Anda di halaman 1dari 3

Fauzan Rizki Naji

XI Akselerasi

Dari sekian banyak nabi yang diceritakan oleh Allah Swt dalam Al-Quran, ada
beberapa nabi yang boleh dibilang misterius, karena tidak banyak kisah yang
disampaikan mengenai nabi-nabi ini.
Salah satunya adalah Nabi Khidir (atau Khadr/Khader/al-Khadir). Kita tidak
diberitahu banyak tentang siapa dia, latar belakangnya dan riwayat hidupnya.
Apa yang kita ketahui hanyalah sepotong kisahnya dalam sebuah episode
kisah Nabi Musa, sebagaimana tertera dalam surat Al-Kahfi. Musa bertemu
dengan Nabi Khaidir, lalu terjadilah beberapa peristiwa yang menjadi
pelajaran berharga bagi Nabi Musa.
Kisah bermula ketika suatu saat Nabi Musa ditanya oleh pengikutnya dari
Bani Israil, Siapakah orang yang paling berilmu?
Lalu Musa menjawab, aku.
Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits, Allah langsung menegur
Musa dengan berfirman, sesungguhnya di sisi-Ku ada seorang hamba yang
berada di pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu daripada kamu.
Maka tercetuslah keinginan Musa untuk menemui hamba Allah tersebut dan
menimba ilmu darinya. Singkat cerita, Nabi Musa mendatangi tempat yang
dimaksud dan bertemu dengan seseorang yang berjubah putih bersih, yang
tidak lain adalah Nabi Khidir as.
Musa pun berkata, Aku datang menemui Tuan supaya Tuan dapat
mengajarkan sebagian ilmu dan kebijaksanaan yang telah diajarkan kepada
Tuan. Namun, Khidir menjawab, Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan
bersabar denganku.
Oleh karena itu, Nabi Musa meyakinkan Nabi Khidir bahwa ia akan bersabar
dan berjanji untuk tidak bertanya tentang apa pun yang kelak dilakukan oleh

Khidir sampai ia menjelaskannya. Musa pun mengikuti Nabi Khidir pergi dan
bertekad untuk tidak bertanya walaupun kelak apa yang dilakukan oleh Khidir
membuat Musa terperanjat.
Peristiwa pertama yang membuat Musa kaget adalah ketika Khidir
menghancurkan perahu yang mereka tumpangi. Musa tidak dapat menahan
diri untuk bertanya tentang sebab Khidir melakukan itu. Namun, Khidir
mengingatkan janji Musa untuk tidak bertanya. Maka Musa pun meminta
maaf atas kelancangannya.
Setelah mereka sampai di daratan, tiba-tiba Nabi Khidir membunuh seorang
anak yang sedang bermain bersama teman-temannya. Nabi Musa kaget
setengah mati dan tidak mampu menahan tanya. Khidir mengingatkan bahwa
sekali lagi Musa bertanya, maka ia akan meninggalkan Musa as. Mereka pun
melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di sebuah pemukiman, kedua Nabi yang kelelahan ini meminta
bantuan kepada penduduk setempat. Namun, mereka malah direspon buruk
oleh para penduduk. Nabi Musa merasa sangat kesal atas perlakuan
tersebut, namun apa yang dilakukan oleh Nabi Khidir as?
Ia malah mengajak Nabi Musa untuk memperbaiki sebuah tembok yang
hampir runtuh di daerah tersebut. Kali ini Musa kehabisan kesabaran hingga
lagi-lagi ia bertanya tentang tindakan Khidir yang selalu kontroversial.
Maka Khidir pun menegaskan bahwa Nabi Musa tidak dapat menjadi
muridnya. Lalu ia pun menjelaskan alasan dari tindakan-tindakannya.
Pada peristiwa pertama, Nabi Khidir menghancurkan perahu karena perahu
itu milik seorang miskin dan di sana hidup seorang raja yang suka merampas
perahu dari rakyatnya.
Pada peristiwa kedua, Khidir membunuh seorang anak karena ia tahu bahwa
anak itu kelak akan menyesatkan kedua orangtuanya yang beriman. Maka
Allah akan menggantinya dengan seorang anak yang saleh.
Pada peristiwa terakhir, ia menjelaskan bahwa rumah yang temboknya
mereka perbaiki itu adalah rumah dua orang kakak beradik yang saleh yang
ayahnya sudah meninggal dunia.
Dalam rumah itu ada harta peninggalan orang tuanya untuk mereka berdua.
Apabila rumah itu runtuh, sudah barang tentu para penduduk akan

mengambil harta itu, sedang kakak-beradik tersebut masih terlalu kecil untuk
mengelola harta.
Ilmu Allah Tidak Akan Berkurang
Akhirnya Nabi Musa mengerti pelajaran yang ada di balik setiap tindakan
Nabi Khidir as. Ia bersyukur dipertemukan dengan orang yang memiliki ilmu
yang begitu luas, yang tentu saja diperoleh dari Allah Swt.
Nabi Khidir telah menjadi guru yang menyadarkannya bahwa ia bukanlah
orang yang paling berilmu, masih ada orang yang jauh lebih berilmu
daripadanya. Dan tentu saja Allah Swt memiliki ilmu yang jauh lebih luas
daripada keduanya.
Saat mereka di dalam perahu, hinggaplah seekor burung di ujung perahu lalu
meneguk air laut dengan paruhnya.
Nabi Khidir lantas berkata, Ilmuku dan ilmumu tidak sebanding dengan ilmu
Allah. Ilmu Allah tidak akan berkurang lantaran diminum sedikit airnya oleh
burung ini.
Nabi Khidir memberi pelajaran berharga, bukan hanya kepada Nabi Musa as,
tetapi juga kepada kita bahwa tidak ada yang boleh mengklaim sebagai orang
yang paling berilmu, dan bahwasanya seorang murid yang baik harus
memiliki sikap sabar ketika menimba ilmu dari gurunya.

Anda mungkin juga menyukai