Anda di halaman 1dari 66

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini pertumbuhan ekonomi suatu perusahaan, baik perusahaan
perseorangan, perseroan terbatas, maupun persekutuan komanditer tengah
dihadapkan pada era globalisasi dan kondisi persaingan yang semakin ketat.
Dalam kondisi yang kompetitif ini mendorong para pelaku usaha untuk dapat
bertahan dan terus berkembang salah satu cara yang perlu diperhatikan dan
dilakukan oleh perusahaan adalah mempertahankan konsumen yang telah ada
dan terus menggarap konsumen-konsumen baru serta memaksimalkan kinerja
perusahaan dan mengembangkan keuntungan kompetitif yang berkelanjutan.
Untuk mencapai hal tersebut perusahaan melakukan cara-cara seperti, promosi
penjualan secara besar-besaran, meningkatkan pelayanan dalam penjualan,
modifikasi produk kearah yang lebih baik, meningkatkan mutu produk,
menetapkan harga yang menarik dan pemberian secara kredit.
Pemberian penjualan secara kredit sudah menjadi kebijakan perusahaan
untuk memperebutkan perhatian calon konsumen, hingga sampai sekarang
kebijakan ini telah banyak diminati oleh perusahaan lain. Perusahaan dalam
malakukan pemberian penjualan secara kredit kepada konsumen, banyak
mendapatkan keuntungan kerena dapat meningkatkan volume penjualan dan
dapat memperluas segmentasi pasar.

Pemberian secara kredit umumnya dilakukan karena pemberian secara


tunai saat ini cenderung sukar dilakukan mengingat persaingan antar perusahaan
semakin tinggi, serta produk yang ditawarkan makin bervariasi baik dalam jenis,
merek serta mutunya. Selain itu, dengan mudahnya pemberian secara kredit ini
konsumen akan merasa lebih ringan untuk memiliki suatu barang karena jika
dibeli secara tunai mungkin terasa sangat berat atau tidak terjangkau oleh daya
belinya.
Oleh sebab itu, sebelum perusahaan memutuskan menyetujui permintaan
kredit pada para calon konsumen, perusahaan perlu mengadakan evaluasi resiko
kredit dari calon konsumennya. Dalam penilaian pemberian kredit ini perusahaan
perlu mempertimbangkan resiko yang ada dimana penilaian resiko tersebut
adalah dengan memperhatikan 5 (lima) C yaitu: character, capacity, capital,
collateral, dan conditions.
Character yang dimaksud disini adalah mengenai sifat dasar pribadi yang
dimiliki oleh calon konsumen dalam berusaha mengembalikan kewajibankewajibannya. Capacity berkaitan dengan kemampuan calon konsumen dan
kesanggupannya dalam mengembalikan kredit yang telah diberikan oleh
perusahaan. Capital, merupakan aset/modal yang dimiliki oleh calon konsumen
sebagai jaminan kepada pihak perusahaan untuk mendapatkan fasilitas kredit.
Collateral, setiap aktiva atau barang-barang yang diserahkan calon konsumen
sebagai jaminan atas kredit yang diperoleh dari perusahaan, dimana nilai barang
tersebut harus lebih besar dari pada nilai kredit yang didapatkan. Condition,

keadaan atau kondisi perekonomian dan lain-lain yang pada umumnya ada
hubungannya dengan jenis usaha yang dilakukan.
Kebijakan pemberian kredit mencakup : standar kredit yaitu jumlah
maksimum kredit yang diberikan kepada calon debitur, biaya pengumpulan
piutang yaitu besarnya biaya yang ditanggung oleh pihak perusahaan sebagai
akibat keterlambatan pembayaran piutang, dan pemberian potongan yaitu
besarnya potongan kredit yang diberikan kepada konsumen. Salah satu tujuan
dari kebijakan pemberian secara kredit ini adalah untuk menarik konsumen
dalam jumlah yang banyak dengan cara memberikan standar kredit yang mudah
serta pemberian potongan kredit kepada konsumen sehingga volume penjualan
akan meningkat. Selanjutnya peningkatan volume penjualan mengakibatkan
piutang yang meningkat pula, hal ini menyebabkan beban investasi pada piutang
yang semakin besar yang harus ditanggung oleh pihak perusahaan, sehingga
pengeluaran lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang.
PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari merupakan salah satu perusahaan
swasta yang bergerak dibidang perdagangan sepeda motor merek Yamaha.
Dalam usaha meningkatkan volume penjualannya maka perusahaan PT Hasjrat
Abadi Cabang Kendari selain menjual secara tunai juga menjual secara kredit,
dimana pemberian secara kredit merupakan transaksi yang paling besar yang
terjadi pada PT. Hasjrat Abadi cabang kendari dibandingkan pemberian secara
tunai.

Dalam mendukung usaha pemberian kredit tersebut diperlukan adanya


pendistribusian wewenang dalam suatu bentuk pengawasan sistem perjanjian jual
beli kredit yang didalamnya tercantum jenis barang, harga (setelah termasuk
beban bunga atas penjualan angsuran), uang muka serta jadwal dan besarnya
angsuran serta sanksi bila konsumen lalai dalam pembayaran angsuran kredit.
Hal ini dimaksudkan agar konsumen mengetahui dan memenuhi kewajibannya
mengenai prosedur pembayaran angsuran kredit yang diberikan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Analisis Kebijakan Pemberian Kredit
Terhadap Penjualan Sepeda Motor Yamaha Pada PT. Hasjrat Abadi Cabang
Kendari.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah kebijakan pemberian kredit yang meliputi standar
kredit, biaya pengumpulan piutang dan pemberian potongan secara simultan dan
parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penjualan sepeda motor
Yamaha pada PT. Hasjrat Abadi cabang kendari.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
kebijakan pemberian kredit yang meliputi standar kredit, biaya pengumpulan
pitang, dan pemberian potongan terhadap penjualan sepeda motor Yamaha pada
PT. Hasjrat Abadi cabang kendari.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dalam bidang penelitian, diharapkan dapat dijadikan acuan dan informasi
bagi

peneliti

selanjutnya

dalam

mengkaji

masalah

serupa

atau

mengembangkannya.
2. Bagi perusahaan, sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam
menerapkan dan menganalisa kebijakan pemberian kredit yang telah
dilaksanakan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup pembahasannya
pada:
1.

Motor Yamaha yang dikreditkan selama 2 tahun atau 24 bulan (2008-2009).

2. Kebijakan pemberian kredit yaitu standar kredit, biaya pengumpulan piutang,


dan pemberian potongan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dialukan oleh Devi Engsiani Muliasari (2003) dengan
judul Analisa Kebijakan Penjualan Kredit Terhadap Penjualan Pada PT. Bosowa
Berlian Motor Cabang Kendari yang mempunyai tujuan untuk mengetahui
dampak kebijaksanaan penjualan kredit yang mencakup standar kredit, biaya
pengumpulan piutang dan pemberian potongan terhadap penjualan pada PT.
Bosowa Berlian Motor Cabang Kendari.
Dari hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa secara simultan
kebijaksanaan penjualan kredit yang meliputi standar kredit, biaya pengumpulan
piutang dan pemberian potongan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
penjualan pada PT. Bosowa Berlian Motor Cabang Kendari.
Adapun persamaan dari penelitian ini adalah peralatan analisis yang
digunakan yakni analisis regresilinear berganda. Perbedaan pada penelitian ini
adalah objek penelitian.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Rahma Yanti (2008) dengan
judul Penilaian Kelayakan Pemberian kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk Cabang Kendari (Studi Kasus PT. Rabam Sultra Jaya). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui penilaian kelayakan pemberian kredit PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Kendari pada PT. Rabam Sultra Jaya
yang diukur dengan 5 C dan Rasio Finansial.

Dari hasil analisis penelitian bahwa PT. Rabam Sultra Jaya layak
diberikan kredit oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Kendari
karena telah memenuhi semua kriteria unsur penilaian kredit 5 C yang telah
ditetapkan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Kendari dan
rasio financial PT. Rabam Sultra Jaya menunjukkan angka rasio yang sangat baik
dan layak untuk diberikan kredit.
Adapun persamaan dengan penelitian ini adalah terletak pada ruang
lingkup kajian yakni mengenai kebijakan pemberian kredit. Perbedaan penelitian
ini adalah terletak pada obyek penelitian dan alat analisis yang digunakan.
2.2 Pengertian Kredit
Kata kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti
kepercayaan truth atau faith. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kredit
memiliki arti khusus yaitu memberikan peminjaman uang yang pembayarannya
akan dilakukan dikemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan
perjanjian.
Menurut O.P Simorakir dalam Budi Untung (2000:1), kredit adalah
pemberian prestasi (misalnya uang, atau barang) dengan balas prestasi
(kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Dari pengertian
diatas menunjukkan bahwa waktu merupakan faktor utama yang memisahkan
prestasi dan kontraprestasi. Kredit berfungsi kooperatif antara si pemberi kredit
dan si penerima kredit atau antara kreditur dan debitur. Mereka menarik
keuntungan dan menanggung resiko. Kredit dalam arti luas yaitu didasarkan atas

adanya unsur-unsur kepercayaan, resiko, dan pertukaran ekonomi dimasa


mendatang.
Muchdarsyah Sinungun (1991:3), kredit adalah suatu pemberian prestasi
oleh suatu pihak lain dalam prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa
tertentu yang akan datang disertai dengan suatu kontrak prestasi berupa bunga.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan Kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.
Berdasarkan beberapa pengertian kredit diatas maka dapat disimpulkan
bahwa kredit adalah suatu perjanjian antara kreditur dan debitur, dimana
pinjaman kredit tersebut dapat berupa uang atau barang yang waktu
pengembaliannya didasarkan pada perjanjian yang telah disepakati yang
didalamnya termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan.
2.3 Tujuan, Fungsi ,Jenis-Jenis dan Unsur-Unsur Kredit
2.3.1 Tujuan Kredit
Tujuan kebijaksanaan kredit pada dasarnya untuk mencapai atau untuk
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal ini sejalan dengan pendapat
Kartadinata (1990:167), yakni:

a.

Untuk meningkatkan penjualan, Perusahaan yang menjual barangnya


dengan kredit akan mampu menjual lebih banyak barang dibandingkan
dengan perusahaan yang lebih banyak menuntut pembayaran dengan tunai.

b.

Untuk meningkatkan laba, Penjualan yang lebih tinggi dapat


diharapkan akan memberikan laba yang lebih besar bagi perusahaan.

c.

Untuk memenuhi syarat persaingan, Bilamana perusahaan-perusahaan


sejenis lainnya menjual barang-barangnya dengan kredit,perusahaan pun
harus menempuh kebijaksanaan yang serupa untuk dapat bersaing dengan
mereka. Kalau tidak, para langganan akan melakukan pembelian-pembelian
pada perusahaan-perusahaan yang menentukan syarat-syarat pembayaran
yang lebih ringan.

Menurut Muchdarsyah Sinungun (1997:173) menguraikan sebagai berikut:


a.

Profitability, yaitu tujuan untuk mendapatkan hasil yang tinggi dari


penberian kredit berupa keuntungan yang diambil dari pungutan bunga.

b.

Safety, yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus
benar-benar terjamin sehingga tanpa hambatan yang berarti.

Jadi, pada dasarnya tujuan kredit adalah :


a.

Bagi Kreditur, memudahkan untuk memperoleh pinjaman kredit baik


uang maupun barang untuk guna memperluas usahanya dan memperbaiki
taraf hidupnya dimasa mendatang.

b.

Bagi debitur, untuk meningkatkan volume penjualannya dan


meningkatkan keuntungan serta menjaga posisi perusahaan dalam persaingan
pasar.

2.3.2 Fungsi Kredit


Salah satu fungsi dari pemberian kredit yakni untuk merangsang kedua
belah pihak untuk pencapaian kebutuhan dalam bidang usaha maupun kebutuhan
sehari-hari. Pihak yang mendapatkan kredit harus dapat menunjukkan prestasi
yang lebih tinggi pada kemajuan usahanya sedangkan bagi pihak yang memberi
kredit harus mendapatkan rentabilitas berdasarkan perhitungan yang wajar dari
modal yang dijadikan objek kredit.
Menurut Budi Untung (2000:4), kredit mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Meningkatkan daya guna uang
b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
c. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang
d. Sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi
e. Meningkatkan kegairahan usaha
f. Meningkatkan pemerataan pendapatan
g. Meningkatkan hubungan internasional
2.3.3 Jenis-Jenis Kredit
Pemberian kredit yang dilakukan oleh pihak Bank atau perusahaan kepada
masyarakat didasarkan atas jenis kegiatan usaha dan kebutuhan akan kebutuhan
jenis kreditnya.

10

Menurut Kasmir (2002:76-79) menyatakan bahwa jenis-jenis kredit yang


disalurkan oleh bank dan dilihat dari berbagai segi mencakup:

1.

Dilihat dari segi kegunaan


a.

Kredit Investasi, yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk


keperluan perluasan usaha atau membangun proyek baru dimana masa
pemakaiannya untuk suatu periode yang relative lebih lama.

b.

Kredit modal kerja, yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan


meningkatkan produksi dalam operasionalnya

2.

Dilihat dari segi tujuan kredit


a.

Kredit produktif, Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau


produksi atau investasi

b.

Kredit konsumtif, Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau


dipakai secara pribadi

c.

Kredit perdagangan, Merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan


perdagangan dan biasannya untuk membeli barang dagangan yang
pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.

3.

Dilihat dari segi jangka waktu


a.

Kredit jangka pendek, merupakan kredit yang memiliki jangka eaktu


kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasannya digunakan
untuk keperluan modal kerja

11

b.

Kredit jangka menengah, jangka waktu kreditnya berkisar antara 1


tahun dengan 3 tahun kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja

c.

Kredit

jangka

panjang,

merupakan

jenis

kredit

yang

masa

pengembaliannya paling panjang yaitu diatas 3 tahun atau 5 tahun.


4.

Dilihat dari segi jaminan


a.

Kredit dengan jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan suatu


jaminan tertentu. Jaminan dapat berbentuk barang berwujud atau tidak
berwujud.

b.

Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan


barang atau orang tertentu, biasannya diberikan dengan melihat prospek
usaha, karakter serta loyalitas si calon debitur selama barhubungan
dengan bank yang bersangkutan.

5.

Dilihat dari segi sektor usaha


a.

Kredit pertanian, merupakan jenis kredit yang dibiayai untuk sector


perkebunan atau pertanian rakyat.

b.

Kredit peternakan, dalam hal ini kredit diberikan untuk jangka waktu
yang relative pendek misalnya peternakan ayam dan untuk kredit jangka
panjang seperti kambing dan sapi.

c.

Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri pengolahan baik


industri kecil maupun industri besar.

12

d.

Kredit pertambangan, yaitu jenis kredit untuk usaha tambvang yang


dibiayainya, biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas,
minyak atau tambang timah.

e.

Kredit pendidikan, merupakan kredit untuk membangun sarana dan


prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para
mahasiswa yang sedang belajar.

f.

Kredit profesi, diberikan kepada kalangan profesional seperti dosen,


dokter dan pengacara.

g.

Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau


pembelian perumahan.

h.

Dan sektor-sektor usaha lainnya

2.3.4 Unsur-Unsur Kredit


Mudarajat Kuncoro dan Suharjono (2000:39), menggambarkan unsur-unsur
yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:
1.

Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang


diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima
kembali di masa tertentu atau dimasa yang akan datang.

2.

Kesepakatan, unsur kesepakatan antara kreditur dan debitur dituangkan dalam


suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan
kewajiabnnya masing-masing.

13

3.

Jangka waktu, setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu
tertentu dimana masa jangka waktu ini mencakup masa pengambilan kredit
yang telah disepakati.

4.

Resiko, resiko diakibatkan oleh dua hal yaitu :


a.

Resiko kerugian yang diakibatkan oleh nasabah sendiri sengaja tidak


mau membayar kreditnya padahal ia mampu untuk membayar.

b.

Resiko yang diakibatkan oleh terjadinya musibah seperti bencana


alam, kebakaran dan sebagainya.

5. Balas jasa, akibat dari pemberian fasilitas kredit tentu mengharapkan suatu
keuntungan dalam jumlah tertentu.
Intisari dari kredit adalah unsur kepercayaan. Unsur lainnya adalah
mempunyai pertimbangan tolong menolong. Selanjutnya dalam meneliti kelayakan
kredit menurut Kartadinata (1990:169), suatu perusahaan akan memperhatikan :
a.

Character, berkenaan dengan kemungkinan bahwa langganan akan


mau atau berusaha untuk memnuhi kewajiaban-kewajibannya. Hal ini sangat
penting karena transaksi kredit mencakup janji untuk membayar.

b.

Capacity, berkaitan dengan penilaian akan kemampuan langganan. Ini


tercermin dalam riwayatnya dimasa lampau ditunjang oleh pengamatan
lahiriah atau observasi secara fisik atas perusahaan dan cara-cara usahanya.

c.

Capital, diukur oleh posisi keuangan perusahaan sebagaimana


diperlihatkan oleh analisa rasio yang terutama ditekankan pada aktiva materiil
perusahaan.

14

d.

Colleteral, diwakili oleh aktiva yang ditawarkan oleh langganan


sebagai jaminan kredit yang diberikan kepadanya.

e.

Conditions, berkaitan dengan pengaruh trend perekonomian dan


perkembangan lainnya dalam bidang ekonomi yang mungkin mempengaruhi
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya.

2.4 Pengertian Penjualan Kredit


Pengertian penjualan menurut Hadori Yunus dan Harnanto (1999:109)
penjualan kredit atau angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan
perjanjian dimana pembayaran dapat dilaksanakan secara bertahap yaitu :
a. Pada saat barang-barang diserahkan kepada pembeli, penjual menerima
pembayaran pertama sebagian dari harga penjualan (di berikan down
payment).
b. Sisanya dibayar dalam beberapa kali angsuran.
Pengertian penjualan kredit atau angsuran menurut Fischer, Taylor dan Leer
dalam

Arifin

(1997:111)

adalah

suatu

jenis

penjualan

yang

cara

pembayarannya dapat di lakukan secara bertahap dalam jumlah tertentu


selama jangka waktu tertentu.
Turut pula memberikan batasan tentang pengertian penjulan kredit yakni
Utoyo Widayat dan Sugito Wibowo (1993:2) yaitu penjualan barang dagangan
atau jasa yang di laksanakan dengan perjanjian dimana pembayaran dilakukan
secara bertahap atau berangsur. Biasanya pada saat barang atau jasa diserahkan

15

kepada pembeli, penjual menerima uang muka (down paymen), sebagai


pembayaran pertama dan sisanya diangsur dalam beberapa kali angsuran.
Dari pengertian beberapa para ahli diatas maka dapat di simpulkan bahwa
penjualan kredit adalah pembayaran yang dilakukan secara bertahap (angsuran),
besarnya angsuran dan lamanya jangka waktu kredit di tuangkan dalam suatu
perjanjian.
2.5 Kebijakan Pemberian Kredit Terhadap Penjualan
Tujuan dari pengelolaan kredit adalah untuk memaksimalkan keseluruhan
profitabilitas

perdagangan.

Abdullah

(2005:138)

mengemukakan

bahwa

kebijakan penjualan produk secara kredit yang selanjutnya disebut kebijakan


kredit merupakan rangkaian keputusan yang ditempuh perusahaan (manajer
keuangan) yang akan mempengaruhi investasi dalam piutang. Walaupun kondisi
eksternal perusahaan khususnya kondisi ekonomi makro mempunyai pengaruh
kuat terhadap tingkat piutang, namun tingkat piutang juga dipengaruhi oleh
kebijakan kredit perusahaan.
Sartono (1997:542) menyatakan bahwa untuk menentukan kebijakan
kredit yang optimal, manajer keuangan harus mempertimbangkan beberapa
variabel penting yang berkaitan dengan piutang yang meliputi: (1) Standar kredit,
(2) Persyaratan kredit, dan (3) usaha pengumpulan piutang.
Untuk mengetahui masing-masing variabel kebijakan pemberian kredit
kredit terhadap penjualan akan dijelaskan sebagai berikut :
2.5.1 Standar Kredit

16

Standar kredit adalah salah satu kriteria yang dipakai perusahaan untuk
menyeleksi para langganan yang akan diberi kredit dan berapa jumlah yang harus
diberikan. Hal ini menyangkut kebiasaan langganan dalam membayar kembali,
kemungkinan langganan tidak membayar kredit yang diberikan, dan rata-rata
jangka waktu pembayaran para langganan. Standar kredit adalah Kriteria
minimum yang harus dipenuhi oleh seorang langganan sebelum dapat diberikan
kredit ( Syamsuddin, 1998:256 ).
Dengan demikian terdapat berbagai faktor yang harus dipertimbangkan
baik internal maupun eksternal sebelum perusahaan menetapkan standar kredit.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan meliputi : reputasi pelanggan
sehubungan dengan penyelesaian hutang-hutangnya, kemampuan keuangan
debitur, referensi-referensi kredit dan kondisi piutang perusahaan.
Taswan (2003:181) mengemukakan batas maksimum pemberian kredit
yaitu merupakan batas maksimum penyediaan dana yang diperkenankan untuk
dilakukan oleh perusahaan kepada peminjam arau sekelompok peminjam
tertentu. Jangka waktu pengumpulan piutang adalah jangka waktu dari saat
terjadinya piutang sampai dengan pembayaran kembali piutang tersebut.
Semakin lama jangka waktu pengumpulan piutang berarti semakin besar
investasi pada piutang dan biaya yang timbul juga semakin besar.
(Sartono,1997:542-543).
2.5.2 Persyaratan kredit

17

Persyaratan kredit atau credit term adalah kondisi yang disyaratkan untuk
pembayaran kembali piutang dari langganan. Kondisi tersebut meliputi lama
waktu pemberian kredit dan potongan tunai serta persyaratan khusus lainnya
seperti penanggalan musim (seasonal dating).
Penanggalan musiman adalah syarat kredit yang mendorong pembeli
produk-produk musiman untuk mengambil barang sebelum masa sibuk, namun
dapat menangguhkan pembayarannya hingga setelah masa sibuk (Horne &
Wachhowicz, diterjemahkan oleh Heru Sutojo, 1997:262). Dalam periode
penjualan tidak aktif perusahaan terkadang menual kepada pelanggan tanpa
meminta pembayaran untuk beberapa waktu mendatan, dan ini mampu menarik
perhatian pelanggan untuk membeli produk secara kredit, akan tetapi perlu dibuat
perbandingan antara keuntungan dari penjualan tambahan dengan tingkat
pengembalian investasi tambahan piutang untuk menentukan apakah persyaratan
penanggalan sudah sesuai sehingga dapat meningkatkan penjualan.
Contoh persyaratan kredit, 6/10, net 60 berarti bahwa langganan
mempunyai tenggang waktu pembayaran utang kepada perusahaan selama 60
hari dan apabila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari maka akan
mendapatkan potongan tunai sebesar 6%.
Persyaratan kredit ini juga dapat mempengaruhi tingkat penjualan
sehingga

perusahaan

perlu

mempertimbangkan

apakah

sebaiknya

memperpanjang periode pemberian kredit atau tidak (Sartono, 1997:544-545).


Semakin lama periode kredit yang diberikan kepada pelanggan, maka akan

18

meningkatkan permintaan terhjadap produk, karena pelanggan tertarik dengan


lamanya tingkat pengembalian kredit. Dengan meningkatnya permintaan
terhadap produk artinya peningkatan terhadap penjualan.
Disamping persyaratan kredit, seringkali perusahaan juga memberikan
potongan tunai untuk meningkatkan penjualannya. Potongan tunai ini diberikan
apabila langganan membayar kembali dalam periode tertentu. Potongan tunai
diberikan agar mempercepat pengumpulan piutang, dengan demikian akan
memperkecil biaya yang terjadi akibat adanya piutang tersebut. dengan asumsi
bahwa dengan pemberian potongan tunia itu akan dapat meningkatkan penjualan
tetapi piutang tak tertagih tidak berubah (Sartono, 1997:546).
Dalam

pemberian

kredit

biasanya

pembayarannya

mempunyai

persyaratan sebagai berikut:


1.

Pembayaran uang muka (down payment) pembayaran ini


dilakukan secara tunai yang jumlahnya sebesar persentase tertentu dari harga
jual aktiva tetap atau barang dagangan atau sebesar jumlah rupiah yang
ditentukan.

2.

Pembayaran uang tunai periodik sebagai pembayaran angsuran,


besarnya pembayaran angsuran ini telah ditentukan sebelumnya atau dapat
juga ditentukan besar kecilnya tergantung pada lamanya jangka waktu
angsuran. (Arifin, 1997:112 & 125).

2.5.3 Usaha Pengumpulan Piutang

19

Salah satu variabel utama dalam pengumpulan piutang adalah besarnya


jumlah uang yang digunakan dalam prosedur penagihan. Semakin besar biaya
yang digunakan pada pengumpulan piutang, maka semakin kecil kemungkinan
piutang tak tertagih dan semakin sedikit periode penagihan. Piutang akan
memberikan keuntungan apabila piutang sudah tertagih (Horne & Wachowicz,
terjemahkan oleh Heru Sutojo, 1997: 263).
Menurut Sartono (1997:548), usaha pengumpulan piutang yang agresif
harus dihindarkan karena akan mengurangi penjualan dan keuntungan dimasa
yang akan datang karena mereka akan berpindah keperusahaan yang
kebijakannya lebih mudah. Keuntungan yang diperoleh dari kebijakan penagihan
adalah pada waktu pengumpulan piutang selalu memperhitungkan antara biaya
aktivitas pengumpulan piutang dengan pendapatan yang diperoleh, jangan
sampai aktivitas pengumpulan piutang melebihi pendapatan yang diperoleh
karena adanya usaha tersebut.
2.6 Masalah Bunga Pada Pemberian Kredit
Dalam perjanjian pemberian kredit, biasanya pemberi kredit disamping
memperhitungkan laba juga memperhitungkan beban bunga terhadap jumlah
harga dalam kontrak yang belum dibiayai oleh pembeli. Menurut Hadori Yunus
dan Harnanto (1999:131) beban bunga biasanya dibayar bersama-sama dengan
pembayaran kredit atas harga menurut kontrak yang kebijakan pembayaran
bunga secara periodik pada umumnya dilakukan dalam bentuk:

20

a. Bunga diperhitungkan dari sisa harga kontrak selama jangka waktu kredit.
Cara semacam ini sering disebut long end interest.
b. Bunga diperhitungkan dari setiap angsuran yang harus dibayar yang dihitung
sejak tanggal perjanjian yang ditanda tangani sampai tanggal jatuh tempo
setiap kredit yang bersangkutan. Cara ini sering disebut short end interest.
c. Pembayarn kredit periodik dilakukan dalam jumlah yang sama, dimana
didalamnya termasuk angsuran pokok dan bunga yang diperhitungkan dari
saldo harga kontrak selama jangka waktu perjanjian, cara ini lebih dikenal
dengan metode annuited.
d. Bunga secara periodik diperhitungkan berdasarkan dari (sisa) harga kontrak

2.7 Perjanjian (Kontrak) Kredit


Untuk melindungi kepentingan pihak perusahaan dari kemungkinan tidak
ditepatinya kewajiban pihak pembeli, maka terdapat beberapa bentuk perjanjian
(kontrak) kredit sebagai berikut :
a. Perjanjian bersyarat dimana barang barang telah diserahkan, tetapi hak atas
barang-barang masih berada ditangan perusahaan sampai seluruhnya
pembayaran sudah lunas.
b. Pada saat perjanjian ditanda tangani dan pembayaran pertama telah
dilakukan, hak milik dapat diserahkan kepada pembeli, tapi dengan

21

menggadaikan sebagian harga penjualan yang belum dibayar kepada pihak


perusahaan.
c. Hak milik atas barang-barang untuk sementara diserahkan kepada suatu
badan trust (trustee) sampai pembayaran harga penjualan dilunasi. Setelah
pembayaran lunas oleh pembeli baru trustee menyerahkan hak atas barangbarang itu kepada pembeli.perjanjian semacam ini dilakukan dengan akte
kepercayaan.
d. Beli sewa (lease-purchase), dimana barang-barang yang telah diserahkan
kepada pembeli.pembayaran kredit dianggap sewa sampai harga kontrek
telah dibayar lunas baru sesudah itu hak milik berpindah kepada pembeli
(Hadori Yunus & Harnanto,1999:109).

2.8 Manajemen Piutang


Manajemen piutang merupakan bagian penting dalam manajemen
keuangan karena berkaitan dengan pencapaian profit perusahaan. Abdullah
(2005:137) mengemukakan suatu perusahaan dalam upaya mempertahankan dan
meningkatkan omset penjualan maka pada umumnya perusahaan melakukan
penjualan secara kredit,oleh karena itu akan menimbulkan piutang.
Apabila perusahaan melakukan kebijakan pemberian kredit akan
berpengaruh

terhadap

meningkatnya

22

penjualan,akan

tetapi

dilain

pihk

menimbulkan beban biaya karena lunaknya syarat kredit, termasuk biaya bad
debt. Dilain pihak ketatnya kebijakan pemberian kredit akan cenderung
memperkecil volume penjualan walaupun tidak terbebani biaya karena
persyaratan pemberian kredit yang memberatkan pembeli maupun pelanggan.
Oleh karena itu perusahaan dihadapkan dengan permasalahan bagaimana
menghasilkan kebijakan pemberian kredit yang menguntungkan dan sesuai
dengan tujuan perusahaan.
Menurut Bambang Riyanto (2001:85),dalam keadaan normal dan dimana
penjualannya pada umumnya dilakukan dengan kredit, piutang mempunyai
tingkat likuiditas yang lebih tinggi daripada inventory, karena perputaran dari
piutang ke kas membutuhkan satu langkah saja. Manajemen piutang merupakan
hal yang sangat penting bagi perusahaan yang menjual produknya dengan kredit.
Manajemen piutang terutama menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang,
pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang, dan evaluasi terhadap politik
kredit yang dijalankan oleh perusahaan.
Piutang meliputi semua tagihan dalam bentuk terhadap perorangan, badan
usaha atau pihak tertagih lainnya, ( Niswonger and Fees Worren yang dikutip
oleh Hyginus Rusminarto, 1992:253 ).
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang adalah
sebagai berikut:
1. Volume penjualan kredit

23

Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan


memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya
volume penjualan kredit setiap tahunnya berarti bahwa perusahaan itu harus
menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang.
2. Syarat pembayaran penjualan kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat dan lunak.
Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa
perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada pertimbangan
profitabilitas.
3. Ketentuan tentang pembatasan kredit
Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal
bagi kredit yang akan diberikan kepada para langgananya. Makin tinggi batas
maksimal bagi masing-masing langganan berarti makin besar pula dana yang
diinvestasikan dalam piutang.
4. Kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang
Perusahaan dapat menjalankan kebiasaan dalam mengumpulkan piutang
secara aktif dan pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara
aktif dalam pengumpulan piutang akan mempunyai pengeluaran uang yang
lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang tersebut
dibandingkan dengan perusahaan lain yang menjalankan kebijaksanaan secara
pasif.
5. Kebiasaan membayar para langganan

24

Ada sebagian langganan yng mempunyai kebiasaan untuk membayar


dengan menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount, dan ada
sebagian lagi yang tidak menggunakan kesempatan tersebut.
2.9 Pengukuran Efektivitas dan Efisiensi Piutang
2.9.1 Tingkat Perputaran Piutang (Receivables Turnover)
Piutang sebagai element dari modal kerja selalu dalam keadaan berputar.
Menurut Bambang Riyanto (2001:90) periode perputaran atau periode terikatnya
modal dalam piutang adalah tergantung kepada syarat pembayarannya. Makin
lunak atau makin lama syarat pembayaran, berarti makin lama modal terikat pada
piutang, yang ini berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu
adalah semakin rendah. Tingkat perputaran piutang (receivables turnover) dapat
diketahui dengan mebagi jumlah credit sales selama periode tertentu dengan
jumlah rata-rata piutang (average receivables).

Net credit sales


Receivables turnover =
Average receivables
2.9.2 Analisis Umur Piutang
Periode terikatnya modal dalam piutang atau rata-rata pengumpulan
piutang dapat dihitung dengan membagi tahun dalam hari dengan turnovernya.
Hari rata-rata pengumpulan piutang (avarage collection period) dapat dihitung
dengan cara sebagai berikut : (1 tahun = 360 hari)

25

(Bambang Riyanto, 2001:90)

360
Hari rata-rata pengumpulan piutang =
Receivables Turnover

Hari rata-rata pengumpulan piutang dapat pula dihitung dengan :


360 x Average receivables
=
Net Credit Sales
Ratarata umur piutang melihat beberapa lama yang diperlukan untuk melunasi
piutang (merubah piutang menjadi kas). Semakin lama rata-rata piutang berarti
semakin besar dana yang tertanam pada piutang.

2.10 Kerangka Pemikiran


Pada hakekatnya semua tujuan perusahaan itu sama yaitu untuk
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan cara yang semaksimal
mungkin.keuntungan ini dapat diperoleh melalui pemberian penjualan secara
tunai maupun secara kredit dikarenakan kompetisi antara perusahaan pada masa
sekarang ini semakin tinggi,maka produk yang dipamerkan atau ditawarkan
kepada calon konsumen pun semakin beragam baik dari mutu,jenis dan merknya.

26

Sekarang ini konsep pemberian penjualan secara kredit menjadi trend


bagi pihak perusahaan dan ternyata lebih diminati oleh perusahaan,bahkan tidak
jarang persentase pemberian penjualan kredit dilakukan oleh perusahaan lebih
tinggi dibanding dengan volume pemberian penjualan secara tunai. Pemberian
penjualan secara kredit umumnya dilakukan untuk mempermudah konsumen
untuk membeli suatu barang secara tunai mungkin terasa berat atau daya beli
masyarakat tidak terjangkau.
Oleh karena itu, PT Hasjrat Abadi Cabang Kendari menempuh suatu
kebijakan dengan mekakukan pemberian penjualan secara kredit sebagai salah
satu alternatif untuk meningkatkan volume penjualan dan tingkat profit yang
diharapkan. Kebijakan pemberian penjualan secara kredit mencakup : standar
kredit, biaya pengumpulan piutang,dan pemberian potongan. Di mana ketiga
faktor tersebut sangat mempengaruhi perusahaan dalam menentukan diberitidaknya kepada seorang calon konsumen dalam memenuhi kewajibankewajibannya. Selanjutnya dengan kebijakan yang ditempuh, perusahaan
mengharapkan dapat mengendalikan piutangnya agar perusahaan tidak
mengalami kerugian, sehingga dengan demikian sasaran untuk meminimumkan
piutangnya dapat tercapai.

27

Skema I Kerangka Pikir

PT. Hasjrat Abadi


Cabang Kendari

Laba/Profit

Pemberian Penjualan

Credit/Kredit
28

Cash/Tunai

Kebijakan Pemberian Kredit:


1. Standar Kredit
2. By. Pengumpulan Piutang
3. Pemberian Potongan

Penjualan Sepeda
Motor

Apakah Kebijakan Pemberian


Kredit Berpengaruh Signifikan
Terhadap Penjualan

Analisis Regresi
Linear Berganda

Kesimpulan dan
Rekomendasi

2.11 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan kerangka pikir, maka dirumuskan hipotesis penelitian bahwa
kebijakan pemberian kredit yang meliputi standar kredit, biaya pengumpulan
piutang, dan pemberian potongan secara simultan dan parsial mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap penjualan.

29

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah PT. Hasjrat Abadi
Cabang Kendari
3.2 Jenis dan Sumbar Data

30

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu
data yang diperoleh langsung dari pihak perusahaan yang berupa data penjualan
produk serta kebijakan kredit yang dilakukan.
3.3 Metode Pengumpulan Data
6. Wawancara, yaitu suatu bentuk pengumpulan data yang penulis gunakan
dengan cara mengadakan tanya jawab secara lansung kepada pengguna sepeda
motor Yamaha.
7. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung pada
obyek penelitian dan melakukan pencatatan data yang dibutuhkan secara
langsung, cermat dan sistematis pada data-data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.
3.4 Metode Pengolahan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diolah dengan cara sebagai
berikut :
1. Editing, yaitu menghipun data-data yang diperlukan yang bersumber dari
perusahaan.
2. Tabulasi, yaitu memasukkan data kedalam tabel, untuk selanjutnya menjadi
bahan analisis.
3. Sortir, yaitu menyortir atau melihat data-data yang telah dikumpulkan untuk
digunakan dalam penelitian.
4. Interpretasi, yaitu menjelaskan atau menguraikan data-data berdasarkan
variabel yang diteliti dalam penelitian ini.

31

3.5 Metode Analisis


Untuk menjawab permasalahan akan digunakan analisis regresi linear
berganda dengan model sebagai berikut :
Yi = 0 + i Xi + . + nXn + ei
Dimana : Yi

( Furqon 1999:70)

= Variabel dependent

= Konstanta ( intercept)

I n

= Koefesien regresi

Xi Xn

= Variabel independent

ei

= epsilon / galat prediksi

Persaman regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X + E
Dimana :

= Penjualan (Rupiah)

X1

= Standar kredit (Rupiah)

X2

= Biaya pengumpulan piutang (Rupiah)

X3

= Pemberian potongan (Rupiah)

3.6 Prosedur Pengujian Hipotesis


Pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa kebijaksanaan penjualan
kredit yang meliputi standar kredit, biaya pengumpulan piutang dan potongan
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penjualan
dilakukan dengan menggunakan uji F, untuk menguji signifikansi pengaruh
variabel-variabel bebas secara simultan terhadap variabel tergantung. Hipotesis
32

nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama
dengan nol, atau :
Ho : b1.23 = b2.13 = b3.12 = 0
Artinya : standar kredit, biaya pengumpulan piutang dan potongan
secara simultan tidak mempunyai pengaruh terhadap penjualan pada PT. Hasjrat
Abadi Cabang Kendari. Hipotesis alternatifnya (H1) tidak semua parameter
secara simultan sama dengan nol, atau :
H1 : b1.23 = b2.13 = b3.12 0
Artinya : standar kredit, biaya pengumpulan piutang dan potongan
secara simultan mempunyai pengaruh terhadap penjualan pada PT. Hasjrat Abadi
Cabang Kendari.
Untuk menguji hipotesis ini dilakukan dengan membandingkan Fhitung
dengan Ftabel jika Fhitung < Ftabel artinya Ho diterima dan H1 di tolak. Dan
sebaliknya jika Fhitung > Ftabel artinya Ho ditolak dan H1 diterima.

Pengujian mengenai pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap


variabel tergantung secara parsial dilakukan dengan penggunaan uji t. hipotesis
nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol,
atau :
Ho : bi = 0
Artinya : standar kredit, biaya pengumpulan piutang dan potongan
secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap penjualan. Hipotesis

33

alternatifnya (H1) parameter secara parsial suatu variabel tidak sama dengan nol,
atau :
Ho : bi 0
Artinya

standar kredit, biaya pengumpulan piutang dan potongan secara

parsial mempunyai pengaruh terhadap penjualan.


Cara melakukan uji t adalah dengan membandingkan thitung dengan
ttabel. Perbandingan ini dimaksudkan untuk menentukan apakah hipotesis nol
diterima atau tidak. Jika thitung < ttabel artinya Ho diterima dan H1 di tolak, artinya
standar kredit, beaya pengumpulan piutang dan potongan secara parsial tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penjualan pada PT Hasjrat Abadi
Cabang Kendari. jika thitung > ttabel artinya Ho ditolak dan H1 diterima,artinya
standar kredit, biaya pengumpulan piutang dan potongan secara parsial
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penjualan pada PT Hasjrat Abadi
Cabang Kendari.

3.7 Definisi Operasional


1. Kebijakan pemberian kredit adalah kebijakan (pengambilan keputusan) yang
dilakukan oleh PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari dalam memasarkan produk
sepeda motor secara kredit kepada konsumen yang memenuhi syarat dan
sebagai konsekuensinya akan menimbulkan piutang.
2. Standar kredit adalah besarnya kriteria minimum uang muka yang harus
dipenuhi oleh seorang langganan sebelum dapat diberikan kredit.

34

3. Biaya pengumpulan piutang adalah suatu perkiraan yang menunjukan jumlah


penunggak yang berhutang pada perusahaan sebagai akibat dari penjualan
barang dan jasa secara kredit.
4. Pemberian potongan adalah besarnya Discount yang diberikan pada
konsumen yang diukur dengan satuan rupiah.
5. Piutang meliputi semua tagihan dalam bentuk terhadap perorangan, badan
usaha atau pihak tertagih lainnya.
6. Penjualan adalah kegiatan mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh
penjual untuk mengajak orang lain untuk bersedia membeli barang atau jasa
lainnya.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Hasjrat Abadi berdiri pada tahun 1980 yang berkedudukan di
Jakarta. Perusahaan inipertama-tama bergerak dibidang penjualan sembako,

35

namun seiring dengan perkembangan ekonomi yang berdampak pada


permodalan memadai, maka perusahaan ini beralih status dari penjualan sembako
kekategori penjualan besar, yang bergerak dibidang pemasaran otomotif dan
mesin-mesin serta barang dagangan umum.
Pemasaran dibidang ototmotif, yakni meliputi kenderaan roda 4
(empat) merek toyota dan roda 2 (dua) merek Yamaha. Di bidang mesin-mesin,
meliputi perdagangan hand tractor roda 2 (dua) dan roda 4 (empat) merek
Yanmar, mesin penggerak merek Yanmar, mesin merek tempel merek Yamaha.
Sedangkan di bidang barang dagangan umum meliputi perdagangan
elektronik (televisi, lemari es, AC, mesin cuci, DVD), merek samsung dan
Uchida, ban untuk kenderaan roda 2 (dua) dan 4 (empat) merek intirub dan
Dunlop, oli kenderaan roda 2 (dua) dan 4 (empat) merek Penzoil dan Evalube
serta spare part merek Yamaha, Yamaha, Toyota, Yanmar. Selain itu PT. Hasjrat
Abadi juga memasarkan produk cat merek Dana paint dan Dana gloss serta
keramik merek Masterina.

Perusahaan ini telah melakukan ekspansi hampir diseluruh Indonesia


bagian timur, dimana telah mempunya kantor cabang dan perwakilan termasuk
Sulawesi Tenggara yang jumlahnya sebanyak 42 kantor.
Khusus di Sulawesi Tenggara, kantor cabangnya dibuka pada tanggal 1
Mei 2001 dan berada di Kota Madya Kendari yang beralamat dijalan Ahmad
Yani nomor 62 Kelurahan Bende Kecamatan Baruga dengan memperkerjakan

36

tenaga kerja sebanyak 63 orang sanpai sekarang, kantor cabang Kendari telah
mempunyai 9 (sembilan) kantor perwakilan, yakni kantor perwakilan Konawe,
Konawe Selatan, Konawa Utara, Kolaka, Kolaka Utara, Buton, Muna, Bombana,
dan Wakatobi serta memilki dua Outlet, yakni outlet Mandonga dan Outlet Pasar
Baru.
4.1.2 Strutur Organisasi
Perusahaan dapat dikatakan sebagai suatu sistem dari berbagai fungsifungsi yang saling berhubungan atau saling berkaitan satu sama lain. Fungsifungsi yang ada dalam perusahaan dituntut untuk salaing bekerja sama demi
kelancaran produktivitas perusahaan. Untuk mendorong kerja sama yang baik,
maka dibutuhkan suatu struktur organisasi yang jelas.
Struktur organisasi mengambarkan pendelegasian wewenang dan
tanggung jawab dari masing-masing bagian yang ada dalam perusahaan sehingga
kegiatan usaha dapat berjalan dengan lancar sekaligus menciptakan kondisi yang
lebih sehat. Adapun struktur organisasi PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari dapat
dilihat pada skema berikut ini :

37

Berikut ini diuraikan secara singkat pembagian wewenang dan


tanggung jawab dari masing-masing fungsi manajemen tersebut :
a.

Kepala Cabang
Adalah pimpinan perusahaan yang bertanggung jawab atas kelancaran
jalannya seluruh kegiatan perusahaan demi tercapainya tujuan perusahaan

38

dan berwenang untuk mengkoordinasi, mangawasi, menciptakan pembagian


tugas kepada kepala bagian dan seksi-seksinya.
b.

Kepala Bagian Penjualan


Bertanggung jawab penuh terhadap transaksi penjualan yang terjadi di
perusahaan serta mengawasi dan menangani masalah-masalah yang
menyangkut penjualan atas persetujuan pimpinan.
Bagian ini membawahi:
1

Bagian Yamaha/unit, bertanggung jawab atas kelancaran transaksi


penjualan kendaraan bermotor.

Bagian parts/ban bertanggung jawab atas kelancaran transaksi


penjualan spare parts kenderaan bermotor dan ban mobil

Bagian mesin/elektronik bertanggung jawab atas kelancaran transaksi


penjualan alat-alat pertanian dan barang-barang elektronik.

Bagian administrasi sales, bertanggung jawab atas pelaksanaan


administrasi penjualan baik penjualan secara tunai maupun penjualan
secara kredit.

Bagian survey, bertanggung jawab atas kelayakan pemberian kredit


kepada calon pembeli.

c.

Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan


Bertanggung jawab atas pencatatan setiap transaksi, mengolah data transaksi
dan menyusun laporan keuangan perusahaan.
Bagian ini membawahi

39

1.

Bagian keuangan, bertanggung jawab atas pencatatan setiap


transaksi, mengolah data transaksi dan menyusun laporan keuangan
perusahaan periodik.

2.

Bagian pembukuan, malaksanakan pencatatan yang terkait


dengan pembayaran langsung dari kasir.

3.

Bagaian umum dan personalia, bertanggung jawab atas


urusan-urusan yang bersifat umum yang sehubungan dengan kelancaran
kerja operasional, antara lain menyangkut keamanan dan ketentraman
kerja dalam perusahaan. Personalia bertanggung jawab atas rekruitmen
atas tenaga kerja dan mengurus permasalahan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan yang bekerja pada perusahaan.

4.

Bagian kasir, bertanggung jawab atas penerimaan uang yang


berasal dari bagian penjualan atas hasil penjualan tunai maupun dari
bagian penagihan atas hasil tagihan piutang penjualan angsuran serta
bertanggung jawab atas pengeluaran uang untuk pembelian tunai,
pelunasan hutang dan biaya operasional perusahaan.

5.

Bagian administrasi penagihan, bertanggung jawab atas


untuk melakukan penagihan piutang atas penjualan angsuran kepada
debitur berdasarkan syarat pembayaran yang telah disepakati dan
menyerahkan hasil penagihannya kepada bagian kasir. Bagian ini
melakukan koordinasi dengan bagian penjualan untuk memperoleh data
menyangkut pelanggan yang melakukan pembelian secara kredit.

40

6.

Bagian pajak, membuat laporan pajak, menerbitkan semua


faktur komersil ke buku register pajak sesuia produk serta menerbitkan
faktur pajak standar untuk debitur yang tidak mempunyai NPWP.

7.

Bagian pembukuan umum, memberikan informasi konduite


debitur yang akan mengambil barang dengan cara memasukkan saldo
hutang, total yang sudah jatuh tempo dan pembayaran terakhir tentang
calon debitur yang akan mengambil barang.

8.

Bagian administrasi umum, bertugas untuk melakukan


pencatatan atas transaksi yang terjadi dalam perusahaan.

9.

Bagian audit, bertugas untuk mengaudit laporan keuangan


perusahaan.

10.

Bagian hukum, bertanggung jawab untuk megatasi hal-hal


yang berhubungan dengan hukum yang berlaku.

11.

Bagian sekretariat, bertugas mencatat semua surat masuk dan


surat keluar.

12.

Bagian ekspedisi umum, bertanggung jawab atas pengiriman


barang dagangan dari suplier maupun dari pengirim barang dagangan
kelangganan.

13.

Bagian gudang, melakukan pencatatan atas keluarnya barang.

4.1.3 Sistem Dan Prosedur Penjualan Angsuran


Pada saat calon pembeli akan melakukan pembelian secara kredit, akan
diterima oleh bagian penjualan untuk mengetahui produk yang ditawarkan oleh

41

perusahaan bail mengenai jenis, harga, cara, dan syarat pembayaran. Setelah
calon pembeli menentukan produk yang akan dibelinya dan harga jual telah
disepakati bersama, selanjutnya pembeli mengisi formulir permohonan kredit
jika akan membeli secara angsuran. Berdasarkan kredit yang diajukan oleh calon
pembeli selanjutnya badian survey melakukan penelitian lapangan untuk
menentukan apakah calon pembeli memenuhi syarat untuk diberikan kredit. Jika
permohonan kredit tersebut disetujui maka pembeli akan berhubungan dengan
bagian administrasi sales untuk membuat perjanjian penjualan angsuran yang
didalamnya mengatur syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak,
baik mengenai syarat pembayaran, maupun hal-hal yang mengikat pada waktu
masa angsuran sampai saat pemilikan oleh pihak pembeli.

Perkembangan jumlah unit motor yang terjual setiap bulan berbeda-beda.


Adapun perkembangannya dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel. 4.1

Perkembangan Jumlah Unit Motor yang Terjual pada PT. Hasjrat


Abadi Cabang Kendari Tahun 2008 2009

Tahun

Bulan

2008

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni

Jumlah Motor
(Unit)
134
139
150
123
181
155
42

Perkembangan
(%)
0,00
3,73
7,91
-18
47,15
-14,36

Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
2009
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah
Rata-rata

200
173
223
152
254
250
370
352
379
325
366
390
480
511
434
514
445
418
7118
297

29,03
-13,5
28,90
-31,83
67,10
-1,57
48
-4,86
7,67
-14,24
12,61
6,55
23,08
6,46
-15,07
18,43
-13,42
-6,07
183,42
7,64

Sumber PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari (data diolah)

4.1.4 Kebijakan Dalam Menetapkan Biaya Pengumpulan Piutang


PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari dalam menetapkan besarnya biaya
pengumpulan piutang dihitung berdasarkan jarak tempat tinggal konsumen
dengan kantor. Dalam hal ini PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari membagi ke
dalam dua kelompok yaitu: Kelompok pertama didalam kota sebesar Rp.
100.000,sedangkan kelompok kedua diluar kota sebesar Rp. 200.000. Perusahaan
hanya melakukan satu kali kunjungan penagihan untuk masing-masing nasabah.
4.1.5 Kebijakan Dalam Pemberian Potongan
PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari dalam memberikan diskon atau
potongan berdasarkan program promosi yang diberikan dalam menarik minat

43

calon konsumen. Khusus untuk pembelian secara tunai dinerikan potongan


sebesar Rp. 60.000 per unit untuk semua type motor. Sedangkan untuk pembelian
secara kredit mendapatkan diskon uang muka sebesar Rp. 200.000 sampai Rp.
500.000 untuk pembelian type motor tertentu,yaitu Vega R DB, Vega ZR, dan
New Jupiter Z CW.
4.1.6 Kebijakan Dalam Menetapkan Uang Muka
Pada tahun 2008-2009, Penetapan uang muka pada PT. Hasjrat Abadi
Cabang Kendari mengalami peningkatan yakni uang muka mulai dari Rp.
2.000.000 sampai Rp. 5.500.000. Sedangkan khusus untuk type Scorpio Z CW
dan V-ixion uang muka mulai dari Rp. 5.000.000 sampai Rp. 7.000.000.

4.1.7 Kebijakan Dalam Menetapkan Jangka Waktu Kredit


Dalam menetapkan jangka waktu angsuran bagi konsumen, Perusahaan
menetapkan waktu angsuran selama 12 bulan (1 tahun) perusahaan juga
memberikan waktu angsuran selama 24 bulan (2 tahun) dan maksimal 36 bulan
(3 tahun). Namun dalam pemilihan waktu angsuran konsumen lebih banyak
memilih waktu angsuran selama 24 bulan (2 tahun). Hal ini dilakukan
perusahaan untuk lebih meringankan konsumen yang akan memperoleh kredit
kendaraan.
4.1.8 Kebijakan Dalam Menetapkan Bunga

44

PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari tahun 2008-2009, dalam menetapkan


besarnya bunga yang akan diberikan kepada calon konsumen ditentukan oleh
lamanya jangka waktu kredit yang dipilih oleh konsumen, dimana semakin lama
jangka waktu kredit maka bunga akan semakin besar dan sebaliknya. Besarnya
bunga bervariasi untuk setiap type kendaraan yaitu mulai dari 22,60% sampai
24,42%.
4.1.9 Kebijakan Dalam Menetapkan Sanksi
Sanksi yang diterapkan oleh PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari
diberlakukan bagi konsumen apabila ridak membayar tunggakannya selama
sebulan setelah adannya kunjungan oleh pihak perusahaan, maka pihak
perusahaan akan menarik kendaraan tersebut dari tangan pemilik (konsumen)
namun sebelum penarikan dilakukan,pihak perusahaan akan mengirimkan surat
pemberitahuan tunggakannya sebanyak tiga kali berturut-turut. Keputusan ini
dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan dorongan bagi konsumen untuk
melunasi angsurannya.
4.2 Deskripsi Variabel Penelitian
4.2.1 Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penjualan sepeda motor
Yamaha yang diterima PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari dari penjualan
kredit.Perkembangan penjualan PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari setiap bulan
tahun 2008-2009 dapat dilihat pada tabel berikut:

45

Tabel 4.2 Perkembangan Penjualan pada PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari
Tahun 2008-2009.
Tahun

Bulan

2008

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari

2009

Penjualan
(Rp)
685.597.500
761.775.000
1.386.430.500
868.423.500
1.142.662.500
807.481.500
1.401.666.000
990.307.500
914.130.000
1.538.785.500
1.587.385.500
1.493.079.000
944.601.000
46

Perkembangan
(%)
0,00
11,11
82
-37,36
31,56
-29,33
73,58
-29,34
-7,69
68,33
3,16
-5,94
-36,73

Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah
Rata-rata

1.584.492.000
1.736.847.000
1.828.260.000
1.432.137.000
1.828.267.000
1.584.492.000
2.148.205.500
2.102.499.000
1.843.495.500
2.300.560.500
2.346.267.000
35.257.847.500
1.469.076.979

67,74
9,61
5,26
-21,67
27,66
-13,33
35,58
-2,13
-12,32
24,79
1,99
3,44

Sumber PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari (data diolah)

Berdasarkan tabel 4.2 selama tahun 2008 bulan januari penjualan


perusahaan sebesar Rp. 685.597.500, meningkat 11,11% menjadi Rp.
761.775.000, kenaikan tersebut disebabkan karena meningkatnya permintaan
konsumen hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah unit kendaraan yang
terjual. Pada bulan Maret penjualan meningkat 82% dengan nilai Rp.
1.386.430.500, peningkatan ini dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan
konsumen terhadap kendaraan khususnya type VEGA ZR.Pada bulan April
menurun 37,36% menjadi Rp. 868.423.500, penurunan ini disebabkan oleh faktor
tambang emas Bombana yang akibatnya banyaknya konsumen yang melakukan
pembelian secara Tunai. Pada bulan Mei penjualan meningkat 31,56% sebesar
Rp. 1.142.662.500, hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah unit
kendaraan yang terjual terutama type new Jupiter Z. Bulan juni terjadi penurunan
penjualan 29,33% sebesar Rp. 807.481.500. Selanjutnya bulan juli terjadi
peningkatan penjualan 73,58% sebesar Rp. 1.401.666.000. Pada bulan Agustus
dan September penjualan kembali menurun 29,34% dan 7,69% masing-masing
47

sebesar Rp. 990.307.500 dan Rp. 914.130.000, hal ini disebabkan oleh kurangnya
stock unit motor dari kantor pusat. Adapun pada bulan Oktober dan November
penjualan masing-masing meningkat 68,33% dan 3,16% menjadi Rp.
1.587.385.500 dan Rp. 1.587.385.500, hal ini disebabkan meningkatnya jumlah
unit kendaraan yang terjual terutama type Vixion. Selanjutnya pada bulan
Desember penjualan kembali menurun 5,94% menjadi Rp. 1.493.079.000. Pada
tahun 2009 bulan januari diawali dengan penurunan penjualan 36,73% sebesar
Rp. 944.601.000, hal ini disebabkan penjualan yang tertunda pada bulan yang
sebelumnya. Selanjutnya pada bulan Februari, Maret, April terjadi peningkatan
penjualan 67,74%, 9,61%, 5,26, sebesar Rp. 1.584.492.000, Rp. 1.736.847.000,
dan Rp. 1.828.260.000, hal ini disebabkan oleh naiknya unit kendaraan yang
terjual akibat kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan diantaranya
memberikan promosi yang gencar. Pada bulan Mei terjadi penurunan 21,67%
sebesar Rp. 1.432.137.000.Pada bulan juni penjualan kembali meningkat 27,66%
sebesar Rp. 1.828.267.000. Bulan Juli terjadi penurunan penjualan 13,33 sebesar
Rp. 1.584.492.000 disebabkan meningkatnya harga kendaraan. Pada bulan
Agustus terjadi peningkatan penjualan 35,58% sebesar Rp. 2.148.205.500 hal ini
disebabkan pemberian subsidi uang muka. Bulan September dan Oktober terjadi
penurunan penjualan 2,13% dan 12,32% menjadi Rp. 2.102.499.000 dan Rp.
1.843.495.000. Selanjutnya bulan November dan Desember terjadi peningkatan
24,79% dan 1,99% menjadi sebesar Rp. 2.300.560.500 dan Rp. 2.346.267.000
peningkatan penjualan ini akibat meningkatnya daya beli konsumen.

48

4.2.2 Variabel Bebas


A.

Standar Kredit (X1)


Standar kredit adalah jumlah maksimum kredit yang diberikan kepada

calon debitur yang diukur dalam satuan rupiah. Perkembangan standar kredit PT.
Hasjrat Abadi Cabang Kendari setiap bulan selama tahun 2008-2009 dapat dilihat
pada tabel berikut:

Tabel

4.3

Perkembangan Standar kredit pada PT. Hasjrat Abadi Cabang


Kendari Tahun 2008-2009.

Tahun

Bulan

2008

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli

2009

Standar Kredit
(Rp)
225.000.000
375.000.000
455.000.000
285.000.000
250.000.000
265.000.000
460.000.000
325.000.000
300.000.000
605.000.000
505.000.000
490.000.000
310.000.000
690.000.000
570.000.000
600.000.000
705.000.000
600.000.000
520.000.000
49

Perkembangan
(%)
0,00
66,67
21,33
-37,36
-12,28
6
73,58
-29,35
-7,69
101,67
-16,53
-2,97
-36,73
122,59
-17,39
5,26
17,5
-14,89
-13,33

Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah
Rata-rata

470.000.000
505.000.000
520.000.000
755.000.000
770.000.000
11.555.000.000
481458333,3

-9,62
7,45
2,97
45,19
1,99
14,23

Sumber PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari (data diolah)

Berdasarkan tabel 4.3 nampak bahwa selama tahun 2008 bulan januari
standar kredit perusahaan sebesar Rp. 225.000.000 meningkat 66,67% dan
21,33% menjadi Rp. 375.000.000 dan Rp. 455.000.000, hal ini disebabkan
meningkatnya penjualan. Pada bulan April, Mei, standar kredit perusahaan
menurun 37,36%,12,28% menjadi Rp. 285.000.000, Rp. 250.000.000, hal ini
disebabkan menurunnya penjualan. Pada bulan Juni dan Juli terjadi peningkatan
penjualan 6% dan 73,58% sebesar Rp. 265.000.000 dan Rp. 460.000.000.
Selanjutnya pada bulan Agustus dan September terjadi penurunan 29,35% dan
7,69% menjadi sebesar Rp. 325.000.000 dan Rp. 300.000.000. Pada bulan
Oktober terjadi peningkatan penjualan 101,67% sebesar Rp. 605.000.000 hal ini
disebabkan karena perusahaan memberikan standar kredit yang longgar kepada
konsumen. Pada bulan November hingga awal Januari tahun 2009

terjadi

penurunan masing-masing 16,53%, 2,97%, 36,73%, menjadi sebesar Rp.


505.000.000, Rp. 490.000.000, Rp. 310.000.000 penurunan ini disebabkan
menurunnya penjualan. Selanjutnya pada bulan Februari standar kredit
perusahaan meningkat 122,59% sebesar Rp. 690.000.000.Pada bulan Maret
standar kredit perusahaan kembali menurun 17,39% sebesar Rp. 570.000.000,
hal ini disebabkan menurunnya penjualan. Selanjutnya pada bulan April dan Mei
50

standar kredit kembali meningkat 5,26% dan 17,5% masing-masing sebesar Rp.
600.000.000 dan Rp. 705.000.000, hal ini disebabkan promosi yang besarbesaran tentang type jenis motor Yamaha yang baru. Selanjutnya pada bulan Juni,
Juli, dan Agustus terjadi penurunan standar kredit 14,89%, 13,33%, 9,62%
masing-masing sebesar Rp. 600.000.000, Rp. 520.000.000, Rp. 470.000.000, hal
ini disebabkan kurangnya stock barang yang tersedia digudang.Selanjutnya pada
bulan September hingga akhir tahun 2009 standar kredit kembali mengalami
peningkatan masing-masing 7,45%, 2,97%, 45,19%, 1,99%

masing-masing

sebesar Rp. 505.000.000, Rp. 520.000.000, Rp. 755.000.000, Rp. 770.000.000,


hal ini

disebabkan meningkatnya

penjualan karena pihak perusahaan

memberikan standar kredit yang mudah kepada konsumen.


B.

Biaya Pengumpulan Piutang (X2)


Biaya pengumpulan piutang adalah besarnya kerugian piutang yang

ditanggung oleh PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari sebagai akibat keterlambatan
pembayaran yang dilakukan oleh konsumen yang diukur dalam satuan rupiah.
Perkembangan biaya pengumpulan piutang PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari
setiap bulan dapat dilihat pada tabel berikut:

51

Tabel 4.4 Perkembangan Biaya Pengumpulan piutang pada PT. Hasjrat Abadi
Cabang Kendari Tahun 2008-2009
Tahun

Bulan

2008

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November

2009

Biaya
Pengumpulan
Piutang
(Rp)
780.000
540.000
600.000
660.000
450.000
480.000
360.000
600.000
480.000
360.000
660.000
540.000
720.000
600.000
960.000
840.000
780.000
540.000
420.000
900.000
880.000
960.000
540.000
52

Perkembangan
(%)

0,00
-30,77
11,11
10
-31,82
6,67
-25
66,67
-20
-25
83,33
-18,18
33,33
-16,67
60
-12,5
-7,14
-30,77
-22,22
114,29
-2,22
9,09
-43,75

Desember
Jumlah
Rata-rata

475.000
15.125.000
630.208,333

-12,03
4,08

Sumber PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari (data diolah)

Januari tahun 2008 biaya pengumpulan piutang perusahaan sebesar Rp.


780.000 menurun 30,77% menjadi Rp. 540.000, hal ini disebabkan menurunnya
jumlah konsumen yang menunggak. Pada bulan Maret dan April biaya
pengumpulan piutang kembali meningkat sebesar 11,11% dan 10% menjadi Rp.
600.000, dan Rp. 660.000. Selanjutnya pada

bulan Mei kembali menurun

31,82% sebesar Rp. 450.000 dan bulan Juni kembali meningkat 6,67% sebesar
Rp. 480.000, hal ini disebabkan meningkatnya jumlah konsumen yang
menunggak. Selanjutnya pada bulan Juli biaya pengumpulan piutang kembali
menurun 25% sebesar Rp. 360.000 dan pada bulan Agustus kembali meningkat
66,67% , menjadi Rp. 600.000. Kembali terjadi penurunan pada bulan September
dan Oktober 20% dan 25% sebesar Rp. 480.000 dan Rp. 360.000. Selanjutnya
bulan November terjadi peningkatan 83,33% sebesar Rp. 660.000, hal ini masih
dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah konsumen yang menunggak sehingga
perusahaan lebih sering melakukan aktivitas penagihan, Desember akhir tahun
kembali terjadi penurunan 18,18% sebesar Rp. 540.000. Awal Januari tahun
2009 biaya pengumpulan piutang meningkat 33,33% sebesar Rp. 720.000 dan
bulan Februari kembali menurun 16,67%
menurunnya

jumlah

konsumen

yang

sebesar Rp. 600.000 disebabkan


menunggak.

Bulan Maret

biaya

pengumpulan piutang meningkat 60% sebesar Rp. 960.000, selanjutnya pada


bulan April hingga Juli kembali menurun masing-masing sebesar 12,5%, 7,14%,
53

30,77%, dan 22,22% masing-masing sebesar Rp. 840.000, Rp. 780.000, Rp.
540.000, dan Rp. 420.000, hal ini disebabkan menurunnya jumlah konsumen
yang menunggak. pada bulan Agustus biaya pengumpulan piutang kembali
meningkat 114,29% sebesar Rp. 900.000, dan Bulan September menurun 2,22%
sebesar Rp. 880.000, Selanjutnya bulan Oktober biaya pengumpulan piutang
kembali meningkat 9.09% sebesar Rp. 960.000, kemudian November hingga
Desember akhir tahun biaya pengumpulan piutang kembali menurun 43,75% dan
12,03% masing-masing sebesar Rp. 540.000 dan Rp. 475.000, hal ini disebabkan
karena menurunnya jumlah konsumen yang menunggak.
C.

Pemberian Potongan (X3)


Pemberian potongan adalah jumlah potongan yang diberikan kepada

langganan yang diukur dalam satuan rupiah. Perkembangan pemberian potongan


PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari dapat dilihat pada tabel berikut :

54

Tabel 4.5 Perkembangan Pemberian Potongan pada PT. Hasjrat Abadi Cabang
Kendari Tahun 2008-2009
Tahun

Bulan

Pemberian
Potongan
(Rp)
2.868.800
2.999.200
3.300.500
3.157.000
3.300.500
2.999.200
3.416.520
3.235.010
3.157.000
3.443.000
3.504.165
3.424.000
3.176.520
3.444.000
3.504.165
3.530.500
3.416.520
3.656.520
3.504.165
4.039.200
3.656.520
3.656.520
4.039.200
4.225.500
82.654.225
3.443.926

2008

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
2009
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah
Rata-rata

Sumber PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari (data diolah)

55

Perkembangan
(%)
0,00
4,54
10,04
-4,35
4,54
-9,13
13,91
-5,31
-2,41
9,06
1,78
-2,29
-7,23
8,42
1,75
0,75
-3,23
7,02
-4,17
15,27
-9,47
0
10,46
4,61
0,86

Berdasarkan tabel diatas dapat di inteprestasikan bahwa selama tahun


2008 bulan Januari hingga Maret meningkat 4,54% dan 10,04% masing-masing
sebesar Rp. 2.868.800, Rp. 2.999.200, dan Rp. 3.300.500, hal ini disebabkan oleh
meningkatnya penjualan. Bulan April pemberian potongan menurun sebesar
4,35% menjadi Rp. 3.157.000 dan pada bulan Mei pemberian potongan kembali
meningkat sebesar 4,54% menjadi Rp. 3.300.500 peningkatan ini disebabkan
oleh penjualan kembali meningkat. Selajutnya untuk bulan Juni pemberian
potongan menurun sebesar 9,13% menjadi Rp. 2.999.200. Selanjutnya pada
bulan Juli pemberian potongan kembali meningkat sebesar 13,91% menjadi Rp.
3.416.520 dan pada bulan Agustus dan September pemberian potongan menurun
sebesar 5,31% dan 2,41% masing-masing sebesar Rp. 3.235.010 dan Rp.
3.157.000 hal ini disebabkan karena menurunnya jumlah penjualan terutama
Type Jupiter Z dan Vega ZR. Kemudian pada bulan Oktober dan November
pemberian potongan kembali meningkat menjadi 9,06% dan 1,78%, masingmasing sebesar Rp. 3.443.000 dan Rp. 3.504.165, peningkatan ini dilakukan
perusahaan untuk menarik konsumen dalam jumlah yang banyak. Selanjutnya
pada bulan Desember dan awal bulan Januari 2009 pemberian potongan kembali
menurun masing-masing sebesar 2,29% dan 7,23% menjadi Rp. 3.424.000 dan
Rp. 3.176.520. Pada bulan Februari hingga April pemberian potongan meningkat
8,42%, 1,75% dan 0,75% masing-masing dengan nilai potongan sebesar Rp.
3.444.000, Rp. 3.504.165, Rp. 3.530.500 peningkatan ini disebabkan oleh
meningkatnya jumlah penjualan terutama sepeda motor Type V IXION.

56

Selajutnya pada bulan Mei pemberian potongan menurun sebesar 3,23% menjadi
Rp. 3.416.520. Pada bulan Juni pemberian potongan meningkat sebesar 7,02%
menjadi Rp. 3.656.520. Selajutnya bulan Juli pemberian potongan menurun
sebesar 4,17% menjadi Rp. 3.504.165. Pada bulan Agustus pemberian potongan
meningkat sebesar 15,27% menjadi Rp. 4.039.200. Kemudian pada bulan
September pemberian potongan menurun sebesar 9,47% menjadi Rp. 3.656.520.
Selanjutnya pada bulan Oktober pemberian potongan tidak mengalami perubahan
yakni tetap dengan nilai Rp. 3.656.520. Namun pada bulan November dan
Desember pemberian potongan meningkat sebesar 10,46% dan 4,61% menjadi
Rp. 4.039.200 dan Rp. 4.225.500.
4.3 Analisa Pengaruh Kebijakan Pemberian Kredit Terhadap Penjualan
Kebijakan pemberian kredit adalah pengambilan keputusan yang diambil
oleh PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari dalam melakukan pemberian kredit.
Kebijakan pemberian kredit mencakup standar kredit, biaya pengumpulan
piutang, dan pemberian potongan. Pada bab III dikemukakan bahwa untuk
menganalisis dampak kebijakan pemberian kredit terhadap penjualan digunakan
metode analisis regresi linear berganda, dimana hasil ringkasannya dapat dilihat
pada tabel berikut:

57

Tabel 4.6

Ringkasan Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Variabel
Koefisien Regresi
t Hitung
t Signifikan
X1
,221
2,830
,010
X2
,117
2,308
,032
X3
,774
9,857
,000
Konstanta (B0) = -3055324448 Dengan Nilai T Signifikan 0,000
N = 24
R Square
= 0,950
= 0,05
R
= 0,970
Ftabel = 3,10
Fhitung
= 125,936
Ttabel = 2,086
Fsignifikan
= 0,000
Standar Error = 119527544
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda dapat dikemukakan
persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
Y = -3055324448 + 0,221X1 + 0,117X2 + 0,774X3
Berdasarkan persamaan berikut nampak dapatndijelaskan sebagai berikut:
a. Variabel standar kredit (X1)
Standar kredit mempunyai nilai positif artinya setiap kenaikan standar
kredit akan meningkatkan penjualan pada PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari
karena jika standar kredit meningkat maka penjualan akan meningkat yang
berarti peningkatan piutang pula. Koefisisen regresi standar kredit sebesar
0,221 artinnya setiap penambahan Rp. 1,00 standar kredit akan meningkatkan
penjualan sebesar Rp. 0,221.
b. Variabel biaya pengumpulan piutang (X2)
Biaya pengumpulan piutang mempunyai nilai yang positif artinya setiap
kenaikan variabel biaya pengumpulan piutang akan meningkatkan penjualan
58

pada PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari, sebagaimana dikatakan bahwa jika
penjualan meningkat maka piutang akan meningkat pula sehingga perusahaan
harus menanggung beban investasi pada piutang yanag makin besar dan
perusahaan mempunyai pengeluaran yang lebih besar untuk mendanai
aktivitas tersebut. Koefisien regresi biaya pengumpulan piutang sebesar 0,117
artinya bahwa setiap penambahan Rp. 1,00 biaya pengumpulan piutang akan
meningkatkan penjualan sebesar Rp. 0,117.
c. Variabel Pemberian Potongan (X3)
Pemberian potongan mempunyai nilai positif artinya setiap kenaikan
variabel pemberian potongan menyebabkan peningkatan penjualan pada PT.
Hasjrat Abadi Cabang Kendari karena jika perusahaan memberikan potongan
yang lebih besar maka hal ini akan menarik konsumen dalam jumlah yang
banyak sehingga penjualan meningkat. Koefisien regresi pemberian potongan
sebesar 0,774 artinya bahwa setiap penambahan Rp. 1,00 pemberian
potongan akan meningkatkan penjualan sebesar Rp. 0,774.
4.3.1

Pengujian Hipotesis

4.3.1.1 Uji F
Pengujian hipotesis Analisis Kebijakan Pemberian Kredit yang meliputi
standar kredit, biaya pengumpulan piutang, dan pemberian potongan terhadap
penjualan secara simultan dapat dilakukan dengan mengunakan uji F. Berdasarkan
analisis regresi linear berganda diperoleh Fhitung = 125,936 > Ftabel = 3,10 dengan
tingkat signifikansi 5% atau P = 0,00 < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa secara

59

simultan kebijakan pemberian kredit yang meliputi standar kredit, biaya


pengumpulan piutang, dan pemberian potongan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap penjualan pada PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari. Sedangkan besarnya
koefisien determinasi adalah 0,950, yang berarti bahwa variasi naik turunnya
penjualan pada PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari sebesar 95,0% ditentukan oleh
variabel standar kredit, biaya pengumpulan piutang, dan pemberian potongan
sedangkan sisanya 5% ditentukan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
penelitian ini.
4.3.1.2

Uji t
Pengujian hipotesis mengenai Analisis Kebijakan Pemberian Kredit yang

meliputi standar kredit, biaya pengumpulan piutang, dan pemberian potongan


terhadap penjualan secara parsial dapat dilakukan dengan mengunakan uji t.
Berdasarkan analisis regresi linear berganda yang ringkasannya pada tabel 4.6, maka:
a.

Variabel standar kredit (X1)


thitung = 2,830 > ttabel = 2,086 dengan tingkat signifikansi 0,010 < 0,05, maka H0
ditolak, berarti variabel standar kredit secara parsial mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap penjualan pada PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari.

b.

Variabel biaya pengumpulan piutang (X2)


thitung = 2,308 > ttabel = 2,086 dengan tingkat signifikansi 0,032 < 0,05, maka
H0 ditolak, berarti variabel biaya pengumpulan piutang secara parsial mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap penjualan pada PT. Hasjrat Abadi Cabang
Kendari.

60

c.

Variabel pemberian potongan (X3)


thitung =

9,857 > ttabel 2,086 dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 maka H0

ditolak, berarti variabel biaya pemberian potongan secara parsial mempunyai


pengaruh yang signifikan terhadap penjualan pada PT. Hasjrat Abadi Cabang
Kendari.
4.4 Pembahasan
PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari merupakan salah satu badan usaha
swasta daerah yang bidang usaha utamanya adalah dealer motor untuk merek
Yamaha. Dalam kegiatan usahanya, jenis motor yang dipasarkan adalah VEGA
ZR, New Jupiter Z, Mio, Vixion, dan lain-lain.Untuk lebih menarik minat calon
konsumen,maka dalam melakukan penjualannya PT. Hasjrat Abadi Cabang
Kendari 70% Penjualannya dilakukan secara kredit dengan tetap memperhatikan
tingkat bunga.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa ada
pengaruh peningkatan variabel kebijakan pemberian kredit yang mencakup :
standar kredit, biaya pengumpulan piutang,dan pemberian potongan dengan
peningkatan penjualan PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari periode yang dianalisis
yaitu tahun 2008-2009. Adapun ringkasan variabel penelitian dapat dilihat pada
tabel berikut:

61

Tabel 4.7 Variabel Penelitian (dalam rupiah)


Tahun
Penjualan (Y)
Standar Kredit (X1)
Biaya Pengumpulan
Piutang (X2)
Pemberian Potongan (X3)

2008
13.577.724.000
4.540.000.000
6.510.000

2009
21.680.123.500
7.015.000.000
8.615.000

38.804.895

43.849.330

Perkembangan
59,67 %
54,52 %
32,33 %
13 %

Dari tabel diatas nampak bahwa selama tahun 2008-2009 penjualan


perusahaan sebasar Rp 13.577.724.000 meningkat 59,67% menjadi Rp
21.680.123.500, kemudian standar kredit perusahaan sebesar Rp 4.540.000.000
meningkat 54,52% menjadi Rp 7.015.000.000, biaya pengumpulan piutang
sebesar Rp 6.510.000 meningkat 32,33% menjadi Rp 8.615.000 dan pemberian
potongan sebesar Rp 38.804.895 meningkat 13% menjadi Rp 43.849.330.
secara simultan hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa variabel kebijakan
pemberian kredit yang meliputi standar kredit, biaya pengumpulan piutang dan
pemberian potongan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penjualan
pada PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari. Hal ini diperkuat dengan hasil
penelitian yang menunjukan bahwa peningkatan variabel standar kredit
meningkatkan penjualan PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari. Peningkatan
variabel biaya pengumpulan piutang meningkatkan penjualan PT. Hasjrat Abadi
Cabang Kendari. Peningkatan variabel pemberian potongan meningkatkan
penjualan PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari.

62

adapun faktor-faktor yang menyebabkan adanya peningkatan variabel kebijakan


pemberian kredit adalah :
1. Standar Kredit
Jika perusahaan memberikan standar kredit yang mudah di jangkau
oleh konsumen maka dalam hal ini perusahaan menginginkan penjualan
meningkat, sehingga jumlah piutang perusahaan akan meningkat pula.
2. Jumlah konsumen yang menunggak
Jika jumlah konsumen yang menunggak meningkat maka secara
otomatis biaya pengumpulan piutang akan meningkat karena meningkatnya
aktifitas pengumpulan piutang perusahaan yang di sebabkan tingginya resiko
tertanamnya piutang perusahaan.
3. Meningkatnya jumlah konsumen perusahaan
Jika jumlah konsumen perusahaan meningkat maka jumlah potongan
akan meningkat pula, hal ini di lakukan untuk menarik konsumen yang lebih
banyak lagi.
Besarnya koefisien determinasi adalah 0,950 yang berarti bahwa variasi
pemberian kredit (Y) 95,0% yang di tentukan oleh variabel standar kredit
(X1), biaya pengumpulan piutang (X2) dan pemberian potongan (X3) sehingga
pengaruh variabel lain yang tidak di jelaskan dalam model sebesar 5,0%.
Secara parsial hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa varibel
standar kredit signifikan terhadap penjualan pada PT. Hasjrat Abadi Cabang
Kendari. dalam hal ini perusahaan sudah dapat menentukan standar kredit

63

yang efektif kepda setiap nasabah jika telah memenuhi syarat 5C ( Character,
Capacity, capital, Collateral, Conditions). dan untuk menilai keseriusan dari
calon basabah maka pihak perusahaan menetapkan pembayaran uang muka
terhadap kendaraan yang di beli secara kredit, dimana besarnya uang muka
tergantung dari tipe kendaraan yang di beli. dengan demikian maka dapat di
katakan bahwa peningkatan standar kredit berpengaruh pada peningkatan
penjualan.
Variabel biaya pengumpulan piutang signifikan terhadap penjualan
PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari.

dalam hal ini perusahaan dalam

mengerluarkan

piutang

biaya

pemgumpulan

sudah

sesuai

dengan

peningkataan penjualan yang di terima sebagai akibat adanya penjualan kredit.


Variabel pemberian potongan signifikan terhadap penjualan pada PT.
Hasjrat Abadi Cabang Kendari. Dalam hal ini perusahaan sudah dapat
menentukan pemberian potongan yang efektif kepada konsumen.

64

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang di perolah, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1.

Secara simultan kebijakan pemberian kredit yang meliputi standar kredit


(X1), biaya pengumpulan piutang (X2), dan pemberian potongan (X3)
menpunyai pengaruh yang signifikan terhadap penjualan

2.

Secara parsial variabel pemberian potongan (X 3) yang paling dominan


berpengaruh terhadap penjualan, kemudian standar kredit (X1), biaya
pengumpulan piutang (X2) berpengaruh terhadap penjualan.

6.2. Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang diperoleh maka dapat
di ajukan saran bahwa perlunya perusahaan mempertahankan kebijakan
pemberian kredit yang telah di tetapkan karena hal ini sangat penting bagi
peningkatan penjualan sepeda motor Yamaha yang diterima secara kredit
pada PT. Hasjrat Abadi Cabang Kendari.

65

66

Anda mungkin juga menyukai