Tipus Asfiksi Thiea
Tipus Asfiksi Thiea
ASFIKSIA NEONATUS
Definisi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada
saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan
tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan
(Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan
dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah
bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan
secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro,
1999)
Etiologi/ Penyebab Asfiksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah
uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam
rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru
lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
1. Faktor ibu
3. Faktor Bayi
Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
ekstraksi forsep)
menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus
dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi.
Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak
dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan
resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.
Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis
Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan
persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O 2 selama kehamilan atau
persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel
tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu
periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas
tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi
bradikardi dan penurunan TD.
34
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa
pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam
tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh,
sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat
selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan
diantaranya :
1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung.
3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya
resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem sirkulasi
tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998).
Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia
Kejang
Penurunan kesadaran
Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia
janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya
tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu:
1. Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila
frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur,
hal itu merupakan tanda bahaya.
2. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala
mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam
35
air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila
hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit
kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis
menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai
tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.
(Wiknjosastro, 1999)
Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi, menentukan
tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi. Upaya resusitasi
yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan
keputusan dan tindakan lanjutan. Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan
oleh tiga tanda penting, yaitu :
Penafasan
Denyut jantung
Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat
keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi
tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan
untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).
Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam
keadaan siap pakai, yaitu :
1. 2 helai kain / handuk.
2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil,
digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
3. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
36
37
TINJAUAN PUSTAKA
SINDROMA GANGGUAN NAPAS
Definisi
Definisi Gangguan Napas adalah suatu keadaan meningkatnya kerja pernapasan yang ditandai
dengan:
1. Takipnea: frekuensi napas 60 80 kali/menit
2. Retraksi: cekungan atau tarikan kulit antara iga (interkostal) dan atau (li bawah sternunl
(sub sternal) selama inspirasi
3. Napas cuping hidung: kembang kempis lubang hidung selama inspirasi
4. Merintih atau grunting: terdengar merintih atau menangis saat inspirasi
5. Sianosis: sianosis sentral yaitu warna kebiruan pada bibir (berbeda dengan biru lebam
atau warna membran mukosa. Sianosis sentral tidak pernah normal, selalu memerlukan
perhatian dan tindakan segera. Mungkin mencerminkan abnormalitas jantung, hematorogik atau pernapasan yang harus dilakukan tindakan segera
6. Apnu atau henti napas (harus selalu di nilai dan dilakukan tindakan segera)
7. Dalam jam jam pertama sesudah lahir, empat gejala distres respirasi (takipnea, retraksi,
napas cuping dan grunting) kadang juga dijumpai pada BBL normal tetapi tidak
berlangsung lama. Gejala ini disebabkan karena perubahan fisiologik akibat reabsorbsi
cairan dalam paru bayi dan masa transisi dari sirkulasi fetal ke sirkulasi neonatal.
8. Bila takipnea, retraksi, cuping hidung dan grunting menetap pada beberapa jam setelah
lahir, ini merupakan indikasi adanya gangguan napas atau distress respirasi yang harus
dilakukan tindakan segera.1
Faktor predisposisi terjadinya distres respirasi
38
1. BKB : Paru bayi secara biokimiawi masih imatur dengan kekurangan surfaktan yang
melapisi rongga alveoli
2. Depresi neonatal (Kegawatan neonatal) :
Aspirasi mekonium
Hipertensi pulmonal dengan pirau kanan ke kiri yang membawa darah keluar dari paru
3. Bayi dari Ibu DM: terjadi respirasi distress akibat kelambatan pematangan paru
4. Bayi lahir dengan operasi sesar: Bayi yang lahir dengan operasi sesar, berapa pun usia gestasi
nya dapat mengakibatkan terlambatnya absorpsi cairan paru (TTN)
5. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita demam, ketuban pecah dini atau air ketuban yang
berbau busuk dapat terjadi pneumonia bakterialis atau sepsis
6. Bayi dengan kulit berwarna seperti mekonium, mungkin mengalami aspirasi mekonium
Klasifikasi gangguan napas
Gangguan napas dapat diklasifikasi berdasarkan pada mekanisme patofisiologi yang
mengakibatkan hipoksemia dan/atau hiperkarbia. Gangguan napas akut dapat terjadi akibat
salah satu dari keadaan abnormal berikut ini:
Pirau intrapulmonal
Hipoventilasi
Meningkatnya desaturasi vena dengan gangguan fungsi jantung ditambah satu atau lebih
faktor tersebut di atas.
Buku Pedoman Manajemen masalah BBL untuk, Dokter, Perawat dan Bidan di Rumah Sakit,
membagi Klasifikasi gangguan napas, menjadi :
39
Secara rinci dapat dilihat pada tabel Klasifikasi lain dapat menggunakan skor Downes seperti
Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis tentang riwayat keluarga, maternal, prenatal dan intrapartum sangat diperlukan,
antara lain tentang hal hal di bawah ini:
Diabetes pada ibu, perdarahan antepartum pada persalinan kurang bulan, partus lama,
kulit ketuban pecah dini, oligohidramnion, penggunaan Obat yang berlebihan.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai gejala klinik gannguan napas, berupa beberapa tanda
di bawah ini:
Merintih atau grunting tetapi warna kulit masih kemerahan, merupakan gejala yang
menonjol
Sianosis
Retraksi
Tanda obstruksi saluran napas mulai dari hidung: atresis koanae, ditandai dengan
kesulitan memasukkan pipa nasogastrik melalui hidung
Air ketuban bercampur mekonium atau pewarnaan hijaukekuningan pada tali pusat
Buku Pedoman Manajemen masalah BBL untuk, Dokter, Perawat dan Bidan di Rumah
Sakit memberi panduan sebagai berikut:
Tidak perlu membedakan antara pneumonia, sindrom distres respirasi (penyakit membran hialin)
atau aspirasi mekonium karena semuanya dapat menyebahkan gangguan napas dan mendapat
terapi yang serupa/ sama.
Diagnosis banding
1. Kelainan sistem respirasi
Obstruksi saluran napas atas: atresia koanae, web laringeal, higroma, gondok,
laringo/trakheornalasia, Sindroma Piere Robin
Pneumonia
2. Sepsis
3. Sistem kardiovaskular: penyakit jantung bawaan, gagal jantung kongestif, PDA (Patent
ductus arteriosus), syok
4. Metabolik: keadaan yang dapat menyebabkan asidosis, hipo/hipertermia, gangguan
keseimbangan elektrolit, hipoglikemia
5. Sistem hemopoetik: Anemia (termasuk anemia akibat kehilangan darah secara akut,
yaitu: dapat mengaktbatkan syok hipovolemik atau kehilangan darah kronik yang dapat
menyebabkan gagal jantung kongestif dan polisitemia)
6. Sistem Susunan Saraf Pusat: perdarahan, depresi farmakologik, "drug withdrawal
malformasi asfiksia saat lahir/depresi pernapasan
42
Pemeriksaan
penunjang
Tatalaksana
a. Gangguan napas berat
Semakin kecil bayi, kemungkinan terjadi gangguan napas semakin sering dan semakin berat.
pada bayi kecil (berat lahir 2500 gram atau umur kehamilan kurang 37 minggu) gangguan napas
sering memburuk dalam waktu 36 hingga 48 jam pertama, dan tidak banyak terjadi perubahan
dalam satu dua hari berikutnya dan kemudian akan membaik pada hari ke 4-7.
Teruskan pemberian O dengan kecepatan aliran sedang (antara rendah dan tinggi)
Bila bayi menunjukkan tanda perburukan atau terdapat sianosis sentral, naikkan
pemberian pada kecepatan aliran tinggi. Jika gangguan napas bayi semakin berat dan
43
sianosis sentral menetap walaupun diberikan 0 100%, bila memungkinkan segera rujtlk
bayi ke rumah sakit rujukan atau yang ada fasilitas dan mampu memakai ventilator
mekanik.
Jika gangguan napas masih menetap setelah 2 jam, pasang pipa Iambung untuk
mengosongkan cairan Iambung dan udara.
Nilai kondisi bayi 4 kali setiap hari apakah ada tanda perbaikan.
Jika bayi mulai menunjukkan tanda perbaikan (frekuensi napas menurun, tarikan dinding
dada berkurang, warna kulit membaik) :
o Kurangi pemberian O secara bertahap;
o Mulailah pemberian ASI peras melalui pipa Iambung;
o Bila pemberian Oksigen tak diperlukan lagi, bayi mulai dilatih menyusu. Jika bayi
tak bisa menyusu, berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif
cara pemberian minum.
Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotika dihentikan. Jika bayi tampak
kemerahan tanpa terapi Oksigen selama 3 hari, minum baik dan tidak ada masalah lain
yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
b.
Jika ada tanda berikut, ambil sampel darah untuk kultur dan berikan antibiotika
(ampisilin dan gentamisin) untuk terapi Kemungkinan besar sepsis:
o Suhu aksiler 340C atau 390C;
o Air ketuban bercampur mekonium;
44
o Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban pecah dini
18 jam.
Bila suhu aksiler 3436,50C atau 37,5390C tangani untuk masalah suhu abnormal
dan nilai ulang setelah 2 jam
Bila suhu masih belum stabil atau gangguan napas belum ada perbaikan, ambil sampel
darah, dan berikan antibiotika untuk terapi Kemungkinan besar sepsis;
Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal, ulangi tahapan
tersebut diatas.
Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam. Apabila bayi
tidak menunjukkan perbaikan atau tanda-tanda perburukan setelah 2 jam, terapi untuk
Kemungkinan besar sepsis.
Bila bayi mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan (frekuensi napas menurun, tarikan
dinding dada berkurang atau suara merintih berkurang) :
o Kurangi terapi 0ksigen secara bertahap.
o Pasang pipa Iambung, berikan ASI peras setiap 2 jam.
o Apabila tak diperlukan lagi pemberian Oksigen , mulailah melatih bayi menyusu.
Bila bayi tak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan memakai salah satu cara
alternatif pemberian minum.
o Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi
kembali tampak kemerahan tanpa pemberian Oksigen selama 3 hari, minum baik
dan tak ada alasan bayi tetap tinggal di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
45
Bila dalam pengamatan gangguan napas memburuk atau timbul gejala sepsis lainnya,
terapi untuk Kemungkinan besar sepsis dan tangani gangguan napas sedang atau berat
seperti tersebut di atas.
Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak, berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minum.
Kurangi pemberian Oksigen secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas.
Hentikan pemberian Oksigen jika frekuensi napas antara 3060 kali/menit.
Amati bayi selama 24 jam berikutnya, jika frekuensi napas menetap antara 30-60 kali/
menit, tidak ada tanda-tanda sepsis, dan tidak ada masalah lain yang memerlukan
perawatan, bayi dapat dipulangkan.2
TINJAUAN PUSTAKA
NEONATAL INFEKSI
DEFINISI
Infeksi neonatorum adalah infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu: early
infection (infeksi dini) dan late infection (infeksi lambat). Disebut infeksi dini karena infeksi
diperoleh dari si ibu saat masih dalam kandungan sementara infeksi lambat adalah infeksi
yang diperoleh dari lingkungan luar, bisa lewat udara atau tertular dari orang lain.
PATOFISIOLOGI
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc membaginya dalam 3 golongan,
yaitu:
a) Infeksi Antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini kuman itu melalui batas
plasenta. Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang
dapat menyerang janin melalui jalan ini ialah :
-
Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan listeria monocytogenes.
Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi plasenta. Fokus pada plasenta pecah
ke cairan amnion dan akibatnya janin mendapat tuberkulosis melalui inhalasi cairan
amnion tersebut.
b) Infeksi Perinatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain. Mikroorganisme dari
vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketubah pecah
lama ( jarak waktu antara pecahnya ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam),
mempunyai peranan penting terhadap timbulnya plasentisitas dan amnionitik. Infeksi
dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan seringkali
dilakukan manipulasi vagina. Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor yang septik
sehingga terjadi pneumonia kongenital selain itu infeksi dapat menyebabkan septisemia.
Infeksi intranatal dapat juga melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari
vagina misalnya blenorea dan oral trush .
c) Infeksi Postnatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal
terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat penggunaan alat atau akibat
perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang. Infeksi pasacanatal ini
sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas sekali
karena mortalitas infeksi pascanatal ini sangat tinggi.
DIAGNOSIS
Diagnosis infeksi perinatal tidak mudah. Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan
observasi yang teliti, anamnesis kehamilan dan persalinan yang teliti dan akhirnya dengan
pemeriksaan fisik dan laboratarium.
Infeksi lokal pada nonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum, sehingga gejala
infeksi lokal tidak menonjol lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat ditegakkan kalau
kita cukup waspada terhadap kelainan tingkah laku neonatus yang seringkali merupakan tanda
47
permulaan infeksi umum. Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam pertama
dan bayi tersebut tidak menderita penyakit atau kelainan kongenital tertentu, namun tiba-tiba
tingkah lakunya berubah, hendaknya harus selalu diingat bahwa kelainan tersebut mungkin
sekali disebabkan oleh infeksi.
Menegakkan kemungkinan infeksi pada bayi baru lahir sangat penting, terutama pada bayi
BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat dan menimbulkan angka kematian yang
tinggi. Disamping itu, gejala klinis infeksi pada bayi tidak khas. Adapun gejala yang perlu
mendapat perhatian yaitu :
-Malas minum
-Bayi tertidur
-Tampak gelisah
-Pernapasan cepat
-Berat badan turun drasti
-Terjadi muntah dan diare
-Panas badan bervariasi yaitu dapat meningkat, menurun atau dalam batas normal
-Pergerakan aktivitas bayi makin menurun
-Pada pemeriksaan mungkin dijumpai : bayi berwarna kuning, pembesaran hepar, purpura (bercak
darah dibawah kulit) dan kejang-kejang
-Terjadi edema
-Sklerema
Ada 2 skoring yang digunakan untuk menentukan diagnosis neonatal infeksi :
a. Bell Squash score
-Partus tindakan (SC, forcep, vacum, sungsang)
-Ketuban tidak normal
-Kelainan bawaan
-Asfiksia
-Preterm
-BBLR
Hasil
< 4 observasi NI
4 NI
berbau
busuk
Ibu demam
Asfiksia
Partus lama
Vagina tidak bersih
KPD
3
2
Hasil
2
2
1
2
1
5 NI
3-5 Screening NI
Infeksi ringan ( minor infection ) : infeksi pada kulit, oftalmia neonaturum, infeksi
umbilikus ( omfalitis ), moniliasis.
1. Sepsis Neonatorum
Sepsis neonatorum sering didahului oleh keadaan hamil dan persalinan sebelumnya
seperti dan merupakan infeksi berat pada neonatus dengan gejala-gejala sistemik. Faktor
risiko :
-
Infeksi/febris pd ibu
Fetal distres
Merintih
Prinsip pengobatan:
-
Kejang
UUB menonjol
Kaku kuduk
Pengobatan :
-
Gunakan antibiotic yang dapat menembus sawar otak dan diberikan dalam
minimal 3 minggu
Letargia
Malas minum
Rhonki (+)
50
Pengobatan :
-
Laringoskop direct segera setelah lahir bila terdapat meconium staining dan
lakukan suction bila terdapat mekonium pada jalan napas
4. Tetanus neonatorum
Etiologi
-
Gejala
-
Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang otot
rahang dan faring (tenggorok)
Tindakan
-
5. Oftalmia Neonatorum
51
Merupakan infeksi mata yang disebabkan oleh kuman Neisseriagonorrhoeae saat bayi
lewat jalan lahir. Dibagi menjadi 3 stadium :
-
Stadium infiltrative
Berlangsung 1-3 hari. Palpebra bengkak, hiperemi, blefarospasme, mungkit
terdapat pseudomembran
Stadium supuratif
Berlangsung 2 3 minggu. Gejala tidak begitu hebat, terdapat secret bercampur
darah, yang khas secret akan keluar dengan mendadak (muncrat) saat palpebra
dibuka
Stadium konvalesen
Berlangsung 2-3 minggu. Secret jauh berkurang, gejala lain tidak begitu hebat
lagi.
Penatalaksanaan
-
Bersihkan mata dengan larutan garam fisiologis setiap jam disusul dengan
pemberian salep mata penisilin
PENCEGAHAN
Prinsip pencegahan infeksi antara lain:
o Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir.
o Pertimbangkan setiap orang ( termasuk bayi dan staf ) berpotensi menularkan infeksi.
o Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol.
o Pakai pakaian pelindung dan sarung tangan.
o Gunakan teknik aseptik.
o Pegang instrumen tajam dengan hati hati dan bersihkan dan jika perlu sterilkan atau
desinfeksi instrumen dan peralatan.
o Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang sampah.
o Pisahkan bayi yang menderita infeksi untuk mencegah infeksi nosokomial.3
52
DAFTAR PUSTAKA
1. Kosim, MS. Gangguan Napas pada Bayi Baru Lahir. In: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R,
Sarosa GI, Usman A (editors). Buku Ajar Neonatologi. 1st ed. Jakarta: Balai Penerbit
IDAI; 2014.p.126-35
2. Hermasen CL, Lorah KN. Respiratory Distress in the Newborn. Pennsylvania: American
Academy
of
Family
Physicians;
2007.
Available
at:
Country.
Available
at:
53
54