Anda di halaman 1dari 13

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Oleh
Nama

: Mareta Dea Rosaline

NIM

: 131514153037

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2015

NAMA

: MARETA DEA ROSALINE

NIM

: 131514153037

KODE SOAL A 1
Untuk mengkaji klien dengan post herniotomi meliputi :
1. Identitas Pasien
Nama
Umur
Pendidikan
Pekerjaan

: Tn. E
: 56 tahun
: SMP
: Buruh

MRS : 17 September 2015


Dx Masuk : Nosemedic Post Herniotomi

Penanggung jawab : Ny. P


Umur
: 40 th
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tanggal
Alamat

: Kalijudan Surabaya

2. Riwayat kesehatan sekarang


Klien MRS tanggal 15 September 2015, pasien mengeluh adanya benjolan di
selangkangan sejak 4 bulan yang lalu. 1 minggu sebelum dibawa ke rumah sakit klien
mengeluh benjolan di selangkangan semakin besar pada selangkangan saat
mengangkat benda berat di atas lemari. 1 hari setelah mengangkat beban berat klien
mengeluh nyeri yang sangat hebat sampai tidak bisa melakukan aktivitas apapun.
Pada tanggal 17 September 2015 pasien dilakukan tindakan operasi herniotomi. Klien
mengatakan nyeri di sekitar luka operasinya, di daerah perut bagian bawah sebelah
kanan dengan panjang luka 8 cm, nyeri dirasakan seperti disaya-sayat dan terjadi terus
menerus sejak 1 jam setelah operasi.
3. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri di sekitar luka operasinya.Nyeri dirasakan seperti disayasayat dan terjadi terus menerus sejak 1 jam setelah operasi.
4. Riwayat kesehatan yang lalu
Klien mengatakan 1 hari setelah mengangkat beban berat klien mengeluh nyeri yang
sangat hebat sampai tidak bisa melakukan aktivitas apapun.
5. Riwayat Keluarga

Pada tahap ini dikaji tentang riwayat kesehatan keluarga, adakah dalam keluarga yang
mengalami penyakit sama dengan klien saat ini dan atau riwayat penyakit keturunan.
Pada pasien ini tidak ditemukan riwayat penyakit keturunan.
6. Pengkajian Per Sistem
A. Sistem respirasi
Hasil dari pengkajian tidak menjelaskan adanya data yang menunjang sistem
respirasi
B. Sistem cardiovaskuler
Hasil dari pengkajian tidak menjelaskan adanya data yang menunjang sistem
cardiovaskuler. Perlu dikaji tentang tanda-tanda vital pasien.
C. Sistem pencernaan.
Dalam situasi yang dialami oleh klien Tn E yang sedang mengalami atau
merasakan nyeri atau kesakitan akibat post operasi herniotomi informasi yang
harus dikaji adalah PQRST.
Cara penilaian nyeri berdasarkan PQRST.

P (provokasi) : luka post operasi herniotomi


Apa kira kira penyebab timbulnya rasa nyeri, apakah karena ruda
paksa/benturan atau akibat penyayatan dan lain lain. Yang mana pada kondisi
ini klien Tn E mengalami nyeri akibat sayatan yang di sengaja yaitu luka
sayatan post operasi herniotomi.

Q (quality)

: nyeri disayat-sayat

Pengukuran skala nyeri dengan menggunakan skala NRS (Numeric Rating


Scale) dan skala verbal menggunakan VRS (Verbal rating Scale), sesuai
persoalan diatas Q (quality) hanya dapat dinilai melalui VRS yaitu nyeri
seperti disayat-sayat. Seberapa berat keluhan nyeri terasa, bagaimana rasanya,
seberapa sering terjadinya, misal : seperti tertusuk, tertekan / tertimpa benda
berat, diiris iris dll. Rasa nyeri yang dirasakan oleh klien Tn E adalah seperti
di sayat sayat.

R (region) : daerah perut bagian bawah sebelah kanan dengan panjang luka
sekitar 8cm. Lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan/ ditemukan,

apakah juga menyebar ke daerah lain/ area penyebarannya. Pada kasus ini
nyeri yang

dirasakan pada daerah atau sekitar sayatan luka post operasi

herniotomi di perut bagian bawah sebelah kanan dengan panjang sekitar


kurang lebih 8 cm.
S (severety)

: Seberapa parahkah nyeri yang dirasakan, apakah mengganggu

aktivitas/ kegiatan klien. Sedangkan pada kasus ini tidak disebutkan terkait
keparahannya. Perkiraan skala 8-10 (NRS) sedangkan kasus post op VDS dan
NRS tidak disebutkan.

T (time) : sejak 1 jam setelah operasi sampai pada saat dikaji.


Diperlukan pengkajian skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan anastesi
karena 1 jam post operasi seharusnya efek analsgesik masih berlangsung,
sehingga diperlukan pemeriksaan psikologis. Perlu dikaji pula upaya yang
telah dilakukan untuk mengurangi atau mengatasi rasa nyeri (tengkurap,
memegangi daerah yang sakit). Selain itu pemenuhan nutrisi (porsi makan,
jenis diet dilakukan) juga harus dikaji terkait proses pemulihan luka. Kapan
keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan/ dirasakan, seberapa sering keluhan
nyeri tersebut dirasakan/ terjadi, apakah terjadi secara mendadak atau
bertahap, akut atau kronis.

D. Sistem perkemihan.
Hasil dari pengkajian tidak menjelaskan adanya data yang menunjang sistem
perkemihan. Tetapi perlu dikaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada
daerah pinggang, observasi dan palpasi pada daerah abdomen untuk mengkaji
adanya retensio urine, ada tidaknya nyeri tekan dan benjolan serta pengeluaran
urine apakah ada nyeri pada waktu miksi atau tidak.
E. Sistem neurologis.
Hasil dari pengkajian tidak menjelaskan adanya data yang menunjang sistem
neurologi. Tetapi perlu dikaji nilai GCS dan pemeriksaan fungsi syaraf kranial
untuk mengidentifikasi kelainan atau komplikasi.
F. Sistem integument.
Hasil dari pengkajian tidak menjelaskan adanya data yang menunjang sistem
integument.
Perlu dikaji kondisi luka dan resiko infeksi yang mungkin terjadi.
Inspeksi : apakah ada perdarahan, pembengkakan pada luka, pus pada luka

Palpasi : apakah ada kelainan kulit, apakah ada tanda-tanda infeksi (dolor, kalor,
rubor, tumor, fungsiolesa)
G. Sistem Muskuloskeletal.
Hasil dari pengkajian tidak menjelaskan adanya data yang menunjang sistem
muskuloskeletal. Tetapi perlu dikaji kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah,
dengan nilai kekuatan otot (0-5). Diperiksa juga adanya kekuatan pergerakan, atau
keterbatasan gerak.
7. Data Penunjang
1) Data psikologis
Data psikologis yang perlu dikaji adalah status emosional, konsep diri,
mekanisme koping klien dan harapan serta pemahaman klien tentang kondisi
kesehatan sekarang
a. Status emosional
Berdasarkan data pengkajian, klien merasa takut akan penyakitnya
(pembengkakan pada selangkangan semakin besar).
b. Konsep diri
Perlu dikaji tentang konsep diri klien tentang pikiran, keyakinan dan
kepercayaan yang membuat orang mengetahui tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain.
c. Stressor
Perlu dikaji tentang stressor yang dialami klien. Stressor adalah faktor-faktor
yang menambah beban klien baik dari pelayanan kesehatan ataupun pribadi
dan keluarga. Seseorang yang mempunyai stressor akan mempersulit dalam
proses suatu penyembuhan penyakit.
d. Mekanisme koping
Perlu dikaji tentang mekanisme koping pada klien. Mekanisme koping ini
merupakan suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau
menghilangkan stress yang dihadapi
2). Pengkajian psikososial

Perlu dikaji data klien tentang psikososial, meliputi bagaimana status emosi
klien, harapan klien tentang penyakit yang dideritanya, gaya komunikasi,
sosialisasi klien dengan keluarga atau masyarakat, interaksi klien dirumah sakit,
gaya hidup klien sehari-hari, serta kepuasan pelayanan keperawatan yang klien
rasakan dirumah sakit
3). Data Spiritual.
Data spiritual menyangkut keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, harapan
terhadap kesembuhan serta kegiatan spiritual yang dilakukan saat ini.

DAFTAR PUSTAKA
Harison. 2008. Prinsip Ilmu Penyakit Dalam : Harison Principles of Internal Medicine.
Jakarta : EGC
Herdman, T.H. & Kamitsuru, STT (Eds). 2014. NANDA International Nursing Diagnosis :
Definitions and Classification, 2015-2017. Oxford : Willey Blackwell
Gloria, M, B et all. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th ed. St Louis, MO :
Mosby
Talbot, A. Laura Aneyers. 2007. Pengkajian Keperawatan Kritis, Edisi Kedua. Jakarta : EGC.

KODE SOAL A2
Informasi yang harus dikaji terhadap Tn.E maupun istrinya agar nantinya HE terkait
perawatan di rumah lebih tepat. Pengkajian disesuaikan dengan konsep discharge planning
meliputi pengetahuan, tindakan, pencegahan berulang, pertemuan keluarga, rencana tindak
lanjut.
1. Riwayat penyakit dahulu, adanya benjolan di selangkangan mulai 4 bulan yang lalu,
apakah ada penyakit kronik lain seperti diabetes melitus hubungannya dengan
penyembuhan luka dan koagulasi darah, adanya riwayat alergi hubungannya dengan
pemberian antibiotik serta diet.
2. Riwayat penyakit sekarang, Tn. E dengan luka post-operasi herniotomi tanggal 17
September 2015. Kondisi luka dikaji meliputi REEDA (Redness, Ekimosis, Edema,
Discharge, Aproximation). Redness adalah kemerahan di area luka, ekimosis adalah
memar, edema adalah pembengkakan, discharge adalah adanya pus pada luka, dan
aproximation adalah luas luka. Nyeri yang dirasakan muncul kapan dan berkurang
kapan, aktivitas apa yang dapat membantu penurunan skala nyeri.
3. Riwayat psikososial, Tn. E 56 tahun bekerja sebagai buruh, pendidikan terakhir SMP.
Istri Ny. P umur 40 tahun, ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SD. Apakah klien
dan keluarga memahami kondisi penyakit, pandangan klien terhadap kondisi penyakit.
Pengetahuan
1

Mengkaji pengetahuan semua anggota keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda


& gejala, penatalaksanaan, pencegahan, diagnosis dari penyakit.

Pengetahuan keluarga tentang pemenuhan nutrisi klien untuk meningkatkan proses


pemulihan luka.
Tindakan

Apa yang dilakukan bila nyeri dirasakan kembali.

Apakah keluarga memahami cara merawat anggota yang sakit (post herniotomi)
meliputi perawatan luka, teknik distraksi, pemenuhan nutrisi.
Pencegahan Berulang
1. Apa yang dilakukan klien dan keluarga bila klien lupa minum obat dan lupa cara
perawatan luka post op herniotomi.
2. Upaya klien dan keluarga mencegah terjadinya kemungkinan infeksi, berhubungan
dengan higienitas lingkungan.
Pertemuan Keluarga
1. Anggota keluarga yang paling disegani/ berpengaruh dalam pembuatan dan
pengambilan keputusan.
2. Mengkaji aktivitas klien, apakah dilakukan terus menerus, apakah termasuk aktivitas
berat.
3. Akses fasilitas pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga, jarak ke fasilitas
kesehatan, sumber biaya, tabungan yang dimiliki keluarga.
Rencana Tindak Lanjut
1. Menggali riwayat penyakit sekarang (kapan mulai, frekuensinya, durasinya,
lokasinya, perkembangannya, akibatnya serta tindakan yang telah dilakukan.
2. Menggali riwayat penyakit dahulu (ada tidaknya penyakit sebelumnya, penyakit lain
yang pernah diderita.

DAFTAR PUSTAKA
Harper E.A. 1998. Discharge planning: An interdisciplinary method. Silverberg Press:
Chicago, IL.

NAMA

: MARETA DEA ROSALINE

NIM

: 131514153037

KODE SOAL B
Pemeriksaan Imun dan Hematologi Kasus Kusta Reaktif ENL
Reaksi tipe II (reaksi eritema nodosum leprosum).
a. Pemeriksaan imun
Tes Imunologi
1) Lepromin test adalah tes nonspesifik untuk klasifikasi dan prognosis kusta, tapi tidak
untuk diagnosis, berguna untuk menunjukkan sistim imun penderita terhadap M.
leprae. 0,1 ml lepromin disiapkan dari ekstrak basil organisme, disuntikkan
intradermal, kemudian dibaca setelah 48 jam/ 2 hari (reaksi fernandez), atau 3minggu (reaksi Matsuda).Reaksi Fernandez positif bila terdapat indurasi dan eritem
yang menunjukkan kalau penderita bereaksi terhadap M. leprae yaitu respon imun tipe
lambat, ini seperti Mantoux test pada M. tuberculosis.Reaksi Matsuda bernilai :
a) 0 : papul berdiameter 3mm atau kurang.
b) +1 : papul berdiameter 4-6 mm.
c) +2 : papul berdiameter 7-10 mm.
d) +3 : papul berdiameter > 10 mm atau papul dengan ulserasi

2) Respon imun

seluler

melawan

M leprae

juga

dapat

dipelajari dengan

lymphocyte transformation test dan lymphocyte migration inhibition test (LMIT). Tes
berdasar pada deteksi antibody M lepra atau antigen.
3) Tes serologi ini dapat membantu apabila gejala klinis dan bakteriologik tidak jelas.
Pemeriksaan serologi kusta didasarkan atas terbentuknya antibodi pada tubuh
seseorang yang terinfeksi M. leprae. Macamnya adalah :
a) Uji MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination).
b) Uji ELISA (Enzymed Linked Immunosorbent Assay).
c) ML dipstick (Mycobacterium Leprae Dipstick).
4) Estimasi dari komponen spesifik M leprae pada jaringan

b. Pemeriksaan Hematologi
Pada pemeriksaan laboratorium, dilakukan pemeriksaan protein dan sel darah merah
dalam urine yang dapat menunjukkan terjadinya glomerulonefritis akut. Pada
pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop, dapat terlihat kompleks imunpada
glomerulus

ginjal.

Pada

pemeriksaan

hematologi

dapat

ditemukan leukositosis

PMN, trombositosis, peninggian LED, anemia normositik normokromdan peninggian


kadar gammaglobulin
DAFTAR PUSTAKA

Vitayani

Muchtar.

2009.

Lepromin

Tes

Pada

Penderita

Kusta.http://journal.unair.ac.id/lepromin-test-pada-penderita-kusta-article-2982
media-34-category-3.html. diakses tanggal 19 oktober 2015
Herlina. 2015. Referat ENL. http://dokumen.tips/documents/referat-enl.html diakses tanggal
19 oktober 2015

Code C
1. Hasil pemeriksaan fisik pada pasien dengan Inflammatory Bowel Disease (IBD)
Sign and

Crohns disease

symptom
Oral ulcer

Jarang (angka kejadian

Tidak ada

Disfagia
Kram atau nyeri

10%)
Ringan sampai sedang
Pada kuadran kanan bawah

Tidak ada
Pada periumbilical atau

abdomen
Distensi abdomen
Nausea dan

abdomen
Ada
Sering

kuadran kiri bawah


Ada
Lebih jarang jika

Lembek

dibandingkan crohns disease


Diare, ada mukus disertai

Tenesmus
Fistula dan abses

Jarang
Sering dijumpai

darah
Lebih sering
Jarang

di perianal
Fever
Malaise
Anemia
Penurunan berat

Sering
Ringan sampai sedang
Lebih jarang
Berat

Jarang
Berat
Sering
Ringan sampai sedang

vomiting
Defekasi

Ulcerative disease

badan
Retardasi

Berat

Ringan

pertumbuhan
a. Pasien-pasien dengan IBD dapat pula mengalami Irritable Bowel Syndrome (IBS),
dimana akan terjadi kram perut, kebiasaan buang air besar yang tidak teratur, dan
keluarnya mucus tanpa darah atau pus.
b. Gejala sistemik yang dapat terjadi adalah demam, berkeringat, merasa lemas,
dannyeri sendi. Demam ringan merupakan tanda pertama yang harus diwaspadai,
kemudianpasien dapat merasa kelelahan yang berhubungan dengan nyeri, inflamasi,
dan anemia.Rekurensi dapat terjadi oleh karena faktor stres emosional, infeksi atau
berbagai penyakitakut lainnya, kehamilan, penyimpangan pola makan, penggunaan
cathartic atau antibiotik,ataupun penghentian penggunaan obat-obatan antiinflamasi
atau steroid. Pada anak-anakdapat terjadi keterlambatan tumbuh dan maturasi
seksualnya tertunda atau gagal. Pada 10-20% kasus terdapat manifestasi
ekstraintestinal seperti arthritis, uveitis, dan penyakitliver.
c. Berak berdarah, terkadang dengan tenesmus, khas terjadi pada UC, namun pada
CDkadang-kadang juga dapat terjadi. Sebagian besar pasien dengan CD dapat
mengalamipenyakit perianal seperti fistula dan abses, kadang-kadang dapat juga
mengalami nyeriperut kanan bawah akut dan demam, mirip apendisitis dan obstruksi
intestinal. Tidak jarangpasien didiagnosa dengan IBS sebelum terdiagnosa IBD.
d. Kehilangan berat badan lebih sering terjadi pada CD daripada UC karena
terjadinyamalabsorpsi yang berhubungan dengan penyakit pada usus halus. Pasien
bisa tidak maumakan karena ingin mengurangi gejala yang terjadi. Biasanya,
diagnosis dapat ditegakkanhanya setelah beberapa tahun mengalami nyeri perut
berulang, demam, dan diare.
e. Pada pemeriksaan fisik, demam, takikardi, dan dehidrasi dapat terjadi pada
pasiendengan IBD. Pasien dapat tampak pucat, merupakan tanda anemia. Faktorfaktor inilahyang menjadi patokan untuk menentukan keparahan dari penyakit.
f. Nyeri tekan pada abdomen dapat terjadi sebagai tanda dari peritonitis lokal.
Pasiendengan megakolon toksik tampak terlihat sepsis, yang ditandai dengan demam

tinggi,letargi, menggigil, takikardi, meningkatnya nyeri pada abdomen, dan distensi


abdomen.
g. Pasien dengan CD mungkin dapat ditemukan massa pada kuadran perut kananbawah.
Komplikasi (seperti fisura atau fistula perianal, abses, dan prolaps rektum)
dapatditemukan sampai pada 90% pasien dengan CD, dan tanda-tanda yang biasa
terjadi adalahkehilangan darah yang tidak biasanya, demam ringan, kehilangan berat
badan, dan anemia.
Pemeriksaan rektum sering ditemukan berak darah pada pemeriksaan makroskopatau
hemoccult. Pemeriksaan fisik juga sebaiknya dilakukan untuk mencari
manifestasiekstraintestinal seperti iritis, episcleritis, arthritis, dan keterlibatan
dermatologi

Anda mungkin juga menyukai