Anda di halaman 1dari 23

MACAM-MACAM KONJUNGTIVITIS

2.6 Konjungtivitis karena Agen Infeksi


2.6.1 Konjungtivitis Bakterial
Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan menahun.
Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus, Pneumococcus,
dan Haemophilus. Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan
mikroorganisme seperti Haemophilus influenza. Lamanya penyakit dapat mencapai 2
minggu jika tidak diobati dengan memadai.
Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu dari
sekian antibakterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam beberapa hari.
Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria gonorroeae atau Neisseria
meningitides dapat menimbulkan komplikasi berat bila tidak diobati secara dini
i. Konjungtivitis Bakterial Sederhana
Penyebabnya antara lain staphylococcus epeidermidis, staphylococcus aureus dan
streptococcus pneumonia.gambaran klinisnya adalah kejadiannya akut, terdapat
hyperemia, sensasi benda asing, sensasi terbakar dan sekret mukopuruen. Fotofobia
muncul bila kornea terlibat. Saat bangun tidur mata terasa lengket. Kejadiaannya
bilateral walaupon kedua mata tidak terinfeksi bersamaan. Visus tidak terganggu pada
konjungtivitis.1

ii.

Konjungtivitis Gonore

Konjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang disertai
dengan sekret purulen. Penyebabnya Neisseria gonorrhoeae, bakteri ini lebih sering
ditemukan

di

mukosa

genital.1Gonokokus

merupakan

kuman

yang

sangat

patogen,virulen dan bersifat invasif sehingga reaksi radang terhadap kuman ini sangat
berat.

Konjungtivitis

gonokokus

dapat

ditemukan

dalam

bentuk

oftalmia

neonatorum(bayi berusia 1-3 hari), konjungtivitis gonore infantum (usia lebih dari 10
hari) dan konjungtivitis gonore adultorum.2Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi
pada saat berada pada jalan lahir. Terjadinya 1-3 hari setelah neonatus dilahirkan,
biasanya ibu tertular pada trimester terakhir dari suamiya yang menderita gonore.
Tindakan pencegahan dengan cara yang lebih aman pada neonatus ialah membersihkan
mata neonatus segera setelah lahir dengan larutan borisi dan memberikan salep
kloramfenikol. Manakala penularan pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang
sedang menderita penykit tersebut. Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari
penularan penyakit kelamin melalui pasangan yang menderita gonore.
Pada orang dewasa terdapat 3 stadium penyakit infiltratif, supuratif dan
penyembuhan.2 Pada stadium infiltratif ditemukan kelopak dan konjungtiva yang kaku.
Disertai rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga sukar
dibuka. Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior sedang konjungtiva
bulbi merah, kemotik dan menebal. Pada orang dewasa selaput konjungtiva lebih
bengkak dan lebih menonjol dengan gambaran spesifik gonore dewasa. Pada orang
dewasa terdapat perasaan sakit pada mata yang dapat disertai dengan tanda-tanda
infeksi umum. Pada umumnya menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasa kelainan
ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya. Pada stadium supuratif terdapat sekret
yang kental. Pada bayi biasanya mengenai kedua mata dengan sekret kuning kental.
Kadang kadang bila sangat dini sekret dapat sereus yang kemudian menjadi kental den

purulen. Berbeda dengan oftalmia neonatorum, pada orang dewasa sekret tidak kental
sekali.2
Terdapat psuedomembran yang merupakan kondensasi fibrin pada permukaan
konjungtiva. Pada orang dewasa penyakit ini berlangsung selama 6 minggu dan tidak
jarang ditemukan pembesaran disertai rasa sakit kelenjar preaurikul.
Diagnosis pasti penyakit ini adalah pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen
biru dimana akan terlihat diplokok di dalam sel leukosit. Dengan pewarnaan Gram akan
terdapat sel intraselular atau ekstra selular dengan sifat Gram negatif.Pemeriksaan
sensitivitas dilakukan pada agar darah dan coklat. Pengobatan segera dimulai bila
terlihat pada pewarnaan Gram positif diplokokus batang intraselular dan sangat
dieurigai konjungtivitis gonore. Pasien dirawat dan diberi pengobatan dengan penisilin
salep dan suntikan, pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama 7 hari.
Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih (direbus) atau dengan
garam fisiologik setiap 1,4 jam. Kemudian diberi salep penisilin setiap 1/4 jam. .untuk
antibiotiknya dapat diberikan ceftriaxone 1 gr IM dosis tunggal. Bila kornea terkena
atau tidak dapat ditetntukan karena pembengkakan kelopak hebat dan kemosis, pasien
dirawat dan diterapi dengan ceftriaxone 1 gr IV tiap 12 jam sampai 24 jam. Lamanya
terapi tergantung respone klinis. Pada penderita alergi pada penisilin dapat diberikan
ciprofloxacin 2 x 500 mg peroral atau Ofloxacin 2 x 400 mg Peroral(Fluoroquinolone
kontraindikasi pada kehamilan dan anak2). Kemudian salep diberikan setiap 5 menit
sampai 30 menit. Disusul pemberian salep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.
Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokok. Pada stadium
penyembuhan semua gejala sangat berkurang. Pengobatan diberhentikan bila pada
pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut
negatif.Bakteri infeksius pada kornea biasanya baru bisa menginfeksi kalau korneanya
tidak utuh, tapi gonokokus bisa menginfeksi kornea intak karena bakteri ini punya suatu
enzim yang bisa merusak kornea sehingga terjadi keratokonjungtivitis. Penyulit yang
dapat terjadi adalah tukak kornea marginal terutama di bagian atas. Tukak ini mudah
perforasi akibat adanya daya lisis kuman gonokokus. Pada anak-anak sering terjadi
keratitis atau tukak kornea sehingga sering terjadi perforasi kornea. Tukak pada orang
dewasa sering terletak di marginal dan berbentuk cincin. Perforasi kornea dapat
mengakibatkan endoftlmitis dan panoftalmitis sehingga terjadi kebutaan total.
3

iii.Konjungtivitis Inklusi
Merupakan penyakit okulogenital disebabkan infeksi klamidia, penyakit kelamin
(uretra, protat, serviks dan epitel rektum), dengan masa inkubasi 5-10 hari. Klamidia
menetap di jaringan uretra, prostat, serviks dan epitel rektum untukbeberapa tahun
sehingga mudah terinfeksi ulang. Sering terjadi unilateral, kronis, sekretnya
mukopurulen dan terdapat folikel pada fornix (pada kasus yang berat folikel banyak
pada palpebra superior, limbus, dan konjugtiva palpebra). 1 Dapat terjadi kemosis,
limfadenopati preaurikular, keratitis epitelial marginal, infiltrat dan mikropannus
superior. Kondisi ini dikelola dengan pemberin salep tetrasiklin topikal dan pemberian
sistemik doksisiklin, tetrasiklin dan eritromisin.Konjungtivitis okulogenital yang
disebabkan klamidia pada bayi timbul 5-14 hari setelah dilahirkan. 1 Penularannya
melalui jalan lahir.1,2Gambaran klinisnya antara lain adalah reaksi papilar, akut dan
sekret mukopurulen. Pengelolaannya dengan tetrasiklin topikal dan eritromisin secara
oral. Selain itu diperlukan pengobata kedua orangtua, karen kondisi ini terkait dengan
penyakit menular seksual.
A. Tanda dan Gejala
- Iritasi mata,
- Mata merah,
- Sekret mata,
- Palpebra terasa lengket saat bangun tidur
- Kadang-kadang edema palpebra
Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh tangan.
Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapat menyebarkan kuman
seperti seprei, kain, dll.1,5

B. Pemeriksaan Laboratorium

Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bacterial, organism dapat diketahui dengan


pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pulasan
Gram

atau

Giemsa;

pemeriksaan

ini

mengungkapkan

banyak

neutrofil

polimorfonuklear.1,2,3 Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakan


disarankan untuk semua kasus dan diharuskan jika penyakit itu purulen, bermembran
atau berpseudomembran. Studi sensitivitas antibiotika juga baik, namun sebaiknya
harus dimulai terapi antibiotika empiric. Bila hasil sensitifitas antibiotika telah ada,
tetapi antibiotika spesifik dapat diteruskan.
C. Komplikasi dan Sekuel
Blefaritis marginal menahun sering menyertai konjungtiva stafilokokus kecuali
pada pasien sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut konjungtiva dapat terjadi
pada konjungtivitis pseudomembranosa dan pada kasus tertentu yang diikuti ulserasi
kornea dan perforasi.
Ulserasi kornea marginal dapat terjadi pada infeksi N gonorroeae, N konchii, N
meningitides, H aegyptus, S gonorrhoeae berdifusi melalui kornea masuk camera
anterior, dapat timbul iritis toksik.1,3
D. Terapi
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen
mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai dengan
terapi topical antimikroba. Pada setiap konjungtivitis purulen, harus dipilih antibiotika
yang cocok untuk mengobati infeksi N gonorroeae, dan N meningitides. Terapi topical
dan sistemik harus segera dilkasanakan setelah materi untuk pemeriksaan laboratorium
telah diperoleh.
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus konjungtiva harus
dibilas dengan larutan garam agar dapat menghilangkan secret konjungtiva. Untuk
mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan secara
khusus hygiene perorangan.
E. Perjalanan dan Prognosis

Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, infeksi dapat


berlangsung selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali
konjungtivitis stafilokokus (yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan
memasuki tahap mnehun) dan konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak diobati dapat
berakibat perforasi kornea dan endoftalmitis). Karena konjungtiva dapat menjadi
gerbang masuk bagi meningokokus ke dalam darah dan meninges, hasil akhir
konjungtivitis meningokokus adalah septicemia dan meningitis.1,4
Konjungtivitis bacterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan
menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan.

2.6.2 Konjungtivitis Virus


1. Konjungtivitis Folikuler Virus Akut
a). Demam Faringokonjungtival
Tanda dan gejala
Demam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-40 C, sakit
tenggorokan, dan konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata. Folikuler
sering sangat mencolok pada kedua konjungtiva dan pada mukosa faring.
Mata merah dan berair mata sering terjadi, dan kadang-kadang sedikit
kekeruhan daerah subepitel. Yang khas adalah limfadenopati preaurikuler
(tidak nyeri tekan).1
Laboratorium
Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe
3 dan kadang kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan dalam sel
HeLa dan ditetapkan oleh tes netralisasi. Dengan berkembangnya penyakit,
virus ini dapat juga didiagnosis secara serologic dengan meningkatnya titer
antibody penetral virus. Diagnosis klinis adalah hal mudah dan jelas lebih
praktis.1,3,6
6

Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak


ada bakteri yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anakanak daripada orang dewasa dan sukar menular di kolam renang berchlor. 1,3,6
Terapi
Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri,
umumnya dalam sekitar 10 hari. 1
b). Keratokonjungtivitis Epidemika
Tanda dan gejala
Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada
satu mata saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya pasien
merasa ada infeksi dengan nyeri sedang dan berair mata, kemudian diikuti
dalam 5-14 hari oleh fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel
bulat. Sensai kornea normal. Nodus preaurikuler yang nyeri tekan adalah
khas. Edema palpebra, kemosis, dan hyperemia konjungtiva menandai fase
akut. Folikel dan perdarahan konjungtiva sering muncul dalam 48 jam.
Dapat membentuk pseudomembran dan mungkin diikuti parut datar atau
pembentukan symblepharon. 1,3,4
Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan
subepitel terutama terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap
berbulan-bulan namun menyembuh tanpa meninggalkan parut. 1
Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada bagian
luar mata. Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala sistemik infeksi
virus seperti demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare.
Laboratorium
Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29,
dan 37 (subgroub D dari adenovirus manusia). Virus-virus ini dapat diisolasi
7

dalam biakan sel dan diidentifikasi dengan tes netralisasi. Kerokan


konjungtiva menampakkan reaksi radang mononuclear primer; bila terbentuk
pseudomembran, juga terdapat banyak neutrofil. 1
Penyebaran
Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi
melalui jari-jari tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril,
atau pemakaian larutan yang terkontaminasi. Larutan mata, terutama
anestetika topical, mungkin terkontaminasi saat ujung penetes obat
menyedot materi terinfeksi dari konjungtiva atau silia. Virus itu dapat
bertahan dalam larutan itu, yang menjadi sumber penyebaran. 1,3
Pencegahan
Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan
memakai penetes steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan
unit-dose. Cuci tangan secara teratur di antara pemeriksaan dan pembersihan
serta sterilisasi alat-alat yang menyentuh mata khususnya tonometer juga
suatu keharusan. Tonometer aplanasi harus dibersihkan dengan alcohol atau
hipoklorit, kemudian dibilas dengan air steril dan dikeringkan dengan hatihati. 4,6
Terapi
Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan
mengurangi beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat
memperpanjang keterlibatan kornea sehingga harus dihindari. Agen
antibakteri harus diberikan jika terjadi superinfeksi bacterial. 1
c). Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks
Tanda dan gejala

Konjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit anak


kecil, adalah keadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh
darah unilateral, iritasi, bertahi mata mukoid, sakit, dan fotofobia ringan.
Pada kornea tampak lesi-lesi epithelial tersendiri yang umumnya menyatu
membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus epithelial yang bercabang banyak
(dendritik). Konjungtivitisnya folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang
muncul di palpebra dan tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra.
Khas terdapat sebuah nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan. 1,3
Laboratorium
Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika
konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun
jika

pseudomembran,

reaksinya

terutama

polimorfonuklear

akibat

kemotaksis dari tempat nekrosis. Inklusi intranuklear tampak dalam sel


konjungtiva dan kornea, jika dipakai fiksasi Bouin dan pulasan
Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan pulasan Giemsa. Ditemukannya
sel sel epithelial raksasa multinuclear mempunyai nilai diagnostic.3
Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung
kain kering di atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel terinfeksi ke
jaringan biakan.3
Terapi
Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang
dewasa, umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun,
antivirus local maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya
kornea. Untuk ulkus kornea mungkin diperlukan debridemen kornea dengan
hati-hati yakni dengan mengusap ulkus dengan kain kering, meneteskan
obat antivirus, dan menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus topical
sendiri harus diberikan 7 10 hari: trifluridine setiap 2 jam sewaktu bangun
atau salep vida rabine lima kali sehari, atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap
jam sewaktu bangun dan 1 tetes setiap 2 jam di waktu malam. Keratitis
9

herpes dapat pula diobati dengan salep acyclovir 3% lima kali sehari selama
10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg lima kali sehari selama 7 hari.3
Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang
adalah pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus
dipakai 7-10 hari. Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan, karena
makin memperburuk infeksi herpes simplex dan mengkonversi penyakit
dari proses sembuh sendiri yang singkat menjadi infeksi yang sangat
panjang dan berat. 1,3
d). Konjungtivitis Hemoragika Akut
Epidemiologi
Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami
epidemic besar konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini. Pertama
kali diketahui di Ghana dalam tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan
oleh coxackie virus A24. Masa inkubasi virus ini pendek (8-48 jam) dan
berlangsung singkat (5-7 hari). 5
Tanda dan Gejala
Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan
air mata, merah, edema palpebra, dan hemoragi subkonjungtival. Kadangkadang terjadi kemosis. Hemoragi subkonjungtiva umumnya difus, namun
dapat berupa bintik-bintik pada awalnya, dimulai di konjungtiva bulbi
superior dan menyebar ke bawah. Kebanyaka pasien mengalami
limfadenopati preaurikuler, folikel konjungtiva, dan keratitis epithelial.
Uveitis anterior pernah dilaporkan, demam, malaise, mialgia, umum pada
25% kasus. 1,5
Penyebaran

10

Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh
fomite seperti sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air.
Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari
Terapi
Tidak ada pengobatan yang pasti.
2. Konjungtivitis Virus Menahun
a). Blefarokonjungtivitis
Molluscum Contagiosum
Sebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis mata dapat
menimbulkan konjungtivitis folikuler menahun unilateral, keratitis superior,
dan pannus superior, dan mungkin menyerupai trachoma. Reaksi radang
yang mononuclear (berbeda dengan reaksi pada trachoma), dengan lesi bulat,
berombak, putih mutiara, non-radang dengan bagian pusat, adalah khas
molluscum

kontagiosum.

Biopsy

menampakkan

inklusi

sitoplasma

eosinofilik, yang memenuhi seluruh sitoplasma sel yang membesar,


mendesak inti ke satu sisi.3
Eksisi, insisi sederhana nodul yang memungkinkan darah tepi memasukinya,
atau krioterapi akan menyembuhkan konjungtivitisnya.
b). Blefarokonjungtivitis Varicella-Zoster
Tanda dan gejala
Hyperemia dan konjungtivitis infiltrate disertai dengan erupsi vesikuler
khas sepanjang penyebaran dermatom nervus trigeminus cabang oftalmika
adalah khas herpes zoster. Konjungtivitisnya biasanya papiler, namun pernah
ditemukan folikel, pseudomembran, dan vesikel temporer, yang kemudian
berulserasi. Limfonodus preaurikuler yang nyeri tekan terdapat pada awal
11

penyakit. parut pada palpebra, entropion, dan bulu mata salah arah adalah
sekuele. 1
Laboratorium
Pada

zoster

maupun

varicella,

kerokan

dari

vesikel

palpebra

mengandung sel raksasa dan banyak leukosit polimorfonuklear; kerokan


konjungtiva pada varicella dan zoster mengandung sel raksasa dan monosit.
Virus dapat diperoleh dari biakan jaringan sel sel embrio manusia. 1
Terapi
Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg oral lima kali sehari selama 10 hari),
jika diberi pada awal perjalanan penyakit, agaknya akan mengurangi dan
menghambat penyakit. 1
c). Keratokonjungtivitis Morbilli
Tanda dan gejala
Pada awal penyakit, konjungtiva tampak mirip kaca yang aneh, yang dalam
beberapa hari diikuti pembengkakan lipatan semiluner. Beberapa hari
sebelum erupsi kulit, timbul konjungtivitis eksudatif dengan secret
mukopurulen, dan saat muncul erupsi kulit, timbul bercak-bercak Koplik
pada konjungtiva dan kadang-kadang pada carunculus. 1,3
Pada

pasien

imunokompeten,

keratokonjungtivitis

campak

hanya

meninggalkan sedikit atau sama sekali tanpa sekuel, namun pada pasien
kurang gizi atau imunokompeten, penyakit mata ini seringkali disertai
infeksi HSV atau infeksi bacterial sekunder oleh S pneumonia, H influenza,
dan organism lain. Agen ini dapat menimbulkan konjungtivitis purulen yang
disertai ulserasi kornea dan penurunan penglihatan yang berat. Infeksi
herpes dapat menimbulkan ulserasi kornea berat dengan perforasi dan
kehilangan penglihatan pada anak-anak kurang gizi di Negara berkembang.
1,3

12

Kerokan konjungtivitis menunjukkan reaksi sel mononuclear, kecuali jika


ada pseudomembran atau infeksi sekunder. Sedian terpulas giemsa
mengandung sel-sel raksasa. Karena tidak ada terapi spesifik, hanya
tindakan penunjang saja yang dilakukan, kecuali jika ada infeksi sekunder. 1
2.7 Konjungtivitis Imunologik (Alergik)
Reaksi Hipersensitivitas Humoral Langsung
2.7.1 Konjungtivitis Demam Jerami (Hay Fever)
Tanda dan gejala
Radang konjungtivitis non-spesifik ringan umumnya menyertai demam
jerami (rhinitis alergika). Bianya ada riwayat alergi terhadap tepung sari, rumput,
bulu hewan, dan lainnya. Pasien mengeluh tentang gatal-gatal, berair mata, mata
merah, dan sering mengatakan bahwa matanya seakan-akan tenggelam dalam
jaringan sekitarnya. Terdapat sedikit penambahan pembuluh pada palpebra dan
konjungtiva bulbi, dan selama serangan akut sering terdapat kemosis berat (yang
menjadi sebab tenggelamnya tadi). Mungkin terdapat sedikit tahi mata,
khususnya jika pasien telah mengucek matanya.
Laboratorium
Sulit ditemukan eosinofil dalam kerokan konjungtiva
Terapi
Meneteskan vasokonstriktor local pada tahap akut (epineprin, larutan 1:1000
yang diberikan secara topical, akan menghilangkan kemosis dan gejalanya dalam
30 menit). Kompres dingin membantu mengatasi gatal-gatal dan antihistamin
hanya sedikit manfaatnya. Respon langsung terhadap pengobatan cukup baik,
namun sering kambuh kecuali anti-gennya dapat dihilangkan.

13

2.7.2 Konjungtivitis Vernalis


Definisi
Penyakit ini, juga dikenal sebagai catarrh musim semi dan konjungtivitis
musiman atau konjungtivitis musim kemarau, adalah penyakit alergi bilateral
yang jarang.1,3 Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang daripada di
daerah dingin. Penyakit ini hamper selalu lebih parah selama musim semi, musim
panas dan musim gugur daripada musim gugur.
Insiden
Biasanya mulai dalam tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5 10
tahun. Penyakit ini lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan. 5
Tanda dan gejala
Pasien mengeluh gatal-gatal yang sangat dan bertahi mata berserat-serat.
Biasanya terdapat riwayat keluarga alergi (demam jerami, eczema, dan lainnya).
Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan terdapat banyak papilla halus di
konjungtiva tarsalis inferior. Konjungtiva palpebra superior sering memiliki
papilla raksasa mirip batu kali. Setiap papilla raksasa berbentuk polygonal,
dengan atap rata, dan mengandung berkas kapiler. 1,2,3
Laboratorium
Pada eksudat konjungtiva yang dipulas dengan Giemsa terdapat banyak
eosinofil dan granula eosinofilik bebas. 1
Terapi
Penyakit ini sembuh sendiri tetapi medikasi yang dipakai terhadap gejala
hanya member hasil jangka pendek, berbahaya jika dipakai untuk jangka panjang.
steroid sisremik, yang mengurangi rasa gatal, hanya sedikit mempengharuhi
penyakit kornea ini, dan efek sampingnya (glaucoma, katarak, dan komplikasi
lain) dapat sangat merugikan. Crmolyn topical adalah agen profilaktik yang baik
14

untuk kasus sedang sampai berat. Vasokonstriktor, kompres dingin dan kompres
es ada manfaatnya, dan tidur di tempat ber AC sangat menyamankan pasien.
Agaknya yang paling baik adalah pindah ke tempat beriklim sejuk dan lembab.
Pasien yang melakukan ini sangat tertolong bahkan dapat sembuh total. 1,3
2.7.3 Konjungtivitis Atopik
Tanda dan gejala
Sensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian
palpebra eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat papilla
halus, namun papilla raksasa tidak berkembang seperti pada keratokonjungtivitis
vernal, dan lebih sering terdapat di tarsus inferior. Berbeda dengan papilla raksasa
pada keratokonjungtivitis vernal, yang terdapat di tarsus superior. Tanda-tanda
kornea yang berat muncul pada perjalanan lanjut penyakit setelah eksaserbasi
konjungtivitis terjadi berulangkali. Timbul keratitis perifer superficial yang diikuti
dengan vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh kornea tampak kabur dan
bervaskularisasi, dan ketajaman penglihatan. 1,3
Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien
atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak
bayi. Parut pada lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan
lutut sering ditemukan. Seperti dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic
berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi. Seperti
keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang aktif bila pasien telah
berusia 50 tahun.
Laboratorium
Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang
terlihat sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal. 1
Terapi

15

Atihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari), astemizole (10


mg empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu tidur, dinaikkan sampai
200 mg) ternyata bermanfaat. Obat-obat antiradang non-steroid yang lebih baru,
seperti ketorolac dan iodoxamid, ternyata dapat mengatasi gejala pada pasienpasien ini. Pada kasus berat, plasmaferesis merupakan terapi tambahan. Pada
kasus lanjut dengan komplikasi kornea berat, mungkin diperlukan transplantasi
kornea untuk mengembalikan ketajaman penglihatannya. 1,3
Reaksi Hipersensitivitas Tipe Lambat
2.7.4 Phlyctenulosis
Definisi
Keratokonjungtivitis phlcytenularis adalah respon hipersensitivitas lambat
terhadap protein mikroba, termasuk protein dari basil tuberkel, Staphylococcus
spp, Candida albicans, Coccidioides immitis, Haemophilus aegyptus, dan
Chlamydia trachomatis serotype L1, L2, dan L3. 1
Tanda dan Gejala
Phlyctenule konjungtiva mulai berupa lesi kecil yang keras, merah,
menimbul, dan dikelilingi zona hyperemia. Di limbus sering berbentuk segitiga,
dengan apeks mengarah ke kornea. Di sini terbentuk pusat putih kelabu, yang
segera menjadi ulkus dan mereda dalam 10-12 hari. Phlyctenule pertama pada
pasien dan pada kebanyakan kasus kambuh terjadi di limbus, namun ada juga
yang di kornea, bulbus, dan sangat jarang di tarsus. 1
Phlyctenule konjungtiva biasanya hanya menimbulkan iritasi dan air mata,
namun phlyctenule kornea dan limbus umumnya disertai fotofobia hebat.
Phlyctenulosis sering dipicu oleh blefaritis aktif, konjungtivitis bacterial akut, dan
defisiensi diet.
Terapi

16

Phlyctenulosis yang diinduksi oleh tuberkuloprotein dan protein dari infeksi


sistemik lain berespon secara dramatis terhadap kortikosteroid topical. Terjadi
reduksi sebagian besar gejala dalam 24 jam dan lesi hilang dalam 24 jam
berikutnya.

Antibiotika

topical

hendaknya

ditambahkan

untuk

blefarikonjungtivitis stafilokokus aktif. Pengobatan hendaknya ditujukan terhadap


penyakit penyebab, dan steroid bila efektif, hendaknya hanya dipakai untuk
mengatasi gejala akut dan parut kornea yang menetap. Parut kornea berat
mungkin memerlukan tranplantasi. 1
2.7.5 Konjungtivitis Ringan Sekunder terhadap Blefaritis kontak
Blefaritis kontak yang disebabkan oleh atropine, neomycin, antibiotika
spectrum luas, dan medikasi topical lain sering diikuti oleh konjungtivitis
infiltrate ringan yang menimbukan hyperemia, hipertropi papiler ringan, bertahi
mata mukoid ringan, dan sedikit iritasi. Pemeriksaan kerokan berpulas giemsa
sering hanya menampakkan sedikit sel epitel matim, sedikit sel polimorfonuklear
dan mononuclear tanpa eosinofil. 1
Pengobatan
menghilangkannya.

diarahkan
Blefaritis

pada
kontak

penemuan
dengan

agen
cepat

penyebab
membaik

dan
dengan

kortikosteroid topical, namun pemakaiannya harus dibatasi. Penggunaan steroid


jangka panjang pada palpebra dapat menimbulkan glaucoma steroid dan atropi
kulit dengan telangiektasis yang menjelekkan.
2.8 Konjungtivitis Akibat Penyakit Autoimun
2.8.1 Keratokonjungtivitis Sicca
Berkaitan dgn. Sindrom Sjorgen (trias: keratokonj. sika, xerostomia, artritis).
Gejala:
- khas: hiperemia konjungtivitis bulbi dan gejala iritasi yang tidak sebanding
dengan tanda-tanda radang.

17

- Dimulai dengan konjungtivitis kataralis


- Pada pagi hari tidak ada atau hampir tidak ada rasa sakit, tetapi menjelang siang
atau malam hari rasa sakit semakin hebat.
- Lapisan air mata berkurang (uji Schirmer: abnormal)
- Pewarnaan Rose bengal uji diagnostik.
Pengobatan:
- air mata buatan vitamin A topikal
- obliterasi pungta lakrimal.
2.9 Konjungtivitis Kimia atau Iritatif
2.9.1 Konjungtivitis Iatrogenik Pemberian Obat Topikal
Konjungtivitis folikular toksik atau konjungtivitis non-spesifik infiltrate,
yang diikuti pembentukan parut, sering kali terjadi akibat pemberian lama
dipivefrin, miotika, idoxuridine, neomycin, dan obat-obat lain yang disiapkan
dalam bahanpengawet atau vehikel toksik atau yang menimbulakan iritasi. Perak
nitrat yang diteteskan ke dalam saccus conjingtiva saat lahir sering menjadi
penyebab konjungtivitis kimia ringan. Jika produksi air mata berkurang akibat
iritasi yang kontinyu, konjungtiva kemudian akan cedera karena tidak ada
pengenceran terhadap agen yang merusak saat diteteskan kedalam saccus
conjungtivae.
Kerokan konjungtiva sering mengandung sel-sel epitel berkeratin,
beberapa neutrofil polimorfonuklear, dan sesekali ada sel berbentuk aneh.
Pengobatan terdiri atas menghentikan agen penyebab dan memakai tetesan yang
lembut atau lunak, atau sama sekali tanpa tetesan. Sering reaksi konjungtiva
menetap sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan lamanya setelah
penyebabnya dihilangkan.

18

2.9.2 Konjungtivitis Pekerjaan oleh Bahan Kimia dan Iritans


Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yang masuk
ke saccus conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum
adalah pupuk, sabun, deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan makeup, dan berbagai asam dan alkali. Di daerah tertentu,asbut (campuran asap dan
kabut) menjadi penyebab utama konjungtivitis kimia ringan. Iritan spesifik
dalam asbut belum dapat ditetapkan secara positif, dan pengobatannya nonspesifik. Tidak ada efek pada mata yang permanen, namun mata yang terkena
seringkali merah dan terasa mengganggu secara menahun. 1
Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan
efek langsung. Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat
menyusup kedalam jaringan dan menetap di dalam jaringan konjungtiva. Disini
mereka terus menerus merusak selama berjam-jam atau berhari-hari lamanya,
tergantung konsentrasi molar alkali tersebut dan jumlah yang masuk. Perlekatan
antara konjungtiva bulbi dan palpebra dan leokoma kornea lebih besar
kemungkinan terjadi jika agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian
manapun, gejala utama luka bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh
darah, fotofobia, dan blefarospasme. Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat
diungkapkan.
Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air atau
larutan garam sangat penting, dan setiap materi padat harus disingkirkan secara
mekanik. Jangan memakai antidotum kimiawi. Tindakan simtomatik umum
adalah kompres dingin selama 20 menit setiap jam, teteskan atropine 1% dua
kali sehari, dan beri analgetika sistemik bila perlu. Konjungtivitis bacterial dapat
diobati dengan agen antibakteri yang cocok. Parut kornea mungkin memerlukan
transplantasi kornea, dan symblepharon mungkin memerlukan bedah plastic
terhadap konjungtiva. Luka bakar berat pada kojungtiva dan kornea
prognosisnya buruk meskipun dibedah. Namun jika pengobatan memadai
dimulai segera, parut yang terbentuk akan minim dan prognosisnya lebih baik.

19

Konjungtivitis adalah suatu keradangan konjungtiva yang disebabkan bakteri,


virus, jamur, chlamidia, alergi atau iritasi dengan bahan-bahan kimia. Tanda penting
pada konjungtivitis adalah :1,4,5
1. Hiperemia, disebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior. Warna
merah terang mengesankan konjungtivitis bakterial dan keputihan mirip susu
mengesankan konjungtivitis alergika.
2. Berair mata, disebabkan oleh adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar atau
gatal, atau karena gatal.
3. Eksudasi, eksudat berlapis-lapis dan amorf pada konjungtivitis bakterial dan
berserabut pada konjungtivitis alergika.
4. Pseudoptosis, dijumpai pada konjungtivitis berat misalnya : trachoma dan
konjungtivitis epidemika.
5. Hipertrofi papila, terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di
bawahnya oleh serabut-serabut halus.
6. Kemosis, mengesankan konjungtivitis alergika namun dapat terjadi pada
konjungtivitis gonokok atau meningokok akut dan terutama pada konjungtivitis
adenovirus.
7. Folikel, tampak pada kebanyakan kasus konjungtivitis virus, pada semua kasus
konjungtivitis klamidia kecuali konjungtivitis inklusi neonatal, pada beberapa kasus
konjungtivitis parasitik dan pada beberapa kasus konjungtivitis toksik yang
diinduksi pengobatan topikal.
8. Pseudomembran dan membran, adalah hasil proses eksudatif dan hanya berbeda
derajatnya. Pseudomembran adalah pengentalan diatas permukaan epitel, bila
diangkat epitel tetap utuh. Membran adalah pengentalan yang meliputi seluruh epitel
dan jika diangkat akan meninggalkan permukaan yang kasar dan berdarah.
9. Konjungtivitis ligneosa, adalah bentuk istimewa konjungtivitis membranosa
rekuren.
10. Granuloma, selalu mengenai stroma dan paling sering berupa kalazion.
11. Limfadenopati preaurikuler, terdapat pada konjungtivitis herpes simplek primer,
keratokonjungtivitis epidemika, konjungtivitis inklusi dan trachoma.
Konjungtivitis bakterial mempunyai dua bentuk : akut dan menahun.
Konjungtivitis bakterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan mikroorganisme
20

tertentu seperti Haemophylus influenzae. Lamanya penyakit bisa mencapai 2 minggu


jika tidak diobati dengan memadai dan dapat menjadi menahun. Gejala dan tanda dari
konjungtivitis bakterial antara lain :1,2,3
1.

Konjungtiviis bakterial hiperakut


b.

Konjungtivitis purulen, ditandai dengan banyaknya eksudat purulen.


c. Konjungtivitis mukopurulen, ditandai timbulnya hiperemia konjungtiva secara
akut dan jumlah eksudat mukopurulen sedang.

d.
2.

Konjungtivitis subakut, ditandai eksudat berair tipis atau berawan.


Konjungtivitis bakterial menahun
Konjungtiviis bakterial menahun, terjadi pada pasien dengan obstruksi duktus
nasolakrimalis dan dakriosistitis menahun, yang biasanya unilateral.
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien ini didiagnosis menderita
konjungtivitis bakterial, yaitu kedua mata merah yang berlangsung selama + 2 hari.
Pasien juga mengeluh kedua matanya terasa gatal, sehingga pasien sering menggosokgosok kedua matanya dan keluar air mata yang berwarna bening. Dan terdapat kotoran
mata yang cukup banyak saat bangun tidur. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
konjungtiva hiperemi namun tidak didapatkan sekret yang purulen, dan tidak ada
penurunan visus. Hal ini sesuai dengan gejala dan tanda dari konjungtivitis bakterial
akut yang oleh orang awam disebut mata merah, dimana didapatkan hiperemi
konjungtiva secara akut dan berwarna merah terang, sekresi air mata karena gatal,
eksudat mukopurulen sedang.

Tabel 3.1 Diagnosis banding konjungtivitis berdasarkan gambaran klinis


virus
Sekret

Sedikit

bakteri
purulen
nonpurulen
mengucur
21

sedikit

Jamur dan
parasit
sedikit

Alergi
Sedikit

Air mata
Gatal
Mata merah
Nodul

mengucur
Sedikit
Umum
Lazim

sedang
sedikit
umum
jarang

sedang
lokal
lazim

sedikit
lokal
lazim

Sedang
mencolok
Umum
-

preaurikuler
Pewarnaan

Monosit,

Bakteri,

Bakteri,

negatif

Eosinofil

PMN
jarang

PMN
-

usapan
limfosit
Sakit tenggorok Sewaktudan panas yang waktu

menyertai
(sumber : Sidarta I. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI. Edisi Ketiga. 2010. hal. 121)
Tanda
Injeksi
konjungtivitis
Hemoragi
Kemosis
Eksudat

Pseudomembra
n
Papil
Folikel
Nodus

Bakterial
Mencolok

Viral
Sedang

Alergik
Ringan-

Toksik
Ringan-

TRIC
Ringan-

+
+
++
+/Purulen atau Jarang,

sedang
++
Berserabut

sedang
+/-

sedang
+/Berserabut

mukopurule

air

(lengket),

n
+/-

+/-

putih
-

+/-

+
-

+/+

(lengket)

preaurikuler
Panus
(sumber : Sidarta I. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI. Edisi Ketiga. 2010. hal. 122)
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen
mikrobiologiknya. Agen terbanyak dan tersering yang menyebabkan konjungtivitis
adalah golongan staphylococcus, dalah hal ini yaitu staphylococcus aureus. Antibiotika
topikal (tetes mata) yang cocok dan tersedia di puskesmas dan efektif terhadap agen ini
adalah gentamycin. Pemberian dosis gentamycin sebagai tetes mata adalah 3 x 2 tts,
namun pemberian antibiotik tetes mata tunggal dapat menyebabkan iritasi mata
sehingga perlu penambahan tetes mata penyegar yang dalam kasus ini diberikan tetes
mata tetracaine yaitu air mata buatan yang diteteskan sebelum pemakaian antibiotik,
dosis pemberiannya yaitu 3 x 2 tts.
22

Konjungtivitis bakterial akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati,


infeksi dapat berlangsung selama 10-14 hari; jika diobati secara memadai berlangsung
1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus dan konjungtivitis gonokokus.1,7

23

Anda mungkin juga menyukai