ii.
Konjungtivitis Gonore
Konjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang disertai
dengan sekret purulen. Penyebabnya Neisseria gonorrhoeae, bakteri ini lebih sering
ditemukan
di
mukosa
genital.1Gonokokus
merupakan
kuman
yang
sangat
patogen,virulen dan bersifat invasif sehingga reaksi radang terhadap kuman ini sangat
berat.
Konjungtivitis
gonokokus
dapat
ditemukan
dalam
bentuk
oftalmia
neonatorum(bayi berusia 1-3 hari), konjungtivitis gonore infantum (usia lebih dari 10
hari) dan konjungtivitis gonore adultorum.2Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi
pada saat berada pada jalan lahir. Terjadinya 1-3 hari setelah neonatus dilahirkan,
biasanya ibu tertular pada trimester terakhir dari suamiya yang menderita gonore.
Tindakan pencegahan dengan cara yang lebih aman pada neonatus ialah membersihkan
mata neonatus segera setelah lahir dengan larutan borisi dan memberikan salep
kloramfenikol. Manakala penularan pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang
sedang menderita penykit tersebut. Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari
penularan penyakit kelamin melalui pasangan yang menderita gonore.
Pada orang dewasa terdapat 3 stadium penyakit infiltratif, supuratif dan
penyembuhan.2 Pada stadium infiltratif ditemukan kelopak dan konjungtiva yang kaku.
Disertai rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga sukar
dibuka. Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior sedang konjungtiva
bulbi merah, kemotik dan menebal. Pada orang dewasa selaput konjungtiva lebih
bengkak dan lebih menonjol dengan gambaran spesifik gonore dewasa. Pada orang
dewasa terdapat perasaan sakit pada mata yang dapat disertai dengan tanda-tanda
infeksi umum. Pada umumnya menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasa kelainan
ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya. Pada stadium supuratif terdapat sekret
yang kental. Pada bayi biasanya mengenai kedua mata dengan sekret kuning kental.
Kadang kadang bila sangat dini sekret dapat sereus yang kemudian menjadi kental den
purulen. Berbeda dengan oftalmia neonatorum, pada orang dewasa sekret tidak kental
sekali.2
Terdapat psuedomembran yang merupakan kondensasi fibrin pada permukaan
konjungtiva. Pada orang dewasa penyakit ini berlangsung selama 6 minggu dan tidak
jarang ditemukan pembesaran disertai rasa sakit kelenjar preaurikul.
Diagnosis pasti penyakit ini adalah pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen
biru dimana akan terlihat diplokok di dalam sel leukosit. Dengan pewarnaan Gram akan
terdapat sel intraselular atau ekstra selular dengan sifat Gram negatif.Pemeriksaan
sensitivitas dilakukan pada agar darah dan coklat. Pengobatan segera dimulai bila
terlihat pada pewarnaan Gram positif diplokokus batang intraselular dan sangat
dieurigai konjungtivitis gonore. Pasien dirawat dan diberi pengobatan dengan penisilin
salep dan suntikan, pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama 7 hari.
Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih (direbus) atau dengan
garam fisiologik setiap 1,4 jam. Kemudian diberi salep penisilin setiap 1/4 jam. .untuk
antibiotiknya dapat diberikan ceftriaxone 1 gr IM dosis tunggal. Bila kornea terkena
atau tidak dapat ditetntukan karena pembengkakan kelopak hebat dan kemosis, pasien
dirawat dan diterapi dengan ceftriaxone 1 gr IV tiap 12 jam sampai 24 jam. Lamanya
terapi tergantung respone klinis. Pada penderita alergi pada penisilin dapat diberikan
ciprofloxacin 2 x 500 mg peroral atau Ofloxacin 2 x 400 mg Peroral(Fluoroquinolone
kontraindikasi pada kehamilan dan anak2). Kemudian salep diberikan setiap 5 menit
sampai 30 menit. Disusul pemberian salep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.
Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokok. Pada stadium
penyembuhan semua gejala sangat berkurang. Pengobatan diberhentikan bila pada
pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut
negatif.Bakteri infeksius pada kornea biasanya baru bisa menginfeksi kalau korneanya
tidak utuh, tapi gonokokus bisa menginfeksi kornea intak karena bakteri ini punya suatu
enzim yang bisa merusak kornea sehingga terjadi keratokonjungtivitis. Penyulit yang
dapat terjadi adalah tukak kornea marginal terutama di bagian atas. Tukak ini mudah
perforasi akibat adanya daya lisis kuman gonokokus. Pada anak-anak sering terjadi
keratitis atau tukak kornea sehingga sering terjadi perforasi kornea. Tukak pada orang
dewasa sering terletak di marginal dan berbentuk cincin. Perforasi kornea dapat
mengakibatkan endoftlmitis dan panoftalmitis sehingga terjadi kebutaan total.
3
iii.Konjungtivitis Inklusi
Merupakan penyakit okulogenital disebabkan infeksi klamidia, penyakit kelamin
(uretra, protat, serviks dan epitel rektum), dengan masa inkubasi 5-10 hari. Klamidia
menetap di jaringan uretra, prostat, serviks dan epitel rektum untukbeberapa tahun
sehingga mudah terinfeksi ulang. Sering terjadi unilateral, kronis, sekretnya
mukopurulen dan terdapat folikel pada fornix (pada kasus yang berat folikel banyak
pada palpebra superior, limbus, dan konjugtiva palpebra). 1 Dapat terjadi kemosis,
limfadenopati preaurikular, keratitis epitelial marginal, infiltrat dan mikropannus
superior. Kondisi ini dikelola dengan pemberin salep tetrasiklin topikal dan pemberian
sistemik doksisiklin, tetrasiklin dan eritromisin.Konjungtivitis okulogenital yang
disebabkan klamidia pada bayi timbul 5-14 hari setelah dilahirkan. 1 Penularannya
melalui jalan lahir.1,2Gambaran klinisnya antara lain adalah reaksi papilar, akut dan
sekret mukopurulen. Pengelolaannya dengan tetrasiklin topikal dan eritromisin secara
oral. Selain itu diperlukan pengobata kedua orangtua, karen kondisi ini terkait dengan
penyakit menular seksual.
A. Tanda dan Gejala
- Iritasi mata,
- Mata merah,
- Sekret mata,
- Palpebra terasa lengket saat bangun tidur
- Kadang-kadang edema palpebra
Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh tangan.
Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapat menyebarkan kuman
seperti seprei, kain, dll.1,5
B. Pemeriksaan Laboratorium
atau
Giemsa;
pemeriksaan
ini
mengungkapkan
banyak
neutrofil
pseudomembran,
reaksinya
terutama
polimorfonuklear
akibat
herpes dapat pula diobati dengan salep acyclovir 3% lima kali sehari selama
10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg lima kali sehari selama 7 hari.3
Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang
adalah pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus
dipakai 7-10 hari. Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan, karena
makin memperburuk infeksi herpes simplex dan mengkonversi penyakit
dari proses sembuh sendiri yang singkat menjadi infeksi yang sangat
panjang dan berat. 1,3
d). Konjungtivitis Hemoragika Akut
Epidemiologi
Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami
epidemic besar konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini. Pertama
kali diketahui di Ghana dalam tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan
oleh coxackie virus A24. Masa inkubasi virus ini pendek (8-48 jam) dan
berlangsung singkat (5-7 hari). 5
Tanda dan Gejala
Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan
air mata, merah, edema palpebra, dan hemoragi subkonjungtival. Kadangkadang terjadi kemosis. Hemoragi subkonjungtiva umumnya difus, namun
dapat berupa bintik-bintik pada awalnya, dimulai di konjungtiva bulbi
superior dan menyebar ke bawah. Kebanyaka pasien mengalami
limfadenopati preaurikuler, folikel konjungtiva, dan keratitis epithelial.
Uveitis anterior pernah dilaporkan, demam, malaise, mialgia, umum pada
25% kasus. 1,5
Penyebaran
10
Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh
fomite seperti sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air.
Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari
Terapi
Tidak ada pengobatan yang pasti.
2. Konjungtivitis Virus Menahun
a). Blefarokonjungtivitis
Molluscum Contagiosum
Sebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis mata dapat
menimbulkan konjungtivitis folikuler menahun unilateral, keratitis superior,
dan pannus superior, dan mungkin menyerupai trachoma. Reaksi radang
yang mononuclear (berbeda dengan reaksi pada trachoma), dengan lesi bulat,
berombak, putih mutiara, non-radang dengan bagian pusat, adalah khas
molluscum
kontagiosum.
Biopsy
menampakkan
inklusi
sitoplasma
penyakit. parut pada palpebra, entropion, dan bulu mata salah arah adalah
sekuele. 1
Laboratorium
Pada
zoster
maupun
varicella,
kerokan
dari
vesikel
palpebra
pasien
imunokompeten,
keratokonjungtivitis
campak
hanya
meninggalkan sedikit atau sama sekali tanpa sekuel, namun pada pasien
kurang gizi atau imunokompeten, penyakit mata ini seringkali disertai
infeksi HSV atau infeksi bacterial sekunder oleh S pneumonia, H influenza,
dan organism lain. Agen ini dapat menimbulkan konjungtivitis purulen yang
disertai ulserasi kornea dan penurunan penglihatan yang berat. Infeksi
herpes dapat menimbulkan ulserasi kornea berat dengan perforasi dan
kehilangan penglihatan pada anak-anak kurang gizi di Negara berkembang.
1,3
12
13
untuk kasus sedang sampai berat. Vasokonstriktor, kompres dingin dan kompres
es ada manfaatnya, dan tidur di tempat ber AC sangat menyamankan pasien.
Agaknya yang paling baik adalah pindah ke tempat beriklim sejuk dan lembab.
Pasien yang melakukan ini sangat tertolong bahkan dapat sembuh total. 1,3
2.7.3 Konjungtivitis Atopik
Tanda dan gejala
Sensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian
palpebra eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat papilla
halus, namun papilla raksasa tidak berkembang seperti pada keratokonjungtivitis
vernal, dan lebih sering terdapat di tarsus inferior. Berbeda dengan papilla raksasa
pada keratokonjungtivitis vernal, yang terdapat di tarsus superior. Tanda-tanda
kornea yang berat muncul pada perjalanan lanjut penyakit setelah eksaserbasi
konjungtivitis terjadi berulangkali. Timbul keratitis perifer superficial yang diikuti
dengan vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh kornea tampak kabur dan
bervaskularisasi, dan ketajaman penglihatan. 1,3
Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien
atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak
bayi. Parut pada lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan
lutut sering ditemukan. Seperti dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic
berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi. Seperti
keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang aktif bila pasien telah
berusia 50 tahun.
Laboratorium
Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang
terlihat sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal. 1
Terapi
15
16
Antibiotika
topical
hendaknya
ditambahkan
untuk
diarahkan
Blefaritis
pada
kontak
penemuan
dengan
agen
cepat
penyebab
membaik
dan
dengan
17
18
19
d.
2.
Sedikit
bakteri
purulen
nonpurulen
mengucur
21
sedikit
Jamur dan
parasit
sedikit
Alergi
Sedikit
Air mata
Gatal
Mata merah
Nodul
mengucur
Sedikit
Umum
Lazim
sedang
sedikit
umum
jarang
sedang
lokal
lazim
sedikit
lokal
lazim
Sedang
mencolok
Umum
-
preaurikuler
Pewarnaan
Monosit,
Bakteri,
Bakteri,
negatif
Eosinofil
PMN
jarang
PMN
-
usapan
limfosit
Sakit tenggorok Sewaktudan panas yang waktu
menyertai
(sumber : Sidarta I. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI. Edisi Ketiga. 2010. hal. 121)
Tanda
Injeksi
konjungtivitis
Hemoragi
Kemosis
Eksudat
Pseudomembra
n
Papil
Folikel
Nodus
Bakterial
Mencolok
Viral
Sedang
Alergik
Ringan-
Toksik
Ringan-
TRIC
Ringan-
+
+
++
+/Purulen atau Jarang,
sedang
++
Berserabut
sedang
+/-
sedang
+/Berserabut
mukopurule
air
(lengket),
n
+/-
+/-
putih
-
+/-
+
-
+/+
(lengket)
preaurikuler
Panus
(sumber : Sidarta I. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI. Edisi Ketiga. 2010. hal. 122)
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen
mikrobiologiknya. Agen terbanyak dan tersering yang menyebabkan konjungtivitis
adalah golongan staphylococcus, dalah hal ini yaitu staphylococcus aureus. Antibiotika
topikal (tetes mata) yang cocok dan tersedia di puskesmas dan efektif terhadap agen ini
adalah gentamycin. Pemberian dosis gentamycin sebagai tetes mata adalah 3 x 2 tts,
namun pemberian antibiotik tetes mata tunggal dapat menyebabkan iritasi mata
sehingga perlu penambahan tetes mata penyegar yang dalam kasus ini diberikan tetes
mata tetracaine yaitu air mata buatan yang diteteskan sebelum pemakaian antibiotik,
dosis pemberiannya yaitu 3 x 2 tts.
22
23