Anda di halaman 1dari 1

18.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ayat 18 dari surah Al-Hasyr ini sangatlah menarik bagi saya sedari dulu. Bagaimana
tidak. Melalui ayatNya, Allah mengajari kita bagaiman seorang muslim melihat waktu.
Seruan ini ditujukan kepada umat Islam yang telah beriman untuk bertaqwa yakni
menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Keduanya adalah hal yang tidak
terpisah dan tidak berdiri sendiri. Jika melakukan kewajiban hamba tidak mungkin
melakukan (maasyi) atau melakukan larangan. Ini bukan takwa. Kemudian, setelah kita
bertakwa, Allah memerintahkan kita untuk mengintrospeksi amal-amal dan perilaku kita
dimasa lalu. Apakah penuh amal sholeh atau penuh dengan maasyi. Ini semua adalah
upaya untuk menyongsong masa depan kita.
Masa depan seorang mukmin bukan terbatas pada dimensi ruang dan waktu duniawi,
yang semata adalah pencapaian jabatan, harta yang melimpah, popularitas, dan
gemerlap dunia. Tetapi masa depan seorang mukmin adalah proses menuju hari esok,
hari kiamat, hari yang dijanjikan kehidupan kekal yang bahagia.
Lalu Allah menekankan kembali agar dalam proses tersebut tetap dalam kerangka takwa
(yang diulang 2 kali dalam ayat tersebut). Sesungguhnya Allah maha mengetahui, maha
teliti dengan apa-apa yang kita lakukan.
Oleh karena itu, marilah kita sambut hari esok kita dengan memanfaatkan waktu dengan
sebaik-baiknya. Karena waktu itu bagaikan pedang, jika tidak kita manfaatkan ia akan
menebas kita. Dalam Mahfuzhot.


Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah
akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan
tersibukkan dalam hal yang sia-sia.

Dalam menyongsong esok syaratnya kita mau berubah menuju kebaikan. Beproses dari
zona nyaman di rumah misalnya yang penuh dengan fasilitas; hp, internet, televisi,
hiburan, makanan yang lezat berubah dengan penempaan kehidupan pesantren yang
penuh dengan kesederhanaan, kecepatan bergerak, tekanan untuk belajar, menguasai
ilmu jauh dari hiruk pikuk kemeriahan hiburan. Ini dalam rangkan Berubah.

Anda mungkin juga menyukai