Pada masa Orde Baru pula pemerintahan menekankan stabilitas nasional dalam
program politiknya dan untuk mencapai stabilitas nasional terlebih dahulu diawali
dengan apa yang disebut dengan konsensus nasional. Ada dua macam konsensus
nasional, yaitu :
1.
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Konsensus
pertama ini disebut juga dengan konsensus utama.
2.
Kabinet Ampera
Setelah Kabinet Ampera terbentuk (25 Juli 1966). Menyusul tekad
membangun dicanangkan UU Penanaman Modal Asing (10 Januari 1967),
kemudian Penyerahan Kekuasaan Pemerintah RI dari Soekarno kepada
Mandataris MPRS (12 Februari 1967), lalu disusul pelantikan Soeharto (12 Maret
1967) sebagai Pejabat Presiden sungguh merupakan kebahagiaan tersendiri bagi
Gerakan Pemuda Ansor.
Pembubaran PKI
dan korektif. Sedangkan yang bermotif terror, GP. Ansor harus menentang dan
berusaha menunjukkan kepalsuannya.
Atas dasar itulah, GP Ansor mendukung dan ikut di dalamnya dalam operasi
penumpasan sisa-sisa PKI di Blitar dan Malang yang dikenal dengan operasi
Trisula. Bahkan GP Ansor waktu itu sempat mengirim telegram ucapan selamat
kepada Pangdam VIII/Brawijaya atas suksenya operasi tersebut. Ansor ikut
operasi itu karena, operasi di kedua daerah tersebut bermotif ideologis dan
strategis.
Sesungguhnya kongres juga telah memperediksi sesuatu bentuk kekuasaan
yang bakal timbul. Karena itu, sejak awal Ansor telah menegaskan sikapnya:
menolak kembalinya pemerintahan tiran. Orde Baru ditafsirkan sebagai Orde
Demokrasi yang bukan hanya memberi kebebasan menyatakan pendapat melalui
media pers atau mimbar-mimbar ilmiah. Tapi, demokrasi diartikan sebagai suatu
Doktrin Pemerintahan yang tidak mentolerir pengendapan kekuasaan totaliter di
suatu tempat. Seperti kata Michael Edwards dalam buku Asian in the Balance,
bahwa kecenderungan di Asia, akan masuk liang kubur dan muncul
authoritarianism.
demokrasi pada mulanya di salah gunakan oleh pemegang kekuasaan yang korup
hingga mendorong Negara ke arah Kebangkrutan. Lalu, sebelum meledak
bentrokan-bentrokan sosial, kaum militer mengambil alih kekuasaan, dan dengan
kekuasaan darurat itulah ditegakkan pemerintahan otoriter. Begitulah kira-kira
Michael Edwards. Masalah Toleransi Agama, Selain masalah politik, kongres juga
merumuskan pola kerukunan antar umat beragama. Rumusan tersebut mengacu
pada UUD 1945 yang menjamin toleransi itu sendiri, dan dalam pelaksanaannya
harus memperhatikan kondisi daerah serta perasaan penganut agama lain.
Masalah toleransi agama di bahas serius karena, pada waktu itu pertentangan
agama sudah mulai memburuk. Bahkan bentrokan fisik telah terjadi di manamana. Akibatnya timbul isu yang mendiskreditkan Partai Islam dan Umat Islam.
Isu yang paling keras pada waktu itu adalah mendirikan Negara Islam. Sehingga,
di berbagai daerah ormas Islam maupun Partai Islam selalu dicurigai aparat
keamanan. Dakwah-dakwah semakin di batasi bahkan ada pula yang terpaksa di
larang. Terakhir, malah dikeluarkan garis kebijaksanaan di kalangan ABRI yang
sangat merugikan partai Islam dan Umat Islam. Dalam Kongres VII juga
menyampaikan memorandum kepada pemerintah mengenai masalah politik dan
ekonomi. Dan isi dari memorandum tak lain adalah manifestasi dari komitmen
terhadap ideology Pancasila.