Anda di halaman 1dari 41

Dudik Haryadi

Tindakan anestesi atau analgesia regional pada


pasien obstetri sering diperlukan untuk :
Persalinan tanpa nyeri
Bedah sesar
Tindakan penyulit persalinan lain
Tindakan ginekologi

Seminimal mungkin mendepresi janin


Aman dan nyaman bagi ibu
Memungkinkan ahli obstetri bekerja
optimal

Obat anestesi intravena


Obat anestesi inhalasi
Obat pelumpuh otot
Obat anestesi lokal
Insufisiensi sirkulasi utero-plasenta

Induksi atau hipnosis atau analgesi.


Pada dosis klinis, pengaruh terhadap bayi
sangat minimal.
Barbiturat : tiopenton 4 - 7 mg/kg BB ( > 8
mg/kg BB bayi baru lahir terlambat
menangis, tidak bernafas, dan refleks
protektif menurun).

Ketamin 1- 2 mg/kg BB ( > 2 mg/kg BB bayi


sulit nafas, karena rigid otot nafas).
Benzodiasepin : diazepam 0,1 0,2 mg/kg BB ( >
0,2 mg /kg BB hipotoni, hipotermi, dan
hipoaktiviti).
Narkotika : petidin 1 mg/kg BB ( > 2 mg/kg BB
hipoventilasi dan asidosis respiratorik).

Pengaruh terhadap bayi tergantung pada dosis dan


lama masa mulai induksi sampai bayi lahir.
Dinitrogen oksida/ N2O/ Nitrous Oxide dengan
oksigen
> 70%, atau mulai induksi sampai bayi
baru lahir > 20 menit asfiksia. (Aman : N2O : O2
: 70% : 30%)

Golongan zat anestesi berhalogen, seperti


halotan, enfluran, dan isofluran dengan dosis
kecil, < 1 volume%, sebagai zat anestetika
penambah pada pemberian N2O. Pada dosis
ini, tidak mendepresikan janin.

Untuk mempermudah intubasi endotrakea, dan


mempermudah kerja operator.
Hampir semua obat pelumpuh otot sukar melewati
sawar plasenta karena mudah terionisasi dan BM
lebih besar.
Pada pemberian dosis klinis pengaruh terhadap
otot lurik bayi hampir tidak ada.

Teknik analgesia regional yang biasa


dilakukan pada pasien obstetri adalah blok
spinal, epidural.
Pengaruh langsung analgetika lokal
terhadap bayi tergantung pada tehnik, dosis
yang diberikan dan macam obat anelgetika
yang digunakan.

Penurunan sirkulasi utero-plasenta


pada tahap awal timbul hipoksia dan
asidosis respiratorik asfiksia dan
asidosis metabolik.

Pada ibu yang mengalami:


hipotensi yang disebabkan oleh obstruksi
aorto-kava pada ibu yang berbaring terlentang,
blok simpatis selama analgesia regional,
hipovolemia, dan perdarahaan antepartum.
vasokonstriksi pembuluh darah uterus karena
hipokarbia, manipulasi atau kontraksi uterus
yang lama, dan pemberian vasokonstriktor
(kecuali efedrin).

Aspirasi paru
Gangguan respirasi
Gangguan kardiovaskular

Aspirasi isi lambung atau cairan lambung


kedalam paru yang disebabkan oleh
regurgitasi atau muntah, dapat
menimbulkan obstruksi dan, atau
pneumonitis kimia akut.

Gejalanya yaitu :
1.dispneu atau takipneu.
2. takikardia.
3.sianosis.
4. berat dapat timbul sembab paru akut.
5.gagal napas akut.

Aspirasi pasien obstetri lebih mudah


terjadi karena :
terdapat penurunan tonus sfingter
gastroesofageal,
pengosongan lambung lebih lambat,
produksi cairan lambung lebih banyak
dan lebih asam, dan tekanan lambung
pada saat tertentu lebih tinggi.

Pencegahan :
1.Mengurangi sekresi cairan lambung dengan
pemberian ranitidin 50-100 mg atau 300 mg
simetidin.
2.Menaikah pH cairan lambung dengan pemberian
elmusi antasid 30 ml.
3.Intubasi endotrakea,
4.Induksi cepat dengan perasat Sellick,
5.Ekstubasi sadar.

Aspirasi terjadi pada saat induksi, intubasi,


mendorong uterus guna mempercepat
proses kelahiran bayi, dan ekstubasi.
Karena keadaan ini, maka lebih
menguntungkan memilih teknik analgesia
regional untuk pasien obsteri.

Pada keadaan :
trauma pada saluran nafas waktu intubasi
endotrakea,
kesukaran intubasi,
hipoventilasi karena obat narkotika atau
anestesi.

Trauma dan infeksi pada saluran nafas atas


lebih mudah terjadi, karena pembuluh darah
di mukosa lebih melebar dan hiperemis.

Kesukaraan intubasi al. karena :


mammaenya lebih besar, obesitas,
sembab mukosa saluran nafas atas,
penekanan kartilago krikoid berlebihan,
keterampilan anastesia yang kurang.

Hipoksia lebih mudah terjadi karena


1.kapasitas residu fungsional yang lebih
rendah.
2.konsumsi oksigen meningkat sampai 20
%.
3.pada intubasi yang sukar dan lama
4.pemberian obat narkotika.

Pencegahan:
1.Pre-oksigenisasi dengan oksigen 100% 3 5 menit sebelum induksi dan intubasi.
2.Bila hipoventilasi maka nafas harus
dibantu dan diberikan oksigen.
3.Kalau terjadi aspirasi paru, segera jalan
-nafas dibersihkan, beri bronkodilator dan
kortikosteroid,
4.Intubasi dan ventilator kendali(jika
diperlukan).

Hipotensi
Pada keadaan :
perdarahaan hebat yang akut
obstruksi aorto-kava
blok simpatis karena analgesia
subaraknoid atau epidural
depresi vasomotor karena anestesia yang
dalam

Jumlah perdarahaan normal pada


persalinan sekitar 300 ml (SC 500 ml)
Perdarahaan > 15% jumlah darah ibu,
gejala hipotensi akan tampak bila tidak
segera diatasi dengan pemberian infus
kristaloid, koloid atau transfusi darah.

Supine hipotensi sindroma


Patogenesa :Vena kava inferior dan aorta
dapat tertekan oleh uterus terhadap tulang
belakang(posisi ibu berbaring terlentang).
Akibatnya darah balik ke jantung
berkurang. Sebagai kompensasi, terjadi
vasokonstriksi pembuluh darah tepi.

Supine hipotensi sindroma


Gejalanya : pusing, keringat dingin, pucat,
enek, muntah, bradikardia, dan hipotensi
Obstruksi parsial dan mekanisme
kompensasi cukup, gejala hipotensi tidak
tampak. Biasanya hanya terdapat
perubahaan denyut jantung janin.
Obstruksi cukup kuat, VR turun > 30%

Pencegahaan obstruksi aorto-kava :


mencegah ibu berbaring terlentang,
meninggikan bokong kanan atau
memiringkan meja operasi 20-30 derajat
ke kiri.

Hipotensi dapat disebabkan vasodilatasi


pembuluh darah tepi, reaksi sistemik pada
blok simpatis (analgesia subaraknoid,
epidural).
Vasodilatasi Juga dapat disebabkan oleh
depresi vasomotor selama anestesia yang
dalam.

Teknik yang dianjurkan sebagai berikut.


1.30 ml antasid, dan 150 mg ranitidin atau 300 mg
simetidin diberikan 1-2 jam sebelum induksi(iv,im)
2.Mendorong uterus ke kiri, atau mengganjal bokong
kanan, atau memiringkan menja operasi 20-30
derajat ke kiri.
3.Pasang infus no 18-16 G .
4.Preoksigenisasi selama 3-5 menit, dengan oksigen
100%.

5. Induksi dengan 3-4 mg/kg BB tiopenton,


atau 1 mg/kg BB ketamin (iv).
6. Berikan 1,5-2 mg/kg BB suksinilkolin (iv)
7. Intubasi dengan penekanan kartilago
krikoidea.
8. Berikan N2O : O2 = 60%-40% (50%-50%).

9. Tambahkan 0,5 vol% halotan, atau 0,5-0,75 vol%


enfluran, atau 0,5 vol% isofluran
10. Napas dikendali, tetapi jangan hiperventilasi.
11. Kalau dinding abdomen kurang lemas, berikan
pelumpuh otot non depolarisasi.
12. Bila anestesia kurang dalam setelah bayi lahir,
diazepam atau narkotika dapat diberikan.
13. Eksubasi dilakukan kalau pasien sudah sadar.

Teknik anestesia dianjurkan pada:


kasus gawat janin
Ancaman rupura uteri
hipovolemia.
Hati-hati pada :
o kemungkinan intubasi sukar
o pre-matur atau berat badan tidak sesuai dengan umur
kehamilan
o preeklampsia dan eklampsia,

Blok subaraknoid, penyuntikan obat analgetik


lokal kedalam ruang subaraknoid.
Blok epidural, penyuntikan obat analgetik lokal
kedalam ruang epidural.
Teknik ini, biasanya dipakai untuk bedah sesar,
operasi ginekologi, nyeri persalinan.

Analgesianya diperlukan segmen spinalis T6 S5.


Untuk mencapainya, diberikan 1-1,5 ml lidokain
5% atau 2 - 3 ml
bupivakain 0,5%. yang
hiperbarik.

Hipotensi, karena blok simpatis sehingga terjadi


vasodilatasi pembuluh darah tepi.
Gangguan respirasi, timbul akibat lumpuh otot napas
karena blok terlalu tinggi, depresi pusat nafas karena
hipoperfusi di batang otak.
Muntah, akibat manifulasi alat viseral, atau hipoperfusi
di batang otak.
Lanjut : parese tungkai, meningitis atau ensefalitis, dan
sakit kepala.

Sebelum mulai harus tersedia alat dan obat


resusitasi yang siap pakai.
Pasang infus dengan no 18-16G, prahidrasi
sebanyak 10-20 ml/kg BB, dalam waktu 20-30
menit.
Pakailah alat yang steril dan lakukan tindakan a
dan antiseftik.
Awasi tanda vital pasien tiap 5 menit pada 15 menit
pertama, juga denyut jantung janin.

Pasien dibaringkan miring kiri, atau


meninggikan bokong kanan, atau
memiringkan meja operasi 20 -30 derajat ke
kiri.
Bila terjadi hipotensi segera berikan oksigen,
efedrin 5 - 10 mg iv, dan infus diguyur.
Bila pasien dispne segera napas dikendali,
bila perlu diintubasi, dan berikan oksigen.

Bahaya aspirasi lebih kecil, karena pasien


sadar
Hubungan fisiologis antara ibu dan bayi
terjalin lebih-cepat
Efek obat terhadap janin lebih kecil

Jumlah perdarahan karena tindakan lebih


sedikit
Mobilisasi dan mulai pemberian makan
lebih cepat

Selamat belajar.....
semoga sukses....!

Anda mungkin juga menyukai