Anda di halaman 1dari 33

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Seiring perkembangan zaman kebutuhan akan kesehatan semakin meningkat.
Kebutuhan manusia akan kefarmasian semakin meninggi, sehingga pelayanan
farmasi baik di industri atau di rumah sakit dituntut harus lebih efektif dan efisien.
Memberikan pelayanan sama dengan memberikan kebutuhan masyarakat artinya
industri di Indonesia dituntut untuk meningkatkan produksi baranng-barang yang
berdaya saing tinggi dari negara-negara tetangga, sehingga ada kebutuhan untuk
ekspor. Disamping itu industri dihadapkan pada isu lingkungan global dan
pelestarian sumber daya alam yang digunakan (Purwanto, 2009).
Rumah sakit adalah tempat yang menjadi pusat dari pelayanan
kefarmasian bagi masyrakat, sehingga produk pemasaran yang paling tinggi yaitu
di rumah sakit. Kebutuhan akan produk kefarmasian akan berbanding lurus
dengan jumlah masyarakat dalam suatu daerah. Permasalahan limbah sering
menjadi isu utama karena dengan berbagai kepentingannya rumah sakit menjadi
tempat yang potensial sebagai salah satu sumber pencemaran lingkungan.
Teknologi yaitu Miarso (2007) adalah proses yang meningkatkan nilai tambah,
prosestersebut menggunakan atau menghasilkan suatu produk yang dihasilkan
tidak terpisah dari produk yang sudah ada, dan karena itu menjadi bagian yang
integral dari suatu sistem. Sedangkan ramah lingkungan artinya tidak mencemari
lingkungan.

Berdasarkan keputusan Menter Negara Lingkungan Hidup RI Nomor : Kep58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit,
yang mengharuskan bahwa setiap rumah sakit untuk mengelola air limbah sampai
standar yang diizinkan, maka kebutuhan akan teknologi pengolahan air limbah
rumah sakit khususnya yang murah dan hasilnya baik perlu dikembangkan. Hal
ini mengingat bahwa kendala yang paling banyak dijumpai yakni teknologi yang
ada saat ini masih cukup mahal, sedangkan dilain pihak dana yang tersedia untuk
membangun unit pengolahan air limbah tersebut terbatas sekali.
Perbedaan tipe rumah sakit menjadi salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi mutu dan kualitas dari pengelolaan limbah rumah sakit.
Pengembangan teknologi ramah lingkungan untuk pengolahan limbah menjadi
sebuah program yang wajib dikembangkan untuk menyelamatkan masyarakat dari
bahaya limbah rumah sakit. Untuk pengolahan air limbah rumah sakit
dengankapasitas yang besar, umumnya menggunakan teknologi pengolahan air
limbah Lumpur Aktif atau Activated Sludge Procces, ttapi untuk kapasitas kecil
cara tersebut, perlu untuk menyebarluaskan informasi teknologi khususnya
teknologi pengolahan air limbah rumah sakit beserta aspek pemilihan teknologi
serta keunggulan dan kekurangannya.
Dari latar belakang diatas, maka sebagai mahasiswa farmasi yang
dipersiapkan untuk berkarya dan siap melayani masyarakat baik itu di industri
maupun di rumah sakit perlu untuk memperhatikan air limbah yang di produksi.
Dengan adanya informasi yang jelas maka pihak rumah sakit dapat memilih
teknologi pengolahan air limbah yang sesuai dengan kondisi dan jumlah air

limbah yang akan diolah yang layak secara teknis, ekonomis dan memenuhi
standar.
Maka, dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai pengelolaan air limbah
rumah sakit sebagai salah satu peranan dari teknologi ramah lingkungan. Yang
artinya bahwa teknologi yang digunakan tepat sasaran dan akan mereduksi
kerusakan lingkungan yang seharusnya dihindari namun dapat dilakukan oleh
pihak rumah sakit sesuai dengan tipe rumah sakit yang bersangkutan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teknologi ramah lingkungan ?
2. Bagaimana cakupan teknologi ramah lingkungan?
3. Dimana usulan area teknologi ramah lingkungan
4. Bagaimana kriteria dan indikator dari teknologi ramah lingkungan?
5. Bagaimana aplikasi teknologi ramah lingkungan pada pengolahan air
limbah rumah sakit?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah memberikan informasi kepada
pembaca mengenai teknologi ramah lingkungan dan bagaimana aplikasinya
dalam dunia kefarmasian dan salah satu yang diangkat sebagai tema besar dari
makal ini yaitu teknologi ramah lingkungan yang aplikatif untuk pengolahan
limbah industri dan rumah sakit.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Teknologi Ramah Lingkungan (TRL)


Definisi Teknologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:1158),
teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis ilmu
pengetahuan terapan, dan teknologi adalah keseluruhan sarana untuk
menyediakan barang-barang yang diperlukan untuk kelangsungan dan
kenyamanan hidup manusia.

Awal 2004, Uni Eropa mengadopsi Enviromental TechnologyAction Plan


(ETAP) untuk memperbaiki pembangunan dan penggunakan teknologi
lingkungan yang lebih luas. Sehingga teknologi ramah lingkungan
didefiniskan sebagai teknologi yang lebih sedikit merusak lingkungan
dibanding teknologi alternatif sejenis. Definisi teknologi ramah lingkungan
juga terdapat dalam Bab 34, Agenda 21 yaitu teknologi ramah lingkungan
adalah teknologi yang memproteksi lingkungan, mengurangi daya polutannya,
menggunakan semua sumberdaya secara berkelanjutan, mendaur ulang lebih
banyak produk dan limbahnya, dan menangani sisa limbah secara benar
(BPPT, 2010).
TRL tidak hanya teknologi secara individu tetapi juga secara sistem
termasuk pengetahuan, prosedur, barang dan pelayanan, dan peralatan serta
prosedur organisasi dan managemen untuk mempromosikan kelestarian
lingkungan. Berdasarkan karakteristik ini maka definisi TRL :
o Termasuk untuk semua teknologi transisi yang akan menjadi teknologi
berwawasan lingkungan;
o Semua aliran daur hidup material, energi, dan air dalam sistem produksi
dan konsumsi;
o Meliputi keseluruhan spektrum mulai teknologi dasar sistem produksi
dan konsumsi sampai dengan keseluruhan teknologi integrasi dimana
teknologi lingkungan merupakan teknologi produksi dan konsumsi untuk
dirinya sendiri;
o Termasuk teknologi sistem tertutup dimana targetnya adalah zero waste
dan atau pengurangan penggunaan sumber daya yang signifikan, secara
teknologi lingkungan yang menghasilkan sedikit emisi; dan

o Mempertimbangkan pengembangan teknologi dalam kontek ekologi dan


sosial.

2.2 Usulan Area Teknologi Ramah Lingkungan


BPPT (2010) mengkaji dan menginformasikan usulan area TRL yang
dibedakan atas beberapa kategori. Yang pertama yaitu 4 tema utama isu
lingkungan yaitu limbah, kontaminasi/ polusi, kualitas udara, degredasi
sumberdaya alam. 4 tipe teknologi generik yaitu teknologi pencegahan
(Avoidance Technology), teknologi monitoring dan evaluasi, teknologi kontrol
polusi, teknologi remediasi dan restorasi.
Sedangkan kombinasi isu lingkungan dan tipe teknologi lingkungan
tersebut dianalisis dengan suatu kelompok kriteria yaitu kriteria lingkungan
(kesehatan, non kesehatan, dll), ekonomi (harga, benefit, dll), sosial-budaya
(dampak kualitas hidup, kesejahteraan, harapan hidup, dll). Beberapa kriteria lain
dapat dianalisis untuk memperkuat hasilnya, antara lain strategik (hubungan
langsung atau tidak langsung terhadap tujuan strategi nasional), geografik, dan
politik.
Contoh beberapa kriteria dan indikator teknologi ramah lingkungan :
Kriteria
LINGKUNGAN

Sub-kriteria

Indikator

Sumberdaya

SD Energi
SD Mineral

Perubahan

Konsumsi total energi


fosil primer
Konsumsi total bijih
mental
Potensi perub. Iklim

Iklim

Dampak
Ekosistem

Limbah

Dampak karena
operasi normal
Dampak dari
kecelakaan
Limbah kimia
disimpan dibawah
tanah

EKONOMI
Dampak
Pelanggan

Dampak Ekonomi
SOSIAL

Keamanan

Penerimaan tenaga
kerja
Risiko finansial
Ancaman politik
keberlangsungan
penyediaan energi
Fleksibilitas dan
adaptasi

Biodiversity
Ekotoksisitas
Asidifikasi dan
eutrofikasi
Lepasnya hidrokarbon
Kontaminasi radioaktif

Berat total tersimpan

Harga listrik

Tenaga kerja langsung


Total biaya modal

Stabilitas Politik

Masy. & Individu

Kualitas Hidup

Potensi membuat
konflik sosial
Kemauan untuk
berbuat
Perlunya partisipasi
membuat keputusan
Estimasi resiko oleh
ahli pada normal
operasi
Estimasi resiko oleh
ahli pada keadaan
kecelakaan

Pengembangan
masyarakat
Dampak pada

Diversifikasi penyediaan
energi primer
Managemen limbah
Fleksibilitas untuk
merubah teknologi
Potensi energi
menyebabkan konflik
Kemauan LSM dan
gerakan masy untuk
bergerak
Perlunya partisipasi
membuat keputusan utk
berbagai teknologi
Penurunan harapan
hidup
Jumlah yang sakit
Efek kesehatan krn
kecelakaan
Jumlah orang yang
terkena per kecelakaan
Kondisi hidup yang
layak
Kualitas kerja

perumahan

Dampak pada lahan dan


perumahan
Paparan kebisingan

2.3 Tujuan dan Manfaat Verifikasi Teknologi Ramah Lingkungan (VTRL)


Secara umum tujuan verifikasi teknologi ramah lingkungan (VTRL) yaitu
melakukan verifikasi karakteristik kinerja lingkungan dari suatu teknologi yang
siap komersialisasi melalui evaluasi data yang kualitas objektifitas meyakinkan
sehingga pembeli dan pemberi izin dapat membuat keputusan yang tepat tentang
apa yang mereka akan beli dan mereka membuat izinnya.
Manfaat VTRL antara lain :

Dapat melihat kelemahan dan kekuatan teknologi yang dimiliki

dibanding dengan para pesaing


Sebagai alat patok banding (brenchmarking) dengan pesaing sesama

pengguna teknologi atau di sektor usaha yang sama


Sebagai metoda untuk identifikasi dan target terhadap faktor-faktor

penting guna melakukan perbaikan


Sebagai suatu cara untuk mengukur kemajuan yang dicapai dan

efektifitas pelaksaan usaha


Sebagai instrumen untuk melakukan kajian diri dalam melakukan
perencanaan teknologi ramah lingkungan yang sesuai.

Adapun tujuan VTR di Indonesia yaitu melindungi kepentingan publik dari


dampak negatif penerapan teknologi dimasa yang akan datang, perlindungan ini
dilakukan melalui pemilihan teknologi yang mempunyai manfaat yang besar dan
dampak yang minimum bagi masyarakat dan lingkungannya, dan untuk

meningkatkan daya saing pada level organisasi melalui pemilihan teknologi ramah
lingkungan yang dapat meningkatkan produktivitasnya.

2.3 Tipe-tipe Rumah Sakit


Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan
dan penelitian. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Rumah Sakit meliputi
pelayanan rawat jalan, rawat-inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik,
pelayanan penunjang medik dan pelayanan non medik.
Berdasarkan bentuk pelayanannya rumah sakit dibedakan :
a. Rumah Sakit Umum (RSU): yaitu Rumah Sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan semua jenis penyakit dari yang bersifat dasar sampai
dan sub spesialistik.
b. Rumah Sakit Khusus (RSK); yaitu Rumah Sakit yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan kesehatan berdasarkan jenis penyakit tertentu atau
disiplin ilmu.
Berdasarkan pemilikan dan penyelenggaraannya, rumah sakit dibedakan
atas RS pemerintah dan RS swasta. Rumah Sakit Pemerintahan dimiliki dan
diselenggaran oleh Departemen Kesehatan, Pemerintah Daerah, ABRI, dan
Departemen lain termasuk BUMN. Pemerintah Daerah diklasifikasikan menjadi :
a. RSU Kelas A, yaitu RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik spesialistik dan sub spesialistik yang luas.
b. RSU Kelas B yaitu RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik spesialistik luas dan sub spealistik terbatas.

10

c. RSU kelas C yaitu RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik spesialistik sekurang-kurangnya spesialistik 4 dasar lengkap.
d. RSU kelas D yaitu RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurangkurangnya pelayanan medik dasar.
2.4 Peraturan Perundnagan yang Mengatur Pengelolaan Lingkungan Rumah
Sakit
Adapun peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan di lingkungan
rumah sakit yaitu :

Undang-Undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup
Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 PP No. 85 tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, (Rumah Sakit
termasuk penghasil limbah B3 dari sumber yang spesifik dengan kode

limbah D. 227).
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.


Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 928 tahun 1995 tentang penyusunan

Amdal Bidang Kesehatan.


Keputusan Menteri Negara

Lingkungan

Hidup

No.

Kep-

58/MenLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah

Sakit.
Keputusan Direktur Jenderal PPM & PLP No. HK 00.05.6.44 tentang
Persyaratan dan Petunjuk Teknis Tatacara Penyehatan Lingkungan
Rumah Sakit.

10

11

Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian

Pencemaran Air.
Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidpu Nomor 17 Tahun 2001
Tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.


Peraturan No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun.

2.5 Limbah Rumah Sakit


Adanya berbagai sarana pelayanan kesehatan tersebut, akan menghasilkan
limbah baik cair maupun padat. Limbah padat yang ada dapat dikelompokan
menjadi dua yaitu limbah medis dan non medis. Limbah medis merupakan limbah
yang dihasilkan langsung oleh kegiatan medis. Limbah medis termasuk golongan
limbah berbahaya dan beracun (B-3) sehingga berpotensi membahayakan
komunitas rumah sakit. Jika pembuangan limbah medis tidak memenuhi syarat
maka akan sangat beracun dan berbahaya terhadap masyarakat disekitar lokasi
pembuangan. Sedangkan limbah non-medis adalah limbah domestik yang
dihasilkan di RS bersangkutan. Sebagian besar limbah ini merupakan limbah
organik dan bukan limbah B-3, sehingga pengelolaannya dapatdilakukan bersamasama dengan sampah kota tersebut.

11

12

Limbah medis dikelompokan menjadi lima (5) kelompok yaitu :


a. Golongan A, terdiri dari
Dresing bedah, swab, dan semua limbah yang terkontaminasi pada

darah ini
Bahan-bahan linen dari kasus penyakit infeksi
Seluruh jaringan tubuh manusia, bangkai/jaringan hewan dari

laboratorium dan hal-hal yang berkaitan dengan swab dan dressing.


b. Golongan B, terdiri dari :
Syrenge bekas, jarum, catride, pecahan gelas dan benda tajam lain.
c. Golongan C terdiri dari limbah dari laboratorium dan post partum, (kecuali
yang termasuk dalam golongan A)
d. Golongan D terdiri dari limbah bahan kimia dan bahan farmasi tertentu
e. Golongan E terdiri dari pelapis bed-pan, disposible, urinoir, incontiencepad dan stamag bags.

Berdasarkan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannnya, oleh Depkes RI


limbah medis digolongkan sebagai berikut:
a. Limbah benda tajam, yaitu objek atau alat yang memiliki sudut tajam
seperti jaru, hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan
gelas, dan pisau bedah.
b. Limbah infeksius, yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular dan limbah limbah laboratorium
yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang
perawatan/ isolasi penyakit menular.
c. Limbah jaringan tubuh, meliputi organ, anggota badan, darah, dan cairan
tubuh. Biasanya dihasilkan pada pembedahan atau autopsi.
d. Limbah sitotoksik, yaitu bahan yang terkontaminasi oleh obat sitotoksik
selama peracikan, pengangkutan atau tindakan tepai sitotoksik.

12

13

e. Limbah farmasi terdiri dari obat-obatan kadaluwarna, obat yang terbuang


karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat yang tidak diperlukan lagi atau limbah dari proses
produksi obat.
f. Limbah kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia
dalam tindakan medis, veterenary, laboratorium, proses sterilisasi atau
riset. Dalam hal ini dibedakan dengan buangan kimia yang termasuk
dalam limbah farmasi dan sitotoksik.
g. Limbah radioaktif, yaitu bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop
yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionuklida.
Selain limbah medis, R.S juga menghasilkan non medis. Jenis limbah non
medis tersebut antara lain, limbah cair dari kegiatan loundry, limbah domestik dan
sampah padat.

2.6 Karakteristik Air Limbah di Rumah Sakit


Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari
proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi limbah domestik cair, yakni
buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian; limbah cair klinis
yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis di rumah sakit misalnya air
bekas cucian luka, luka darah, dll; air limbah laboratorium, dan lainnya. Air
limbah rumah sakit yang berasal dari buangan domestik maupun buangan limbah
cari klinis umumnya mangandung senyawa polutan organik yang cukup tinggi,

13

14

dan dapat diolah dengan proses pengolahan secara biologis, sedangkan untuk air
limbah rumah sakit yang berasal dari laboratorium biasanya banyak mengandung
logam berat yang mana bila air limbah tersebut dialirkan ke dalam proses
pengolahan secara biologis, logam berat tersebut dapat menganggu proses
pengolahan.
Oleh karena itu untuk pengelolaan air limbah rumah sakit, maka air limbah
yang berasal dari laboratorium dipisahkan dan ditampung, kemudian diolah secara
kimia-fisika. Selanjutnya air olahannya dialirkan bersama-sama dengan air limbah
yang lain, dan selanjutnya diolah dengan proses pengolahan secara biologis.
Diagram proses pengelolaan air limbah rumah sakit secara umum dapat dilihat
pada gambar 2.1

Gambar 2.1. Diagram Proses Pengelolaan Air Limbah Rumah Sakit

2.7 Teknologi Pengolahan Air Limbah

14

15

Untuk mengolah air yang mengandung senyawa organik umumnya


menggunakan teknologi pengolahan air limbah secara biologis atau gabungan
antara proses biologis dengan proses kimia-fisika. Proses secara biologis tersebut
dapat dilakukan pada kondisi aerobik (dengan udara), kondisi anaerobik (tanpa
udara) atau kombinasi anaerobik dan erobik. Proses biologis aerobik biasanya
digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban BOD yang tidak terlalu
besar, sedangkan proses biologis anaerobik digunakan untuk pengolahan air
limbah dengan beban BOD yang sangat tinggi.
Pengolahan air limbah secara biologis aerobik secara garis besar dapat
dibagi menjadi tiga yakni proes biologis dengan biakan tersuspensi (suspended
culture), prosesbiologis dengan biakan melekat (attached culture) dan proses
pengolahan dengan sistem lagoon atau kolam. Proses biologis dengan biakan
tersuspensi adalah sistem pengolahan dengan menggunakan aktifitas mikroorganisme untuk menguraikan senyawa polutan yangyang ada di dalam air dan
mikro-organisme yang digunakan dibiakkan secara tersuspensi di dalam suatu
reaktor. Beberapa contoh proses pengolahan dengan sistem ini antara lain : proses
lumpur aktif standar/ konvensional (standard activated sludge), step aeration,
contact stabilization, extended aeration, oxidation ditich (kolam oksidasi sistem
parit) dan lainnya.
Proses biologis dengan biakan melekat yakni proses pengolahan limbah
dimana mikro-organisme yang digunakan dibiakkan pada suatu media sehingga
mikroorganisme tersebut melekat pada permukaan media. Beberapa contoh
teknologi pengolahan air limbah dengan cara ini antara lain : trickling filter atau

15

16

biofilter, rotating biological contractor (RBC), contact aeration/ oxidation (aerasi


kontak) dan lainnya.
Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan lagoon atau kolam
adalah dengan menampung air limbah pada suatu kolam yang luas dengan waktu
tinggal yang cukup lama sehingga aktifitas mikro-organisme yang tumbuh secara
alami, senyawa polutan yang ada di dalam air akan terurai. Untuk mempercepat
proses penguraian senyawa polutan atau memperpendek waktu tingal dapat juga
dilakukan proses aerasi. Salah satu contoh proses pengolahan air limbah dengan
cara ini adalah kolam aerasi atau kolam stabilisasi (stabilization pond). Proses
dengan sistem lagoon tersebut kadang-kadang dikategorikan sebagi proses
biologis dengan biakan tersuspensi.
Berdasarkan beberapa macam proses pengolahan air limbah seperi uraian
diatas, untuk proses pengolahan air limbah Rumah sakit tipe kecil (R.S tipe D dan
Puskesmas) sampai sedang (RS Tipe C) proses pengolahan yang paling sesuai
yakni proses pengolahan dengan Sistem Kombinasi Biofilter Anaerob dan Aerob.
Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan biofilter anaerobaerob antara :

Pengelolaannya sangat mudah


Biaya operasi rendah
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, lumpur yang dihasilkan relatif

sedikit
Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang dapat menyebabkan

euthropikasi
Suplai udara untuk aerasi relatif kecil
Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar
Dapat menghilangkan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.

16

17

2.7.1 Pengolahan Air Limbah dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob


Seluruh air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit, yakni yang
berasal dari limbah domestik maupun air limbah yang berasal dari kegiatan klinis
rumah sakit dikumpulkan melalui saluran pipa pengumpul. Selanjutnya dialirkan
ke bak kontrol. Fungsi bak kontrol adalah untuk mencegah sampai padat misalnya
plastik, kaleng, kayu agar tidak masuk kedalam unit pengolahan limbah, serta
mencegah padatan yang tidak bisa terurai misalnya lumpur, pasir, abu gosok, dan
lainnya agar tidak masuk kedalam unit pengolahan limbah.
Dari bak kontrol, air limbah dialirkan ke bak pengurai anaerob. Bak
pengurai anaerob dibagi menjadi dua buah ruangan yakni bak pengendapan atau
bak pengurai awal, biofilter anaerob tercelup dengan aliran dari bawah ke atas
(Up Flow). Air limpasan dari bak pengurai anaerob selanjutnya dialirkan ke unit
pengolahan lanjut. Unit pengolahan lebih lanjut tersebut terdiri dari beberapa buah
ruangan yang berisi media dari bahan PVC bentuk sarang tawon untuk pembiakan
mikro-organisme yang akan menguraikan senyawa polutan yang ada didalam air
limbah.
Setelah melalui unit pengolahan lanjut, air hasil olahan dialirkan ke bak
khlorinasi. Didalam bak khlorinasi air limbah dikontakkan dengan khlor tablet
agar seluruh mikroorganisme patogen dapat dimatikan. Dari bak khlorinasi air
limbah sudah dapat dibuang langsung ke sungai atau saluran umum.

2.7.2 Penguraian Anaerob

17

18

Air limbah yang dihasilkan dari proses kegiatan rumah sakit atau
puskesmas dikumpulkan melalui saluran air limbah, kemudian dialirkan ke bak
kontrol untu memisahkan kotoran padat. Selanjutnya, sambil dibubuhi dengan
larutan kapur atau larutan NaOH air limbah dialirkan ke bak pengurai anaerob. Di
dalam bak pengurai anaerob tersebut polutan organik yang ada di dalam air
limbah akan teruraikan oleh mikroorganisme secara anaerob, menghasilkan gas
methan dan H2S. Dengan proses tahap pertama konsentrasi COD dalam air limbah
dapat diturukkan sampai kira-kira 400-500 ppm (efisiensi pengolahan 60-70%).
Air olahan tahap awal ini selanjutnya diolah dengan proses pengolahan lanjut
dengan sistem biofilter anaerob-aerob.

2.7.3 Proses Pengolahan Lanjut


Proses pengolahan lanjut ini dilakukan dengan sistem biofilter anaerobaerob. Pengolahan air limbah dengan proses biofilter anaerob-aerob terdiri dari
beberapa bagian yakni bak pengendap awal, biofilter anaerob (anoxic), biofilter
aerob, bak pengendap akhir, dan jika perlu dilengkapi dengan bak kontraktor
khlor. Air limbah yang berasal dari proses penguraian anaeroba dialirkan ke bak
pengendap awal, untuk mengedepankan partikel lumpur, pasir dan kotoran
lainnya. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungsi sebagai bak pengontrol
aliran, serta bak pengurain senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge
digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya di alirkan ke bak
kontraktor anaerob dengan arah aliran dari atas ke dan bawah ke atas. Di dalam

18

19

bak kontrak anaerob tersebut diisi dengan media plastik berbentuk sarang tawon.
Jumlah bak kontraktor anaerob ini bisa dibuat lebih dari satu sesuai dengan
kualitas dan jumlah air baku yang akan diolah. Penguraian zat-zat organik yang
ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik.
Setelah beberapa dari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan
film mikro-organisme . Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat
organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap.
Air limpasan dari bak kontraktor anaerob dialirkan ke bak kontraktor
aerob. Di dalam bak kontraktor aerob ini diisi dengan media dari bahan kerikil,
platik (polyethylene), batu apung atau bahan serat, sambil diaserasi atau dihembus
dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik
yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media.
Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-organisme yang
tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana
hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat zat organik, deterjen
serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilang ammonia
menjadi lebih besar. Proses ni sering dinamakan Aerasi Kontak (Contact
Aeration). Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini
lumpur aktif yang mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan dipompa
kembali kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur.
Sedangkan air limpasan (over flow) di alirkan ke bak khlorinasi. Di dalam
bak kontraktor khlor ini air limbah dikontrakan dengan senyawa khlor untuk
membunuh mikroorganisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah

19

20

proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan
kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik
(BOD, COD), ammonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat, dan lainnya.
Dengan adanya proses pengolahan lanjut tersebut konsentrasi BOD dalam air
olahan yang dihasilkan relatif rendah yakni 20-30 ppm.

20

21

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perhitungan Perencanaan IPAL Rumah Sakit Kapasitas 20 M3 Per Hari


3.1.1 Kapasitas Design
Unit alat ini dirancang untuk mendapat pengolahan air limbah sebesar 20
M3 / hari. Skenario proses IPAL serta reduksi polutan organik (BOD) yaitu :

Gambar 3.2 Skenario Proses IPAL Serta Reduksi Polutan Organik (BOD)
Kapasitas Rencana

: 20 M3 / hari

BOD masuk

: 400 mg/lt

Efisiensi Pengolahan : 90-95%

21

22

SS masuk

: 200 mg/lt

BOD keluar

: 20 mg/lt

SS keluar

: 20 mg/lt.

Kemudian selanjutnya memperkirakan atau menghitung untuk bak ekualisasi,


pompa air limbah, biofilter anaerob.
3.1.2 Peralatan yang Diperlukan
Adapun spesifikasi teknis IPAL Biofilter Anaerob-Aerob kapasitas 20-30
M3 / hari yaitu : kapasitas rencana, bak ekualisasi, unit reaktor anaeroba, unit
reaktor pengolahan lanjut (aerob), dan media biofilter.
Peralatan yang digunakan yaitu :

blower udara,
pompa air limbah, dan
pompa sirkulasi

22

23

3.2 Contoh Pembangunan IPAL Kapasitas 20-30 M3 / hari

23

24

24

25

25

26

3.3 Analisa Kualitas Air Hasil Olahan


Air limbah yang harus diolah adalah seluruh air limbah yang dihasilkan
oleh kegiatan industri farmasi atau rumah sakit, yaitu air yang berasal dari dapur,
laundry, air limbah dari kegiatan klinis, air limpasan tangki septik dan lainnya.
Pengambilan dan pengujian kualitas air dilakukan setelah IPAL beroperasi selama
3 bulan.
Parameter yang perlu diamati adalah konsentrasi COD, BOD, TSS,
kandungan amoniak dan deterjen. Hasilnya dibandingkan dengan standar mutu
limbah cair kegiatan rumah sakit yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui
Keputusan

Menteri

Negara

Lingkungan

Hidup

Nomor

KEP-

58/MENLH/12/1995 yaitu kadar maksimum BOD5 75 mg/L, COD 100 mg/L,


TSS 100 mg/L, pH 6-9.

26

27

BAB IV
PENUTUP
4. 1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan terhadap penerapan teknologi
Bio filter Kombinasi Anaerob-Aerob untuk pengolahan limbah industri farmasi
dari rumah sakit maka dapat disimpulkan keunggulan dari teknologi ini yaitu :
a. Efisiensi pengolahan cukup tinggi.
b. Pengelolaannya sangat mudah.
c. Biaya operasinya rendah, untuk kapasitas IPAL 20 m3 perhari diperlukan
d.
e.
f.
g.

dua unit blower masing-masing 60 watt.


Suplai udara untuk aerasi relatif kecil
Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD cukup besar.
Dapat menghilangkan padatan tersuspensi dengan baik.
Tahan terhadap perubahan beban pengolahan secara mendadak.

4.2 Saran
Perlu diadakannya pemberian informasi pengolahan limbah lebih lanjut
agar dapat diaplikasikan dengan baik.

27

28

28

29

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Kep-51MENKLH/10/1995 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kesehatan
Rumah Sakit. Jakarta : Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan.
Kardono, Prof. Dr. 2011. Teknologi Ramah Lingkungan : Kriteria, Verifikasi, dan
Arah Pengembangan. Lokakarya Nasional. Jakarta : BPPT.
Metclaf, and Eddy 1978. Waste Water Engineering. Mc Grow Hill.
Mosey, F.E. 1983. Water Science Technology. Vol. 15.
Said, N.I. 2000. Pengolahan Air Limbah dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob.
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol.1 No. 2. Jakarta.
Sueisgi, T., dkk. 1987. Sanitary Engineering. Tokyo: Kajima Shuppan Kai.

29

30

30

31

TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN


MAKALAH
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Farmasi Lingkungan

Oleh :
Kelompok 4
Agus Taufik

(31111054)

Ahmad Fauzi

(31111053)

Aisyah Nurul

(31111057)

Elis Sri Mulyani

(31111069)

Neneng Mustikasari

(31111089)

Resha Resmawati

(31111095)

Farmasi 4B

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2015

31

32

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
limpah dan rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat
beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat dan kita sebagai umatnya.
Penyusunan makalah ini dilakukan untuk memenuhi salah satu tugas teori Farmasi
Lingkungan. Dalam makalah ini akan membahas mengenai definisi teknologi
ramah lingkungan (TRL), cakupan TRL, kriteria dan indikator, serta
pengaplikasiannya dalam mengolah air limbah dari industri dan rumah sakit
menggunakan biofilter anaerob-aerob.
Ucapkan terimakasih tidak lupa kami sampaikan kepada dosen
pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis

menyadari

bahwa

penyusunan

makalah

ini

masih

ada

kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran akan menjadi masukan yang
bermanfaat bagi penulis guna menyempurnakan makalah ini. Penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya bagi
penulis itu sendiri.

Tasikmalaya, Maret 2015

Penyusun

32

33

33

Anda mungkin juga menyukai