Dalam sepanjang sejarah, al-Quds telah mengalami berbagai macam peperangan dan kegoncangan yang amat dahsyat secara silih berganti. Adapun penduduknya adalah penganut beberapa agama yang dipercayainya. Dengan adanya peninggalan-peninggalan agama yang ada di kota al-Quds, mereka -terutama umat Islam- gemar meneliti peninggalanpeninggalan para Nabi, mengenali makam makam para ulamadan orang-orang shalih, sekaligus mengambil berkahnya. Penduduknya terdiri dari berbagai bangsa, dan banyak penguasa yang silih berganti memerintahnya. Al-Quds pernah di serang oleh penguasa-penguasa Mesir (Faroinah), bangsa Asyuriyun, Babylonia, Amuniyun, bangsa Arab, Persia, Romawi danYunani.(5). Al-Quds didiami oleh kaum Kanan danYabusiun yang berkebangsaan Arab, kemudian setelah itu datanglah kaum Bani Israil, bangsa Yunani, Romawi dan Byzantium kemudian datanglah masa pemerintahan Islam yang dimulai dari Bani Umawiy, Bani Abbasiy, Fatimiy, Ayyubiy, Mamalik dan khilafah Utsmaniyyah. Kemudian selama 90 tahun al-Quds jatuh ketangan Salibis dan akhirnya dibebaskan oleh Sholahuddin al-Ayyubi pada tangggal 27 Rajab 589 H/ Juli 1187 M. setelah melalui tragedi perang salib yang berkepanjangan pada abad V dan VII H./ abad XI dan XIII M. Kemudian setelah itu al-Quds jatuh ketangan penjajah Inggris dan terakhir kali al-Quds berada di bawah pemerintahan Yordania al-Hasyimi.(6) Dalam sejarahnya kondisi politik, ekonomi, sosial dan budaya al-Quds tidak pernah stabil kecuali pada masa pemerintahan Islam yaitu setelah pembebasan alQuds oleh umat Islam dengan diterimanya kunci al-Quds oleh kholifah Umar bin Khottob ra. dari kepala Uskup Sofarnius pada tahun 17 H./638M.. Pada waktu itu Umar mengendarai onta merah, dibelakangnya ada jafnah (sejenis bejana) yang berisi kurma dan air kemudian Umar menjamin keamanan penduduk al-Quds dan melakukan sholat dua rakaat di al-Shohroh al-Muqoddasah dan membangun masjid yang kemudian dikenal dengan masjid Umar. Al-Quds dengan identitas keislamannya berlangsung selama empat belas abad yaitu pada masa Umawiy, Abbasiy dan Utsmaniy. Pemerintahan Umawiy mengakui bahwa al-Quds adalah bumi Arab yang mempunyai perekonomian yang menguntungkan karena kekayaan dan letaknya yang strategis serta adanya masjid al-Aqsho serta al-Shokhroh al-Muqoddasah.(7) Semenjak Umat Islam membebaskan al-Quds, kehidupan beragama di sana berlangsung dengan bebas. Hal ni sangat dirasakan oleh penduduknya yang menganut berbagai agama dalam melaksanakan rutinitas keagamaan tanpa adanya fanatisme dan pemaksaan. Mereka saling menjaga kehormatan tempat-tempat suci setiap agama yang ada. Keadaan seperti ini tidak bisa dirasakan ketika angkatan perang salib menduduki al-Quds selama 90 tahun, pada akhir abad V H. hingga akhir abad VI H. Keadaan aman dan stabil ini berakhir dan berubah drastis semenjak perang 5 Juni 1967 M.. Pada masa pendudukan Israel sekarang ini, banyak terjadi ketegangan, pergolakan dan pembunuhan yang semakin meningkat. Kehidupan umat Islam disana mulai dirusak. Banyak kejadian telah terjadi, pelanggaran atas hak-hak milik, tempattempat suci, tanah perwakafan dalam kawasan al-Quds, pengusiran penduduk ArabMuslim dari al-Quds dan ternodainya kemuliaan masjid al-Aqsho dengan terjadinya pembakaran pada 21 Agustus 1969 M., pembuatan terowongan yang melintasi pondasi al-Quds antara tahun 1968 hingga 1969 M., pembunuhan terhadap jamaah sholat dengan senjata api modern pada tahun 1982 M. dan pembunuhan di masjid al-
Shokhroh, gugurnya puluhan syuhada. Perusakan semacam ini juga dilacarkan
ditempat tempat suci kaum Kristiani seperti mencuri barang barang yang di simpan di gereja dan membakarnya(8). Ditambah lagi dengan pembantaian-pembantaian berdarah seperti pembantaian Dir Yaseen pada tahun 1948 H., pembantaian Kafr Qosim pada tahun 1956 M., pembantaian 1953 M., pembantaian Khon Yunus dan Rafah tahun 1956 M., pembantaian al-Aqsho tahun 1990 M, pembantaian al-Harom al-Ibrahimy pada pertengahan bulan Ramadlon tahun 1994 M. Setelah perang tahun 1948 M. kaum Yahudi berusaha untuk melaksanakan semua agenda yang mengancam keberadaan Arab hingga masa sekarang ini, yaitu dengan usaha penggabungan bagian timur al-Quds. Mereka menentang semua nilai dan undang-undang internasaional dengan bersandar atas kekuatan-kekuatan negara penjajah di bawah pimpinan Amerika dan Inggris. Diantara rencana mereka adalah meletakkan batas kawasan al-Quds dibawah jargon Tauhid al-Quds (penyatuan alQuds) pada tanggal 28 Juni 1967 M. serta menguasai hak milik bangsa Arab yang meliputi bumi, bangunan serta membuat batasan kamp-kamp pemukiman Israel. Pemukiman terakhir yang dibangun adalah pemukiman gunung Abi Ghunaim. Disamping itu juga mereka merubah struktur kependudukan di al-Quds dengan menambah jumlah penduduk Yahudi dari Rusia atau lainnya dan mengusir pendudukpenduduk Arab dan penduduk asli al-Quds, mereka menjalankan galian-galian serta perubahan tempat-tempat suci yang mengancam keberadaannya, dan menghapus kantor-kantor administratif Arab setempat yang diwakili oleh Majlis Amanat alQuds dengan menggabungkan pelayananan administratif kota al-Quds dengan pelayanan Israel. Pada tahun 1973 M Israel meletakkkan apa yang dinamakan Agenda besar alQuds yang merupakan proyek penggabungan kota-kota Ramalla, Birrah, Bait alLahm, Bait Jala, Bait Sahur dan kawasan-kawasan sekitarnya(9).