A. Penatalaksanaan Pneumothoraks
Tujuan dalam penatalaksanaan pneumothorax adalah untuk mengeluarkan udara
dari cavum pleura dengan tatalaksana sebagai berikut (Sudoyo, 2006):
a) Primary Survey
Airway
Assesment :
1. perhatikan jalan nafas
2. dengar suara nafas
3. perhatkan bila ada retraksi otot pernafasan dan dinding dada
Management :
1. Setelah diinspeksi dengan cepat, lakukan chin lift dan jaw thrust, hilangkan
benda penghambat jalan nafas
2. Apabila fistula yang menghubungkan alveoli dan cavum pleura sudah
menutup, maka udara yang berada dalam cavum pleura tersebut akan
direabsorbsi yang akan meningkat bila ditambahkan O2 (Sudoyo, 2006).
Kemudian, Observasi dalam beberapa hari dengan foto thorax selama 1224jam selama 2 hari, terutama pada pneumothorax terbuka (Alsagaf, 2009).
3. Reposisi kepala dan pasang collar neck.
4. Lakukan Cricothyroidotomy atau tracheostomi atau intubasi oral/nasal.
Breathing
Assesment
1. Periksa frekuensi nafas
2. Perhatikan gerakan pernafasan
3. Palpasi dan Auskultasi thorax
Management:
1. Pasang ventilator bila perlu
2. Lakukan tindakan bedah yang sesuai jenis dari pneumothorax
Circulation
Assesment :
1. Periksa denyut jantung dan denyut nadi
2. Periksa tekanan darah
3. Pemeriksaan pulse oxymetri
4. Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)
Management :
1. Resusitasi cairan dengan 2 IV lines
positif maka pipa belum bias dicabut. Pencabutan WSD dilakukan pada
saat pasien dalam keadaan ekspirasi maksimal (Sudoyo, 2006).
e) Pengobatan Tambahan
1. Pengobatan terhadap penyakit yang menyertai terhadap penyebabnya
2. Bed rest
3. Pemberian antibiotik profilaksis setelah tindakan bedah dapat
dipertimbangkan untuk mengurangi insidensi komplikasi, misalnya
emfisema (Alsagaf, 2009).
f) Rehabilitasi
1. Pasien yang telah sembuh, harus dilakukan pengobatan secara tepat untuk
penyakit dasarnya.
2. Untuk sementara waktu pasien dianjurkan untuk tidak mengejan dan
bersin atau batuk yang terlalu keras (Alsagaf, 2009)
3. Bila kesulitan defekasi karena antitusif, berikan laksan.
4. Monitoring penderita terutama bila ada keluhan pernafasan.
B. Perbandingan Teori penatalaksanaan
1. Kelebihan:
1) Lebih cepat dalam penanganan secara emergensi
2) Lebih efisien secara medik
3) Lebih cenderung tidak menimbulkan efek rekurensi
4) Penanganan dan assesment lebih menyeluruh
2. Kekurangan
1) Beberapa bagian bersifat invasif
2) Pada thoracostomy dapat beresiko menyebabkan banyak komplikasi
3) Membutuhkan peralatan yang benar-benar steril
C. Harapan Penatalaksanaan Pneumothorax
Dalam penatalaksanaan pneumothorax diharapkan pasien dapat sembuh sempurna
dan dapat menjalankan fungsinya dimasyarakat dan tidak mengalami rekurensi atau
kekambuhan dan kecacatan. Oleh karena itu penatalaksanaan harus dilakukan oleh
tenaga medis yang berkompeten dalam bidang masing-masing dan dilaksanakan secara
adekuat terutama saat pelaksanaan tindakan emergensi. Penatalaksanaan juga
diharapkan memiliki persiapan yang matang, terutama dalam penanganan yang secara
invasif.
Dapus:
Sudoyo, Aru, W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K, Marcellus, Simadibrata. Setiati,
Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. p.
1063.
Alsagaff, Hood. Mukty, H. Abdul. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga
University Press; 2009. p. 162-179.
Guyton, Arthur, C. Hall, John, E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC;
1997. p. 598.
Prabowo, A.Y.(2010, Desember 20). Water Seal Drainage Pada Pneumothorax Post
Trauma Dinding Thorax. Bagian Ilmu Penykit Dalam. RSUD Panembahan Senopati
Bantul; 2010. Diakses 22 Maret 2011