Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
B.Metode Pengujian
Kekerasan
Kekerasan suatu material dapat ditentukan
dengan menggunakan metode pengujian yang
berbeda, yaitu:
Metode Gores
Metode Elastik Atau Pantul
Metode Identasi
Metode Gores
Metode ini tidak banyak lagi digunakan dalam dunia metalurgi dan material lanjut,
tetapi masih sering dipakai dalam dunia mineralogi. Metode ini dikenalkan oleh
Friedrich Mohs yang membagi kekerasan material di dunia ini berdasarkan skala
(yang kemudian dikenal sebagai skala Mohs). Skala ini bervariasi dari nilai 1 untuk
kekerasan yang paling rendah, sebagaimana dimiliki oleh material talk, hingga
skala 10 sebagai nilai kekerasan tertinggi, sebagaimana dimiliki oleh intan. Dalam
skala Mohs urutan nilai kekerasan material di dunia ini diwakili oleh:
1.
Talc
6.
Orthoclase
2.
Gipsum
7.
Quartz
3.
Calcite
8.
Topaz
4.
Fluorite
9.
Corundum
10.
Diamond (intan)
5.
Apatite
Prinsip Pengujian
bila suatu mineral mampu digores oleh Orthoclase (no. 6) tetapi tidak mampu
digores oleh Apatite (no. 5), maka kekerasan mineral tersebut berada antara 5 dan 6.
Berdasarkan hal ini, jelas terlihat bahwa metode ini memiliki kekurangan
utama berupa ketidak akuratan nilai kekerasan suatu material. Bila kekerasan
mineral-mineral diuji dengan metode lain, ditemukan bahwa nilai-nilainya berkisar
antara 1-9 saja, sedangkan nilai 9-10 memiliki rentang yang besar.
Hasil pengujian ini kurang akurat karena hasil pengujian hanya merupakan hasil
pengamatan secara visual, namun pengujian ini sangat bermanfaat
digunakan pada benda atau konstruksi besar yang tidak mungkin di bawa untuk
diuji pada laboratorium
Metode elastik/pantul
(rebound)
Pengujian dengan cara elastik atau pantul ialah pengujian kekerasan dengan
cara mengukur tinggi pantulan dari bola baja atau intan (hammer) yang
dijatuhkan dari ketinggian tertentu. Tinggi pantulan menunjukkan
kekerasan bahan tersebut, semakin tinggi pantulan artinya bahan ini
memiliki kekerasan yang tinggi pengukuran kekerasan dengan cara ini
disebut sistem Shore Scleroscope.
Metode Identasi
Pengujian kekerasan dengan cara penekanan (Indentation Test)
ialah pengujian kekerasan terhadap logam, dalam menentukan
kekerasannya dilakukan dengan menganalisis indentasi atau
bekas penekanan pada benda uji (Test Piece) sebagai reaksi dari
pembebanan tekan.
Proses ini dilakukan antara lain dengan :
1.
2.
3.
sistem Brinell
Rockwell
sistem Vickers
Pengujian dengan sistem ini paling banyak digunakan di laboratorium pengujian logam atau industri
manufaktur, hal ini dikarenakan proses serta prosedur pengujiannya yang sederhana dan cepat
memperoleh data kekerasan yang dihasilkan dari pengujian (Anonym, 2012).
Metode Brinell
Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh J.A. Brinell pada tahun 1900. Pengujian kekerasan
dilakukan dengan memakai bola baja yang diperkeras (hardened steel ball) dengan beban dan waktu
indentasi tertentu, sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 2.1. Hasil penekanan adalah jejak
berbentuk lingkaran bulat, yang harus dihitung diameternya di bawah mikroskop khusus pengukur
jejak. Contoh pengukuran hasil penjejakan diberikan oleh Gambar 2.2. Pengukuran nilai kekerasan
suatu material diberikan oleh rumus:
Dengan :
P = beban yang digunakan (kg)
D = diameter bola baja (mm)
d = diameter lekukan (mm)
HB=Angka Kekerasan Brinnel
Prosedur standar pengujian mensyaratkan bola baja dengan diameter 10 mm dan beban 3000
kg untuk pengujian logam-logam ferrous, atau 500 kg untuk logam-logam non-ferrous. Untuk
logam-logam ferrous, waktu indentasi biasanya sekitar 10 detik sementara untuk logamlogam non-ferrous sekitar 30 detik. Walaupun demikian pengaturan beban dan waktu
indentasi untuk setiap material dapat pula ditentukan oleh karakteristik alat penguji. Nilai
kekerasan suatu material yang dinotasikan dengan HB tanpa tambahan angka di
belakangnya menyatakan kondisi pengujian standar dengan indentor bola baja 10 mm,
beban3000 kg selama waktu 115 detik. Untuk kondisi yang lain, nilai kekerasan HB
diikutiangka-angka yang menyatakan kondisi pengujian. Contoh: 75 HB 10/500/30
menyatakan nilai kekerasan Brinell sebesar 75 dihasilkan oleh suatu pengujian dengan indentor
10 mm, pembebanan 500 kg selama 30 detik.
Brinnel diperuntukan untuk material yang memiliki permukaan yang kasar dengan uji kekuatan
berkisar 500-3000 kgf. Identor (Bola baja) biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun
terbuat dari bahan Karbida Tungsten
Metode Rockwell
Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell ini paling banyak digunakan di laboratorium
pengujian logam, karena prosesnya mudah dan cepat memperoleh angka kekerasan bahan uji,
dimana angka kekerasan Rockwell dapat dibaca langsung dari pesawat uji yang digunakan.
Selain itu pengujian ini memiliki fungsi pemakaian yang cukup luas sehingga memungkinkan
digunakan pada berbagai jenis dan karakteristik bahan dengan tersedianya skala kekerasan
untuk berbagai aplikasi.
Nilai kekerasan dengan metode Rockwell suatu material dirumuskan
sebagai berikut:
HRB = 130 (h/0,002)
(3)
HRC = 100 (h/0,002)
(4)
Keterangan :
HRB = Nilai kekerasan Rockwell B
HRC = Nilai kekerasan Rockwell C
h
= kedalaman (mm)
Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers dimana kekerasan suatu bahan dinilai dari
diameter/diagonal jejak yang dihasilkan maka metode Rockwell merupakan uji kekerasan
dengan pembacaan langsung (direct-reading).
Metode ini banyak dipakai dalam industri karena pertimbangan praktis. Variasi dalam
beban dan indetor yang digunakan membuat metode ini memiliki banyak macamnya.
Metode yang paling umum dipakai adalah Rockwell B (dengan indentor bola baja
berdiameter 1/6 inci dan beban 100 kg) dan Rockwell C (dengan indentor intan dengan
beban 150 kg). Walaupun demikian metode Rockwell lainnya juga biasa dipakai.
Oleh karenanya skala kekerasan Rockwell suatu material harus dispesifikasikan dengan jelas.
Contohnya 82 HRB, yang menyatakan material diukur dengan skala B: indentor 1/6 inci dan
beban 100 kg. Berikut ini diberikan Tabel 2.1 yang memperlihatkan perbedaan skala dan range
uji dalam skala Rockwell
Pengujian Rockwell
Untuk mencari besarnya nilai kekerasan dengan menggunakan
metode Rockwell dijelaskan pada gambar 4, yaitu
pada langkah 1 benda uji ditekan oleh indentor dengan beban
minor (Minor Load F0) setelah itu ditekan dengan beban mayor
(major Load F1)
pada langkah 2, dan pada langkah 3 beban mayor diambil
sehingga yang tersisa adalah minor load dimana pada kondisi 3 ini
indentor ditahan seperti kondisi pada saat total load F yang terlihat
pada Gambar 4.
Besarnya minor load maupun major load tergantung dari jenis
Gambar 3 Pengujian Rockwell
material yang akan di uji, jenis-jenisnya bisa dilihat pada Tabel 1.
Dibawah ini merupakan rumus yang digunakan untuk mencari besarnya kekerasan dengan metode
Rockwell.
HR = E - e
Dimana :
F0 = Beban Minor(Minor Load) (kgf)
F1 = Beban Mayor(Major Load) (kgf)
F = Total beban (kgf)
e = Jarak antara kondisi 1 dan kondisi 3 yang dibagi dengan 0.002 mm
E = Jarak antara indentor saat diberi minor load dan zero reference line yang untuk tiap jenis
indentor berbeda-beda yang bias dilihat pada table 1
HR = Besarnya nilai kekerasan dengan metode hardness
Metode Vickers
Pada prinsipnya pengujian dengan metode Vickers tidak jauh berbeda dengan metode Brinell, salah
satu yang bebeda ialah pemakaian indentornya, metode Vickers menggunakan piramida intan dengan
sudut puncak piramida adalah1360. Bentuk indentor yang relatif tajam dibanding dengan
Brinell yang menggunakan bola baja. Vickers mamberikan pembebanan yang sangat kecil yakni
dengan tingkatan beban 5; 10; 20; 30; 50 dan 120 kg, bahkan untuk pengujian mikrostruktur hanya
ditentukan 10 g, sehingga pengujian kekerasan Vickers cocok digunakan pada bahan yang keras dan
tipis, sedangkan untuk bahan yang lunak dan tidak homogen seperti besi tuang (cast Iron) Vickers
tidak sesuai untuk digunakan. Bilangan kekerasan Vickers (VHN) dihitung dengan rumus:
P
D
VHN
Gambar Pengujian
Vickers
MicroHardness (knoop
Hardness)
Mikrohardness test tahu sering disebut dengan knoop hardness testing
merupakan pengujian yang cocok untuk pengujian material yang nilai
kekerasannya rendah. Knoop biasanya digunakan untuk mengukur material
yang getas seperti keramik.
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Uji Kekerasan
Dalam uji kekerasan dipengaruhi oleh beberapa
faktor atau parameter. Ada tiga factor atau
parameter yang diduga mempengaruhi
kekerasan, yaitu temperatur raw material (Tm),
temperatur awal proses quenching (Tq) dan
temperatur akhir proses quenching (Tt). Serta
keterbatasan pengamat dalam mengamati hasil
pengujian kekarasan (Wahyudi, 2000).
Perlakuan Panas
Perlakuan panas adalah proses untuk
memperbaiki sifat-sifat dari logam dengan
jalan memanaskan coran sampai temperatur
yang cocok, lalu dibiarkan beberapa waktu pada
temperatur itu,kemudian didinginkan ke
temperatur yang lebih rendah dengan
kecepatan yang sesuai. Perlakuan panas yang
dilaksanakan pada coran adalah: pelunakan
temperatur rendah, pelunakan, penormalan,
pengerasan dan penemperan (Rubijanto, 2006).