( Makalah ............................................)
Dosen Pembimbing : ...................................
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah
kepada umat ini. Shalawat beserta salam semoga tercurah kepada Nabi kita
Muhammad Saw. yang tidak ada nabi setelahnya. sebagai contoh dan panutan yang
paling baik bagi seluruh umat manusia.
Alhamdulillah
kami
dapat
menyusun
Makalah
dengan
tema
"
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep, istilah, dan pandangan Islam yang berkemajuan di lingkungan
Muhammadiyah dideklarasikan pada Muktamar Satu Abad tahun 2010 di
Yogyakarta. Pandangan Islam yang berkemajuan tersebut merupakan bagian dari
substansi Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua. Di dalamnya
terkandung pula pandangan tentang kebangsaan, gerakan pencerahan, dan
kosmopolitanisme Islam.
Pandangan Islam yang berkemajuan merupakan ikhtiar untuk menggali
kembali api pemikiran Islam yang digagas dan diaktualisasikan oleh pendiri
Muhammadiyah, Kyai Haji Ahmad Dahlan seratus tahun yang silam. Selain itu,
pandangan tersebut sekaligus menjadi bingkai pemikiran bagi Muhammadiyah
dalam memasuki abad kedua dalam perjalanannya ke depan, sehingga spirit
pembaruan tetap berkesinambungan dalam gerakan Muhammadiyah dan seluruh
komponen organisasinya.
Islam itu pada hakikatnya agama yang berkemajuan, karena itu penting
untuk ditonjolkan watak dasar Islam yang maju itu. Jika Muhammadiyah
menekankan pada pandangan Islam yang berkemajuan maka jangan ditarik ke
konsep dan pemikiran yang sempit dan formalistik. Muhammadiyah dengan
pandangan Islam yang berkemajuan itu bahkan memperdalam dan memperluas
tentang Islam sebagai ajaran yang menyeluruh atau komprehensif, yang
diturunkan ke muka bumi untuk membawa kemajuan kepada seluruh umatnya di
alam semesta.
Perumusan pandangan Islam yang berkemajuan bukanlah langkah yang
tiba-tiba dan bersifat slogan besar. Langkah tersebut diambil sebagai jalan
strategis yang memiliki fondasi dan orientasi yang kokoh dalam perjalanan
gerakan Muhammadiyah. Perumusan tersebut juga bukanlah langkah utopis atau
mengawang-awang dan seakan tidak membumi, karena pada kenyataannya
Muhammadiyah sejak awal kelahirannya hingga mampu bertahan sampai satu
abad lebih tidak lepas dari pandangan Islam yang berkemajuan. Dengan demikian
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Muhammadiyah Tentang Islam Agama Berkemajuan
Islam adalah agama wahyu yang sempurna dan paripurna. Islam memiliki
landasan yang kokoh, karena sebagai agama yang diturunkan Tuhan (al-fitrah almunajalah), kompatibel dengan hakikat dan potensi dasar manusia yang
dianugerahi Allah fitrah beragama (fitrah al-maqbulah), sehingga agama ini
disebut sebagai agama fitrah sebagaimana firman Allah:
Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui[1] (QS Ar-Rum: 30).
Islam sebagai agama mengatur seluruh aspek kehidupan. Tetapi ada aspek-aspek
kehidupan yang secara rinci diatur, ada yang sifatnya mujmal atau umum, dan
bahkan ada yang diberikan keleluasaan manusia untuk mengaturnya. Dalam hal
ini terutama masalah-masalah muamalah-dunyawiyyah, al-ashlu fil asyaa (almuamalat) al-ibahah, hatta yaquma ad-dalil ala at-tahrim, bahwa asal muasal
hukum muamalah boleh sampai ada dalil yang mengharamkan. Termasuk dalam
hal bagaimana mengurus masyarakat, bangsa, dan negara. Islam hanya mengatur
prinsip-prinsipnya atau isyarat-isyarat.
Islam mengajarkan agar manusia mengurus dunia dan menjadikannya
sebagaimajraat al-akhirat atau ladang akhirat. Islam memerintahkan umatnya
8 Aktualisasi Islam Berkemajuan untuk merencanakan masa depan sebagai bagian
tidak terpisahkan dari bertaqwa, bahkan umat diperintahkan untuk melakukan
perubahan nasib dengan ikhtiar sebab Allah tidak akan mengubah nasib suatu
kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya. Muslim tidak boleh
melupakan dunia, sebaliknya mengurus untuk meraih kebahagiaan abadi di
akhirat dengan perbuatan baik sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran:
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan (QS Al-Qashash: 77).
Karena itu menjadi suatu kewajiban umatnya agar Islam didakwahkan
sehingga menjadi sistem kehidupan yang utama bagi peradaban umat manusia.
Kewajiban berdakwah itu merupakan tanggungjawab pribadi sekaligus kolektif,
sehingga setiap muslim harus merasa terpanggil untuk melakukannya dengan
ikhlas dan niat beribadah tanpa paksaan.
Nabi membangun fondasi peradaban Islam selama 23 tahun dengan penuh
dinamika dilanjutkan oleh empat khalifah utama. Setelah itu peradaban Islam
meluas dan Islam menjadi agama peradaban dunia selama sekitar lima abad
lamanya. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan mencapai puncaknya ketika
Barat saat itu tertidur lelap. Terbentuknya peradaban Islam yang utama itu tidak
lepas dari spirit ijtihad dan tajdid yang menyatu dalam kehidupan umat Islam.
Nabi sendiri melalui sebuah hadis memberikan perspektif, bahwa pada setiap
kehadiran abad baru datang mujadid yang akan memperbarui paham agama.
Maknanya bahwa pada setiap babakan sejarah yang penting dan krusial selalui
dibutuhkan pembaruan, sehingga Islam mampu menjawab tantangan zaman. Islam
dan umat Islam tidak boleh jumud atau statis, sebaliknya harus dinamis dan
progresif. Itulah spirit dan pandangan Islam yang berkemajuan sebagai tonggak
peradaban.
Dari sejumlah ayat Al-Quran dan Sunnah Nabi yang dipaparkan tersebut
tampak jelas hakikat Islam sebagai agama yang menanamkan nilai-nilai kemajuan
bagi umat manusia. Karenanya menjadi muslim dan umat Islam semestinya
mempunyai spirit, etos, pemikiran, sikap, dan tindakan yang berwawasan
kemajuan. Dengan Islam yang berkemajuan maka umat Islam akan melahirkan
peradaban yang menyinari dan menjadi rahmat bagi semesta alam.
Dr. Abdul Muti, M.Ed dalam sebuah Pengantar buku Islam Berkemajuan
mengatakan bahwa ada lima pondasi Islam Berkemajuan yang menjadi karakter
Muhammadiyah, yaitu: (1) tauhid murni yang merupakan doktrin sentral ajaran
Islam;
(2)
memahami
Al-Quran
dan
Sunnah
secara
mendalam;
(3)
melembagakan amal shalih yang fungsional dan solutif; (4) berorientasi kekinian
dan masa depan; (5) bersikap toleran, moderat dan suka bekerjasama (Kyai Syuja,
2009 : x-xix).
Istilah kemajuan, maju, memajukan, dan berkemajuan telah melekat
dalam pergerakan Muhammadiyah sejak awal berdiri hingga dalam perjalanan
berikutnya. Pikiran-pikiran dasar dan langkah-langkah awal Kyai Dahlan sejak
meluruskan arah kiblat sampai mendirikan lembaga pendidikan Islam,
mengajarkan dan mempraktikkan Al-Maun, dan membentuk pranata-pranata
amaliah sosial Islam yang bersifat modern, semuanya menunjukkan pada watak
Islam yang berkemajuan.
Istilah berkemajuan juga diperkenalkan dalam memberikan ciri tentang
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dalam Muktamar ke-37 tahun 1968
dikupas tentang karakter masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Di antara
sembilan ciri masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, salah satu cirinya ialah
Masyarakat berkemajuan, yang ditandai oleh:(a) Masyarakat Islam ialah
masyarakat yang maju dan dinamis, serta dapat menjadi contoh; (b) Masyarakat
Islam membina semua sektor kehidupan secara serempak dan teratur/
terkoorrdinir; (c) Dalam pelaksanaannya masyarakat itu mengenal pentahapan
dan pembagian pekerjaan (Dr. Haedar Nashir, 2010:341).
Dari ciri masyarakat Islam yang berkemajuan itu jelas sekali bagaimana
tujuan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dan tajdid untuk membentuk
masyarakat yang dicita-citakan. Makin kuat rujukan tentang ikon pandangan dan
cita-cita Islam yang berkemajuan.
B. Implementasi Islam Berkemajuan di Lingkungan Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Dawah Amar Maruf Nahi
Munkar dan Tajdid, bersumber pada Al-Qur`an dan As-Sunnah. Muhammadiyah
berasas Islam. Dengan karakter tersebut Muhammadiyah menegaskan dirinya
sebagai Gerakan Islam yang melaksanakan misi dakwah dan tajdid. Sedangkan
maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi
Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Sebagai gerakan Islam, Muhammadiyah sejak awal berkomitmen dan berkiprah
untuk memajukan kehidupan umat, bangsa, dan kemanusiaan universal.
Karenanya,
Muhammadiyah
sejak
kelahirannya
memiliki
watak
yang
berkemajuan.
Pandangan Islam yang berkemajuan secara faktual melekat dengan
kelahiran dan langkah-langkah Muhammadiyah dalam perjalanan sejarahnya.
Dalam tulisan Solichin Salam (1962: 15) apa yang dilakukan Kyai Dahlan dan
Muhammadiyah generasi awal ialah melawan kekolotan (konservatisme), taklid
(fanatisme), dan mengerjakan apa saja apa yang dipusakainya dari nenek
moyangnya meskipun itu sudah terang bukan dari ajaran Islam (tradisionalisme).
Secara umum kondisi umat Islam ketika Muhammadiyah lahir dicirikan oleh halhal berikut: : (a) Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan
Sunnah Nabi, sehingga menyebabkan merajalelanya syirik, bidah, dan khurafat,
yang mengakibatkan umat Islam tidak merupakan golongan yang terhormat dalam
masyarakat, demikian pula agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya
lagi; (b) Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak
tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat; (c)
Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir
kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman; (d) Umat
Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta
berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan
tradisionalisme; (e) Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan
dan pengaruh agama Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending
Kristen di Indonesia yang semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat;
(f) Adanya tantangan dan sikap acuh tak acuh (onverschillig) atau rasa kebencian
di kalangan intelegensia kita terhadap agama Islam, yang oleh mereka dianggap
sudah kolot dan tidak up to date lagi; (g) Ingin membentuk suatu masyarakat, di
mana di dalamnya benar-benar berlaku segala ajaran dan hukum-hukum Islam
(Salam, 1962: 35).
Sedangkan menurut Mukti Ali, bahwa background atau latarbelakang
berdirinya
Muhammadiyah
dapat
disimpulkan
dalam
empat
segi:
(1)
tetapi
kaya
dengan
nilai
kemajuan.
Inilah
karakter
utama
dan
memperluas
Anggota
wawsan
Muhammadiyah,
pemikiran
lebih-lebih
di
para
lingkungan
kader
dan
pimpinannya, dituntut untuk memiliki tradisi keilmuan yang tinggi sebagai wujud
dari gerakan Islam yang berkemajuan. Termasuk membudayakan gemar membaca
sebagai bagian dari tradisi keilmuan di kalangan Muhammadiyah. Anggota, kader,
dan pimpinan Muhammadiyah perlu menggelorakan kebiasaan membaca,
sehingga memahami perkembangan pemikiran dan berbagai hal yang bersifat
aktual dalam kehidupan saat ini. Jika tradisi membaca meluas maka tidak akan
ketinggalan dalam wacana pemikiran dan perkembangan kehidupan, apalagi
merasa bingung dan cemas dalam menghadapi perkembangan aktual. Inilah tradisi
iqra dan thalabul-ilmi yang diajarkan Islam, yang dalam sejarah telah membangun
fi
al-amal,
yakni
selalu
memperbarui
amaliah
usaha,
program,
dan
kegiatan
seluruh
institusi
di
lingkungan
refleksi. Refleksi dalam mazhab kritis ialah teori atau perspektif berpikir yang
selain dibangun di atas Ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak, juga berorientasi
pada tindakan yang konkret yang membebaskan kehidupan manusia dari segela
bentuk belenggu. Karena itu praksis bukanlah tindakan praktis semata, tetapi
praktis yang berbasis pemikiran. Dalam tradisi pemikiran Muhammadiyah,
praksis berarti perpaduan antara ilmu amaliah dan amal ilmiah. Dalam
pemikiran Qurani, praksis ialah perpaduan antara iman dan amal shaleh yang
begitu banyak disebut dalam ayat-ayat Al-Quran, yang menunjukkan bahwa Islam
itu
agama
yang
diimplementasikan
sebagai
agama
yang
memuliakan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Muhammadiyah dengan pandangan Islam yang berkemajuan telah
berkiprah mencerahkan umat dan bangsa. Pemerintah berkewajiban mendukung,
membantu, dan berperan dalam memfasilitasi gerakan-gerakan kemasyarakatan
yang dilakukan Muhammadiyah dan kekuatan masyarakat madani lainnya, karena
sejatinya Muhammadiyah telah meringankan beban pemerintah untuk sebesarbesarnya mencerdaskan, memajukan, dan memakmurkan kehidupan bangsa
sebagai kewajiban yang utama. Sebaliknya manakala ada yang tidak mendukung
atau menghambat langkah Muhammadiyah tentu karena subjektivitas dan tidak
paham sejarah dan kiprah Muhammadiyah.
Muhammadiyah secara internal harus terlebih dulu memajukan dirinya
sendiri sebelum memajukan orang lain, sebab betapa besar tanggungjawab dan
konsekuensi mengusung ideologi atau pandangan Islam yang berkemajuan di
tengah dinamika peradaban modern pada saat ini, lebih-lebih untuk ke depan
ketika Muhammadiyah menjalani abad kedua di tengah pergumulan kehidupan
umat manusia yang bercorak pasca-modern.
Muhammadiyah dengan pandangan Islam yang berkemajuan tidak akan
pernah berhenti menyinari negeri dan semesta kehidupan. Kemajuan senantiasa
menyertai dan menjadi napas gerakan Muhammadiyah sepanjang perjalanan
gerakannya. Anggota, kader, dan elite pimpinan Muhammadiyah di seluruh
tingkatan dan lingkungan mesti menghayati dan memahami pandangan Islam
yang berkemajuan untuk kemudian mengimplementasikannya dalam seluruh
usaha-usaha gerakan. Dengan spirit dan pandangan Islam yang berkemajuan,
Muhammadiyah mencerahkan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan wujud dari
ijtihad dakwah Islam sebagai agama berkemajuan dan menyebar risalah rahmatan
DAFTAR PUSTAKA
Mukti Ali. 1958. Interpretasi Tentang Amalan-Amalan Muhammadiyah, Jakarta,
Majelis Pimpinan Pemuda Muhammadiyah Daerah Jakarta Raya.
Dr. Haedar Nashir. 2010. Muhammadiyah Gerakan Pembaruan, Yogyakarta, Surya
Sarana Grafika
Kyai Syuja. 2009. Islam Berkemajuan Kisah Perjuangan KH. Ahmad Dahlan dan
Muhammadiyah Masa Awal, Banten, Al-Wasath
Mitsuo Nakamura, et al. 2005. Muhammadiyah Menjemput Perubahan, Jakarta,
Kompas Media Nusantara
Solichin Salam, 1962. KH. Ahmad Dahlan : Tjita-Tjita dan Perjoangannya,
Jakarta, Depot Pengadjaran Muhammadijah
[1] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai
naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid,
Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara
pengaruh lingkungan.
[2] Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam
mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.