Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)


1. DEFINISI
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang
disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan
renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000;
419).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan
oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. (Ngastiyah, 1995 ; 341).
2. ETIOLOGI
1.

Virus dengue

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam


Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus
dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di
Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus
dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer
dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan
baik yang berasal dari sel sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster
Kidney) maupun sel sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
(Soedarto, 1990; 36).
2.

Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis
dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan
berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan
terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000;
420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui
gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah
perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk

tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada


genangan Air bersih yang terdapat bejana bejana yang terdapat di dalam
rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang
lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air
bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai
menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari
dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37).
3.

Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka
ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga
ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun
virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika
seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu
mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula
terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue huntuk pertama kalinya
jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.
(Soedarto, 1990 ; 38).

3. PATOFISIOLOGI
Infeksi Virus Dengue
Terbentuk komplek antigen-antibodi

Hepatomegali

Mengaktivasi sistem komplemen

Mual-Muntah

PGE2 Hipotalamus

Peningkatan suhu
tubuh

Perbanyak diri di hepar

Dilepaskan C3a dan C5a (peptida) Perubahan nutrisi


kurang dari kebutuhan
tubuh
Melepaskan histamine
Permeabilitas membran meningkat
Kebocoran plasma
Hipovolemia
Renjatan hipovolemi dan hipotensi

Kerusakan

endotel
pembuluh darah
Kekurangan volume cairan

Agregasi Trombosit
Ke ekstravaskuler

Trombositopenia

Merangsang dan
Mengaktivasi
faktor pembekuan

Efusi pleura dan asites

Dalam jangka waktu lama


menurun dan terjadi
DIC

Gangguan pertukaran gas

Intoleransi activity

Perdarahan
Gangguan perfusi jaringan
Hipoksia jaringan

Asidosis Metabolik

Kematian

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan


virtemia. Hal tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi
komplek imun Antibodi virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan
melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan
merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil
yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga
terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan
permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma.
Adanya komplek imun antibodi virus juga menimbulkan Agregasi trombosit

sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati.


Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut
terjadi shock dan jika shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan
akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan
karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik
sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya
dapat hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel
manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat
tergantung pada daya tahan tubuh manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi
terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin
yang menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi
perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi
trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan
fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda
dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan
merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.
Ketiga

faktor

tersebut

akan

menyebabkan

(1)

peningkatan

permiabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh


vaskulopati; trombositopenia; dan kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita;
2000; 419).
4. MANIFESTASI KLINIS INFEKSI VIRUS DENGUE
5. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 7 hari
kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan
berlangsung demam, gejala gejala klinik yang tidak spesifik misalnya
anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan
rasa lemah dapat menyetainya. (Soedarto, 1990 ; 39).
6. Perdarahan
Perdaran biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan
umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah
terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. ( Soedarto,
1990 ; 39). Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna
bagian atas hingga menyebabkan haematemesis. (Nelson, 1993 ; 296).
Perdarahan gastrointestinat biasanya di dahului dengan nyeri perut yang
hebat. (Ngastiyah, 1995 ; 349).

7. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun
pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan
tejadi renjatan pada penderita . (Soederita, 1995 ; 39).
8. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya
penderita, dimulai dengan tanda tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit
lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis
disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya
menunjukan prognosis yang buruk. (soedarto ; 39).
9. KLASIFIKASI DHF
Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF)
dibagi menjadi 4 derajat (WHO, 1997) yaitu :
a.

Derajat I

: Demam dengan test rumple leed positif.

b.

Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau perdarahan


lain.

c.

Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
nadi menurun/ hipotensi disertai dengan kulit dingin lembab dan pasien menjadi
gelisah.

d.

Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak
dapat diukur.

10. TANDA DAN GEJALA


Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya, tanda
dan gejala lain adalah :
- Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.
- Asites
- Cairan dalam rongga pleura ( kanan )
- Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.
- Gejala klinik lain yaitu nyeri epigasstrium, muntah muntah, diare maupun
obstipasi dan kejang kejang. (Soedarto, 1995 ; 39).
11. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSA
Untuk mendiagnosis Dengue Haemoragic Fever (DHF) dapat dilakukan
pemeriksaan dan didapatkan gejala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga

dapat ditegakan dengan pemeriksaan laboratorium yakni :


Trombositopenia (< 100.000 / mm3) , Hb dan PCV meningkat (> 20%)
leukopenia (mungkin normal atau leukositosis), isolasi virus, serologis (UPF IKA,
1994).
Pemeriksaan serologik yaitu titer CF (complement fixation) dan anti bodi
HI (Haemaglutination ingibition) (Who, 1998 ; 69), yang hasilnya adalah
Pada infeksi pertama dalam fase akut titer antibodi HI adalah kurang dari
1/20 dan akan meningkat sampai < 1/1280 pada stadium rekovalensensi pada
infeksi kedua atau selanjutnya, titer antibodi HI dalam fase akut > 1/20 dan akan
meningkat dalam stadium rekovalensi sampai lebih dari pada 1/2560.
Apabila titer HI pada fase akut > 1/1280 maka kadang titernya dalam
stadium rekonvalensi tidak naik lagi. (UPF IKA, 1994 ; 202)
Pada renjatan yang berat maka diperiksa : Hb, PCV berulangkali (setiap
jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukan tanda perbaikan) faal haemostasis xfoto dada, elektro kardio gram, kreatinin serum.
Dasar diagnosis Dengue Haemoragic Fever (DHF)WHO tahun 1997:
Klinis:
-

Demam tinggi dengan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.

Menifestasi perdarahan petikie, melena, hematemesis (test rumple leed).

Pembesaran hepar.

Syock yang ditandai dengan nadi lemah, cepat, tekanan darah menurun,
akral dingin dan sianosis, dan gelisah.

Laboratorium:
-

Trombositopenia (< 100.000/ uL) dan terjadi hemokonsentrasi lebih dari


20%.

12. DIAGNOSA BANDING


1.

Belum / tanpa renjatan :


1. Campak
2. Infeksi bakteri / virus lain (tonsilo faringitis, demam dari kelompok
pnyakit exanthem, hepatitis, chikungunya)

2.

Dengan renjatan
1. Demam tipoid
2. Renjatan septik oleh kuman gram negatif lain

3.

Dengan perdarahan
1. Leukimia
2. Anemia aplastik

4.

Dengan kejang
Ensefalitis
meningitis

13. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN


Pemberantasan Dengue Haemoragic Fever (DHF) seperti juga penyakit
menular laibn didasarkan atas meutusan rantai penularan, terdiri dari virus, aedes
dan manusia. Karena sampai saat ini belum terdapat vaksin yang efektif terdapat
virus itu maka pemberantasan ditujukan pada manusia terutama pada vektornya.
(Soemarmo, 1998 ; 56)
Prinsip tepat dalam pencegahan DHF (Sumarmo, 1998 ; 57)
1) manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS
2) memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada
tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia.
3) Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu
sekolah dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4) Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan
tinggi
Menurut Rezeki S, 1998 : 22,
Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) ini yang paling
penting

adalah

upaya

membasmi

jentik

nyamuk

penularan

ditempat

perindukannya dengan melakukan 3M yaitu


1) Menguras tempat tampet penampungan air secara teratur sekurang
kurangnya sxeminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya
2) Menutup rapat rapat tempat penampung air dan
3) Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat menampung
air hujan seperti dilanjutkan di baliknya.
14. PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya pengobatan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF)
bersifat simtomatis dan suportif (Ngastiyah, 12995 ; 344)
Dengue Haemoragic Fever (DHF) ringan tidak perlu dirawat, Dengue
Haemoragic Fever (DHF) sedang kadang kadang tidak memerlukan perawatan,
apabila orang tua dapat diikutsertakan dalam pengawasan penderita di rumah
dengan kewaspadaan terjadinya syok yaitu perburukan gejala klinik pada hari 3-7
sakit ( Purnawan dkk, 1995 ; 571)

Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue (UPF IKA, 1994 ;
203) yaitu: Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan
kurang) atau kejangkejang.
Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet
positif/negatif, kesakitan, Hb dan Ht/PCV meningkat, Panas disertai perdarahan,
Panas disertai renjatan.
Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut
UPF IKA, 1994 ; 203 206 adalah.
1. Belum atau tanpa renjatan:
Grade I dan II
Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan surface
cooling.

Antipiretik

yang

dapat

diberikan

ialah

golongan

asetaminofen,asetosal tidak boleh diberikan


Umur 6 12 bulan : 60 mg / kaji, 4 kali sehari
Umur 1 5 tahun : 50 100 mg, 4 sehari
Umur 5 10 tahun : 100 200 mg, 4 kali sehari
Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari
Terapi cairan
1) Infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak
dengan BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB <
10 10 kg bersama sama di berikan minuman oralit, air bauh susu
secukupnya
2) Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum
sebanyak banyaknya dan sesering mungkin.
3) Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan
infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita
dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :

100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg

75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg

60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg

50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg

Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik


untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.

2. Dengan Renjatan ;
Grade III
1.

Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam

Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan


nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat)
lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi
stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan
kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah
masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai
untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm
diperhitungkan sebagai berikut :

2.

100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg

75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.

60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.

50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.

Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan
tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin
maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran
L atau yang lainnya) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang
maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum
membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam
dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi
renjatan.

3.

Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1
jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan
nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh
plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg
BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24
jam.

15. ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
-

Umur: DHF merupakan penyakit daerah tropik yang sering


menyebabkan kematian pada anak, remaja dan dewasa (Effendy,
1995).

Jenis kelamin: secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada


penderita DHF. Tetapi kematian lebih sering ditemukan pada anak
perempuan daripada anak laki-laki.

Tempat tinggal: penyakit ini semula hanya ditemukan di beberapa


kota besar saja, kemudian menyebar kehampir seluruh kota besar di
Indonesia, bahkan sampai di pedesaan dengan jumlah penduduk yang
padat dan dalam waktu relatif singkat.

2. KELUHAN UTAMA
Penderita mengeluh badannya panas (peningkatan suhu tubuh) sakit
kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Sering terdapat riwayat sakit kapala, nyeri otot dan pegal pada seluruh
badan, panas. Sakit pada saat menelan, lemah, nyeri ulu hati, mual,
muntah dan penurunan nafsu makan.
4. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU
Tidak ada hubungan antara penyakit yang pernah diderita dahulu dengan
penyakit DHF yang dialami sekarang, tetapi kalau dahulu pernah
menderita DHF, penyakit itu bisa terulang dengan strain yang berbeda.
5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Penyakit ini tidak ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu.
Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga yang lain (yang tinggal
didalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah yang
berdekatan) sangat menentukan karena penyakit ini dapat ditularkan
melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
6. RIWAYAT KESEHATAN LINGKUNGAN
DHF ditularkan oleh 2 jenis nyamuk, yaitu 2 nyamuk aedes:
-

Aedes aigepty: Merupakan nyamuk yang hidup di daerah tropis


terutama hidup dan berkembang biak di dalam rumah, yaitu pada
tempat penampungan air bersih, seperti kaleng bekas, ban bekas,
tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi
jarang dibersihkan. Dengan jarak terbang nyamuk + 100 meter.

Aedes albapictus.

7. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG


1.

Riwayat Tumbuh Kembang


Teori Kepribadian anak Menurut Teori Psikoseksual Sigmund Freud
Kepribadian ialah hasil perpaduan antara pengaruh lingkungan dan
bawaan, kualitas total prilaku individu yang tampak dalam
menyesuaikan diri secara unit dengan lingkungannya.
Tiori kepribadian yang dikemukakan oleh ahli psikoanlisa Sigmund
freud (1856 - 1939). Meliputi tahap-tahap :

a.

Fase oral, usia antara 0 - 11/2 Tahun

b.

Fase anal, usia antara 11/2 - 3 Tahun

c.

Fase Falik, usia antara 3 - 5 Tahun

d.

Fase Laten, usia antara 5 - 12 Tahun

e.

Fase Genital, usia antara 12 - 18 Tahun

Tahap perkembangan anak menurut Teori Psikososial Erik Erikson.


Erikson mengemukakan bahwa dalam tahap-tahap perkembangan
manusia mengalami 8 fase yang saling terkait dan berkesinambungan.
a.

Bayi (oral) usia 0 - 1 Tahun

b.

Usia bermain (Anal ) yakni 1 - 3 Tahun

c.

Usia prasekolah (Phallic) yakni 3 - 6 Tahun

d.

Usia sekolah (latent) yakni 6 - 12 tahun

e.

Remaja (Genital) yakni 12 tahun lebih

f.

Remaja akhir dan dewasa muda

g.

Dewasa

h.

Dewasa akhir

TUGAS PERKEMBANAGAN

BILA TUGAS
PERMKEMBANGAN

Bayi (0 - 1 tahun)

TIDAK TERCAPAI
Tidak percaya

Rasa percaya mencapai harapan,


Dapat menghadapi frustrasi dalam jumlah
kecil
Mengenal ibu sebagai orang lain dan berbeda
dari diri sendiri.
Usia bermain (1 - 3 Tahun)

Malu dan ragu-ragu

Perasaan otonomi.
Mencapai keinginan
Memulai kekuatan baru
Menerima kenyataan dan prinsip kesetiaan
Usia pra sekolah ( 3 - 6 Tahun)

Rasa bersalah.

Perasaan inisiatif mencapai tujuan


Menyatakan diri sendiri dan lingkungan
Membedakan jenis kelamin.
Usia sekolah ( 6 - 12 Tahun)
Perasaan berprestasi

Rasa rendah diri

Dapat menerima dan melaksanakan tugas dari


orang tua dan guru
Remaja ( 12 tahun lebih)

Difusi identitas

Rasa identitas
Mencapai

kesetiaan

yang

menuju

pada

pemahaman heteroseksual.
Memilih pekerjaan
Mencapai keutuhan kepribadian
Remaja akhir dan dewasa muda

Isolasi

Rasa keintiman dan solidaritas


Memperoleh cinta.
Mampu berbuat hubungan dengan lawan jenis.
Belajar menjadi kreatif dan produktif.
Dewasa

Absorpsi diri dan stagnasi

Perasaan keturunan
Memperoleh perhatian.
Belajar

keterampilan

efektif

dalam

berkomunikasi dan merawat anak


Menggantungkan

minat

aktifitas

pada

keturunan
Dewasa akhir

keputusasaan

Perasaan integritas
Mencapai kebijaksanaan
8. RIWAYAT IMUNISASI
Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain
: BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
9. RIWAYAT NUTRISI
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori
untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat
badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi =

BBSekarang
100 %
BBideal

Klasifikasinya sebagai berikut :


Gizi buruk kurang dari 60%
Gizi kurang 60 % - <80 %
Gizi baik 80 % - 110 %

Obesitas lebih dari 120 %


10. DAMPAK HOSPITALISASI
Sumber stressor :
1. Perpisahan
a. Protes : pergi, menendang, menangis
b. Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi
c. Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi
2. Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas,
ketergantungan, ini akan menyebabkan anak malu, bersalah dan takut.
3. Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit.
4. Lingkungan baru, memulai sosialisasi lingkungan.
2. PEMERIKSAAN FISIK / PENGKAJIAN PERSISTEM
1.

Sistem Pernapasan / Respirasi


Sesak, perdarahan melalui hidung (epistaksis), pernapasan dangkal,
tachypnea, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi
terdengar ronchi, effusi pleura (crackless).

2.

Sistem Cardiovaskuler
Pada grade I : uji tourniquet positif, trombositipenia, perdarahan spontan
dan hemokonsentrasi.Pada grade II disertai perdarahan spontan di kulit
atau perdarahan lain. Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi yaitu
nadi cepat dan lemah (tachycardia),tekanan nadi sempit,

hipotensi,

cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, kulit dingin dan lembab.Pada
grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
3.

Sistem Persyarafan / neurologi


Pada grade I dan II kesadaran compos mentis. Pada grade III dan IV
gelisah, rewel, cengeng apatis sopor coma. Grade 1 sampai
dengan IV dapat terjadi kejang, nyeri kepala dan nyeri di berbagai bagian
tubuh, penglihatan fotopobia dan nyeri di belakang bola mata.

4.

Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam terutama pada
grade III, akan mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna
merah.

5.

Sistem Pencernaan / Gastrointestinal


Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri
tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran pada hati
(hepatomegali) disertai dengan nyeri tekan tanpa disertai dengan ikterus,

abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat


menelan, dapat muntah darah (hematemesis), berak darah (melena).
6.

Sistem integumen
Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering dan ruam
makulopapular

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi


virus dengue (viremia).

2.

Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan


intravaskuler ke ekstravaskuler

3.

Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,


pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

4.

Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu
makan yang menurun.

5.

Resiko terjadinya cidera (perdarahan) berhubungan dengan penurunan factorfakto pembekuan darah ( trombositopeni )

6.

Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan


perdaahan

7.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi.

4. INTERVENSI & RASIONAL


1.

Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi


virus dengue (viremia).
Tujuan : Suhu tubuh normal kembali setelah mendapatkan tindakan
perawatan.
Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 37, membran mukosa basah, nadi
dalam batas normal (80-100 x/mnt), Nyeri otot hilang.
Intervensi :
a.

Berikan kompres (air biasa / kran).


Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara
konduksi

b.

Berikan / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari


( sesuai toleransi )
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.

c.

Anjurkan keluarga agar mengenakan pakaian yang tipis dan mudah

menyerap keringat pada klien.


Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah
menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
d.

Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah )
tiap 3 jam sekali atau lebih sering.
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital
merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

e.

Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat


antipiretik sesuai program.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu
tubuh yang tinggi. Obat khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh
pasien.

2.

Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan


intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan / Tidak terjadi syok
hipovolemik.
Kriteria : Input dan output seimbang, Vital sign dalam batas normal (TD
100/70 mmHg, N: 80-120x/mnt), Tidak ada tanda presyok, Akral hangat,
Capilarry refill < 3 detik, Pulsasi kuat.
Intervensi :
a.

Observas vital sign tiap 3 jam/lebih sering


Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan
intravaskuler

b.

Observasi capillary Refill


Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer

c.

Observasi intake dan output. Catat jumlah, warna, konsentrasi, BJ


urine.
Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ
diduga dehidrasi.

d.

Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari (sesuai toleransi)


Rasional : Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh peroral

e.

Kolaborasi : Pemberian cairan intravena, plasma atau darah.


Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah
terjadinya hipovolemic syok.

3.

Resiko Syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,


pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik


Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal
Intervensi :
a.

Monitor keadaan umum pasien


Raional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama
saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda
presyok / syok

b.

Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih


Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk
memastikan tidak terjadi presyok / syok

c.

Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera


laporkan jika terjadi perdarahan
Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda
perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat
dapat segera diberikan.

d.

Kolaborasi : Pemberian cairan intravena


Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan
cairan tubuh secara hebat.

e.

Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo


Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang
dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

4.

Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu
makan yang menurun.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, tidak terjadi penurunan berat
badan, Nafsu makan meningkat, porsi makanan yang disajikan mampu
dihabiskan klien, mual dan muntah berkurang.
Intervensi :
a.

Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai


Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan
intervensi

b.

Observasi dan catat masukan makanan pasien


Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi
makanan

c.

Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan )


Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas

intervensi.
d.

Berikan / Anjurkan pada klien untuk makanan sedikit namun sering


dan atau makan diantara waktu makan
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan
meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.

e.

Berikan dan Bantu oral hygiene.


Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral

f.

Hindari makanan yang merangsang (pedas / asam) dan mengandung


gas.
Rasional : : Mencegah terjadinya distensi pada lambung yang dapat
menstimulasi muntah.

g.

Jelaskan pada klien dan keluarga tentang penting nutrisi/ makanan


bagi proses penyembuhan.

5.

h.

Sajikan makanan dalam keadaan hangat.

i.

Anjurkan pada klien untuk menarik nafas dalam jika mual.

j.

Kolaborasi dalam pemberian diet lunak dan rendah serat.

k.

Observasi porsi makan klien, berat badan dan keluhan klien.

Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor


pembekuan darah ( trombositopeni ).
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan selama dalam masa perawatan.
Kriteria : TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat, tidak
ada perdarahan spontan (gusi, hidung, hematemesis dan melena),
trombosit dalam batas normal (150.000/uL).
Intervensi :
a.

Anjurkan pada klien untuk banyak istirahat tirah baring ( bedrest )


Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan.

b.

Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang bahaya yang


dapat timbul akibat dari adanya perdarahan, dan anjurkan untuk
segera melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti di gusi,
hidung(epistaksis), berak darah (melena), atau muntah darah
(hematemesis).
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk
penaganan dini bila terjadi perdarahan.

c.

Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak,


pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai
ambil darah dan Observasi tanda-tanda perdarahan serta tanda vital

(tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan).


Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
d.

Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium secara berkala (darah


lengkap).

e.

Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.


Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran
pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tandatanda klinis seperti epistaksis, ptike.

f.

Monitor trombosit setiap hari


Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui
tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang
dialami pasien.

g.

Kolaborasi dalam pemberian transfusi (trombosit concentrate).

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.
Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume
2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.
Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua. Penerbit FKUI.
Jakarta.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Penerbit buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Suharso Darto (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi. F.K. Universitas Airlangga.
Surabaya.

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


DENGAN DHF PADA AN.
DI RUANG PAV V RUMKITAL Dr. RAMELAM SURABAYA
I.

PENGKAJIAN
I.

IDENTITAS KLIEN
Nama

: An. A

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Banyumas, 27 Januari 2005


Umur

: 4 tahun

Anak ke

:I

Nama Ayah

: Tn. A

Nama Ibu

: Ny. S

Pendidikan Ayah

: SMU

Pendidikan Ibu

: SMU

Pekerjaan Ayah

: TNI AL

Pekerjaan Ibu

: IRT

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Alamat

: Trosobo, Sidoarjo

Tanggal MRS

: 08 Desember 2009

Diagnosa Medis

: DHF

Sumber Informasi

: Klien dan orang tua klien.

Pengkajian tanggal

: 09 Desember 2009

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


1.

Riwayat Keperawatan Sekarang


1) Keluhan Utama :Ibu klien mengatakan anaknya panas dan tidak mau
makan
2) Lama keluhan : Sejak 4 hari yang lalu
3) Akibat timbulnya keluhan : Anak tampak lemah
4) Faktor yang memperberat : Klien sering menangis dan tidak mau makan.
5) Upaya untuk mengatasi : Ibu klien telah mengompres anaknya dan
memberi obat penurun panas yang di jual di toko dekat rumah, tapi karma
panas tidak turun, kemudian oleh ibu klien dibawa ke UGD Rumah Sakit
Dr. Ramelan Surabaya, pada tanggal 8 Desember 2009 dengan keluhan
panas, tidak mau makan. Setelah dari UGD klien dipindah di PAV 5

untuk menjalani rawat inap.


2.

Riwayat Keperawatan Sebelumnya


1) * Prenatal : Selama hamil ibu tidak pernah sakit, minum obat-obatan
maupun minum jamu-jamuan. Tidak mempunyai penyakit DM, TBC,
Hipertensi dan alergi obat.
* Natal : Anak lahir pada usia kehamilan 9 bulan, dengan berat badan lahir
3400 gram, panjang badan 50 cm, ditolong bidan. Lahir spontan langsung
menangis, warna kulit merah.Tidak ada penyulit dalam persalinan.
* Post-Natal : Perkembangan dan pertumbuhan sampai anak berumur 4
tahun berjalan normal.
2) Tumbuh kembang:

3) Tahap tumbuh kembang anak Usia prasekolah (Phallic) yakni 3 - 6 Tahun

Pertumbuhan
Klien seorang anak laki-laki berumur 4 tahun dengan berat badan 14 Kg.
Menurut keluarga, klien adalah anak yang penurut, klien memiliki banyak
teman dirumah. Ketika klien diajak bicara oleh tim kesehatan, baik
perawat maupun dokter serta tenaga kesehatan lainnya, klien mau
menjawab dan tampak tidak merasa takut. Ketika akan dilakukan suatu
tindakan pertama klien merasa takut tetapi kemudian setelah diberikan
penjelasan klien mau dilakukan tindakan, walaupun rasa takut masih
tampak.

Perkembangan
Psikososial ; klien belum sekolah, termasuk anak yang patuh di rumah,
klien suka bermain dengan teman-temannya, hubungan dengan teman
sebaya baik.
Psikoseksual : klien punya banyak teman sebayanya, anak senang bila
dikasih banyak mainan, anak merasa senang bila main bola.

4) Imunisasi : Ibu klien mengatakan mendapatkan imunisasi lengkap : BCG,


Polio 3x, DPT 3x Campak 1x dan Hepatitis 3x.
5) Dampak hospitalisasi : Anak takut pada suntikan dan keluarga merasa
cemas karena anaknya masuk ke RS dan menangis terus.
6) Status gizi

Ibu klien mengatakan bahwa klien sangat sulit makannya, serta minum
susu juga sangat sulit, kadang-kadang klien mau minum susu hanya susu
coklat dan tidak setiap hari. Ibu klien mengatakan bahwa sudah
membeikan vitamin untuk nafsu makan tetapi tetap makannya sangat sulit.
Kadang-kadang tidak mau makan. Kalau sudah tidak mau makan ibu klien

tidak pernah memaksakan untuk makan. Ibu klien mengatakan bahwa


sudah berusaha menawarhan makanan yang disukai. Sejak MRS klien
sulit makan, klien mengeluh mual dan merasa ingin muntah.BB sebelum
MRS 16 kg, setelah MRS 14 kg.
Umur 1-6 tahun : BB Normal =Umur (tahun) x 2 + 8
= 4x 2 +8
= 16 kg
Jadi berat badan klien kurang dari normal.
3.

Riwayat Kesehatan Keluarga


1) Komposisi keluarga : Klien merupakan anak tunggal dan tinggal bersama
kedua orang tuanya.
GENOGRAM

: laki-laki / perempuan meninggal


: laki-laki / perempuan hidup
: Garis keturunan
: Garis perkawinan
: Pasien
--------------- : Tinggal satu rumah
2) Lingkungan rumah dan komunitas :
Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup bersih, sekitar rumah
terdapat sungai kecil, bak mandi dikuras setiap seminggu 1 kali. Menurut
ibu lingkungan wilayah rumah klien pernah di fogging tapi sudah setahun
yang lalu, setelah itu belum pernah di fogging lagi. Tinggal dalam satu
rumah dengan jumlah penghuni 3 Orang.
3) Pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga :
Klien belum bersekolah dan tahun depan berencana untuk sekolah di
Taman Kanak-kanak.

4) Kultur dan kepercayaan :


Ibu klien menganggap penyakit yang didereita klien adalah suatu cobaan
dari Tuhan, dan ibu klien percaya bahwa setiap penyakit pasti ada
obatnya.
5) Fungsi dan hubungan keluarga :
Keluarga sangat khawatir terhadap penyakit anaknya dan sangat
mengharapkan klien cepat sembuh, apapun akan dilakukan oleh keluarga
untuk kesembuhan anaknya.
6) Persepsi keluarga tentang penyakit klien :
Anggapan keluarga bahwa anaknya menderita penyakit berat dan harus
segara ditangani. Menurut keluarga (Ibu) tidak ada keluarga yang dalam
waktu dekat ini menderita sakit DHF. Ibu sangat gelisah atas keadaan
anaknya ini.
III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : klien tanpak lemah
S
1.

: 38 C

N : 116 X/menit

RR : 28X/menit

TD : 100/70mmHg

Sistem Respirasi :
Bentuk dada normal, Pergerakan napas simetris,bunyi nafas vesikuler tidak
ada retraksi otot bantu nafas tidak ada, tidak terdapat pernapasan cuping
hidung, batuk tidak ada, sputum tidak ada, pada saat pengkajian tanda-tanda
epistaksis sudah tidak ada, Frekuensi napas 25x/menit. Bunyi nafas tambahan
tidak terdengar.

2.

Sistem Cardiovaskuler :
TD : 100/70, nadi 116 x/mnt, tidak ada nyeri dada, irama jantung regular,
bunyi jantung S1S2 tunggal, akral dingin, tidak terdapat tanda-tanda cyanosis,
capiler refill < 3 detik, tidak terjadi perdarahan spontan, tanda-tanda petikhie
spontan tidak terlihat, hanya tanda pethike bekas rumple leed.

3.

Sistem Neurosensori :
Kesadaran baik, kejang tidak ada, istirahat 8 jam /hari selama di rumah dan
selama di RS 4 am /hari dan kadang-kadang terbangun.

4.

Sistem Genitourinary :
Bentuk alat kelamin normal dan bersih, frekuensi BAK 3-4x /hari, warna
kuning agak pekat, produksi urin 500 cc /hari.

5.

Sistem Gastrointestinal :

Mulut : mukosa bibir kering, lidah hiperemik, rongga mulut bersih dan
tidak ada caries.
Abdomen : bentuk normal, kembung, peristaltik lambung 8x/menit,
terdapat nyeri tekan daerah hepar dan asites positif serta klien merasa
mual. Nafsu makan menurun, anak hanya mau makan 3 sendok makan,
minum tidak suka, harus dipaksakan baru mau minum.
BAB : 1x /hari, konsistensi lembek, bau khas feses, warna kuning,
6.

Sistem muskuloskeletal dan integumen :


Kemampuan pergerakan sendi terbatas dengan dipasang infus.Kulit pucat,
turgor baik,tidak ada oedema, akral hangat, tidak ada deformitas, keempat
ekstremitas simetris, kekuatan otot baik. Pethikae bekas rumple leed, tidak
terdapat perdarahan spontan pada kulit.

7.

Sistem pengindraan
Mata

: pupil isokor, reflek cahaya positif, konjungtiva pucat, sklera

tidak ikterik, tidak menggunakan kacamata.


Hidung : bentuk normal
Telinga : tidak berbau, pendengaran normal.
8.

Sistem Endokrin :
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan pembesaran kelenjar parotis.
IV. DIAGNOSTIC TEST / PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
Tgl 08 Desember 2009
Leukosit

: 5000 /mm3

Haemoglobin

: 9,2 /g%

Hematokrit

: 28,4 %

Trombosit

: 130.000 mm3

Tgl 09 Desember 2009


Leukosit

: 4200 /mm3

Haemoglobin

: 8,6 /g%

Hematokrit

: 26,3 %

Trombosit

: 120.000 mm3

Eritrosit

: 3,34 /mm3

Tgl 10 Desember 2009


Leukosit

: 3200 /mm3

Haemoglobin

: 8,6 /g%

Hematokrit

: 25,7 %

Trombosit

: 130.000 mm3

Eritrosit

: 3,33 /mm3

V. PROGRAM TERAPI
- Infus D5 1200 cc /24 jam
- Minum manis
- Vit B compleks 3 x 1
- Diet TKTP 1600 Kkal + 50 gr Protein.
- Nasi 3 x sehari
- Susu : 3 x 200 cc
II.
NO

ANALISA DAN SINTESA DATA


DATA
S : Ibu klien mengatakan
badan anaknya panas.
O : Akral hangat
Panas hari ke 4
TTV : S : 38C, Nadi 116
x/mnt, TD : 110/70, RR
28x/mnt.

ETIOLOGI
Proses infeksi virus dengue

Viremia

Thermoregulasi

MASALAH
Peningkatan
suhu tubuh

S : Ibu klien mengatakan


anaknya tidak mau
minum.
O : Turgor kulit baik
Mukosa bibir kering
Urine warna kuning
pekat.
Panas hari ke 4
Trombosit ; 130.000
/mm3
TD : 110/70 mmHg, N ;
116x/mnt.

Peningkatan suhu tubuh

Volume plasma berkurang

Kekurangan volume cairan

Kekurangan
volume cairan

S : Ibu klien menyatakan


anaknya tidak mau
makan, dan terasa mual.
O : KU lemah
Makan pagi hanya mau 3
sendok. BB : 14 kg.

III.

Nafsu makan menurun


Resiko nutrisi
kurang
dari

Intake nutrisi tidak adekuat kebutuhan tubuh

Nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh

DIAGNOSA KEPERAWATAN :

1.

Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

2.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh

3.

Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan
menurun

IV.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Klien : Anak A


NO

DIAGNOSA
TUJUAN
KEPERAWATAN
1.Peningkatan
suhu
tubuh Tujuan
jangka
berhubungan dengan proses panjang :
infeksi virus dengue
setelah dilakukan
tindakan
asuhan
keperawatan 1x24
jam suhu tubuh
dalam batas normal
Tujuan
jangka
pendek :
setelah dilakukan
tindakan
asuhan
keperawatan
1x3
jam suhu tubuh
turun

No. Rekam Medis : 312914


KRITERIA
INTERVENSI
HASIL
Kriteria : TTV 1. Berikan
kompres
air
khususnya
suhu
biasa / kran
dalam batas normal
(360C 370C), 2. Anjurkan klien untuk
Membran mukosa
banyak minum 1500
basah, nadi dalam
2000 ml
batas normal (80100 x/mnt).
3. Anjurkan untuk memakai
pakaian yang tipis dan
menyengat keringat.

Hari Rawat ke : 2.
RASIONAL

Kompres
akan
memberikan pengeluaran
panas secara induksi.
Mengganti cairan tubuh
yang keluar karena panas
dan memacu pengeluaran
urine guna pembuangan
panas lewt urine.
Memberikan rasa nyaman
dan
memperbesar
penguapan panas
Deteksi
terjadinya
4. Observasi intake dan out kekurangan
volume
put
cairan tubuh.
Menentukan
intervensi
5. Observasi TTV setiap 1 lanjutan
bila
terjadi
jam
perubahan
Antipireik berguna bagi
6. Kolaborasi
untuk penurunan panas.
pemberian antipiretik

2. ekurangan volume cairan Tujuan :


Kriteria : Input dan 1. Observasi Vital sign setiap Mengetahui kondisi dan
berhubungan
dengan Tidak terjadi devisit output seimbang,
jam atau lebih.
mengidentifikasi

peningkaran suhu tubuh..

voume cairan /
Tidak terjadi syok
hipovolemik.
Tujuan
jangka
panjang :
Setelah dilakukan
tindakan
asuhan
keperawatan 2x24
jam
input
dan
output
volume
cairan seimbang.
Tujuan
jangka
pendek :
Setelah dilakukan
tindakan
asuhan
keperawatan 1x24
jam klien mau
minum.

3.Resiko nutrisi kurang dari Tujuan


jangka
panjang :
kebutuhan tubuh berhubungan
Setelah dilakukan
dengan nafsu makan yang tindakan
asuhan
keperawatan 2x24
menurun.
jam nutrisi dapat
terpenuhi
Tujuan
jangka
pendek :

Vital sign dalam


batas normal (TD
110/70 mmHg, N: 2. Observasi capillary refill
80-120x/mnt),
Tidak ada tanda 3. Observasi intake dan
presyok,
Akral
output,
catat
jumlah,
hangat, Capilarry
warna, konsentrasi dan BJ
refill < 3 detik,
urine.
Pulsasi kuat.
4. Kolaborasi
pemberian
cairan intra vena, plasma
atau darah.
5. Anjurkan anak untuk
banyak minum 1500-2000
ml /hari (sesuai toleransi)

fluktuasi cairan intra


vaskuler.
Indikasi
keadekuatan
sirkulasi perifer.
Penurunan haluaran urine
/ urine yang pekat dengan
peningkatan BJ diduga
dehidrasi.
Untuk
pemenuhan
kebutuhan ciran tubuh
peroral.
Meningkatkan
jumlah
cairan
tubuh
untuk
mencegah
terjadinya
hipovolemik syok

Kriteria : Tidak ada 1


tanda-tanda
malnutrisi,
tidak
terjadi penurunan 2
berat badan, Nafsu
makan meningkat,
porsi makanan yang
disajikan
mampu 3
dihabiskan
klien,

Menentukan
selanjutnya.

Kaji
keluhan
mual,
muntah atau penurunan
nafsu makan
Berikan makanan yang
mudah ditelan mudah
cerna
Berikan makanan
kecil tapi sering.

intervensi

Mengurangi
kelelahan
klien dan mencegah
perdarahan
gastrointestinal.
porsi Menghindari mual dan
muntah

Setelah dilakukan mual dan muntah 4


tindakan
asuhan berkurang.
keperawatan 1x24
jam klien mau
makan.
5
6

Hindari makanan yang


merangsang
(pedas
/
asam) dan mengandung
gas.
Kolaborasi
pemberian
cairan parenteral

Mencegah
terjadinya
distensi pada lambung
yang dapat menstimulasi
muntah.
Memungkinkan
pemasukan yang lebih
banyak
Beri makanan kesukaan Nutrisi parenteral sangat
klien
diperlukan jika intake
peroral sangat kurang.

V.

IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Anak A


NO.
DX

TANGGAL
09-12-2009

No. Rekam Medis : 312914


JAM

12.00

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.

Mengobservasi suhu : 38 0C,nadi : 116x/mnt, tensi :


110/70 mmHg. RR 28x/mnt.
R/ : Klien kooperatif
Mengkaji saat timbulnya demam.
R/ : Ibu klien mengatakan saat siang hari suhu tubuh
anaknya naik, dan turun pada sore hari.
Mengobservasi intake dan out put.
R/ : Ibu klien mengatakan anak tidak mau minum 3-4
gelas air putih/hari, BAK 500 cc
Memberikan kompres dingin (air biasa / kran).
R/ : Klien mau dikompres dengan washlap di dahi
dan ketiak.
Menganjurkan klien untuk banyak minum 6 8
gelas/hari.
R/ : Klien mau minum hanya sedikit-sedikit
Menganjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan
menyengat keringat.
R/ : Klien mau diganti bajunya dengan baju yang
lebih longgar dan tipis.
Menjelaskan pada ibu penyebab timbulnya panas
tubuh, panas tubuh disebabkan oleh masuknya virus

Hari Rawat ke : 2.
EVALUASI (SOAP)
S : Ibu klien mengatakan panas badan
mulai turun.
O : Suhu : 37 5C
Nadi :100 x/mt
Membran mukosa basah
Kompres dingin masih terpasang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

09-12-2009

16.00

dalam tubuh sehingga tubuh melakukan perlawanan


terhadap virus tersebut dengan pengaktifan sistem
komlemen sehingga sebagai kompensasi adalah
timbulnya demam tubuh.
R/ : Ibu klien mengerti dengan penjelasan yang
diberikan oleh perawat.
8. Menjelaskan pentingya tirah baring adalah untuk
menghindari berkembangnya invasi virus yang lebih
luas.
R/ : Ibu klien mengerti dengan penjelasan yang
diberikan oleh perawat
9. Melanjutkan pemberikan cairan perinfus dan
memantau tetesan infus D5 1200 cc / 24jam
10. Melakukan observasi : Suhu : 37 5 0C, Nadi :100 x/mt
R/ : Klien kooperatif
11
Mengobservasi Vital sign
setiap jam
R/ : Klien kooperatif
11
Mengobservasi capillary refill
R/ : Klien kooperatif
11
Mengobservasi intake dan
output
11
Menganjurkan anak untuk
banyak minum 6 8 gelas /hari (sesuai toleransi),
memberikan susu 200 cc.
R/ : Klien mau minum hanya sedikit-sedikit
11
Menjelaskan pada ibu tanda
kekurangan cairan : torgor kulit jelek, bibir/ mulut

S : Ibu klien mengatakan anaknya sudah


mulai mau minum
O :Klien minum habis 5 gelas
Tensi : 110/70
Nadi :100 x/mt
Turgor kulit baik.
Kulit tidak kering.
Mukosa mulut basah.
Tidak ada tanda pre shock.
Akral hangat.
Capilarry refill < 3 detik.
Pulsasi kuat.
A :Masalah teratasi sebagian

kering.
R/ : Ibu klien mengerti dengan penjelasan yang
diberikan oleh perawat

P :Intervensi dilanjutkan

11
Melanjutkan pemberikan
cairan perinfus dan memantau tetesan infus D5
1200 cc /24 jam.
09-12-2009

13.00

16. Mengkaji keluhan mual, muntah atau penurunan nafsu


makan.
R/ : Ibu klien mengatakan anaknnya tetap tidak mau
makan karena merasa mual
17. Memberikan makanan yang mudah ditelan mudah
cerna.
R/ : Klien mau makan sedikit-sedikit
18. Menganjurkan makanan porsi kecil tapi sering, jika
tidak ada mual muntah teruskan makan.
R/ : Ibu mengerti penjelasan dari perawat
19. Hindari makanan yang merangsang (pedas / asam)
dan mengandung gas.
R/ : Ibu mengerti penjelasan perawat.
20. Memantau porsi yang dihabiskan klien.
R/ : Klien habis porsi makan hanya 3 sendok makan.
21. Mejelaskan pentingnya nutrisi bagi tubuh yaitu untuk
mengganti sel yang rusak, memenuhi kebutuhan
asupan makanan, mempertahan kan kondisi tubuh.
R/ : Ibu klien mengerti penjelasan klien
22. Mengkolaborasikan pemberian cairan parenteral

S :Ibu klien mengatakan nafsu makan


masih kurang, kadang masih terasa
mual.
O :Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Terjadi penurunan berat badan.
Nafsu masih menurun
Porsi makanan yang disajikan hanya
habis 3 sendok
Mual dan muntah berkurang.
A :Masalah teratasi sebagian
P :Intervensi dilanjutkan

R/ : Klien terpasang infus D5 1200cc/24 jam

VI. CATATAN PERKEMBANGAN


NO DX
1.

TGL/JAM
10-12-2009
20.00

2.

10-12-2009
20.00

3.

10-12-2009

EVALUASI
S : ibu klien mengatakan panas badan anaknya sudah
menurun.
O : S 37 C, membran mukosa basah, akral hangat
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dipertahankan.
S : Ibu klien mengatakan anaknya sudag mau minum
banyak.
O : Klien minum air putih 5 gelas dan 2 gelas
susu/24jam
Tensi : 110/70
Nadi :110 x/mt
Turgor kulit baik.
Kulit tidak kering.
Mukosa mulut basah.
Tidak ada tanda pre shock.
Akral hangat.
Capilarry refill < 3 detik.
Pulsasi kuat.
A : masalah teratasi
P : intervensi dipertahankan,
S :Ibu klien mengatakan nafsu makan mulai meningkat
O :Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Nafsu makan meningkat
Porsi makanan yang disajikan hampir habis 1 porsi
Mual dan muntah sudah tidak ada..
A :Masalah teratasi
P :Intervensi dipertahankan.

Anda mungkin juga menyukai