Tugas Ujian Tengah Semester Kode Soal A
Tugas Ujian Tengah Semester Kode Soal A
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Oleh
Nama
NIM
: 131514153037
NAMA
NIM
: 131514153037
KODE SOAL A 1
Untuk mengkaji klien dengan post herniotomi meliputi :
1. Identitas Pasien
Nama
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
: Tn. E
: 56 tahun
: SMP
: Buruh
: Kalijudan Surabaya
Pada tahap ini dikaji tentang riwayat kesehatan keluarga, adakah dalam keluarga yang
mengalami penyakit sama dengan klien saat ini dan atau riwayat penyakit keturunan.
Pada pasien ini tidak ditemukan riwayat penyakit keturunan.
6. Pengkajian Per Sistem
A. Sistem respirasi
Hasil dari pengkajian tidak menjelaskan adanya data yang menunjang sistem
respirasi
B. Sistem cardiovaskuler
Hasil dari pengkajian tidak menjelaskan adanya data yang menunjang sistem
cardiovaskuler. Perlu dikaji tentang tanda-tanda vital pasien.
C. Sistem pencernaan.
Dalam situasi yang dialami oleh klien Tn E yang sedang mengalami atau
merasakan nyeri atau kesakitan akibat post operasi herniotomi informasi yang
harus dikaji adalah PQRST.
Cara penilaian nyeri berdasarkan PQRST.
Q (quality)
: nyeri disayat-sayat
R (region) : daerah perut bagian bawah sebelah kanan dengan panjang luka
sekitar 8cm. Lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan/ ditemukan,
apakah juga menyebar ke daerah lain/ area penyebarannya. Pada kasus ini
nyeri yang
aktivitas/ kegiatan klien. Sedangkan pada kasus ini tidak disebutkan terkait
keparahannya. Perkiraan skala 8-10 (NRS) sedangkan kasus post op VDS dan
NRS tidak disebutkan.
D. Sistem perkemihan.
Hasil dari pengkajian tidak menjelaskan adanya data yang menunjang sistem
perkemihan. Tetapi perlu dikaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada
daerah pinggang, observasi dan palpasi pada daerah abdomen untuk mengkaji
adanya retensio urine, ada tidaknya nyeri tekan dan benjolan serta pengeluaran
urine apakah ada nyeri pada waktu miksi atau tidak.
E. Sistem neurologis.
Hasil dari pengkajian tidak menjelaskan adanya data yang menunjang sistem
neurologi. Tetapi perlu dikaji nilai GCS dan pemeriksaan fungsi syaraf kranial
untuk mengidentifikasi kelainan atau komplikasi.
F. Sistem integument.
Hasil dari pengkajian tidak menjelaskan adanya data yang menunjang sistem
integument.
Perlu dikaji kondisi luka dan resiko infeksi yang mungkin terjadi.
Inspeksi : apakah ada perdarahan, pembengkakan pada luka, pus pada luka
Palpasi : apakah ada kelainan kulit, apakah ada tanda-tanda infeksi (dolor, kalor,
rubor, tumor, fungsiolesa)
G. Sistem Muskuloskeletal.
Hasil dari pengkajian tidak menjelaskan adanya data yang menunjang sistem
muskuloskeletal. Tetapi perlu dikaji kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah,
dengan nilai kekuatan otot (0-5). Diperiksa juga adanya kekuatan pergerakan, atau
keterbatasan gerak.
7. Data Penunjang
1) Data psikologis
Data psikologis yang perlu dikaji adalah status emosional, konsep diri,
mekanisme koping klien dan harapan serta pemahaman klien tentang kondisi
kesehatan sekarang
a. Status emosional
Berdasarkan data pengkajian, klien merasa takut akan penyakitnya
(pembengkakan pada selangkangan semakin besar).
b. Konsep diri
Perlu dikaji tentang konsep diri klien tentang pikiran, keyakinan dan
kepercayaan yang membuat orang mengetahui tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain.
c. Stressor
Perlu dikaji tentang stressor yang dialami klien. Stressor adalah faktor-faktor
yang menambah beban klien baik dari pelayanan kesehatan ataupun pribadi
dan keluarga. Seseorang yang mempunyai stressor akan mempersulit dalam
proses suatu penyembuhan penyakit.
d. Mekanisme koping
Perlu dikaji tentang mekanisme koping pada klien. Mekanisme koping ini
merupakan suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau
menghilangkan stress yang dihadapi
2). Pengkajian psikososial
Perlu dikaji data klien tentang psikososial, meliputi bagaimana status emosi
klien, harapan klien tentang penyakit yang dideritanya, gaya komunikasi,
sosialisasi klien dengan keluarga atau masyarakat, interaksi klien dirumah sakit,
gaya hidup klien sehari-hari, serta kepuasan pelayanan keperawatan yang klien
rasakan dirumah sakit
3). Data Spiritual.
Data spiritual menyangkut keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, harapan
terhadap kesembuhan serta kegiatan spiritual yang dilakukan saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Harison. 2008. Prinsip Ilmu Penyakit Dalam : Harison Principles of Internal Medicine.
Jakarta : EGC
Herdman, T.H. & Kamitsuru, STT (Eds). 2014. NANDA International Nursing Diagnosis :
Definitions and Classification, 2015-2017. Oxford : Willey Blackwell
Gloria, M, B et all. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th ed. St Louis, MO :
Mosby
Talbot, A. Laura Aneyers. 2007. Pengkajian Keperawatan Kritis, Edisi Kedua. Jakarta : EGC.
KODE SOAL A2
Informasi yang harus dikaji terhadap Tn.E maupun istrinya agar nantinya HE terkait
perawatan di rumah lebih tepat. Pengkajian disesuaikan dengan konsep discharge planning
meliputi pengetahuan, tindakan, pencegahan berulang, pertemuan keluarga, rencana tindak
lanjut.
1. Riwayat penyakit dahulu, adanya benjolan di selangkangan mulai 4 bulan yang lalu,
apakah ada penyakit kronik lain seperti diabetes melitus hubungannya dengan
penyembuhan luka dan koagulasi darah, adanya riwayat alergi hubungannya dengan
pemberian antibiotik serta diet.
2. Riwayat penyakit sekarang, Tn. E dengan luka post-operasi herniotomi tanggal 17
September 2015. Kondisi luka dikaji meliputi REEDA (Redness, Ekimosis, Edema,
Discharge, Aproximation). Redness adalah kemerahan di area luka, ekimosis adalah
memar, edema adalah pembengkakan, discharge adalah adanya pus pada luka, dan
aproximation adalah luas luka. Nyeri yang dirasakan muncul kapan dan berkurang
kapan, aktivitas apa yang dapat membantu penurunan skala nyeri.
3. Riwayat psikososial, Tn. E 56 tahun bekerja sebagai buruh, pendidikan terakhir SMP.
Istri Ny. P umur 40 tahun, ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SD. Apakah klien
dan keluarga memahami kondisi penyakit, pandangan klien terhadap kondisi penyakit.
Pengetahuan
1
Apakah keluarga memahami cara merawat anggota yang sakit (post herniotomi)
meliputi perawatan luka, teknik distraksi, pemenuhan nutrisi.
Pencegahan Berulang
1. Apa yang dilakukan klien dan keluarga bila klien lupa minum obat dan lupa cara
perawatan luka post op herniotomi.
2. Upaya klien dan keluarga mencegah terjadinya kemungkinan infeksi, berhubungan
dengan higienitas lingkungan.
Pertemuan Keluarga
1. Anggota keluarga yang paling disegani/ berpengaruh dalam pembuatan dan
pengambilan keputusan.
2. Mengkaji aktivitas klien, apakah dilakukan terus menerus, apakah termasuk aktivitas
berat.
3. Akses fasilitas pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga, jarak ke fasilitas
kesehatan, sumber biaya, tabungan yang dimiliki keluarga.
Rencana Tindak Lanjut
1. Menggali riwayat penyakit sekarang (kapan mulai, frekuensinya, durasinya,
lokasinya, perkembangannya, akibatnya serta tindakan yang telah dilakukan.
2. Menggali riwayat penyakit dahulu (ada tidaknya penyakit sebelumnya, penyakit lain
yang pernah diderita.
DAFTAR PUSTAKA
Harper E.A. 1998. Discharge planning: An interdisciplinary method. Silverberg Press:
Chicago, IL.
NAMA
NIM
: 131514153037
KODE SOAL B
Pemeriksaan Imun dan Hematologi Kasus Kusta Reaktif ENL
Reaksi tipe II (reaksi eritema nodosum leprosum).
a. Pemeriksaan imun
Tes Imunologi
1) Lepromin test adalah tes nonspesifik untuk klasifikasi dan prognosis kusta, tapi tidak
untuk diagnosis, berguna untuk menunjukkan sistim imun penderita terhadap M.
leprae. 0,1 ml lepromin disiapkan dari ekstrak basil organisme, disuntikkan
intradermal, kemudian dibaca setelah 48 jam/ 2 hari (reaksi fernandez), atau 3minggu (reaksi Matsuda).Reaksi Fernandez positif bila terdapat indurasi dan eritem
yang menunjukkan kalau penderita bereaksi terhadap M. leprae yaitu respon imun tipe
lambat, ini seperti Mantoux test pada M. tuberculosis.Reaksi Matsuda bernilai :
a) 0 : papul berdiameter 3mm atau kurang.
b) +1 : papul berdiameter 4-6 mm.
c) +2 : papul berdiameter 7-10 mm.
d) +3 : papul berdiameter > 10 mm atau papul dengan ulserasi
2) Respon imun
seluler
melawan
M leprae
juga
dapat
dipelajari dengan
lymphocyte transformation test dan lymphocyte migration inhibition test (LMIT). Tes
berdasar pada deteksi antibody M lepra atau antigen.
3) Tes serologi ini dapat membantu apabila gejala klinis dan bakteriologik tidak jelas.
Pemeriksaan serologi kusta didasarkan atas terbentuknya antibodi pada tubuh
seseorang yang terinfeksi M. leprae. Macamnya adalah :
a) Uji MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination).
b) Uji ELISA (Enzymed Linked Immunosorbent Assay).
c) ML dipstick (Mycobacterium Leprae Dipstick).
4) Estimasi dari komponen spesifik M leprae pada jaringan
b. Pemeriksaan Hematologi
Pada pemeriksaan laboratorium, dilakukan pemeriksaan protein dan sel darah merah
dalam urine yang dapat menunjukkan terjadinya glomerulonefritis akut. Pada
pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop, dapat terlihat kompleks imunpada
glomerulus
ginjal.
Pada
pemeriksaan
hematologi
dapat
ditemukan leukositosis
Vitayani
Muchtar.
2009.
Lepromin
Tes
Pada
Penderita
Kusta.http://journal.unair.ac.id/lepromin-test-pada-penderita-kusta-article-2982
media-34-category-3.html. diakses tanggal 19 oktober 2015
Herlina. 2015. Referat ENL. http://dokumen.tips/documents/referat-enl.html diakses tanggal
19 oktober 2015
Code C
1. Hasil pemeriksaan fisik pada pasien dengan Inflammatory Bowel Disease (IBD)
Sign and
Crohns disease
symptom
Oral ulcer
Tidak ada
Disfagia
Kram atau nyeri
10%)
Ringan sampai sedang
Pada kuadran kanan bawah
Tidak ada
Pada periumbilical atau
abdomen
Distensi abdomen
Nausea dan
abdomen
Ada
Sering
Lembek
Tenesmus
Fistula dan abses
Jarang
Sering dijumpai
darah
Lebih sering
Jarang
di perianal
Fever
Malaise
Anemia
Penurunan berat
Sering
Ringan sampai sedang
Lebih jarang
Berat
Jarang
Berat
Sering
Ringan sampai sedang
vomiting
Defekasi
Ulcerative disease
badan
Retardasi
Berat
Ringan
pertumbuhan
a. Pasien-pasien dengan IBD dapat pula mengalami Irritable Bowel Syndrome (IBS),
dimana akan terjadi kram perut, kebiasaan buang air besar yang tidak teratur, dan
keluarnya mucus tanpa darah atau pus.
b. Gejala sistemik yang dapat terjadi adalah demam, berkeringat, merasa lemas,
dannyeri sendi. Demam ringan merupakan tanda pertama yang harus diwaspadai,
kemudianpasien dapat merasa kelelahan yang berhubungan dengan nyeri, inflamasi,
dan anemia.Rekurensi dapat terjadi oleh karena faktor stres emosional, infeksi atau
berbagai penyakitakut lainnya, kehamilan, penyimpangan pola makan, penggunaan
cathartic atau antibiotik,ataupun penghentian penggunaan obat-obatan antiinflamasi
atau steroid. Pada anak-anakdapat terjadi keterlambatan tumbuh dan maturasi
seksualnya tertunda atau gagal. Pada 10-20% kasus terdapat manifestasi
ekstraintestinal seperti arthritis, uveitis, dan penyakitliver.
c. Berak berdarah, terkadang dengan tenesmus, khas terjadi pada UC, namun pada
CDkadang-kadang juga dapat terjadi. Sebagian besar pasien dengan CD dapat
mengalamipenyakit perianal seperti fistula dan abses, kadang-kadang dapat juga
mengalami nyeriperut kanan bawah akut dan demam, mirip apendisitis dan obstruksi
intestinal. Tidak jarangpasien didiagnosa dengan IBS sebelum terdiagnosa IBD.
d. Kehilangan berat badan lebih sering terjadi pada CD daripada UC karena
terjadinyamalabsorpsi yang berhubungan dengan penyakit pada usus halus. Pasien
bisa tidak maumakan karena ingin mengurangi gejala yang terjadi. Biasanya,
diagnosis dapat ditegakkanhanya setelah beberapa tahun mengalami nyeri perut
berulang, demam, dan diare.
e. Pada pemeriksaan fisik, demam, takikardi, dan dehidrasi dapat terjadi pada
pasiendengan IBD. Pasien dapat tampak pucat, merupakan tanda anemia. Faktorfaktor inilahyang menjadi patokan untuk menentukan keparahan dari penyakit.
f. Nyeri tekan pada abdomen dapat terjadi sebagai tanda dari peritonitis lokal.
Pasiendengan megakolon toksik tampak terlihat sepsis, yang ditandai dengan demam