Anda di halaman 1dari 11

SISTEM ESKRESI

KEGIATAN 8
STRUKTUR MORFOLIGI GINJAL DAN UJI FISIK URINE
A. TOPIK
Struktur Makroskopis Ginjal dan Uji Fisik Urine
B. TUJUAN
1. Mengamati struktur anatomis ginjal mammalian.
2. Mengamati warna, kejernihan, dan ph urine.
C. DASAR TEORI
Ginjal merupakan alat untuk menyaring darah sehingga zat-zat sisa
metabolisme yang bersifat racun dan tak berguna dapat dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui air kencing. Zat-zat tersebut harus dikeluarkan karena dapat mengganggu
kesehatan. Selain itu, ginjal juga berperan menjaga keseimbangan air dalam tubuh
atau menjaga tekanan osmotik cairan tubuh sehingga perannya sangat penting dalam
menjaga kondisi tubuh agar tetap seimbang dan dinamis (homeostasis) atau
terciptanya kondisi sehat. kencing tampak berbuih, berwarna kuning dan berbau,
merupakan hasil penyaringan cairan darah yang dilakukan oleh ginjal.
Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme yang
mengandung nitrogen misalnya amonia. Amonia adalah hasil pemecahan protein dan
bermacam-macam garam, melalui proses deaminasi atau proses pembusukan mikroba
dalam usus.
Ginjal berbentuk seperti kacang pada beberapa spesies hewan Mammalia
seperti: kambing, jumlahnya sepasang dan terletak di dorsal kiri dan kanan tulang
belakang di daerah pinggang. Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan
panjangnya 10 cm. Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang mengalir
menuju ginjal. Ginjal terdiri atas tiga bagian utama yaitu:
a. Korteks (bagian luar)
b. Medula (sumsum ginjal)
c. Pelvis renalis (rongga ginjal).
Bagian paling luar diselubungi oleh jaringan ikat tipis yang disebut kapsula
renalis. Ginjal dapat dibedakn menjadi bagian korteks yakni lapisan sebelah luar
warnanya agak coklat terang dan medulla yaitu lapisan sebelah dalam yang warnanya
agak gelap. Bagian korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron ( 100 juta)
sehingga permukaan kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya perembesan zat buangan
menjadi banyak. Setiap nefron terdiri atas badan Malpighi dan tubulus (saluran) yang

panjang. Pada badan Malpighi terdapat kapsul Bowman yang bentuknya seperti
mangkuk atau piala yang berupa selaput sel pipih. Kapsul Bowman membungkus
glomerulus. Glomerulus berbentuk jalinan kapiler arterial. Tubulus (pembuluh) pada
badan Malpighi adalah tubulus proksimal yang bergulung dekat kapsul Bowman di
mana pada dinding selnya terdapat banyak sekali mitokondria. Tubulus yang kedua
adalah tubulus distal.
Ginjal mempunyai bagian cekungan yang disebut hilum. Pada hilum terdapat
bundel saraf, arteri renalis, vena renalis dan ureter. Ginjal memperoleh suplai darah
dari aorta abdominalis yang bercabang menjadi arteri renalis, arteri interlobaris,
arteri arcuata, arteri interlobularis, arteriole aferen, glomerulus, arteriole eferen,
kapiler peritubuler, vena interlobularis, vena arcuata, dan vena renalis. Ginjal selain
berfugsi sebagai alat ekskresi juga berperan menghasilkan hormon seperti: reninangiotensin, erythropoetin, dan mengubah provitamin D menjadi bentuk aktif
(vitamin D).
Pada rongga ginjal bermuara pembuluh pengumpul. Rongga ginjal
dihubungkan oleh ureter (berupa saluran) ke kantung kemih (vesika urinaria) yang
berfungsi sebagai tempat penampungan sementara urine sebelum keluar tubuh. Dari
kantung kemih, urine dikeluarkan dari tubuh melewati saluran yang disebut uretra.
Proses ekskresi melalui ginjal berfungsi untuk mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme dan menjaga agar jumlah air dan ion yang masuk seimbang dengan yang
keluar. Kondisi ini penting agar suasana melieu interieur (Claude Bernard) tetap
sesuai untuk kelangsungan proses fisiologis di dalam sel atau yang disebut
homeostasis (steady internal state: Cannon). Hasil ekskresi dari ginjal berupa urine.
Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses filtrasi, reabsorpsi, dan augmentasi.
Keseluruhan proses tersebut akan membentuk urine.
1. Penyaringan (fitrasi)
Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus kapsul Bowman. Pada glomerulus
terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga mempermudah
proses penyaringan. Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah
tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan,
di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan
sebagian besar protein plasma.
Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino,
natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan tersebut

dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat
glomerulus (urine primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak
mengandung protein. Pada filtat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino,
glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya.
2. Penyerapan kembali ( Reabsorpsi)
Penyerapan air terjadi di dalam tubulus distal, lengkung Henle, dan pembuluh
pengumpul. Substansi yang tidak berguna, kelebihan garam, dan bahan lain pada
filtrat dikeluarkan dalam urine. Tiap hari tabung ginjal mereabsorpsi lebih dari 178
liter air, 1.200 gram garam, dan 150 gram glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini
direabsorpsi beberapa kali. Setelah terjadi reabsorpsi maka tubulus akan
menghasilkan urine sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urine primer.
Pada urine sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi.
Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah,
misalnya ureum dari 0,03% dalam urine primer dapat mencapai 2% dalam urine
sekunder.
3. Augmentasi
Pada proses augmentasi, urine sekunder dari lengkung Henle akan masuk ke
tubulus distal. Di dalam tubulus distal urine mengalami augmentasi, yaitu proses
penambahan zat yang tidak diperlukan tubuh ke dalam tubulus kontortus distal.
Komposisi urine yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5%
urea, dan sisanya substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi
warna dan bau pada urine.
D. METODE PRAKTIKUM
Jenis kegiatan
: Observasi
Objek pengamatan : Ginjal kambing dan urine probandus
Alat dan Bahan
:
Alat yang digunakan untuk pengamatan Struktur makroskopis ginjal :
1. Bak paraffin
2. Alat seksi yang terdiri atas:
- Scalpel
- Pinset
- Klem
- Penusuk
- Gunting
Bahan
- Ginjal kambing segar
Alat untuk mengukur pH urine:
- Tabung reaksi
- Ph-stick
Bahan

Urine probandus

Cara Kerja

Cara pengamatan makroskopis struktur ginjal mamalia


1. Mengamati struktur anatomi bagian luar ginjal dengan seksama, kemudian
membelah ginjal tersebut dan mengamati bagian-bagiaan berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

arteri renalis
vena renalis
ureter
pelvis renis
kapsula ginjal
calyx minor
calyx mayor
papilla renalis
piramida renalis
korteks
medulla (bergaris)

2. Menggambar bagian-bagian ginjal beserta keterangannya.


Cara kerja Uji fisik urine
a. Pemeriksaan warna urine
1. Memasukkan kira-kira 10mL Urine probandus kedalam tabung reaksi
kemudian mengamati dengan cara menerawangkan tabung reaksi yang berisi
urine tersebut dari arah datangnya sember cahaya dan posisi tabung reaksi
agak dimiringkan.
2. Menyatakan warna urine tersebut dalam :
- Tidak berwarna
- Kuning
- Putih sperti susu
b. Pemeriksaan kejernihan urine
Melakukan langkah yang sama seperti pemeriksaan warna urine. Untuk
memeriksa kejernihan urine menyatakannya dengan :
- Jernih
- Agak keruh
- Keruh
- Sangat keruh
c. Pemeriksaan ph urine
1. Menaruh atau meletakkan urine pada tabung reaksi kemudian mengambil pH
stick dan mencelukan ke dalam urine tersebut, mengamati perubahan warnanya
dan mencatat pH nya.
E. HASIL PENGAMATAN
Gambar ginjal

Data uji fisik Urin

1
2

No

Nama
Desi Nugraheni
Fatkhi Nur

6
6

pH
Jernih
Jernih

Kekeruhan

Warna
Kuning muda
Kuning muda

Khoiriyah
Setya Ambar

Keruh

Kuning

Palupi
Nur Rohmah

Bening

kuning

Widayati
Mahardika

Jernih

Kuning muda

Agak keruh

Kuning tua

Nursejati
Fauzia Latifa

Agak keruh

Kuning tua

Putriani
Anes Devy

Jernih

Kuning muda

Anggraeni
Maryatul

Jernih

Coklat

10
11
12

Qibtiyah
Ratih Dewanti
Fitarahmawati
Rahmadiyono

7
7-8
5-6

Jernih
Agak keruh
Jernih

Kuning
Tidak berwarna
Kuning tua

13

Widodo
Olivia Kurnia

Jernih

Kuning

14
15
16
17
18

Hatami
Nilam Cahya N
Miftakhurohmah
Ruchyan Intani
Nurul Endah R
Ajeng Narulita

6
5,5
7
6
6

Agak keruh
Jernih
Jernih
Jernih
Jernih

kecoklatan
Kuning tua
Kuning muda
Kuning muda
Kuning muda
Kuning muda

19

Kusumas Tuti
Lanna Murpi

Jernih

Kuning muda

20
21
22

Pertiwi
Yosi Titriasari A
Dwi Astuti
Indah

5
6
6

Jernih
Agak keruh
Agak keruh

Kuning tua
Kuning tua
Kuning tua

23

Wardaniyati
Triajeng Nur

Jernih

Kuning muda

24

Amalia
An Nisaa

Jernih

Kuning tua

25

Rakhmi
Ayu Natasya F R 6

Jernih

Kuning tua

Himas
6

Nugraheni
Artika
Anindyani

F. PEMBAHASAN
Pada kegiatan pratikum sistem ekskresi ini terdapat dua macam kegiatan,
kegiatan pratikum yang pertama yaitu bagaimana mengamati struktur anatomi
makroskopi ginjal mammalia, dan kegiatan pratikum yang kedua yaitu mengenai
bagaimana mengamati warna, kejernihan, derajat keasaman (pH) urine. Tujuan dari
praktikum ini adalah mengamati struktur anatomi makroskopis ginjal mamalia dan
mengamati warna, kejernihan dan pH urine.
Kegiatan pengamatan makroskopis struktur morfologi dilakukan dengan
pembedahan ginjal mamalia dan mengamati dan mengidentifikasi strukturnya. Pada
kegiatan yang pertama tentang pengamatan struktur makroskopi ginjal kambing ini
diperluhkan alat dan bahan seperti bak parafin yang digunakan untuk meletakkan
ginjal kambing, skapel pinset, klem, penusuk, gunting yang digunakan utuk
mengguting atau memotong ginjal dan yang paling utama yaitu ginjal kambing segar.
Cara kerja yang pertama dilakukan yaitu mengamati struktur anatomi bagian
luar ginjal dengan seksama, kemudian membelah ginjal tersebut dan mengamati
bagian-bagiannya seperti arteri renalis, vena renalis, ureter, pelvis renis, kapsula
ginjal, calyx minor, calyx mayor, papilla renalis, piramida renalis, korteks dan
medulla (bergaris). Selanjutnya menggambar seluruh bagian dari ginjal tersebut dan
juga menggambar bagian-bagiannya.
Ginjal merupakan salah satu organ yang berbentuk seperti kacang pada
beberapa spesies hewan mammalia seperti kambing. Paling luar diselubungi oleh
jaringan ikat tipis yang disebut kapsula renalis. Pada ginjal mempunyai bagian
cekungan berwarna hitam yang disebut hilum. Selanjutnya melakukan pengamatan
bagian dalam. Pada bagian dalam, ginjal dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
bagian korteks, berwarna coklat terang, dan bagian medulla, bagian yang berwarna
lebih gelap. Selain itu, pada bagian paling dalam setelah medula disebut pelvis.
Setiap ginjal dilingkupi oleh selaput tipis yang disebut capsula fibrosa,
terdapat cortex renalis dibagian luar yang berwarna cokelat gelap dan medulla renalis
yang berwarna lebih terang dibandingka cortex renalis. Bagian medula berbentuk
kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kalyx yang
terdiri dari lubang-lubang kecil yang disebut papila renalis. Ginjal ini berperan
penting dalam sistem ekskresi, khususnya dalam pembentukan urine.
Proses ekskresi melalui ginjal berfungsi untuk mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme dan menjaga jumlah air dan ion yang masuk seibang. Ginjal yang
mempertahankan susunan kimia cairan tubuh melalui proses yaitu:
1. Filtrasi glomerulular, yaitu filtrasi plasma darah oleh glomerulus.

2. Reabsorpsi tubular, melakukan reabsorpsi secara selektif zat-zat seperti garam, air,
gula sederhana, asam amini darai tubulus ginjal ke kapiler peritubuler.
3. Sekresi tubuler, sekresi zat-zat dari kapiler darah lumen tubulus. Proses sekresi ini
mengikutsertakan penahan kalium, asam urat, amino organik dan ion hidrogen, yang
berfungsi untuk memperbaiki komponen buffer darah dan mengeluakan zat-zat yang
mungkin merugiakan.
Kegiatan kedua adalah uji fisik urine. Alat dan bahan yang digunakan pada
kegiatan pratikum yang kedua yaitu tabung reaksi sebanyak 1 buah untuk masingmasing naracoba untuk meletakkan urine dan urine dari setiap probandus. Terdapat
tiga langkah pada pengamatan urine ini yang pertama yaitu pemeriksaan warna urine
caranya yaitu memasukkan kira-kira 10mL urine probandus kedalam tabung reaksi
kemudian mengamati dengan cara menerawangkan tabung reaksi yang berisi urine
tersebut dari arah datangnya sember cahaya dan posisi tabung reaksi agak
dimiringkan. Selanjutnya menyatakan warna urine tersebut dengan melihat apakah
warna urine tersebut seperti tidak berwarna berwarna kuning ataukah berwarna putih
seperti susu.
Untuk pemeriksaan kejernihan urine caranya yaitu dengan melakukan langkah
yang sama seperti pemeriksaan warna urine. Untuk memeriksa kejernihan urine
menyatakannya dengan melihat urine apakah jernih, agak keruh, keruh maupun sangat
keruh. Untuk Pemeriksaan pH urine caranya yang pertama menaruh atau meletakkan
urine pada tabung reaksi kemudian mengambil pH stick dan mencelupkan ke dalam
urine tersebut, mengamati perubahan warnanya dan mencatat pH nya.
Dari hasil pemeriksaan fisik urine, didapatkan rata-rata jernih hingga bening,
berwarna kuning muda, kuning tua hingga coklat, dan agak keruh hingga keruh.
Menurut teori urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit
berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas warna
sesuai dengan konsentrasi urine; urine encer hampir tidak berwarna, urine pekat
berwarna kuning tua atau sawo matang.
Warna urine dapat menunjukan kelainan klinis pada pembentukan urine.
Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih),
urin kental berwarna kuning pekat. Urin yang berwarna kuning tersebut menunjukkan
bahwa urine dari probandus dalam keadaan normal. Warna kuning pada urine
dipengaruhi oleh zat warna empedu yang mengandung bilirubin dan biliverdin. Selain
itu, konsumsi makanan dan obat-obatan akan mempengaruhi warna urine.

Dalam praktikum ini hasil pemeriksaan fisik urine rata-rata dapat disimpulkan
hasil yang didapatkan adalah jernih, walaupun ada beberapa naracoba yang
mempunyai urine keruh. Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau
pengendapan urat (dalam urine asam) atau fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan juga
bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein dalam urin. Urine yang
jernih menunjukan bahwa urine probandus dalam keadaan normal. Urine yang tidak
normal biasanya keruh. Kekeruhan ringan pada urine disebut nubecula yang terdiri
dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat pula
disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol
penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh
chilus, bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.
Sedangkan untuk pH urine, rata-rata pH urine yang didapat dari seluruh
naracoba berjumlah 25 adalah 6. Sehingga semua urine probandus bersifat asam.
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat
memberi kesan tentang keadaan dalam badan. Menurut teori, urine biasanya asam
dengan pH kurang dari 6 (berkisar 4,7-8). Berarti semua urine probandus dalam
keadaan normal.
Bila masukan protein tinggi, urine menjadi asam sebab fosfat dan sulfat
berlebihan dari hasil katabolisme protein. Keasaman meningkat pada asidosis dan
pada demam. Urine menjadi alkali karena perubahan urea menjadi amonia dan
kehilangan CO2 di udara. Urine menjadi alkali pada alkalosis seperti setelah banyak
muntah. Semakin rendah pH urine (konsentrasi ion hodrogen semakin besar), maka
semakin cepat pula amonia akan berdifusi ke dalam urine. Jadi pembentukan amonia
sangat meningkat pada asidosis metabolik dan dapat diabaikan pada alkalosis.
Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk
ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam,
sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi
atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa. Dalam pengobatan batu karbonat atau
kalsium fosfat urin dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah terbentuknya
batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya dipertahankan basa. Berikut ini adalah
keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine :
1. pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih
(Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi
alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.

2. pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis


sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau
metabolic memicu pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi NH4+), terapi
pengasaman.

G.

KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum mengenai pengamatan struktur morfologi ginjal
dan pemeriksaan sifat fisik urinevdapat disimpulkan bahwa struktur morfologi dari
ginjal mammalia yang dapat teramati yaitu:
1. arteri renalis
2. vena renalis
3. ureter
4. pelvis renis
5. kapsula ginjal
6. calyx minor
7. calyx mayor
8. papilla renalis
9. piramida renalis
10. korteks
11. medulla
Sementara pada pemeriksaan sifat fisik urine, dari semua sampel urine
naracoba
rata-rata menunjukkan sifat urine yang normal. pH urin normal berkisar antar 4,5 -8,0 atau pH asam dibawah 6 dengan warna kuning jernih (tidak ada endapan).

H.

DAFTAR PUSTAKA
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II. Jakarta : EGC.
Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid
Tiga. Jakarta:Penerbit Erlangga.
Nurcahyo, Heru. 2015. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan Dasar. Yogyakarta:
FMIPA UNY.
Pearce, Evelyn. 1993. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia.
Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: UM press.

Anda mungkin juga menyukai