Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana tiga lempeng kerak
bertemu.
1.
Batas Divergen
Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break
apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah,
membentuk batas divergen.
2.
Batas Konvergen
Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi,
yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip
beneath another).
3. Batas Transform
Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each
other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling
memberai maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar
ubahan-bentuk (transform fault).
Batas Konvergen
Batas konvergen ada 3 macam, yaitu 1) antara lempeng benua dengan
lempeng samudra, 2) antara dua lempeng samudra, dan 3) antara dua lempeng
benua.
1. Konvergen lempeng benuasamudra (OceanicContinental)
Australia adalah lempeng yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Selain itu di
bagian timur, bertemu 3 lempeng tektonik sekaligus, yaitu lempeng Philipina,
Pasifik, dan Indo-Australia.
Peta Tektonik dan Gunung Berapi di Indonesia. Garis hitam tebal
melambangkan batas antar lempeng tektonik, dan segitiga merah melambangkan
kumpulan gunung berapi.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, subduksi antara dua lempeng
menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi dan parit samudra. Demikian
pula subduksi antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menyebabkan
terbentuknya deretan gunung berapi yang tak lain adalah Bukit Barisan di Pulau
Sumatera dan deretan gunung berapi di sepanjang Pulau Jawa, Bali dan Lombok,
serta parit samudra yang tak lain adalah Parit Jawa (Sunda).
Lempeng tektonik terus bergerak. Suatu saat gerakannya mengalami
gesekan atau benturan yang cukup keras. Bila ini terjadi, timbullah gempa dan
tsunami, dan meningkatnya kenaikan magma ke permukaan. Jadi, tidak heran bila
terjadi gempa yang bersumber dari dasar Samudra Hindia, yang seringkali diikuti
dengan tsunami, aktivitas gunung berapi di sepanjang pulau Sumatra dan Jawa juga
turut meningkat.
2. Mekanisme Gempa
Secara sederhana terjadinya gempa dapat dijelaskan karena patah, atau
karena adanya patahan (disebut juga fault atau biasa disebut juga sesar oleh
para geologist). Apa yang patah?, yang patah adalah batuan, batuan yang berlapislapis yang menyusun permukaan bumi. mungkin batuan memang bisa berlapis dan
bisa patah, bahkan sebelum patah dia terbengkokkan (folding) dulu. Dibawah ini
saya coba memperlihatkan beberapa gambar yang menunjukkan hal tersebut
ternyata ada disekitar kita walau kita jarang memperhatikannya.
Secara umum ada tiga jenis patahan atau sesar, menurut mekanismenya, sesar
naik (thrust fault atau reverse fault), sesar mendatar atau sesar geser (strike slip),
dan sesar normal (normal fault). secara umum bisa dikatakan gempa terjadi ketika
batuan patah, baik itu patah dan naik, patah dan bergeser, maupun patah dan
turun.
Patahan terjadi dikarenakan batuan mengalami tekanan ataupun tarikan secara
terus menerus. Apabila elastisitas batuan sudah jenuh, maka batuan akan patah
untuk melepaskan energi dari tekanan dan tarikan tersebut. Disaat menerima
tekanan batuan akan terbengkokkan, dan setelah melepaskan tekanannya batuan
akan kembali ke bentuknya semula, ini dikenal dengan ElasticRebound Theory.
Dengan demikian semakin menjelaskan kenapa pada jalur subduction zone
merupakan jalur gempa, atau merupakan tempat dimana pusat gempa terjadi.
Subduction zone merupakan zona dimana bertemunya dua lempeng, maka disitulah
tempat yang mengalami tekanan secara terus menerus selama jutaan tahun yang
lalu sampai sekarang. Pada saat energi tekanan semakin besar dan elastisitas
batuannya sudah jenuh maka dia akan patah untuk melepaskan energi tekanan
tersebut, Jadi gempa terjadi BUKAN karena tumbukan dua lempeng seperti 2
mobil yang saling bertabrakan yang asalnya saling jauh kemudian secara tiba-tiba
saling bertabrakan sehingga terjadi crash, memang untuk subduction zone gempa
terjadi karena interaksi antara dua lempeng yang saling menekan sehingga
terakumulasi energi yang cukup besar, gempanya sendiri terjadi karena kondisi
batuan pada lempeng (crust) maupun/ataupun pada lithosphere patah untuk
melepaskan energi tekanan yang sudah tertumpuk disana selama kurun waktu
tertentu. Mekanisme pelepasan energi gempa pun bermacam-macam dan masih
menjadi penelitian yang menarik bagi para peneliti di bidang geosience dan
kegempaan.
Gempa yang terjadi di subduction zone di Indonesia bisa merupakan gempa
dangkal (shallow earthquake), menengah (intermediate earthquake), dan dalam
(deep earthquake). Saya tidak akan membahas mengenai hal ini dalam uraian ini
karena mekanisme ketiga jenis gempa tersebut berbeda dan membutuhkan uraian
tersendiri untuk pembahasannyaBagaimana untuk gempa yang di darat?. Konsep
dasarnya sama, itu terjadi karena adanya tekanan atau tarikan dari kondisi tektonik
bumi, kondisi geologi maupun kondisi morfologi.
Maka di darat pun dapat muncul sesar-sesar baru yang terjadi akibat gempa
tektonik maupun akibat proses geologi yang mengakibatkan sesar-sesar baru (sesar
kuarter) apakah itu karena longsor (landslide) maupun karena gempa vulkanik yang
besar, atau proses geologi lainnya.
Bagaimana untuk sesar-sesar yang sudah ada di daratan, seperti sesar
sumatera yang panjang membentang dan terbagi beberapa segmen?, Untuk sesarsesar yang sudah ada di darat, itu akan menjadi zona lemah. Maksudnya adalah
daerah tersebut menjadi daerah rawan gempa dikarenakan batuannya sudah patah,
sehingga bisa bergeser kembali apabila mendapat tekanan maupun tarikan.
Ditambah lagi gempa di daerah sesar bisa dipicu oleh gempa lain yang memberikan
cukup tekanan pada daerah patahan. Aktivitas gempa di Indonesia salah satu yang
paling tingi di dunia, kalau dari pembaca sekalian ada yang menyempatkan diri
berkunjung ke Pusat Gempa Nasional gedung operasional BMG lantai 3 disana dapat
dilihat Peta Seismotektonik Indonesia, dimana menunjukan aktivitas seismik
(kegempaan) di wilayah Indonesia. Dapat dilihat disana bahwa Indonesia memiliki
kerentanan yang tinggi terhadap gempa.
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan
gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa
bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika
meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang
mengakibatkan gangguan kesetimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi
air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya
bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50
km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami
hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai
puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan
jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi,
dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang
dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut
naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya
dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat
terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
Syarat-syarat terjadinya Tsunami
* Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 30 km)
* Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
* Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun.