Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Trauma okuli merupakan trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan
rongga orbita. Kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu
fungsi mata sebagai indra penglihat. Trauma okuli merupakan salah satu penyebab
yang sering menyebabkan kebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda,
karena kelompok usia inilah yang sering mengalami trauma okuli yang parah.
Dewasa muda (terutama laki-laki) merupakan kelompok yang paling sering
mengalami trauma okuli. Penyebabnya dapat bermacam-macam, diantaranya
kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan, cedera olahraga, dan kecelakaan lalu
lintas.1
Data WHO menyebutkan bahwa trauma okuli berakibat kebutaan unilateral
sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral dan 1,6 juta
mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Menurut United States Eye
Injury Registry (USEJR), frekuensi di Amerika Serikat mencapai 16% dan
meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada lakilaki (93%) dengan umur rata-rata 31 tahun. Prevalensi kebutaan akibat trauma
okuli secara nasional belum diketahui dengan pasti, namun pada Survey
Kesehatan Indra Penglihatan dan Pendengaran pada tahun 1993-1995 didapatkan
bahwa trauma okuli dimasukkan ke dalam penyebab kebutaan lain-lain sebesar
0,15% dari jumlah total kebutaan nasional yang berkisar 1,5%. Trauma okuli juga
tidak termasuk ke dalam 10 besar penyakit mata yang menyebabkan kebutaan.2
Secara umum trauma okuli dibagi menjadi dua yaitu trauma okuli perforans
dan trauma okuli non perforans. Sedangkan klasifikasi trauma okuli berdasarkan
mekanisme truma terbagi atas trauma mekanik (truma tumpul dan truma tajam),
trauma radiasi (sinar inframerah, sinar ultraviolet dan sinar-x) dan truma kimia
(bahan asan dan basa).3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Trauma okuli adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan
perlukaan mata atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata, dan rongga orbita.
Kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata
sebagai indra penglihat. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata,
Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan
kebutaan bahkan kehilangan mata.1
2.2.
Etiologi
Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah
terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Macammacam bentuk trauma pada mata adalah sebagai berikut:4
1
Mekanik
a
Kimia
a
Trauma kimia basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai,
kapur, atau lem.
b
3
Radiasi
a
Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.
2.3.
Klasifikasi
Menurut Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT), klasifikasi trauma
trauma inside-out.
Laserasi dimana merujuk pada luka pada dinding mata dengan ketebalan
penuh yang disebabkan oleh benda tajam. Luka yang dihasilkan
merupakan akibat mekanisme luar ke dalam (outside-in). Terdiri atas :
1) Trauma penetrans, mempunyai satu laserasi di bola mata yang
disebabkan oleh benda tajam.
2) Trauma perforans, mempunyai dua laserasi pada dinding mata dengan
ketebalan penuh (luka masuk dan keluar) pada bola mata yang
disebabkan oleh benda tajam. Kedua luka ini harus disebabkan oleh
benda yang sama.
3) Trauma benda asing intraokular merupakan luka penetrasi yang
ditambah dengan tertinggalnya benda asing intraokular.
4 Penglihatan ganda
Penglihatan ganda atau diplopia pada trauma mata dapat terjadi karena
robeknya pangkal iris. Karena iris robek maka bentuk pupil menjadi tidak
bulat. Hal ini dapat menyebabkan penglihatan ganda pada pasien.
5 Mata bewarna merah
Pada trauma mata yang disertai dengan erosi kornea dapat ditemukan
pericorneal injection (PCI) sehingga mata terlihat merah pada daerah
sentral. Hal ini dapat pula ditemui pada trauma mata dengan perdarahan
subkonjungtiva.
6 Nyeri dan rasa menyengat pada mata
Pada trauma mata dapat terjadi nyeri yang disebabkan edema pada
palpebra. Peningkatan tekanan bola mata juga dapat menyebabkan nyeri
pada mata.
7 Sakit kepala
Pada trauma mata sering disertai dengan trauma kepala. Sehingga
menimbulkan nyeri kepala. Pandangan yang kabur dan ganda pun dapat
menyebabkan sakit kepala.
8 Mata terasa gatal, terasa ada yang mengganjal pada mata
Pada trauma mata dengan benda asing baik pada konjungtiva ataupun
segmen anterior mata dapat menyebabkan mata terasa gatal dan
mengganjal. Jika terdapat benda asing hal ini dapat menyebabkan
peningkatan produksi air mata sebagai salah satu mekanisme perlindungan
pada mata.
9 Fotopobia
Fotopobia pada trauma mata dapat terjadi karena dua penyebab. Pertama
adanya benda asing pada jalur refraksi, contohnya hifema, erosi kornea,
benda asing pada segmen anterior bola mata menyebabkan jalur sinar yang
masuk ke dalam mata menjadi tidak teratur, hal ini menimbulkan silau
pada pasien. Penyebab lain fotopobia pada pasien trauma mata adalah
lumpuhnya iris. Lumpuhnya iris menyebabkan pupil tidak dapat mengecil
dan cenderung melebar sehingga banyak sinar yang masuk ke dalam mata.
keadaan
terkelupasnya
epitel
kornea
yang
dapat
diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi
tanpa cedera pada membran basal. Dalam waktu yang singkat, epitel
sekitarnya dapat bermigrasi dengan cepat dan menutupi defek epitel
tersebut. Pada erosi pasien akan merasa sakit akibat erosi merusak kornea
yang mempunyai serat saraf peka yang banyak, mata berair, dengan
blefarospasme, lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan akan terganggu oleh
media kornea yang keruh. Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel
kornea yang bila diberi pewarnaan fluorosein akan berwarna hijau.
Penglihatan pasien akan sangat menurun dan bila pasien duduk hifema
akan terlihat terkumpul dibagian bawah bilik mata depan dan dapat
memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat
iridoplegia dan iridodialisis. Tanda-tanda klinis lain berupa tekanan
intraokuli
(TIO)
normal/meningkat/menurun,
bentuk
pupil
6.
Iridoplegia
Kelumpuhan otot sfingter pupil yang bisa diakibatkan karena trauma
tumpul pada uvea sehingga menyebabkan pupil menjadi lebar atau midriasis.
Pasien akan sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi dan merasakan
silau karena gangguan pengaturan masuknya cahaya ke pupil. Pupil terlihat
tidak sama besar atau anisokoria dan bentuk pupil dapat menjadi ireguler.
Pupil biasanya tidak bereaksi terhadap sinar.
7. Iridodialisis
Iridodialisis adalah keadaan dimana iris terlepas dari pangkalnya sehingga
bentuk pupil tidak bulat dan pada pangkal iris terdapat lubang. Trauma tumpul
dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk pupil
menjadi berubah. Perubahan bentuk pupil maupun perubahan ukuran pupil
akibat trauma tumpul tidak banyak mengganggu tajam penglihatan penderita.
Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya. Pada iridodialisis akan
terlihat pupil lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi bersama-sama dengan
terbentuknya hifema. Bila keluhan demikian maka pada pasien sebaiknya
dilakukan pembedahan dengan melakukan reposisi pangkal iris yang terlepas.
8. Subluksasi Lensa3
Subluksasi Lensa adalah lensa yang berpindah tempat akibat putusnya
sebagian zonula zinii ataupun dapat terjadi spontan karena trauma atau zonula
zinii yang rapuh (sindrom Marphan). Pasien pasca trauma akan mengeluh
penglihatan berkurang. Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada, maka
lensa akan menjadi cembung dan mata akan menjadi lebih miopi. Lensa yang
cembung akan membuat iris terdorong ke depan sehingga bisa mengakibatkan
terjadinya glaukoma sekunder.
9. Luksasi Lensa Anterior3,6
Yaitu bila seluruh zonula zinii di sekitar ekuator putus akibat trauma
sehingga lensa masuk ke dalam bilik mata depan. Pasien akan mengeluh
penglihatan menurun mendadak. Muncul gejala-gejala glaukoma kongestif
akut yang disebabkan karena lensa terletak di bilik mata depan yang
mengakibatkan terjadinya gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata.
Terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea, lensa di dalam bilik mata
depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar.
10. Luksasi Lensa Posterior4,6
Yaitu bila seluruh zonula zinii di sekitar ekuator putus akibat trauma
sehingga lensa jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di dataran bawah
fundus okuli. Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangnya
8
karena lensa mengganggu kampus. Mata menunjukan gejala afakia, bilik mata
depan dalam dan iris tremulans.
11. Perdarahan pada korpus vitreum
Perdarahan yang terjadi berasal dari korpus siliar, karena banyak terdapat
eritrosit pada korpus siliar, visus akan sangat menurun.
12. Glaukoma
Disebabkan oleh karena robekan trabekulum pada sudut kamera okuli
anterior, yang disebut traumatic angle yang menyebabkan gangguan aliran
aquos humour.
13. Ruptur sklera
Menimbulkan penurunan tekanan intra okuler. Perlu adanya tindakan operatif
segera.
14. Ruptur retina
Menyebabkan timbulnya ablasio retina sehingga menyebabkan kebutaan dan
harus dilakukan operasi.
Trauma tembus yaitu luka akibat benda tajam dapat mengakibatkan beberapa
klinis sebagai berikut:6,7
1. Luka pada palpebra
Saat pinggiran palpebra luka dan tak dapat diperbaiki, dapat menimbulkan
koloboma palpebra akuisita (lubang pada palpebra). Bila besar dapat
mengakibatkan kerusakan kornea oleh karena mata tak dapat menutup dengan
sempurna.
2. Luka pada orbita
Luka tajam yang mengenai orbita dapat merusak bola mata, merusak saraf
optik, menyebabkan kebutaan atau merobek otot luar mata sehingga timbul
paralisis dari otot dan diplopia. Mudah terkena infeksi, menimbulkan selulitis
orbita (orbital phlegmon), karena adanya benda asing atau adanya hubungan
terbuka dengan rongga-rongga di sekitar orbita.
3. Luka mengenai bola mata
Kalau ada perforasi di bagian depan (kornea): bilik mata depan dangkal,
kadang-kadang iris melekat atau menonjol pada luka perforasi di kornea, tensi
intra okuler merendah, tes fistel positif. Bila perforasinya mengenai bagian
10
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis trauma okuli sama dengan penegakan
diagnosis pada umumnya, yaitu dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis harus mencakup perkiraan ketajaman
penglihatan sebelum dan segera sesudah cedera. Harus dicatat apakah
gangguan penglihatan bersifat progresif lambat atau timbul mendadak. Harus
dicurigai adanya benda asing intraokular apabila terdapat riwayat memalu,
mengasah, atau ledakan.6
Pada anamnesis kasus trauma mata ditanyakan mengenai proses terjadi
trauma, benda apa yang mengenai mata tersebut, bagaimana arah datangnya
11
benda yang mengenai mata tersebut apakah dari depan, samping atas, bawah
dan bagaimana kecepatannya waktu mengenai mata. Perlu ditanyakan pula
berapa besar benda yang mengenai mata dan bahan benda tersebut apakah
terbuat dari kayu, besi atau bahan lain. Apabila terjadi penurunan penglihatan,
ditanyakan apakah pengurangan penglihatan itu terjadi sebelum atau sesudah
kecelakaan. Ditanyakan juga kapan terjadinya trauma. Apakah trauma disertai
dengan keluarnya darah dan rasa sakit dan apakah sudah dapat pertolongan
sebelumnya.4
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum terlebih dahulu diperiksa, karena
1/3 hingga kejadian trauma mata bersamaan dengan cedera lain selain
mata. Untuk itu perlu pemeriksaan neurologis dan sistemik mencakup tandatanda vital, status mental, fungsi, jantung dan paru serta ekstremitas.
Selanjutnya pemeriksaan mata dapat dimulai dengan:3,4,6
1
pengukuran ketajaman
12
Tatalaksana
1 Trauma Mata Benda Tumpul
Penanganan utama yang dilakukan adalah penilaian terhadap
ketajaman penglihatan. Setiap penurunan ketajaman penglihatan tanda
mutlak untuk melakukan rujukan kepada dokter ahli mata.9
13
trauma.
Dalam hal hifema ringan (adanya darah segar dala bilik mata depan)
dan
simpatika.
Pertimbangan
tindakan
bertujuan
untuk
dengan jarum.
Bila dalam kornea, gunakan anestesi lokal, kemudian dengan hatihati dan dengan keadaan yang sangat baik termasuk cahaya yang
14
7
b
Penatalaksanaan Medikamentosa
Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan
pemberian obat-obatan seperti steroid topikal, sikloplegik, dan
antibiotik profilaksis selama 7 hari. Sedangkan pada trauma kimia
berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengurangi inflamasi,
membantu regenerasi epitel dan mencegah terjadinya ulkus kornea.1,5,6
1 Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutrofil.
Namun pemberian steroid dapat menghambat penyembuhan stroma
dengan menurunkan sintesis kolagen dan menghambat migrasi
fibroblas. Untuk itu steroid hanya diberikan secara inisial dan di
tappering off setelah 7-10 hari. Dexametason 0,1% ED dan
Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam. Bila diperlukan dapat
2
sehari.
Asam askorbat untuk mengembalikan keadaan jaringan scorbutik
dan
meningkatkan
penyembuhan
luka
dengan
membantu
mg).
Asam hyaluronik untuk membantu proses re-epitelisasi kornea dan
16
c
2
atau
dari
donor
(allograft)
bertujuan
untuk
fibrosis
Pembedahan Lanjut pada tahap lanjut dapat menggunakan metode
berikut:10
a Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival
b
c
d
Komplikasi10,12,13
17
a. Infeksi
b. Iritis
c. Katarak
2. Komplikasi Trauma Tumpul okuli:
a. Midriasis
b. Glaukoma
c. Katarak
d. Dislokasi lensa
e. Vitreous haemorrhage
f. Atrofi N. Opticus
3. Komplikasi Trauma Okuli karena Zat Kimia Asam:
a. Jaringan parut pada konjungtiva dan kornea
b. Vaskularisasi kornea
c. Glaucoma
d. uveitis
4. Komplikasi Trauma okuli Zat Kimia Basa:
a. Simblefaron
b. Kornea keruh, edema, neovaskular
c. Mata kering
d. Katarak traumatik
e. Glaucoma sudut tertutup
f. Entropion
g. Phtisis bulbi
2.8.
Prognosis
Penanganan dini trauma okuli secara tepat dapat mencegah terjadinya
kebutaan maupun penurunan fungsi penglihatan. Penangan trauma okuli
secara komprehensif dalam waktu kurang dari 6 jam dapat menghasilkan
hasil yang lebih baik. Namun, layanan kesehatan mata yang masih jarang dan
kurang lengkap sering kali menjadi penyebab keterlambatan penanganan
18
Katarak Traumatik
Katarak pada mata dapat terjadi akibat trauma baik trauma perforasi
ataupun trauma tumpul. Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular
anterior ataupun posterior. Konstusio lensa menimbulkan katarak seperti
bintang, dapat pula dalam bentuk katarak tercetak (imprinting) yang disebut
cincin Vossius. Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat,
perforasi kecil akan menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga
bentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan
mengakibatkan
terbentuknya
katarak
dengan
cepat
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama
JenisKelamin
Usia
Alamat
Suku
: Tn. G
: Laki-Laki
: 31 tahun
: Jln Nik Salik Punggur Kecil
: Bugis
19
disertai
dengan
Pekerjaan
: Tukang Bangunan
Agama
: Islam
Tanggal Masuk RS : 24 Agustus 2015
Anamnesa dan pemeriksaan fisik dilaksanakan tanggal 25 Agustus 2015
2. Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri dan penglihatan kabur pada mata kiri
akibat terkena paku sejak 3 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh penglihatan kabur pada mata kiri sejak 3 hari yang
lalu karena terkena paku saat bekerja. Pasien juga mengeluhkan adanya
nyeri pada mata kiri yang juga menyebabkan sakit kepala dan merasakan
seperti ada sesuatu yang mengganjal di mata kirinnya. Pasien juga
mengeluh mata merah yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu, silau (+)
sehingga pasien menggunakan kacamata hitam, air mata (+), gatal (-),
perdarahan (-), melihat ganda (-), keluar kotoran air mata (-), melihat
pelangi di sekitar sumber cahaya (-), melihat bayangan gelap (-). Pasien
juga tidak mengeluhkan adanya batuk, demam, mual dan muntah
sebelumnya.
Pasien sempat pergi ke mantri, namun tidak diberi obat dan disuruh ke
dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Trauma terjadi pada hari Sabtu
sehingga pasien memutuskan menunggu hari Senin untuk periksa ke
dokter.
Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat sakit mata sebelumnya disangkal
b. Riwayat operasi mata disangkal
c. Riwayat hipertensi disangkal
d. Riwayat diabetes melitus disangkal
e. Riwayat alergi disangkal
f. Riwayat menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu lama
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat penyakit mata dalam keluarga disangkal
b. Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga disangkal
20
4. Status Oftalmolgi
a. Visus:
1. OD
: 6/6
2. OS
: 1/~
b. Pemeriksaan Luar
OD
Ortho
Pergerakan (+), Ptosis (-),
OS
Posisi Bola Mata
Palpebra
Ortho
Pergerakan (+), Ptosis (-),
Konjungtiva
Injeksi
konjungtiva/siliaris
(+),
Perdarahan
Subkonjungtiva (-)
Jernih, Laserasi (-), Edema (-),
Kornea
21
Iris
Iris/pupil
Sinekia
Coklat,
(-)
kripte
(+),
Midriasis
(-)
Sinekia
Coklat,
(-)
kripte
(+),
Midriasis
(+)
langsung (+)
langsung (-)
Jernih
Lensa
Keruh
22
pada hari Sabtu sehingga pasien memutuskan menunggu hari Senin untuk
periksa ke dokter.
Status Generalisata
Status Oftalmologis
Oculus Dextra
6/6 LPB
Edem (-)
Visus
Palpebra
Oculus Sinistra
1/~ LPB
Edem (+), Pseudoptosis
Konjungtiva
Dalam
BMD
Dangkal
Reflek (+)
Pupil
Kornea
Jernih
Lensa
Sedikit keruh
23
8. Tatalaksana
a. Non-medikamentosa:
Edukasi kepada pasien meliputi:
1. Jangan bekerja berat selama 3 minggu
2. Menggunakan alat perlindungan berupa kacamata untuk mencegah
infeksi
3. Kontrol ke poli setelah 1 minggu atau segera kembali jika tidak ada
perbaikan
b. Medikamentosa:
1. Floxa 4 dd 1 OS
2. Tobroson 4 dd 1 OS
3. Timol 2 dd 1 OS
4. Metyl Prednisolon 3 dd tab 1
5. Clamixin 3 dd tab 1
c. Usulan Pembedahan:
1. ECCE
2. Corneal Suturing
9. Prognosis
a. Ad vitam
b. Ad functionam
c. Ad sanationam
: Dubia et Bonam
: Dubia et Malam
: Dubia et Malam
BAB IV
PEMBAHASAN
24
Pasien pria usia 31 tahun datang berobat ke poli mata Rumah Sakit Tingkat
II Kartika Husada dengan keluhan penglihatan kabur pada mata kiri sejak 3 hari
yang lalu karena terkena paku saat bekerja. Pasien juga mengeluhkan adanya
nyeri pada mata kiri yang juga menyebabkan sakit kepala dan merasakan seperti
ada sesuatu yang mengganjal di mata kirinnya. Pasien juga mengeluh mata merah
yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu dan pandangan silau sehingga pasien
menggunakan kacamata hitam disertai keluar air mata yang berlebihan. Pasien
sempat pergi ke mantri, namun tidak diberi obat dan disuruh ke dokter untuk
pemeriksaan lebih lanjut. Trauma terjadi pada hari Sabtu sehingga pasien
memutuskan menunggu hari Senin untuk periksa ke dokter.
Pada pemeriksaan fisik mata kiri didapatkan visus menurun, palpebra
superior pseudoptosis dan edem, injeksi konjungtiva, bilik mata depan dangkal,
reflek pupil langsung dan tidak langsung tidak ada, laserasi kornea, dan lensa
keruh.
Pandangan kabur dengan pemeriksaan visus menurun dikarenakan trauma
mengakibatkan terhalangnya jalur refraksi. Nyeri terjadi disebabkan edem pada
palpebra dan kemungkinan adanya peningkatan tekanan intra okular. Mata merah
disebabkan adanya injeksi konjungtiva karena terjadi pelebaran pembuluh darah
konjungtiva. Rasa silau atau fotofobia pada pasien disebabkan ukuran pupil yang
melebar atau midriasis, hal ini juga menyebabkan tidak terdapatnya reflek pupil.
Produksi air mata berlebihan sebagai mekanisme perlindungan pada mata.
Laserasi kornea terjadi karena terkena paku sehingga terjadi luka pada lapisan
kornea. Lensa keruh diakibatkan terdapatnya katarak traumatik.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat dipikirkan
diagnosis pada pasien ini adalah Oculus sinistra katarak traumatik dan laserasi
kornea et causa trauma oculi perforans. Diagnosis banding ulkus kornea dapat
disingkirkan karena pada pemeriksaan tidak terdapat hilangnya sebagian
permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea.
Katarak traumatik dapat disebabkan trauma tumpul, trauma tembus, dan
perforasi yang menyebabkan kerusakan lensa sehingga integritas lensa terganggu.
Hal ini merangsang pengeluaran aqueous humor dan mediator inflamasi yang
25
26
Penangan trauma okuli secara komprehensif dalam waktu kurang dari 6 jam dapat
menghasilkan hasil yang lebih baik. Namun pada kasus ini, pasien datang sudah
berhari-hari setelah terjadi trauma, sehingga hasil pembedahan tidak akan
mejamin kearah prognosis yang baik.
BAB V
KESIMPULAN
27
nonmedikamentosa
diberikan
untuk
memberikan
pemahaman
DAFTAR PUSTAKA
1. Asbury T, Sanitato JJ. Oftalmologi Umum Edisi 14. Jakarta: Widya Medika.
2000.
28
29