Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan
sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia.
Kualitas hidup Bangsa Indonesia dapat meningkat bila ditunjang dengan sistem
pendidikan yang matang. Dengan sistem pendidikan yang matang, memungkinkan
masyarakat dapat berpikir kritis, kreatif, dan produktif.
Tujuan membangun negara Indonesia yang menjadi tuntutan konstitusi ialah
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk itu pendidikan menjadi salah satu hal
utama dalam proses mencerdaskan bangsa tersebut. Pendidikan nasional merupakan
salah satu tuntutan fundamental yang diamanatkan oleh konstitusi 1945. UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB III Pasal 4
ayat 5 menjelaskan bahwa Salah satu cara penyelenggaraan pendidikan adalah
dengan mengembangkan budaya baca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga
masyarakat.
Pada umumnya, membaca sebagai aktivitas pribadi telah menjadi suatu
kebutuhan masyarakat di daerah-daerah Indonesia yang sepatutnya dapat difasilitasi
dengan baik oleh pemerintah, baik pemerintah daerah atau pemerintah pusat. Upaya

dalam menggalakan promosi gemar membaca tertuang pada Undang-Undang Nomor


20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007
tentang Perpustakaan, dan pada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun
2001 tentang Penyelenggaraan Perpustakaan Desa/Kelurahan.
Kota Bandung sebagai kota metropolitan terbesar di Jawa Barat pun tidak
menjamin dalam hal pelaksanaan tuntutan konstitusi yang sudah dibahas sebelumnya,
terutama dalam promosi gemar membaca. Untuk itu, pertanyaan selanjutnya adalah
bagaimana pemerintah daerah Kota Bandung menjalankan amanat yang tertuang pada
peraturan tersebut.
Dalam pencapaian tujuan tersebut, sudah semestinya pemerintah daerah
khususnya pemerintah daerah Kota Bandung memiliki peranan penting untuk
mewujudkan tujuan penggalakan minat membaca sebagaimana yang telah
diamanahkan oleh Undang-Undang. Menurut penjajakan peneliti, adanya perbedaan
persepsi masyarakat terhadap pentingnya perpustakaan dan kegiatan membaca
menjadi salah satu faktor yang menjadikan minat baca masyarakat Kota Bandung
rendah. Selain itu, peneliti melihat bahwa Pemerintah Kota Bandung masih memiliki
kendala atau hambatan untuk mewujudkan tuntutan konstitusi tersebut, yaitu
minimnya sarana dan prasarana seperti koleksi referensi buku yang dimiliki, SDM
dalam mengelola perpustakaan masih sedikit, serta harga buku relatif mahal yang
disertai dengan masih banyaknya masyarakat dengan kemampuan ekonomi terbatas.
Beberapa hal tersebut menjadi kendala dan hambatan Pemerintah Daerah Kota

Bandung dalam mendorong masyarakat agar gemar membaca dan berkeinginan


datang ke perpustakaan.1
Salah satu strategi pendidikan dalam pemerataan program pendidikan di
seluruh Indonesia adalah dengan meningkatkan peluang untuk belajar seluas-luasnya
melalui aktivitas membaca dan penyediaan buku, sehingga kemampuan dasar
masyarakat juga meningkat. Melihat hal tersebut, penulis menilai bahwa memang
perlu adanya suatu wadah yang professional yang sesuai dengan Undang-Undang No
43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan BAB II Pasal 8, yang berbunyi:
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban
menjamin kelangsungan penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan
sebagai pusat sumber belajar masyarakat dan menggalakkan promosi gemar
membaca dengan memanfaatkan perpustakaan dan memfasilitasi
penyelenggaraan perpustakaan di daerah.
Untuk menjalankan amanat dari pasal tersebut, Pemerintah Kota Bandung
menuangkannya dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2007
tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota
Bandung dalam hal ini Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung. Kantor
tersebut memiliki kewenangan dan kewajiban untuk meningkatkan pembinaan dan

pemberdayaan lembaga perpustakaan serta mengembangkan dan melestarikan bahan


perpustakaan sebagai khazanah informasi dan pengetahuan masyarakat.
Dalam proses pelaksanaannya, Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota
Bandung harus mempunyai strategi khusus yang harus ditempuh. Strategi dibuat
1 LAKIP Kapusarda Kota Bandung Tahun 2012

untuk pedoman pemerintah, dalam hal ini Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota
Bandung, dalam upaya meningkatkan minat baca masyarakat, sehingga hasil dari
upaya peningkatan minat baca tersebut dapat sesuai dengan tujuan dan sesuai dengan
apa yang diamanahkan oleh Undang-Undang.
Strategi merupakan hal yang mendasar bagi pemecahan suatu masalah yang
dihadapi pemerintah karena setiap organisasi pemerintahan berada pada suatu kondisi
lingkungan tertentu yang salah satu ciri utamanya ialah perubahan. Perubahan selalu
terjadi dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, baik di bidang politik, ekonomi,
sosial budaya, ilmu pengetahuan, teknologi dan bahkan juga dalam nilai-nilai sosial
dan organisasi.
Untuk mampu mempertahankan eksistensi dan meningkatkan kemampuan
organisasi pemerintahan dalam menghadapi masa depan yang selalu mengandung
unsur ketidakpastian, setiap organisasi bukan saja harus mampu mengantisipasikan
berbagai perubahan lingkungan yang pasti terjadi, akan tetapi juga harus mampu
merencanakan dan mewujudkan perubahan-perubahan secara internal dalam
organisasi agar tantangan, masalah, ancaman, gangguan dapat dihadapi dengan baik
dan kesempatan yang timbul dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya.
Dengan adanya gambaran dan permasalahan terhadap upaya pemerintah
dalam meningkatkan minat baca masyarakat, maka penulis tertarik untuk meneliti
lebih jauh tentang bagaimana strategi yang dilakukan pemerintah Kota Bandung

dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Untuk itu penelitian ini penulis beri
judul:
STRATEGI PEMERINTAH DAERAH KOTA BANDUNG DALAM UPAYA
MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT KOTA BANDUNG
(STUDI PADA KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH KOTA
BANDUNG)
1.2. Identifikasi Masalah Penelitian
Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan, penulis mengidentifikasikan
permasalahan menjadi tiga, diantaranya:
1. Bagaimana penentuan tujuan dari strategi Kantor Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kota Bandung dalam upaya meningkatkan minat baca masyarakat
Kota Bandung?
2. Bagaimana perumusan kebijakan dari strategi Kantor Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kota Bandung dalam upaya meningkatkan minat baca masyarakat
Kota Bandung?
3. Bagaimana operasionalisasi dari strategi Kantor Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kota Bandung dalam upaya meningkatkan minat baca masyarakat
Kota Bandung?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian adalah untuk memperoleh gambaran data mengenai


strategi Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung dalam upaya
meningkatkan minat baca masyarakat Kota Bandung.
Tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mendiskripsikan dan menganalisis penentuan tujuan dari strategi
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung dalam upaya
meningkatkan minat baca masyarakat Kota Bandung
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis perumusan kebijakan dari strategi
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung dalam upaya
meningkatkan minat baca masyarakat Kota Bandung
3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis operasionalisasi dari strategi Kantor
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung dalam upaya meningkatkan
minat baca masyarakat Kota Bandung
1.4. Kegunaan Penelitian
Dalam menjalankan setiap kegiatannya manusia seharusnya mendasarkan
pada asas manfaat dan kegunaan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungan
sekitarnya. Demikian pula penelitian ini sebagai suatu penelitian akademik maka
diharapkan akan mempunyai manfaat dan kegunaan bagi penulis khususnya dan
masyarakat luas pada umumnya. Secara ringkas penelitian ini diharapkan dapat
memberi kegunaan bagi berbagai pihak, yaitu:

1. Bagi kepentingan ilmu diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan


sumbangan dan masukan bagi penelitian selanjutnya, khususnya pada Ilmu
Pemerintahan terutama dalam kajian strategi pelestarian budaya baca, dan
kajian tentang penyelenggaraan pemerintah.
2. Bagi kalangan pemerintahan, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat
berguna dalam memberikan sumbangan pemikiran perihal peningkatan
minat baca masyarakat Kota Bandung.
3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan
dalam memahami dan mengukur upaya yang dilakukan pemerintah dalam
upaya meningkatkan minat baca masyarakat.
4. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu proses
pembelajaran guna menambah serta mengembangkan wawasan, pengalaman
serta pengetahuan dalam memahami masalah-masalah dalam pemerintahan.
1.5. Kerangka Pemikiran
Membahas lebih jauh mengenai strategi pemerintah, akan didahului dengan
pemaparan konsep peran pemerintah, dimana dalam menjalankan perannya
pemerintah membutuhkan cara dan perhitungan spesifik berupa strategi-strategi
tertentu. Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar menjelaskan
mengenai peran, yaitu:
Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila
seseorang, kelompok, atau institusi melaksanakan hak dan kewajiban nya
sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan Hal itu
sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang dibuatnya bagi

masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat


kepadanya. Pentingnya peranan karena ia mengatur perilaku seseorang,
kelompok atau institusi. (Soekanto, 2002: 212-213)
Dari pendapat Soekanto di atas penulis beranggapan bahwa peran merupakan
sebuah proses penyelanggaraan fungsi, tugas, dan kewajiban yang melekat pada
status atau kedudukan. Begitupun dengan pemerinah, pemerintah memiliki tugas,
fungsi, dan kedudukannya sendiri. Peran pemerintah seringkali berkaitan dengan
masyarakat maka pelaksanaan peran dari pemerintah akan mempengaruhi kondisi di
masyarakat.
Selanjutnya pada peran pemerintah yang pokok dalam kaitannya dengan
upaya pengembangan budaya baca adalah sebagai fasilitator dan regulator. Fasilitator
dalam artian bahwa pemerintah memiliki kewajiban untuk memposisikan diri sebagai
pihak yang memberikan kemudahan, keringanan, dan kelonggaran bagi masyarakat.
Regulator dalam arti bahwa pemerintah memiliki kewajiban untuk mengatur
sedemikian rupa hal-hal yang berkaitan dengan upaya peningkatan minat baca.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai fasilitator dan regulator tersebut,
pemerintah membutuhkan suatu strategi. Strategi tersebut akan memberikan arahan
tindakan atas kebijakan dan program sebagai alternatif solusi bagi upaya peningkatan
minat baca.
Strategi menurut Bintoro Tjokroamidjojo dalam bukunya Teori Strategi
Pembangunan Nasional, yaitu:
Strategi merupakan perhitungan mengenai rangkaian kebijaksanaan dan
langkah-langkah pelaksanaan. Tentu untuk keseluruhannya itu ada metodenya,
ada tekniknya. Dan apabila kita artikan strategi sebagai suatu (rangkaian)

kebijaksanaan, maka menjadi penting untuk mengetahui cara atau teknik


tentang perumusan kebijaksanaan (policy formulation technique). (Bintoro,
1980:13)
Strategi memiliki peran penting dalam sebuah tindakan. Strategi menentukan
hasil dari suatu tindakan, strategi yang baik akan melahirkan hasil yang baik,
begitupun sebaliknya.
Lebih lanjut Bintoro dan Mustopadidjaja mengemukakan tentang strategi,
sebagai berikut:
Strategi diartikan sebagai keseluruhan langkah dengan perhitungan pasti,
guna mencapai suatu tujuan atas untuk mengatasi persoalan. Strategi dapat
dipandang sebagai dasar dari seluruh rencana, yang meliputi tiga aspek, yaitu
penentuan tujuan, macam-macam perumusan kebijakan dan operasionalisasi
pelaksanaan, yang semuanya ditentukan oleh nilai-nilai kemasyarakatan yang
dianut, sehingga pilihan-pilihan alternatifnya tidak bebas dari kecenderungan
nilai (values). (Bintoro, 1980:15)
Dalam pengertian tersebut, dijelaskan bahwa di dalam suatu strategi terdapat
tiga aspek utama di mana dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap, yaitu
penentuan tujuan, perumusan kebijakan dan operasionalisasi. Dalam pelaksanaannya,
ke tiga aspek tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai lokal masyarakatnya sehingga
dapat diaplikasikan dengan baik tanpa hambatan berarti.
Selanjutnya Bintoro Tjokroamidjodjo dalam buku Perencanaan Pembangunan
membahas mengenai strategi sebagai berikut:
Strategi merupakan bagian terpenting dari perencanaan dan sekaligus
merupakan kerangka yang berisi tindakan arah yang disusun secara bertahap,
efektif dan efisien, mempunyai keterkaitan dengan pelaksanaan strategi
sebelumnya, yang selanjutnya situasi kondisi sekarang dapat dijadikan sebagai
feedback dan korektif serta penentu strategi yang akan datang (Bintoro,
1987:55)

10

Terdapat korelasi antara aspek pengambilan keputusan dalam suatu


perencanaan strategi dengan hasil dari pelaksanaan strategi tersebut. Pengambilan
keputusan dari suatu strategi yang baik dan sesuai dengan tuntutan serta harapan atas
kebutuhan atau masalah yang muncul di masyarakat akan memberikan hasil yang
memberikan solusi yang baik bagi banyak pihak.
Uraian mengenai strategi di atas memberikan gambaran bahwa untuk
melaksanakan strategi yang telah dirumuskan, diperlukan suatu proses rangkaian
kebijakan sebagai langkah pelaksanaannya. Kebijakan dalam hal ini merupakan
tindak lanjut atas perencanaan dan arahan yang disusun secara sistematis, dan
diharapkan dapat terlaksana secara efektif dan efisien sehingga tujuan yang telah
ditetapkan dapat terealisasikan dengan baik.
Membahas konsep strategi yang dipaparkan di atas, kaitannya dengan proses
kebijakan adalah pada tahap perumusan kebijakan. Seperti yang dikemukakan oleh
Bintoro bahwa penting untuk mengetahui cara atau teknik tentang perumusan
kebijakan

apabila

strategi

diartikan

sebagai

suatu

rangkaian

kebijakan

(Bintoro,1980:13).
Pemerintah sebagai pelayan masyarakat dituntut untuk dapat mengatasi
permasalahan masyarakat yang berpengaruh buruk terhadap masa depan bangsa. Hal
tersebut merupakan salah satu kewajiban pemerintah untuk dapat memajukan kualitas
SDM, sesuai dengan Undang-Undang No 43 tahun 2007 Tentang Perpustakaan BAB
II Pasal 8 bahwa:

11

Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban


menjamin kelangsungan penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan
sebagai pusat sumber belajar masyarakat dan menggalakkan promosi gemar
membaca dengan memanfaatkan perpustakaan dan memfasilitasi
penyelenggaraan perpustakaan di daerah.
Dalam buku Membaca Dalam Kehidupan yang ditulis oleh Tarigan, Hodgson
mengemukakan bahwa:
membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang
disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Tarigan,
1990:103)
Dari pemaparan di atas, maka dapat dibentuk model kerangka berpikir penelitian ini,
yakni sebagai berikut :
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung
Strategi dalam upaya meningkatkan minat baca masyarakat Kota Bandung
1. Penentuan tujuan 2. Perumusan kebijakan 3. Operasionalisai pelaksanaan

Terwujudnya budaya baca masyarakat (reading culture)


Diagram 1.1. Model Penelitian
(Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2012)
Berdasarkan model kerangka berpikir di atas, maka peneliti merumuskan
anggapan dasar sebagai berikut :
1. Strategi pemerintah adalah suatu perhitungan atas rencana kebijakan
dan langkah pelaksanaan yang dilakukan pemerintah dalam upaya
untuk menindak lanjuti segala hal yang berkaitan dengan kepentingan

12

dan kebutuhan banyak pihak yang meliputi aspek penentuan tujuan,


perumusan kebijakan, dan operasionalisasi.
2. Upaya meningkatkan minat baca merupakan upaya pemerintah dalam
mewujudkan masyarakat gemar membaca (reading interest) kearah
kebiasaan masyarakat membaca (reading habits) sehingga membaca
menjadi suatu kebutuhan (reading needs), dan pada akhirnya tercipta
budaya baca masyarakat (reading culture) dan masyarakat belajar
(learning society).
Penelitian ini menggunakan variable univariat (satu variabel), oleh karena itu
maka anggapan dasar tersebut dapat membentuk preporsisi sebagai berikut Strategi
Pemerintah Daerah Kota Bandung dalam upaya meningkatkan minat baca masyarakat
Kota Bandung adalah upaya pemerintah yang terdiri pada aspek penentuan tujuan,
perumusan kebijakan, dan operasionalisasi pelaksanaan.
1.6. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif,
alasan penulis memilih metode deskriptif karena dengan menggunakan metode
penelitian ini penulis dapat menggambarkan objek penelitian juga menyoroti secara
lebih spesifik, sehingga pengetahuan pada saat tertentu dapat dijelaskan secara lebih
terperinci.

Pendekatan Penelitian

13

Pendekatan yang dipakai pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif,


alasan penulis menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini karena dengan
menggunakan pendekatan ini peneliti dapat terus merespon serta dapat terus
memberikan

interpretasi terhadap masalah yang terjadi berkaitan dengan

peningkatan minat baca dengan tetap menyesuaikan diri terhadap kondisi yang
dihadapi.
Sehingga instrumen penelitian yang utama adalah peneliti sendiri, sekaligus
peneliti sebagai pengumpul data, selain itu menjadi segalanya dalam proses
keseluruhan dari penelitian. Peneliti sekaligus perencana, pelaksana pengumpul data,
analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian.
Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.

Studi pustaka:
yaitu pengumpulan data yang bersumber pada buku-buku, literatur serta
dokumentasi yang memiliki relevansi dengan topik penelitian yaitu tentang
strategi Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung dalam upaya
meningkatkan minat baca masyarakat Kota Bandung.

2.

Studi lapangan:
yaitu dengan cara mengumpulkan data dan menyeleksi data yang diperoleh
dilokasi penelitian meliputi:

14

a. Observasi,
pengamatan

yaitu

teknik

langsung

pengumpulan

penyelenggaraan

data

dengan

pemerintahan

mengadakan
daerah

Kota

Bandung khususnya pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota


Bandung. Teknik pengamatan atau observasi didasarkan pada pengamatan
secara langsung, Moleong menjelaskan bahwa:
teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati
sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang
terjadi pada keadaan sebenarnya (Moleong, 2007: 174).

Menurut Moleong, teknik pengamatan dapat diklasifikasikan atas


pengamatan

berperanserta

dan

yang

tidak

berperanserta.

Peneliti

menggunakan teknik pengamatan tidak berperanserta pada penelitian ini,


menurut Moleong pada pengamatan tanpa peranserta pengamat hanya
melakukan satu fungsi, yaitu mengadakan pengamatan. Observasi
digunakan penulis guna mendapatkan keterangan dan fakta-fakta yang
lengkap sesuai dengan keadaan di lapangan terkait dengan strategi Kantor
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung dalam upaya meningkatkan
minat baca masyarakat Kota Bandung (Moleong, 2007: 176).
b. Interview, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya-jawab
atau wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan
terhadap observasi penelitian yang dianggap dapat mewakili. Wawancara

15

dalam penelitian yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan teknik


wawancara tidak berstruktur. Teknik wawancara ini dilakukan untuk
memperoleh data, informasi serta fakta-fakta baru secara detail/rinci,
sehingga wawancara tidak berstruktur juga disebut dengan wawancara
mendalam. Wawancara tidak berstruktur menurut Sugiyono adalah:
wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya selanjutnya, pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan (Sugiyono, 2010: 72).
Penggunaan jenis wawancara ini dilakukan guna memperoleh informasi
yang lebih lengkap dan bisa memenuhi kebutuhan data dalam meneliti
strategi Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung dalam upaya
meningkatkan minat baca masyarakat Kota Bandung.
c. Triangulasi, alasan peneliti memilih teknik triangulasi karena peneliti ingin
menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data, sehingga akan lebih meningkatkan kekuatan data.
Triangulasi menurut Sugiyono yaitu:
Teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
Tujuan triangulasi menurut Susan Stainback, bukan untuk mencari
kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan
pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. (Sugiyono,
2007:241).

Teknik Pengambilan Informan

16

Informan merupakan orang yang diamati dan memberikan informasi berupa


data dan kata-kata atau tindakan, serta mengetahui dan mengerti masalah yang sedang
diteliti. Dari pertimbangan yang telah ditentukan, dipilih beberapa orang informan
yang ditentukan dengan teknik purposive, yaitu:
informan dalam penelitian ini dipilih dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu
tentang apa yang kita harapkan (Sugiyono, 2006: 246).
Dengan begitu maka data yang didapat akan akurat dan dapat dipertanggung
jawabkan. Hal ini sesuai pula dengan pendapat Moleong bahwa yang menjadi
informan dalam teknik purposive sampling hanyalah sumber yang bisa memberi
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 1994:90).
Responden ditentukan berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam
penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Informan harus memiliki pengetahuan tentang gambaran terhadap objek
penelitian.
2. Informan harus memiliki pengetahuan dan perhatian terhadap permasalahan di
lapangan.
3. Informan harus memiliki kesanggupan untuk menerima peneliti dan
memberikan keterangan secara terbuka dan apa adanya.
Berdasarkan kriteria tersebut untuk lebih jelasnya, maka dapat dilihat pada Tabel 1.1
di bawah ini, yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.1 Informan dan Informasi yang dibutuhkan

17

No
1.

INFORMAN
Kepala

Bidang

INFORMASI YANG DIBUTUHKAN

Pemberdayaan 1. Kondisi minat baca masyarakat

JUMLAH
1

2. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi


Perpustakaan dan Pengembangan
Bapusipda
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Budaya Baca Badan Perpustakaan
strategi Bapusipda dalam upaya
dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa
meningkatkan miant baca masyarakat
2.

Barat
Pejabat

4.

Pustakawan 1. Kondisi minat baca masyarakat

2. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi


Kapusarda
3. Strategi Kapusarda dalam upaya
Daerah Kota Bandung
meningkatkan budaya baca masyarakat
(penentuan
tujuan,
perumusan
kebijakan, operasionalisasi)
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi
strategi Kapusarda dalam upaya
meningkatkan miant baca masyarakat
Anggota
Komisi
D
Bidang 1. Kondisi minat baca masyarakat
1
2. Alokasi APBD dan Perda
Pedidikan DPRD Kota Bandung
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perumusan kebijakan dalam upaya
meningkatkan minat baca masyarakat
Kepala
Bidang
Pendidikan 1. Kondisi minat baca masyarakat
1
2. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
Nonformal dan Informal Dinas
Dinas Pendidikan Kota Bandung
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Pendidikan Kota Bandung
minat baca masyarakat
Kantor

3.

Fungsional
Perpustakaan

dan Arsip

18

5.

Pendidik/Tenaga

Pengajar/Guru 1. Kondisi minat baca masyarakat

Sekolah

6.

Masyarakat (Pengunjung
Perpustakaan, Pengelola/Pemilik
Perpustakaan Umum, Ketua Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat,
Siswa/Mahasiswa)

2. Kinerja pemerintah daerah khususnya


Kapusarda dalam hal meningkatkan
minat baca masyarakat
3. Penyelenggaraan
program
yang
dilakukan Kapusarda terkait dengan
upaya meningkatkan minat baca
1. Kondisi minat baca masyarakat
5
2. Kinerja pemerintah daerah khususnya
Kapusarda dalam hal meningkatkan
minat baca masyarakat
3. Penyelenggaraan
program
yang
dilakukan Kapusarda terkait dengan
upaya meningkatkan minat baca

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2012


1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam melaksanaakan penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Kantor
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung. Lamanya penelitian diperkirakan
akan berlangsung dari bulan Desember 2011 Agustus 2013 dengan perincian
sebagai berikut :
1. Studi Pustaka dilaksanakan pada bulan Januari 2012 Januari 2013
2. Pengajuan Usulan Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2012
3. Seminar Outline dilaksanakan pada bulan September 2012 Oktober 2012
4. Penelitian Lapangan dilaksanakan pada bulan Maret 2012 Oktober 2013
5. Pengolahan Data dilaksanakan pada bulan Maret 2012 Oktober 2013
6. Seminar Draft dilaksanakan pada bulan Agustus 2013

19

7. Penulisan Skripsi dilaksanakan pada bulan Januari 2012 Oktober 2013


8. Sidang Skripsi dilaksanakan pada bulan September 2013 Oktober 2013
Pembagian waktu kegiatan penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.2 Waktu Penelitian

No
.

Kegiatan

1.

Studi Pustaka

2.

Pengajuan
Usulan
Penelitian
Seminar Outline

3.
4.
5.
6.
7.
8.

2013

2012
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

11

12

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Penelitian
Lapangan
Pengolahan
Data
Seminar Draft
Penulisan
Skripsi
Sidang Skripsi

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2013

10

Anda mungkin juga menyukai