SGD 7
Komang Noviantari
(1302105006)
(1302105013)
(1302105019)
(1302105029)
(1302105051)
(1302105054)
(1302105067)
(1302105074)
(1302105083)
(1302105086)
fisik ditemukan pasien mengalami penurunan kesadaran, TD 90/60, nadi 140 x/mnt, RR=30
x/mnt, suhu 39C. Terdapat tanda tanda ekimosis pada lengan, kaki. Melena (+). Hasil
laboratorium menunjukkan trombosit 5000/mm3, fibrinogen 120 mg/dL, PT
dan aPTT
Pertanyaan: Buatkan konsep dasar penyakit, Pathway dan asuhan keperawatan sesuai kasus
diatas.
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian DIC (Diseminated intravascular coagulation)
Koagulasi intravascular diseminata atau DIC merupakan suatu sindrom kompleks
yang terdiri atas banyak segi, yang sistem homeostatic dan fisiologik normalnya
mempertahankan darahnya tetap cair berubah menjadi suatu sistem patologik yang
menyebabkan terbentuknya trombi fibrin difus yang menyumbat mikrovaskular tubuh.
(Price dan Wilson, 2005)
Koagulasi intravascular diseminata adalah suatu salah susun rumit pada mekanisme
homeostatis dimana koagulasi dipercepat dan aktivitas sistem fibrinolotik tampil serentak
dengan derajat thrombosis dan perdarahan yang bervariasi. (Taber, 1994)
DIC adalah suatu proses dimana koagulasi dan fibrinolisis terjadi bersamaan dalam
sirkulasi (Hayes & Mackay, 1997)
DIC adalah sindroma patologi yang terjadi sebagai komplikasi dari semua tipe syok
sirkulasi yang dibagi menjadi tiga tahap yaitu koagulasi konsumsi, koagulopasti primer
dan koagulopati dilusi (Sabiston,1995).
Koagulasi Intravaskular Diseminata (KID) ditandai dengan proses aktivasi dari sistem
koagulasi yang menyeluruh yang menyebabkan pembentukan fibrin di dalam pembuluh
darah sehingga terjadi oklusi trombotik di dalam pembuluh darah berukuran sedang dan
kecil. (Benzion, 1995)
Jadi DIC adalah suatu keadaan dimana ditemukan keadaan trombosis dan perdarahan
dalam waktu yang bersamaan dalam sirkulasi.
2. Epidemiologi DIC (Diseminated intravascular coagulation)
Kondisi DIC lebih terjadi sebagai respon terhadap faktor lain dibandingkan sebagai
kondisi primer. Tidak ditemukan factor predisposisi yang berhubungan dengan umur,
jenis kelamin, ataupun ras. (Hewish, 2005)
3. Etiologi DIC (Diseminated intravascular coagulation)
a. Solusio plasenta penyebab tersering dimana plasenta merupakan sumber yang kaya
akan tromboplastin jaringan.
b. Infeksi berat atau sepsis
c. Keganasan, luka bakar, cedera remuk juga dapat menyebabkan pelepasan
tromboplastin.
d. Leukemia promielositik dimana promielosit granular mengeluarkan aktivitas seperti
tromboplastin yang sering pada saat dimulainya kemoterapi dan dilepasnya granula.
(Price, 2005)
Iskemik
Pur. Fulmuninans
Ganggreng
Akral sianosis
Delirium/koma
Infark
Oliguria/azotemia
Kortikal nekrosis
Myocardial dysfxn
Hemoragik
Petekie
Ekimosis
Oozing
Perdarahan intrakranial
Hematuria
-
Paru-paru
Gastrointestinal
Endokrin
Dyspnea/hipoksia
infark
Ulcer
Infark
Infark adrenal
Hemoragik paru
Massive
Mual, diare, milena
Hemoragik
Diagnostik
dan
Penunjang
DIC
(Diseminated
intravascular
coagulation)
a. PTT (Partial Tromboplastin time): memanjang pada 50-60% DIC
Pada tes PTT, fosfolipid ditambahkan pada plasma pasien yang sudah dicampurkan
dengan sitrat, mengakibatkan pembentukan bekuan dalam waktu 60 sampai 90 detik.
Penambahan agen pengaktivasi kontak seperti kaolin, mengurangi variabilitas
pemeriksaan, dan waktu yang diperlukan untuk pembentukan bekuan. Modifikasi ini
menghasilkan
waktu
tromboplastin
parsial
teraktivasi
(APTT).
Hasilnya
dibandingkan dengan APTT plasma normal. Kisaran normal adalah 26-42 detik.
Karena PTT mengukur jalur instrinsik dan jalur bersama, maka PTT akan memanjang
pada defisiensi pralikein, HMWK, faktor V, VIII,IX,X,XI, dan XII, protrombin, serta
fibrinogen. Jika hanya PT yang memanjang, maka dianggap terdapat defisiensi atau
penghambatan segala faktor jalur intrinsic. Jika keduanya memanjang, maka diduga
terdapat defisiensi atau penghambatan faktor V dan X jalur bersama, protrombin, dan
fibrinogen.
b. PT (prototombine time ) : memanjang pada 50-70% DIC
Pada tes PT, bagian plasma pasien yang sudah dicampur sitrat dicampur dengan
fosfolipid dan tromboplastin jaringan. Karena kalsium sudah dihilangkan, maka tidak
terjadi koaglasi. Kemudian kalsium ditambahkan, dan waktu yang diperlukan untuk
pembentukan bekuan dicatat. Dalam keadaan ini, plasma normal memerlukan waktu
Bila terjadi perdarahan hebat peran heparin yang sebagai antikoagulasi antitrombin
yang kuat masih sangat kontroversial. Heparin dapat menetralkan aktivitas thrombin dan
dengan demikian menghambat penggunaan factor-faktor pembekuan dan pengendapan
fibrin. Meningkatkan konsentrasi factor pembekuan dan trombosit dengan memberikan
infus plasma dan trombosit seharusnya menghambat diathesis perdarahan. Heparin
diindikasikan pada keadaan adanya pengendapan fibrin yang menyebabkan nekrosis
dermal (Logan, 1994). Heparin dosis rendah telah berhasil digunakan bersama dengan
agen kemoterapeutik pada pengobatan leukemia promielositik untuk mencegah DIC
akibat pelepasan tromboplastin oleh granula leukosit.
Pemberian heparin diberikan dengan sesuai dosis dewasa normal heparin drip 4-5
U/kg/jam IV infus kontinu, pemberian heparin harus dipantau minimal setiap empat jam
dengan dosis yang disesuaikan. Dosis selanjutnya ditentukan berdasarkan APTT atau
masa pembentukan (MP) yang diperiksa 2-3 jam sesudah pemberian heparin. Target
APTT kurang dari 1,5 kali kontrol atau MP kurang 2 kali kontrol, dosis heparin dinaikan.
Bila lebih dari 2,5 kali APTT kontrol atau MP ;lebih dari 3 kali kontrol maka diulang 2
jam. Kemudian bila APTT atau MP lebih dari 2,5/3 kali kontrol maka dosis dinaikan
sedangkan bila kurang, dosis diturunkan. Heparin dinaikan setiapa 4-6 jam dan dosis
diberikan sekitar 20.000-30.000
dosis 80-100
pendarahan, trombosis, dan berat badan pasien. Tampaknya heparin subkutan sama
efektifnya atau bahkan mungkin lebih efektif daripada heparin dosis tinggi yang
diberikan intravena. Heparin juga dapat diberikan dengan kombinasi AT III atau
antiagregasi trombosit. Pemberian heparin intravena kontinu 20.000 30.000/24 jam,
segera menghentikan proses koagulasi. Namun perlu diingat resiko pendarahan yang
perlu diwaspadai. Kontraindikasi pemberian heparin subkutan maupun intravena pada
DIC yaitu pasien dengan pendarahan susunan saraf pusat, gagal hati, dan kasus kebidanan
tertentu. DIC juga dilaporkan berhasil diobati dengan AT III tiap 8 jam. Dosis yang
dibutuhkan dapat dihitung dengan jumlah total yang dibutuhkan = (kenaikan kadar yang
diinginkan dikurangi kadar permulaan) x 0,6 x berat badan. Kadar yang diinginkan
biasanya 125 %. Juga dilaporkan obat baru pada DIC yang potensial berguna yaitu
hirudin rekombinan, defriotide dan gabexate. (Stanley, Ramzi dan Vinay, 2007)
9. Diagnosis DIC (Diseminated intravascular coagulation)
Diagnosis DIC ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dan temuan laboratorium.
Berdasarkan patogenesisnya gambaran klinik DIC dapat terjadi thrombosis, perdarahan
atau keduanya sekaligus sesuai dengan etiologi yang medasarinya. Namun, sebagian
besar ditandai dengan timbulnya emboli. Biasanya gejal yang timbul baru dapat dilihat
apabila telah mengalami disfungsi organ seperti ARDS (acute respiratory distress
syndrome), gagal ginjal akut, disfungsi serebral, gagal hati dan lain-lain. Hanya pada DIC
tertentu dapat diikuti pula gejala perdarahan, yang bisa dilihat dalam bentuk ekimosis,
petikie, purpura atau oozing (merembes) dari permukaan mukokutan. Gambaran klinis
purpura fulminas merupakan bentuk koagulopati yang sering diakibatkan karena sepsis,
biasanya terdiri dari lesi kulit yang mengalami nekrosis dan ganggren jari.
Tidak ada pemeriksaan laboratorium tunggal yang spesifik dan sensitif untuk
menegakkan DIC, disamping harus ada kondisi klinik yang berhubungan dengan DIC,
seperti sepsis, malignansi, trauma, luka bakar dan lain-lain, ISTH mengajukan sistem
skor diagnostic dari tes koagulasi yang dilakukan secara luas. Tes tersebut meliputi
protrombin timen (PT) atau activated partial thromboplatin time (APTT), hitung
trombosit, kadar fibrinogen dan kadar FDP atau D/dimer. Bila didapatkan skor 5dan
dianjurkan menilai skor setiap hari. Jika 5 maka di duga non-overt DIC, skor harus
diulang dalam waktu 1 sampai 2 hari. Pada sistem skor yang curiga non-overt DIC perlu
ditambah pemeriksaan koagulasi spesifik seperti komples thrombin-antittrombin (TATc),
protein C, antitrombin. (Suharti, 2010)
Tabel : Sistem Skor untuk Diagnosis DIC
Hasil Pemeriksaan Tes Koagulasi
Hitung trombosit
D-dimer
waktu
3-6 detik = 1
Kadar fibrinogen
>6 detik = 2
>1.0 g/L = 0
<1,0 g/L =1
Skor
10. Komplikasi DIC (Diseminated intravascular coagulation)
DIC merupakan komplikasi atau akibat dari perkembangan penyakit lain dan
diperkirakan akan hadir sampai dengan 1% dari pasien rawat inap. DIC dapat
menyebabkan perdarahan, thrombosis pada pembuluh darah, hemoragic tissue necrosis.
Pasien lebih mudah meninggal akibat DIC daripada thrombosis atau perdarahan.
Efek patologik DIC bersifat multisistemik yaitu nekrosis cortex renalis, edema paru,
pankreatitis, miositis, perdarahan gastrointestinal, gagal hati dan manifestasi cerebrum
(kejang) (Sabiston,1995)
11. Prognosis DIC (Diseminated intravascular coagulation)
Prognosis dari DIC sangat dipengaruhi oleh kondisi yang mendasari yang
menyebabkan DIC dan juga dipengaruhi seberapa beratnya DIC yang terjadi. (Furlong,
2006).
12. Pendidikan Kesehatan
a. Jelaskan penyakit yang ada di dalam tubuh klien dan bahaya yang terjadi apabila
perawatan tidak adekuat.
b. Anjurkan kepada klien untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan
teratur (sesuai anjuran dokter) untuk diberi transfusi trombosit.
c. Anjurkanh kepada klien untuk melakukan terapi atau perawatan.
d. Anjurkan kepada klien untuk meminum obat sesuai aturan
dan
tidak
menghentikannya sendiri tanpa anjuran dokter serta beritahu dosis obat dan efek
sampingnya. Pengobatan dapat mengurangi efek peradangan (inflamasi).
e. Beritahu kepada keluarga klien bahawa klien perlu perhatian, dukungan, semangat
dari keluarga serta beritahu pada keluarga klien tentang penyakit klien secara adekuat.
(Handayani, 2008)
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
No. Rekam Medis : 12302102400
Nama
: Tuan S
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat/tanggal lahir : 17 Agustus 1970
Alamat
: Jalan PB Sudirman, No. 123, Denpasar
Agama
: Hindu
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Tanggal MRS : 31Maret 2015
Diagnosa
: DIC (Diseminated Intravascular Coagulation)
Identias penangguang jawab : b. Riwayat kesehatan saat ini
Keluhan utama : pasien mengalami perdarahan hebat
Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini : Tn S, 45 tahun
mengalami kecelakaan lalu lintas dan dilarikan ke RS kerena mengalami perdarahan
hebat. Saat ini pasien dikatakan mengalami sepsis.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Pada pasien dengan DIC kemungkinan pada masa lalu pernah mengalami infeksi
berat, penyakit keganasan, solusio plasenta, luka bakar atau penyakit hati menahun.
d. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ditemukan riwayat penyakit keluarga.
e. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : penurunan kesadaran
Tanda-tanda vital pasien
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 140 x/mnt
RR : 30 x/mnt
suhu : 390C
Kulit, Rambut dan Kuku
Pada pasien DIC timbul petekie, purpura atau ekimosis pada kulit dan akral
sianosis. Pada kasus, Tuan S ditemukan ekimosis (memar/bercak kebiruan) pada
Pada pasien DIC biasanya mengalami delirium atau koma. Pada kasus, Tuan S
arti
kesehatan,
menyusun tujuan,
dan
pengetahuan
penatalaksanaan
tentang
praktek
kesehatan,
kesehatan.
kemampuan
Pada
kasus
pelaporan mengenai persepsi nyeri, dan kemampuan fungsi kognitif. Pada pasien
DIC akan mengalami gangguan persepsi seperti adanya rasa nyeri pada bagian
abdomen dan punggung.
7. Persepsi dan Konsep Diri
Menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri; kemampuan
mereka, gambaran diri, dan perasaan. Pada pasien DIC jarang mengalami
gangguan konsep diri karena manifestasi klinis yang tampak tidak menyebabkan
perubahan pada bentuk tubuh dan lainnya tergantung pada penyakit primer yang
menyebabkan DIC.
8. Peran Hubungan
Menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan; persepsi terhadap
peran utama dan tanggung jawab dalam situasi kehidupan saat ini.
Peran
Data
Interpretasi
Masalah
Keperawatan
Data subjektif :
Tidak ditemukan
data
DIC
PK Perdarahan
berkurangnya fibrinogen,
faktor-faktor koagulasi,
trombositopenia dan fibrinolisis
ekimosis
pada
Data subjektif :
Pasien
dikatakan
mengalami sepsis
Data objektif :
Sepsis (+) dan suhu 390C
PK Perdarahan
INFEKSI
PK Infeksi
Sepsis
invasi mikroorganisme
ke dalam darah dan
berbagai jaringan
3
Data subjektif :
Tidak ditemukan
subjektif dalam kasus
Data objektif :
Suhu tubuh 390C
Hipertermia
data
Infeksi
PK Infeksi
merangsang endoterium
hipotalamus menghasilkan
prostaglandin
memicu mekanisme
peningkatan panas
Hipertermia
b. Diagnosa Keperawatan
PK Perdarahan
PK Infeksi
Hipertemia berhubungan dengan sepsis ditandai dengan peningkatan suhu tubuh
390C, takipnea 30 x/menit dan takikardia 140 x/menit dan kulit teraba hangat.
Diagnosa
Keperawatan
PK Perdarahan
Intervensi
Hasil
Keperawatan
Setelah
diberikan NIC Label : Bleeding
tindakan
keperawatan reduction
1. Identifikasi
selamax24
jam
penyebab
diharapkan
agar
perdarahan
perdarahan pada pasien
2. Terapkan penekanan
teratasi serta pasien
langsung
atau
kembali dalam keadaan
lakukan dressing
sadar penuh. Dengan 3. Pantau jumlah dan
kriteria hasil :
NOC Label:
Blood Coagulation
1. Perdarahan
dapat
teratasi (skala : 3)
2. Tidak ada tanda
ptekie,
purpura,
ekimosis (skala : 3)
3. Tidak terjadi melena
keluar.
4. Pantau
koagulasi
platelet
dengan sesuai.
5. Rencanakan tranfusi
darah yang tersedia
(skala : 3)
4. PT dalam rentang
jika dibutuhkan
6. Instruksikan pasien
(skala : 3)
5. PTT dalam rentang
tanda
perdarahan
Rasional
Bleeding reduction
1. Mengidentifikasi
penyebab perdarahan
dapat
mengetahui
apakah
ada
kelainanan
proses
dalam
pembekuan
atau
sampai
kekurangan darah.
3. Menghitung jumlah
dan jenis darah yang
banyak
dikeluarkan
normal
37,5o))
(skala : 3)
2. Tidak
terjadi
penurunan
tekanan
darah (skala : 3)
semestinya.
akan
petugas
menyiapkan pasokan
reduction
darah
gastrointestinal
dibutuhkan
pasien
dan
jika
pasien
dari
kekurangan
1. Pantau
tanda
gejala
perdarahan
cek
seperti
seluruh
sekresi
hasil
contohnya
tanda
adanya
dari
syok
hipovolemik
3. Dokumentasikan
dalam
rentang
Hypovolemia
normal
(120/80
Management
mmHG) (skala : 3)
2. Denyut nadi dalam
1. Dorong
output
3. Pantau
kehilangan
suatu
jumlah
merupakan
pemeriksaan
laboratorium
untuk
kelainan
hemostatic,
dimana
memberikan
memanjang
pada
keadaan
cairan
4. Observasi
status
hidrasi
seperti
membrane mukosa,
turgor kulit dan CRT.
5. Monitor tanda-tanda
vital
dan
mukosa
fibrin
karakteristik masing-
darah
nantinya.
4. PT, PTT, degradasi
tidaknya
akan
Balance
NIC
yang
platelet
feses.
2. Pantau
karakteristik, warna
darah
untuk
memudahkan
dikatakan mengalami
kekurangan
darah.
Pemberian
tranfusi
darah
dapat
menggantikan
kehilangan
darah
6. Kombinasikan
larutan
kristaloid
dengan koloid
perdarahan
yang terjadi
6. Pendidikan kesehatan
perlu diketahui oleh
pasien dan keluarga
untuk mengetahui apa
tanda-tanda
perdarahan
dan
tindakan
apa
saja
pertolongan
pertama
sebelum
dibawa ke pelayanan
kesehatan.
Bleeding
reduction
gastrointestinal
1. Tanda
dan
gejala
perdarahan
akibat
kelainan
dari
pembekuan
dapat
darah
dilihat
dari
adanya
melena.
Melena
merupakan
terjadi
pada
perdaharan
yang
saluran
cerna.
Melena
biasanya
berwarna kehitaman
karena
adanya
dan darah.
2. Syok
hipovolemik
adalah suatu keadaan
dimana
pasokan
darah
tidak
terpenuhi.
Tanda
tekanan
darah,
peningkatan
laju
pernapasan,
diaphoresis, gelisah,
kulit menjadi dingin
dan lembab. Dengan
mengetahui
tanda
memberikan
tinja
mengetahui
tinja
kembali
sudah
normal
berarti
menandakan
bahwa
perdarahan
telah teratasi.
Hypovolemia
Management
1. Asupan cairan yang
banyak
digunakan
untuk
mengganti
dari
perdarahan.
2. Status cairan harus
tetap
seimbang
sehingga
dengan
rutin
memantau
maka
dapat
mengetahui
apakah
dapat
cairan
seperti
adanya
perdarahan
yang
takipnea
merupakan
kondisi
yang
dapat
menyebabkan
terjadinya
syok
hipovolemik, pasien
akan
mengalami
penurunan
kesadaran.
4. Memantau tanda dari
terjadinya
dehidrasi
mukosa
kering
dan
vital
merupakan
khas
tanda
dimana akan
terjadi
penurunan
tekanan,
darah,
peningkatan
laju
respirasi,
serta
intravena
dalam
mengatasi
syok
hipovolemik. Terapi
intravena
dapat
dilakukan
dengan
kombinasikan larutan
kristaloid
saline
(normal
atau
ringer
laktat)
dengan
larutan
koloid
(Hespan
plamanate)
atau
untuk
menggantikan
volume
cairan
intravaskuler
sehingga
dapat
mencapai
2
PK infeksi
Setelah
tindakan
keperawatan control
1. Bersihkan lingkungan
selama
...x24
jam
sekitar
setelah
diharapkan
infeksi
digunakan
masingteratasi dengan kriteria
masing pasien
hasil:
2. Ajurkan pada pasien
NOC Label:
untuk meningkatkan
Infection Serevity
asupan nutrisi
1. Tidak terjadi demam 3. Ajurkan pemberian
(skala : 3)
2. Jumlah sel
keluarga
normal
tanda
(5000-
10000/mm3) (skala :
3)
3. Tidak terjadi letargi
mengenai
dan
gejala
infeksi
5. Ajarkan pasien dan
keluarga
cara
3)
infeksi
bagaimana
menghindari
keseimbangan.
Infection control
1. Membersihkan
lingkungan berfungsi
untuk
memutus
rantai
infeksi
sehingga
tidak
menyebar ke pasien
lain
yang
akan
menggunakan
lingkungan tersebut.
2. Asupan nutrisi yang
adekuat
membantu
mampu
dalam
meningkatan
kekebalan
tubuh
sehingga
secara
alami
dalam
mengatasi infeksi
3. Apabila infeksi telah
berat
pengobatan
maka
seperti
antibiotic
dapat
membantu
dalam
membunuh
bakteri
penyebab
infeksi
tersebut.
4. Pendidikan
kesehatan
tentang
tanda-tanda
infeksi
seperti
timbul
demam
dapat
lebih
terbuka
dalam
mengatasi
penyakit
mejaga
kebersihan
dan
konsumsi
nutrisi
yang
adekuat
sehingga
meningkatkan sistem
imun dalam tubuh
dapat sebagai cara
Hipertemia
Setelah
berhubungan
tindakan
dengan
sepsis
ditandai
dengan
peningkatan suhu
tubuh
390C,
takipnea
30
x/menit
dan
takikardia
140
diberikan NIC
Label
Fever
keperawatan Treatment
4. Pantau intake dan
selama x24 jam
output
diharapkan suhu tubuh
5. Pantau warna dan
pasien kembali normal.
suhu kulit
Dengan kriteria hasil :
6. Lakukan kompres
NOC
Label
:
hangat
pada
Thermoregulation
ketiak
atau
1. Suhu tubuh dalam
kipatan
paha
rentang
normal
pasien
(36,50-37,50C)
7. Kolaborasikan
(skala : 3)
pemberian
2. Suhu kulit tetap
pencegahan
infeksi
yang
mudah
dilakukan
Fever Treatment
1. Mengetahui
banyaknya
yang
cairan
masuk
serta
seimbang
atau tidak.
2. Mekanisme
kompensasi
dari
vaodilatasi
mengakibatkan kulit
menjadi lebih hangat
hangat (skala : 3)
3. Tidak
ada
antipiretik
Label
berwarna
kemerahan
Temperature regulation
kulit (skala : 3)
1. Monitor
suhu
4. Tidak
terjadi
minimal setiap 2 jam
dehidrasi (skala :
2. Berikan
informasi
3)
mengenai penyebab
5. Laju
pernapasan
hipertermia
dan
dan denyut nadi
penatalaksanaan
dalam
rentang
kepada pasien dan
normal (RR = 16keluarga.
20 menit, nadi =
merupakan
perubahan
NIC
dan
warna
karakteristik
dari
hiperperfusi
pada
fase hiperdinamik.
3. Kompres
hangat
akan
membuat
pembuluh
dan
paha
60-100 x/menit)
NIC Label : Vital sign
8. Ukur
darah,
tekanan
darah
lipatan
mengalami
vasodilatasi sehingga
panas
tubuh
akan
denyut
laju
konduksi ke handuk
nadi,
yang
digunakan
untuk mengompres.
4. Pemberian antipiretik
diberikan
panas
apabila
tidak
meskipun
turun
telah
dikompres.
Antipiretik
bekerja
sentral
pada
hipotalamus
yang
merupakan
tempat
thermostat tubuh.
Temperature regulation
1. Untuk
memantau
peningkatan ataupun
penurunan suhu tubuh
2. Informasi
mengenai
hipertermi
penting
diberikan
kepada
oleh
terutama
saat di rumah.
Vital sign
1. Memantau
TTV
dijadikan
patokan
apabila
terjadi
perubahan
status
kesehatan
dalam
tubuh
dapat
serta
mengevaluasi respon
pasien
terhadap
Evaluasi
S:
Pasien mengatakan tinjanya sudah tidak ada darah
lagi
O:
Ekomosis (-), melena (-), kesadaran compos
mentis, tekanan darah normal (120/90 mmHg),
denyut nadi normal (60-100 x/menit), dan laju
respirasi normal (16-20 x/menit)
A:
Paraf
2. PK Infeksi
dan
lanjutkan
3. Hipertermia
Mary
A.
2005.
Disseminated
Intravascular
Coagulation.
WebMD
Handayani, Wiwik. 2008. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem hematologi.
Jakarta : Salemba Medika.
Hayes, Peter C. dan Mackay, Thomas W. 1997. Buku Saku Diagnosis dan Terapi. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather.2012. Nursing diagnoses : definitions and classification 2012-2014. Jakarta
: EGC.
Hewish,
Paul.
2005.
Disseminated
Intravascular
Coagulation.
Diambil
dari