Anda di halaman 1dari 5

1.

Mekanisme Pembentukan akar pada pangkal stek :


Mekanisme terbentuknya akar pada stek merupakan indikasi keberhasilan dari stek.
Adapun hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek adalah faktor lingkungan
dan faktor dari dalam tanaman.
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek yaitu: media
perakaran, suhu, kelembaban, dan cahaya. Media perakaran berfungsi sebagai pendukung
stek selama pembentukan akar, memberi kelembaban pada stek, dan memudahkan penetrasi
udara pada pangkal stek. Media perakaran yang baik menurut Hartman (1983) adalah yang
dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari
patogen yang dapat merusak stek. Media perakaran stek yang biasa dipergunakan adalah
tanah, pasir, campuran gambut dan pasir, perlite dan Vermikulit. Suhu perakaran optimal
untuk perakaran stek berkisar antara 21oC sampai 27oC pada pagi dan siang hari dan 15oC
pada malam hari. Suhu yang terlampau tinggi dapat mendorong perkembangan tunas
melampaui perkembangan perakaran dan meningkatkan laju transpirasi.
2. Faktor Dari Dalam Tanaman
Kondisi fisiologis tanamn mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan stek, jenis
tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek, persediaan bahan makanan, dan zat
pengatur tumbuh.
a. Umur Bahan Stek
Stek yang berasal dari tanaman muda akan lebih mudah berakar dari pada yang berasal dari
tanaman tua, hal ini disebabkan apabila umur tanaman semakin tua maka terjadi peningkatan
produksi zat-zat penghambat perakaran dan penurunan senyawa fenolik yang berperan
sebagai auksin kofaktor yang mendukung inisiasi akar pada stek.
b. Jenis Tanaman
Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Keberhasilan dengan cara stek
bergantung pada kesanggupan jenis tersebut untuk berakar. Ada jenis yang mudah berakar
dan ada yang sulit. Kandungan lignin yang tinggi dan kehadiran cincin sklerenkim yang
kontinyu merupakan penghambat anatomi pada jenis-jenis sulit berakar, dengan cara
menghalangi tempat munculnya adventif.
c. Adanya Tunas dan Daun Pada Stek
Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila seluruh tunas
dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas berfungsi sebagai auksin.

Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin yang berperan dalam mendorong
pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin.
d. Persediaan Bahan Makanan
Persediaan bahan makanan sering dinyatakan dengan perbandingan antara persediaan
karbohidrat dan nitrogen (C/N ratio). Ratio C/N yang tinggi sangat diperlukan untuk
pembentukan akar stek yang diambil dari tanaman dengan C/N ratio yang tinggi akan berakar
lebih cepat dan banyak dari pada tanaman dengan C/N ratio rendah.
e. Zat pengatur Tumbuh
Hormon berasal dari bahasa Yunani yang artinya menggiatkan. Hormon pada tanaman
menurut batasan adalah zat yang hanya dihasilkan oleh tanaman itu sendiri yang disebut
fitohormon dan zat kimia sintetik yang dibuat oleh ahli kimia. Hormon tanaman (fitohormon)
adalah regulators yang dihasilkan oleh tanaman sendiri dan pada kadar rendah mengatur
proses fisiologis tanaman. Hormon biasanya mengalir di dalam tanaman dari tempat
dihasilkannya ke tempat keaktifannya. Salah satu hormon tumbuh yang tidak lepas dari
proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah auksin. Dalam hubungan antara
pertumbuhan dan kadar auksin adalah sama pada akar, batang dan tunas yaitu auksin
merangsang pertumbuhan pada kadar rendah, sebaliknya menghambat pertumbuhan pada
kadar tinggi. Kadar optimum hormon untuk pertumbuhan akar jauh lebih rendah kira-kira
1.100.000 dari kadar optimum untuk pertumbuhan batang. Zat pengatur tumbuh Rootone-F
termasuk dalam kelompok auksin. Secara teknis Rootone-F sangat aktif mempercepat dan
memperbanyak keluarnya akar sehingga penyerapan air dan unsur hara tanaman akan banyak
dan dapat mengimbangi penguapan air pada bagian tanaman yang berada di atas tanah dan
secara ekonomis penggunaan Rootone-F dapat menghemat tenaga, waktu, dan biaya. Cara
pemberian hormon pada stek batang dapat dilakukan dengan cara pemberian dengan
perendaman, pencelupan dan tepung. Untuk metode perendaman, konsentrasi zat pengatur
tumbuh bervariasi antara 20 ppm sampai 200 ppm tergantung kemampuan jenis tersebut
berakar. Dalam mengaplikasikan hormon perlu diperhatikan ketepatan dosis, karena jikalau
dosis terlampau tinggi bukannya memacu pertumbuhan tanaman tetapi malah menghambat
pertumbuhan tanaman dan menyebabkan keracunan pada seluruh jaringan tanaman.
Selain itu Rooton F merupakan salah satu contoh hormon tumbuh yang mengandung indole 3
butyric acid termasuk dalam contoh auksin. Menurut Rismunandar (dalam Erviyanti)
rotoon f merupakan hormon tumbuh sintetis yang lajim digunakan untuk merangsang
pertumbuhan akar dalam penyetekan. Rooton f mengandung Naftalenasetamida (0,067
%), Metil 1 Neftalenasetamida (0,013 %),Metil 1 Neftalen Asetat (0,033 %), Indole 3

Butirat (0,057 %) dan Fungisida tiram (4%). Fungsi rooton f dalam tanaman adalah untuk
merangsang meningkatnya dan terbentuknya dan meningkatkan aktifitas dari hormon
tumbuh-tumbuhan, jadi bukan inhibitor yang dapat menyebabkan kekerdilan pada tanaman.
Rooton f juga berguna merangsang dan meningkatkan pertumbuhan tanaman mulai dari
perkembangan sel, pertumbuhan bibit, akar, tunas, batang, dan bunga sampai menjadi buah.
Zat perangsang tumbuh ini juga tersedia dalam bentuk tepung berwarna putih dengan
konsentrasi anjuran 5 gr / 10 liter air. Dan pada tanaman sansivieria sendiri penanaman yang
baik adalah penanaman dengan cara miring karena permukaannya lebih luas dan
pertumbuhan akarnya lebih mudah.

2. Mekanisme Pembentukan akar pada cangkokan :


Mekanisme pembentukan
akar pada

tanaman

sangatlah

sederhana, mulai dari pelukaan, pengikatan, etiolasi, dan penyalaharahan


dari batang (disorientasi), dapat dipermudah dengan penumpukan enzim
auksin serta karbohidrat pada bagian batang tersebut. Pencangkokan
dilakukan untuk mendapatkan keturunan yang lebih baik pada suatu
tumbuhan. Proses pencangkokan adalah suatu peristiwa translokasi, yaitu
dengan menyayat batang pada bagian floemnya, sedangkan xylem
dibiarkan utuh. Setelah beberapa lama akan terjadi penggembungan pada
bagian yang di sayat karena ada timbunan bahan organik. Bagian bekas
luka yang menggembung disebut kalus. Pada batang atau akar tumbuhan
dikotil, jika mengalami luka maka akan ada usaha untuk memperbaiki
bagian tesebut dengan pembentukan kalus dan dengan bantuan hormon
luka atau kambium luka (asam traumalin).
3. Mengapa Perbanyakan Tanaman dengan cangkok kurang cocok dikembangkan
pada tanamanyang terbentuk habitatnya tinggi dan besar :
Karena didaerah dataran tinggi tanaman akan lambat atau tidak berproduksi.Tanaman
menghendaki iklim dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun.Curah hujan
berpengaruh besar pada pertumbuhan dan kualitas tanaman. Pada bulan kering,tanaman
menghendaki curah hujan sekitar 60 -80 mm/bulan. Dengan kata lain, tanaman menghendaki
bulan basah 9 bulan dan bulan kering 3 bulan dengan curah hujan tahunan berkisar
2.000 3500 mm per tahun.seperti Tanaman cengkih tidak tahan terhadap musim kemarau

yang panjang.Secara umum, tanaman cengkih dapat tumbuh baik pada tanah dengan tingkat
kesuburan yang sedang. Tanaman ini menghendaki struktur tanah yang gembur dan solum
yang dalam. Selain itu, cengkih juga menyukai tanah yang drainasenya baik. Tingkat
keasaman tanah(pH) yang sesuai untuk tanaman ini, yaitu 5,5 6,5. Lahan yang dipilih untuk
tanaman cengkihsebaiknya bertopografi agak miring supaya air bisa mengalir lancar dan
tidak menggenang. Namun, tanah datar pun tidak menurup kemungkinan untuk ditanami
tanaman cengkih. Asalkan,drainasenya baik dengan kedalaman air tanah lebih dari 3m dan
tidak ada lapisan kedap air.Masalah drainase dapat diatasi dengan dibuatnya rorak atau got
angin. Rorak ini berguna untuk menghambat lepasnya air hujan dan menampung larutan
tanah halus serta untuk menimbun pupuk hijau serta sisa-sisa tanaman yang lain.
4. Mengapa pembuatan cangkokan kurang cocok dikembangkan pada tanaman
industri seperti kakao,kopi,cengkeh dan teh :
Karena percabangannya tidak lebat dan tidak kompak, serta produktivitas buahnya
terbatas dan cangkokan sangat mudah dilakukan memperbanyak tanaman dengan cara
menyangkok

mempunyai

tingkat

keberhasilan

lebih

tinggi

dibandingkan

dengan

perkembangbiakan vegetative yang lain salah satunya adalah setek. Karena pada proses
cangkok tanaman akar dirangsang untuk tumbuh sebelum batang tanaman dipotong dan
ditanam. Perlu diketahui bahwa metode cangkok tanaman lebih aman untuk menjamin
pertumbuhan tanaman anakan sebab saat dipisah dari indukan batang, tanaman buah punya
akar. Organ akar yang tumbuh mampu menjaga asupan nutrisi tanaman yang diperlukan
sehingga tanaman dapat bertahan ketika ditanam dalam lingkungan. Untuk melakukan
penyangkokan ada faktor faktor yang perlu diperhatikan seperti pemilihan batang, cara
pencakokan, dan lain lain.
Tanaman berkayu lebih banyak dikembangbiakan dengan cara mencangkok karena
lebih mudah dan tidak sulit. Cara ini digunakan untuk memperbanyak tanaman yang dapat
berbuah lebih cepat dan memiliki sifat yang sama dengan induknya.

TUGAS
TEKNIK PEMBIAKAN VEGETATIF DAN MANAJEMEN
NURSERI

DISUSUN OLEH :
RAMALAN M.SIMAMORA
E1J011038

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014

Anda mungkin juga menyukai