suhu yang lebih
dari 100oC mengalami vaporasi. Teknik laser menimbulkan lebih sedikit komplikasi sayangnya
terapi ini membutuhkan terapi ulang 2% setiap tahun. Kekurangannya adalah : tidak dapat
diperoleh jaringan untuk pemeriksaan patologi (kecuali paad Ho:YAG coagulation), sering
banyak menimbulkan disuri pasca bedah yang dapat berlangsung sampai 2 bulan, tidak langsung
dapat miksi spontan setelah operasi dan peak flow rate lebih rendah daripada pasca TURP. Serat
laser melalui uretra ke dalam prostat menggunakan cystoscope dan kemudian memberikan
beberapa semburan energi yang berlangsung 30 sampai 60 detik. Energi laser menghancurkan
jaringan prostat dan menyebabkan penyusutan.
44
II.13. KOMPLIKASI
Apabila buli buli menjadi dekompensasi, akan terjadi retensio urin. Karena produksi
urin terus berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu menampung urin sehingga
tekanan intra vesika meningkat, dapat timbul hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses
kerusakan ginjal dipercepat jika terjadi infeksi.Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk
batu endapan dalam buli buli. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan
hematuria. Batu tersebut dapat pula menimbulkan sistitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi
pielonefritis.
Pada
waktu
miksi
pasien
harus
mengedan
shingga
lama
kelamaan
II.14. PENCEGAHAN
Sekarang sudah beredar suplemen makanan yang dapat membantu mengatasi pembesaran
kelenjar prostat. Salah satunya adalah suplemen yang kandungan utamanya saw palmetto.
Berdasarkan hasil penelitian, saw palmetto menghasilkan sejenis minyak,yang bersama-sama
dengan hormon androgen dapat menghambat kerja enzim 5-alphareduktase, yang berperan dalam
proses pengubahan hormon testosteron menjadi dehidrotestosteron (penyebab BPH)5. Hasilnya,
kelenjar prostat tidak bertambah besar.
Zat-zat gizi yang juga amat penting untuk menjaga kesehatan prostat di antaranya adalah :
Vitamin A, E, dan C, antioksidan yang berperan penting dalam mencegah pertumbuhan sel
kanker, karena menurut penelitian, 5-10% kasus BPH dapat berkembang menjadi kanker
prostat.
Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkan dalam proses metabolisme karbohidrat,lemak, dan
protein, sehingga kerja ginjal dan organ tubuh lain tidak terlalu berat.
Copper (gluconate) dan Parsley Leaf, yang dapat membantu melancarkan pengeluaranair seni
dan mendukung fungsi ginjal.
L-Glysine, senyawa asam amino yang membantu sistem penghantaran rangsangan kesusunan
syaraf pusat.
Zinc, mineral ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan kualitas sperma.
Berikut ini beberapa tips untuk mengurangi risiko masalah prostat, antara lain:
Meningkatkan makanan kaya lycopene (dalam tomat), selenium (dalam makanan laut),
vitamin E, isoflavonoid (dalam produk kedelai)
47
II.15. PROGNOSIS
Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu
walaupun gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang tidak segera ditindak memiliki
prognosis yang buruk karena dapat berkembang menjadi kanker prostat.Menurut penelitian,
kanker prostat merupakan kanker pembunuh nomer 2 pada priasetelah kanker paru-paru5. BPH
yang telah diterapi juga menunjukkan berbagai efek samping yang cukup merugikan bagi
penderita.
BAB III
KESIMPULAN
Hiperplasia kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang bermakna pada populasi
pria lanjut usia. Dengan bertambah usia, ukuran kelenjar dapat bertambah karena terjadi
hiperplasia jaringan fibromuskuler dan struktur epitel kelenjar (jaringan dalam kelenjar prostat).
Gejala dari pembesaran prostat ini terdiri dari gejala obstruksidan gejala iritatif.
Penatalaksanaan BPH berupa watchful waiting, medikamentosa, terapi bedah
konvensional, dan terapi minimal invasif. Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat
diprediksi pada tiap individu walaupun gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang tidak
segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena dapat berkembang menjadi kanker
prostat.
48
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
49
50