Anda di halaman 1dari 15

SISTEM KARDIOVASKULER

KEGIATAN 4
UJI GOLONGAN DARAH DAN MENENTUKAN WAKTU KOAGULASI DARAH
A. TOPIK
Uji Golongan Darah dan Menentukan Waktu Koagulasi Darah
B. TUJUAN
1. Menentukan golongan darah dengan sistem ABO
2. Menentukan waktu koagulasi darah.
C. DASAR TEORI
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan tingkat tinggi) yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme,
dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah manusia adalah
cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan
oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi,
mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun
sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormonhormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.
Sebagian besar gen yang ada dalam populasi sebenarnya hadir dalam lebih
dari dua bentuk sel. Golongan darah ABO pada manusia merupakan satu contoh dari
alel berganda dari sebuah gen tunggal. Ada empat kemungkinan fenotipe untuk
karakter ini. Golongan darah seseorang mungkin A, B, AB atau O. Huruf-huruf ini
menunjukkan dua karbohidrat, substansi A dan substansi B, yang mungkin ditemukan
pada permukaan sel darah merah. Kesesuaian golongan darah sangatlah penting
dalam transfusi darah. Jika darah donor mempunyai factor (A atau B) yang dianggap
asing oleh resipien, protein spesifik yang disebut antibody yang diproduksi oleh
resipien akan mengikatkan diri pada molekul asing tersebut sehingga menyebabkan
sel-sel darah yang disumbangkan menggumpal (Campbell, 2003).
1. Golongan darah sistem ABO
Penggolongan darah dengan sistem ABO ditemukan oleh Landsteiner yang
merupakan sistem penggolongan darah berdasarkan antigen/aglutinogen yaitu A,B
dan H/O. Dalam sistem ini darah dibagi menjadi 4 golongan yaitu golongan A,B,AB
dan O. Antigen A dan antigen B juga ditemukan dalam jaringan, kelenjar liur, saliva,
pankreas, ginjal, hati, paru-paru, testis, semen dan cairan amnion. Antibodi terhadap
aglutinogen dinamakan aglutinin. Antibodi terdapat di alam (diturunkan) dengan

cara mencampur sel-sel darah merah dari individu lain atau lebih dikenal dengan
transfusi darah.
Sistem penggolongan darah ABO ditentukan oleh antigen A, B dan H/O.
Golongan darah A jika mempunyai aglutinogen (antigen) A dan aglutinin beta ().
Golongan darah B jika mempunyai aglutinogen (antigen) B dan aglutini alfa ().
Golongan darah AB jika mempunyai aglutinogen A dan B serta tidak memiliki
aglutinin. Golongan darah O jika tidak mempunyai aglutinogen dan aglutinin.
Aglutinin dalam plasma merupakan gamma globulin seperti halnya dengan
antibodi lainya yang dihasilkan oleh sel-sel sama yang menghasilkan antibodi setiap
antigenya. Antigen A dan B dalam jumlah sedikit maasuk ke dalama tubuh melalui
makanan, bakteri, atau dengan cara lain. Zat ini mengawali pembentukan aglutinin
anti A dan aglutinin anti B. Bayi baru lahir mempunyai aglutinin sedikit, hal ini
menunjukan bahwa pembentukan aglutinin terjadi setelah lahir.
Selain itu, masih terdapat sistem penggolongan darah lainnya yaitu Lewis.
Antigen Lewis yaitu Le-, Le- yang terdapat di dalam plasma darah. MN grup
berdasarkan adanya protein glikoporin. Glikoporon A untuk golongan M dan
glikoporin B untuk golongan N. Demikian juga golongan Rh+ dan Rh-.
Golongan darah A, B, AB dan O mempunyai arti sangat penting dalam
transfusi darah kerena adanya interaksi antigen-antibodi dari pemberi darah (donor)
dengan penerima darah (resipien) yang dapat menimbulkan penggumpalan
(aglutinasi). Penggumpalan terjadi bila antigen A bertemu dengan anti-A dan antigen
B bertemu dengan anti-B.
Kedua antigen yang telah diuraikan di atas diwariskan oleh satu seri alel. Alel
itu diberi simbol I (berasal dari kata Isoaglutinin, suatu protein yang terdapat pada
permukaan sel eritrosit). Orang yang membentuk antigen-A mempunyai alel IA,
yang mampu membentuk antigen-B mempunyai alel IB, sedangkan yang tidak
mampu membentuk antigen sama sekali mempunyai alel resesif ii.
a. Golongan Darah A
Seseorang dengan golongan darah A berarti dalam membran eritrositnya
mengandung antigen A, plasma darah golongan darah A mengandung antibodi
anti B. Golongan darah tipe ini aman ditransfusi ke golongan darah A dan AB
serta aman ditransfusi dari golongan darah A dan O. Pada percobaan ini dengan
sistem ABO, golongan darah dapat diketahui dengan cara diberi anti A atau
anti B. Jika dia tidak menggumpal dengan anti B maka sudah bisa dipastikan
golongan darah tersebut adalah golongan darah A. Tidak terjadinya

penggumpalan ini adalah karena dalam golongan darah A memiliki antibodi


jenis anti B dalam plasmanya
b. Golongan Darah B
Seseorang dengan golongan darah B berarti dalam membran eritrositnya
mengandung antigen B, plasma darah golongan darah B mengandung antibodi
anti A. Golongan darah tipe ini aman ditransfusi ke golongan darah B dan AB
serta aman ditransfusi dari golongan darah B dan O. Pada percobaan ini dengan
sistem ABO, golongan darah dapat diketahui dengan cara diberi anti A atau
anti B. Jika dia tidak menggumpal dengan anti A maka sudah bisa dipastikan
golongan darah tersebut adalah golongan darah B. Tidak terjadinya
penggumpalan ini adalah karena dalam golongan darah B memiliki antibodi
jenis anti A dalam plasmanya.
c. Golongan Darah AB
Seseorang dengan golongan darah AB berarti dalam membran eritrositnya
mengandung antigen A dan B, plasma darah golongan darah AB tidak memiliki
mengandung antibodi anti A maupun anti B. Golongan darah tipe ini aman
ditransfusi ke golongan darah AB karena eritrositnya mengandung antigen A
dan B sehinggga bila ditransfusikan kepada orang bergolongan darah lain maka
eritrosinya akan diserang oleh antibodi anti A dan atau anti B resipiennya.
Golongan ini juga aman ditransfusi dari semua golongan darah (A, B, AB dan
O) karena tidak adanya antibodi anti A maupun anti B dalam plasma darahnya
sehingga dia tidak mungkin menyerang antigen pendonornya. Oleh karena tipe
ini aman ditransfusi dari semua golongan darah maka tipe ini disebut resipien
universal. Pada percobaan ini dengan sistem ABO, golongan darah dapat
diketahui dengan cara diberi anti A atau anti B. Jika dia menggumpal dengan
anti A maupun anti B maka sudah bisa dipastikan golongan darah tersebut
adalah golongan darah AB. Terjadinya penggumpalan ini adalah karena dalam
golongan darah AB tidak memiliki antibodi jenis anti A dan anti B dalam
plasmanya.
d. Golongan Darah O
Golongan darah ini merupakan kebalikan dari golongan darah AB. Seseorang
dengan golongan darah O berarti dalam membran eritrositnya tidak
mengandung antigen A dan atau antigen B, plasma darah golongan darah O
memiliki mengandung antibodi anti A dan anti B. Golongan darah tipe ini aman
ditransfusi ke semua golongan darah (donor universal) karena eritrositnya tidak

mengandung antigen A dan B sehinggga bila ditransfusikan kepada orang


bergolongan darah lain maka eritrosinya tidak akan diserang oleh antibodi anti
A dan atau anti B resipiennya. Golongan ini hanya aman ditransfusi dari
golongan darah O saja karena bila dia menerima golongan darah dari tipe lain
maka antibodi anti A dan anti B dalam plasma darahnya akan menyerang
antigen A maupun antigen B dalam eritrosit yang datang. Pada percobaan ini
dengan sistem ABO, golongan darah dapat diketahui dengan cara diberi anti
A atau anti B. Jika dia tidak menggumpal dengan anti A maupun anti B maka
sudah bisa dipastikan golongan darah tersebut adalah golongan darah O. Tidak
terjadinya penggumpalan ini adalah karena dalam golongan darah O memiliki
antibodi jenis anti A dan anti B dalam plasmanya
2. Koagulasi darah
Koagulasi darah adalah transformasi darah dari sifat solution menjadi
bentuk gel. Bentukan suatu bekuan di sumbat trombosit akan memperkuat dan
menunjang sumbatan tersebut dapat menutupi lubang di pembuluh. Koagulasi
merupakan mekanisme homeostatik yang difungsikan dalam proses koagulasi
darah. Reaksi dasar koagulasi darah adalah perubahan protein plasma yang larut
(fibrinogen) dari fibrin yang bersifat tidak larut. Proses tersebut memerlukan
pengeluaran 2 pasang peptide 4c dari setiap molekul fibrinogen. Bagian yang
tersisa (fibrin monomer) kemudian akan berpolimerasi rerga-, fibrin monomer
lainnya membentuk fibrin.
Bila pembuluh darah dipotong atau dirobek, sangat penting untuk
menghentikan keluarnya darah dari system sebelum berakhir dengan kegoncangan
atau kematian. Pemadatan atau pembekuan darah mampu menghentikan semua
perdarahan ini kecuali pada pembuluh darah yang rusak keeping darah melekat
pada permukaan dalam dinding pembuluh tersebut. Pembuluh darah dan sel-sel
darah rusak di daerah ini melepaskan bahan bersifat lemak yang diaktifkan oleh
protein-protein

tertentu

(faktor

pembekuan)

di

dalam

darah

membentuk

tromboplastin. Dengan adanya ion kalsium dan faktor pembeku tambahan


protombin (suatu globulin serum yang di buat terus menerus oleh hati) menjadi
trombin (Kimball, 1983 : 536).
Menurut Campbell (2003), proses penggumpalan darah dimulai ketika
endothelium pembuluh MisaK akibat adanya luka dan jaringan ikat pada dinding

terpapar ke darah. Trombosit menempel ke wa'. Kolagen dalam jaringan ikat


tersebut dan mengeluarkan fibrinogen yang membuat trombosit riaur-a berdekatan
dan menjadi lengket, Trombosit selanjutnya membentuk sumbat yang memberikan
reriindungan darurat sehingga tidak terjadi kehilangan darah. Penutupan ini
diperkuat oleh gumpalan.
Trombin adalah suatu enzim yang dapat mengubah fibrinogen menjadi
benang fibrin (yang dperiukan untuk terjadinya proses koagulasi darah), Selain
itu, trombin juga berfungsi untuk : mengaktifkan factor Xlil (fibrin stabilizing
factor, untuk menstabilkan jaringan fibrin yang sudah terbentuk); meningkatkan
agregasi trombosit; sebagai umpan balik positif pada peristiwa pembentukan
trombin selanjutnya. Berikut ini adalah faktor-faktor koagulasi darah:
Faktor I. Fibrinogen
Faktor II. Prothrombin
Faktor III. Thromboplastin
Faktor IV. Calcium
Faktor V. Proaccelerin labile factor ( accelerator globulin)
Faktor VI.
Faktor VII. Proconvertin
Faktor VIII. Antihemofilic factor A (antihemofili globulin)
Faktor IX. Plasma thromboplastin component (PTC antihemofili B /
Chrismass Factor)
Faktor X. Stuart proyer factor
Faktor XI. Plasma thromboplastin anteccedent (PTA antihemofili C)
Faktor XII. Hageman Factor (glass factor)
Faktor XIII. Fibrin stablizing factor
Pembekuan atau penggumpalan darah atau disebut juga koagulasi terjadi
apabila darah ditampung dan di biarkan begitu saja, akan terjadi suatu massa yang
menyerupai gel yang kemudian menjadi massa yang memadat dengan meninggalkan
cairan jernih yang disebut serum darah. Kumpulan ini terjadi dari filament-filamen
fibria yang mengikat sel darah merah. Sel darah merah platelef (Hoffbrand, 1987 :
206).
Proses pembekuan darah yang normal mempunyai 3 tahap yaitu
1. Fase koagulasi

Koagulasi diawali dalam keadaan homeostasis dengan adanya cedera vascular.


Vasokonstriksi merupakan respon segera terhadap cedera, yang diikuti dengan
adhesi trombosit pada kolagen pada dinding pembuluh yang terpajan dengan
cedera. Trombosit yang terjerat di tempat terjadinya luka mengeluarkan suatu
zat yang dapat mengumpulkan trombosit-trombosit lain di tempat tersebut.
Kemudian ADP dilepas oleh trombosit, menyebabkan agregasi trombosit.
Sejumlah kecil trombin juga merangsang agregasi trombosit, bekerja
memperkuat reaksi. Trombin adalah protein lain yang membantu pembekuan
darah. Zat ini dihasilkan hanya di tempat yang terluka, dan dalam jumlah yang
tidak boleh lebih atau kurang dari keperluan. Selain itu, produksi trombin harus
dimulai dan berakhir tepat pada saat yang diperlukan. Dalam tubuh terdapat
lebih dari dua puluh zat kimia yang disebut enzim yang berperan dalam
pembentukan trombin. Enzim ini dapat merangsang ataupun bekerja sebaliknya,
yakni menghambat pembentukan trombin. Proses ini terjadi melalui
pengawasan yang cukup ketat sehingga trombin hanya terbentuk saat benarbenar terjadi luka pada jaringan tubuh. Factor III trombosit, dari membrane
trombosit juga mempercepat pembekuan plasma. Dengan cara ini, terbentuklah
sumbatan trombosit, kemudian segera diperkuat oleh protein filamentosa
(fibrin). (Sylvia A.Price &Lloraine M.Wilson.,2003)
2. Penghentian pembentukan bekuan
Setelah pembentukan bekuan, sangat penting untuk melakukan pengakhiran
pembekuan darah lebih lanjut untuk menghindari kejadian trombotik yang tidak
diinginkan.yang

disebabkan

oleh

pembentukan

bekuan

sistemik

yang

berlebihan. Antikoagulan yang terjadi secara alami meliputi antitrombin III (kofaktor heparin), protein C dan protein S. Antitrombin III bersirkulasi secara
bebas di dalam plasma dan menghambat sistem prokoagulan, dengan mengikat
trombin serta mengaktivasi faktor Xa, IXa, dan XIa, menetralisasi aktivitasnya
dan menghambat pembekuan. Protein C, suatu polipeptida, juga merupakan
suatu antikoagulan fisiologi yang dihasilkan oleh hati, dan beredar secara bebas
dalam bentuk inaktif dan diaktivasi menjadi protein Ca. Protein C yang
diaktivasi menginaktivasi protrombin dan jalur intrinsik dengan membelah dan
menginaktivasi faktor Va dan VIIIa. Protein S mempercepat inaktivasi faktorfaktor itu oleh protein protein C. Trombomodulin, suatu zat yang dihasilkan
oleh dinding pembuluh darah, diperlukan untuk menimbulkan pengaruh

netralisasi yang tercatat sebelumnya. Defisiensi protein C dan S menyebabkan


spisode trombotik. Individu dengan faktor V Leiden resisten terhadap degradasi
oleh protein C yang diaktivasi. (Sylvia A.Price &Lloraine M.Wilson.,2003.)
3. Resolusi bekuan
Sistem fibrinolitik merupakan rangkaian yang fibrinnya dipecahkan oleh
plasmin (fibrinolisin) menjadi produk-produk degradasi fibrin, menyebabkan
hancurnya bekuan. Diperlukan beberapa interaksi untuk mengubah protein
plasma spesifik inaktif di dalam sirkulasi menjadi enzim fibrinolitik plasmin
aktif.

Protein

dalam

bersirkulasi,

yang

dikenal

sebagai

proaktivator

plasminogen, dengan adanya enzim-enzim kinase seperti streptokinase,


stafilokinase, kinase jaringan, serta faktor XIIa, dikatalisasi menjadi aktivator
plasminogen. Dengan adanya enzim-enzim tambahan seperti urokinase, maka
aktivator-aktivator mengubah plasminogen, suatu protein plasma yang sudah
bergabung dalam bekuan fibrin, menjadi plasmin. Kemudian plasmin
memecahkan fibrin dan fibrinogen menjadi fragmen-fragmen (produk degradasi
fibrin-fibrinogen), yang mengganggu aktivitas trombin, fungsi trombosit, dan
polimerisasi fibrin, menyebabkan hancurnya bekuan. Makrofag dan neutrofil
juga berperan dalam fibrinolisis melalui aktivitas fagositiknya (Sylvia A.Price
&Lloraine M.Wilson.,2003).
Faktor-faktor koagulasi darah :
1. Kekurangan faktor pembeku darah (Pembekuan aktivtor protrombin)
2. Kekurangan vitamin K
3. Mengidap penyakit ex: hemofili
4. Faktor keturunan
5. Keseimbangan antara zat prokoagulan (mempermudah pembekuan) dan
antikoagulan (menghambat pembekuan darah)

Protrombin

Ca2+

Aktivator Protrombin

Trombin

Fibrinogen

Fibrinogen monomer
Ca2+
Benang-benang fibrin

Trombin

Faktor Stabilisasi fibrin

Yang teraktivasi Benang fibrin yang saling berikatan

D. METODE PRAKTIKUM
Jenis kegiatan
: Observasi
Objek pengamatan : Darah Probandus
Alat dan Bahan
:
Alat yang digunakan untuk uji golongan darah istem ABO :
1. Kapas
2. Alcohol
3. Obyek gelas 2 buah
4. Tusuk gigi beberapa batang
5. Serum anti-A dan serum anti-B
6. Larutan garam fisiologis.
7. Blood lancet steril (disposable)
Alat untuk koagulasi darah :
1. Kaca obyek 1 buah
2. Jarum pentul
3. Blood lancet steril
4. Kapas
5. Alcohol
Bahan
Darah probandus
Cara Kerja
:
Cara pengujian golongan darah dengan sistem ABO
1. Menyiapkan kaca obyek dan membersihkan kemudian memberi tanda
lingkaran sebanyak 2 bauah dengan spidol.
2. Mesterilkan kulit jari tengah atau jari manis dengan kapas alkohol,
membiarkan sampai mengering.

3. Menusuk jari tengah atau jari manis naracoba dengan menggunakan Blood
lancet steril (disposable) sehingga darah keluar dan meneteskan pada masingmasing bulatan satu tetes darah pada kaca obyek yang telah dipersiapkan di
atas.
4. Uji tetes pertama dengan serum anti-A, tetse darah kedua dengan serum anti-B
kemudian mengaduk dengan menggunakan pengaduk (dari batang tusuk gigi
atau korek api), asalkan ujung yang telah digunakan untuk mengaduk tidak
dipergunakan untuk mengaduk lagi. Mengamati pada masing-masing tetes
darah, apakah terjadi aglutinasi atau tidak, kemudian menentukkan apakah
jenis golongan darah naracoba tersebut.
Cara menentukan koagulasi darah
1. Mesterilkan kulit jari tengah atau jari manis dengan kapas alkohol,
membiarkan sampai mengering.
2. Menusuk jari tengah atau jari manis naracoba dengan menggunakan Blood
lancet steril (disposable) sehingga darah keluar.
3. Meneteskan satu tetes darah pada kaca obyek yang telah dipersiapkan,
kemudian setiap 30 detik sekali melakukan tusukan dengan menggunakan
tusuk gigi pada tetesan darah tadi.
4. Mengamati adanya benang-benang fibrin, jika ada mencatat waktunya.
Waktunya tersebut merupakan waktu koagulasi darah.

E. HASIL PRAKTIKUM
No

Nama

Anti A

Anti B

Triajeng Nur Amalia

Menggumpal

An Nissa Rakhmi

Menggumpal

3
4

Ayu Natasha
Ferdiantika Ratri
Ruchyan Intani

Miftakhurohmah

Dwi Astuti

Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak

Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak

Golongan
Darah
A
A

Waktu
Koagulasi
30 detik ke10
30 detik ke-8

30 detik ke-8

B
O

30 detik k35
30 detik ke-8

30 detik ke-8

12

Yosi Titriasari
Arummadewi
Desi Nugraheni

13

Fatkhi Nur Khoiriyah

14

Setya Ambar Palupi

menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Menggumpal

15

Nur Rohmah Widayati

Menggumpal

16

Anes Devy Anggraeni

17

19

Artika Anindyani Nur


Sejati
Mahardika Himas
Nugraheni
Maryatul Qibtiyah

20

Ratih Dewanti

21

Olivia Kurnia Qatami

22
23

Nilam Cahya
Nugraheni
Fita Rahmawati

24

Rahmadiyono Widodo

25

Fauzia Latifa Putriani

Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal

Indah wardaniyati

Ajeng Narulita
Kusumas Tuti
Nurul Endah
Rahmawati
Lannna Murpi Pertiwi

9
10
11

18

Presentase :
a. Golongan darah A =

4
x 100 = 16%
25

menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Menggumpal

30 detik ke-7

30 detik ke-1

O
B

30 detik ke1
30 detik ke-7

Menggumpal

30 detik ke-7

Menggumpal

30 detik ke-6

Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Menggumpal

30 detik ke-5

A
A

30 detiik ke7
30 detik ke-8

30 detik ke-3

Menggumpal

30 detik ke-1

Menggumpal

30 detik ke-1

Tidak
menggumpal
Menggumpa
l
Tidak
menggumpal
Tidak
menggumpal
Menggumpal

30 detik ke-8

30 detik ke-5

30 detik ke-2

30 detik ke-2

30 detik ke-3

Tidak
menggumpal
Menggumpal

30 detik ke-2

30 detik ke-8

b. Golongan darah B =

10
x 100 =40
25

c. Golongan darah O =

11
x 100 =44
25

d. Golongan darah AB = 0%

F. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan golongan darah dengan sistem
ABO dan menentukan waktu koagulasi darah. Alat dan bahan yang digunakan
yaitu blood lancet steril (disposable), kapas, alkohol, object glass, tusuk gigi, serum
anti-A dan serum anti-B. Prosedur kerja yang dilakukan antara lain mensterilkan
ujung jari tengan atau jari manis dengan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan
hingga kering. Kemudian menusuk ujung jari dengan blood lancet steril (disposable)
sehingga darah keluar dan meneteskan pada object glass sebanyak 3 tetes berbeda.
Uji tetes pertama dengan serum anti-A, tetes kedua dengan serum anti-B, kemudian
diasuk ketiganya. Untuk tetes ketiga, diamati setiap 30 detik hingga diketahui waktu
koagulasinya.
Dalam tubuh manusia terdapat tiga jenis golongan darah yaitu golongan darah
ABO, golongan darah Rhesus (Rh), dan golongan darah MN. Tetapi cara pengujian
golongan darah yang paling umum dilakukan adalah dengan sistem ABO. Golongan
darah manusia dapat digolongkan menjadi empat kelompok. Pengelompokan ini
berdasarkan ada tidaknya suatu zat dalam sel darah merah yang disebut dengan
aglutinogen atau antigen. Aglutinin ada 2 macam, yaitu aglutinogen A dan
aglutinogen B.
Apabila antigen-A bertemu dengan anti-A, demikian juga antigen-B bertemu
dengan anti B, maka darah akan menggumpal dan terjadi hemolisis atau pemecahan
sel darah merah. Sehingga dalam melakukan tranfusi darah baik donor maupun
resipien

harus

diperiksa

terlebih

dahulu

golongan

darahnya

berdasarkan

penggolongan darah ABO. Proses penggumpalan yaitu sebagai berikut, aglutinin


melekatkan dirinya pada darah karena aglutinin bivalen. Satu aglutinin pada saat

yang sama dapat mengikat dua sel darah merah sehingga menyebabkan sel melekat
satu sama lain dan menggumpal.
Berdasarkan data hasil percobaaan pengujian golongan darah dari seluruh
naracoba dikelas Pendidikan Biologi Internasional 2013 diketahui bahwa terdapat
tiga macam golongan darah di kelas:
1. Golongan darah A berarti pada sel darah merahnya mengandung aglutinogen
A (antigen A) dan aglutinin beta (), sebanyak 16%.
2. Golongan darah B berarti mengandung aglutinogen B (antigen B) dan
aglutinin alfa (), sebanyak 40%
3. Golongan darah O berarti dalam sel darah merahnya tidak mengandung
aglutinogen (antigen A dan B) dan aglutinin, sebanyak 44%
Pengujian golongan darah menggunakan sistem ABO dapat dilakukan
dengan cara meneteskan darah naracoba pada gelas objek sebanyak 2 tetes pada
tempat yang berbeda, kemudian tetes pertama diberi anti A dan untuk tetes kedua
diberi anti B. Jika tetes darah pertama menggumpal dan tetes darah kedua tidak
menggumpal maka naracoba tersebut bergolongan darah B. Jika tetes darah pertama
tidak menggumpal dan tetes darah kedua menggumpal maka naracoba tersebut
bergolongan darah A. Bila keduanya tidak menggumpal maka naracoba tersebut
bergolongan darah O. Jika kedua-duanya menggumpal, maka naracoba tersebut
bergolongan darah AB. Penggumpalan darah disebut dengan aglutinasi.
Golongan darah lebih ditentukan oleh faktor genetis oleh karena itu salah
satu manfaat tes golongan darah yaitu menentukan hubungan keluarga, dan tranfusi
darah. Dalam trafusi darah dari satu orang ke orang lain, darah donor dengan darah
penerima dalam keadaan normal. Klasifikasi golongan darah tergantung pada ada
atau tidaknya kedua aglutinogen.
Kegiatan kedua pada praktikum ini adalah mengetahui waktu koagulasi
darah. Pada kegiatan pratikum yang kedua bahan dan alat yang digunakan untuk
menentukkan waktu koagulasi darah yaitu seperti

kata obyek 1 buah untuk

meletakkan sampel darah, jarum pentul atau batang tusuk gigi untuk menggaduk
perlahan-lahan, blood lancet steril (disposable) serta kapas alkohol.
Langkah kerja yang pertama yang harus dilakukan yaitu mesterilkan kulit
jari tengah atau jari manis dengan kapas alkohol, membiarkan sampai mengering.
Kemudian menusuk jari tengah atau jari manis naracoba dengan menggunakan
Blood lancet steril (disposable) sehingga darah keluar. Selanjutnya meneteskan satu

tetes darah pada kaca obyek yang telah dipersiapkan, kemudian setiap 30 detik
sekali melakukan tusukan dengan menggunakan tusuk gigi pada tetesan darah tadi.
Dan kemudian mengamati adanya benang-benang fibrin, jika ada kemudian
mencatat waktunya. Waktu yang diperoleh tersebut merupakan waktu koagulasi
darah.
Teori koagulasi darah menurut Morowitz (1904) yaitu pada peristiwa
pendarahan, maka jaringan yang robek (rusak) akan menyebabkan trombosit pecah
dan membebaskan tromboplastin kemudian tromboplastin dan ion Ca mengaktifkan
protrombin menjadi trombin. Trombin tersebut akan mempengaruhi perubahan
fibrinogen menjadi benang-benang fibrin, sehingga menutup jaringan yang rusak.
Proses yang mengawali pembentukan bekuan fibrin sebagai respons
terhadap cedera jaringan dilaksanakan oleh lintasan ekstrinsik. Lintasan intrinsic
pengaktifannya berhubungan dengan suatu permukaan yang bermuatan negative.
Lintasan intrinsic dan ekstrinsik menyatu dalam sebuah lintasan terkahir yang sama
yang melibatkan pengaktifan protrombin menjadi thrombin dan pemecahan
fibrinogen yang dikatalis thrombin untuk membentuk fibrin. Pada peristiwa diatas
melibatkan macam jenis protein yaitu dapat diklasifikaskan sebagai berikut:
a. Zimogen protease yang bergantung pada serin dan diaktifkan pada proses
koagulasi
b. Kofaktor
c. Fibrinogen
d. Transglutaminase yang menstabilkan bekuan fibrin
e. Protein pengatur dan sejumla protein lainnya
Pada hasil praktikum pada seluruh naracoba tersebut rata-rata waktu
koagulasi darah dari naracoba kelas Pendidikan Biologi Internasional 2013 adalah
30 detik ke-8. Waktu tercepat koagulasi darah adalah 30 detik ke-1 dan waktu
terlama koagulasi darah adalah 30 detik ke-10.
Proses koagulasi dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Suhu
Koagulasi merupakan proses kimia yang melibatkan enzim. Apabila suhu rendah,
maka koagulasi akan lamban. Sedangkan apabila suhu tinggi, maka koagulasi
akan cepat.
2. Pengocokan
Apabila darah dikocok dengan perlahan, maka koagulasi akan dipercepat,
sedangkan kalau dikocoknya keras maka koagulasi akan diperlambat.

3. Luas permukaan kontak


Semakin luas permukaan kontak, maka koagulasi akan dipercepat dan semakin
sempit permukaan kontak maka koagulasi akan diperlambat.

G. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pengujian golongan darah dapat dilakukan dengan system ABO, yaitu berdasarkan
terjadinya aglutinasi atau tidak. Presentase golongan darah yang teramati di kelas
Pendidikan Biologi Internasional 2013 adalah:
a. Golongan darah A =

4
x 100 = 16%
25

b. Golongan darah B =

10
x 100 =40
25

c. Golongan darah O =

11
x 100 =44
25

d. Golongan darah AB = 0%
Golongan darah dapat ditentukan:
- Golongan darah A berarti pada sel darah merahnya mengandung aglutinogen
-

A (antigen A) dan aglutinin beta ().


Golongan darah B berarti mengandung aglutinogen B (antigen B) dan

aglutinin alfa ().


Golongan darah AB berarti mengandung aglutinogen (antigen A dan B) dan
tidak mempunyai aglutinin.

Golongan darah O berarti dalam sel darah merahnya tidak mengandung


aglutinogen (antigen A dan B) dan aglutinin.
Koagulasi adalah peristiwa menggumpalnya darah dengan tujuan untuk

menghindari kehilangan darah saat terjadi luka. Saat peristiwa pendarahan, maka

jaringan yang robek (rusak) akan menyebabkan trombosit pecah dan membebaskan
tromboplastin kemudian tromboplastin dan ion Ca mengaktifkan protrombin menjadi
trombin. Trombin tersebut akan mempengaruhi perubahan fibrinogen menjadi
benang-benang fibrin, sehingga menutup jaringan yang rusak. Pada hasil praktikum
pada seluruh naracoba tersebut rata-rata waktu koagulasi darah dari naracoba kelas
Pendidikan Biologi Internasional 2013 adalah 30 detik ke-8. Waktu tercepat koagulasi
darah adalah 30 detik ke-1 dan waktu terlama koagulasi darah adalah 30 detik ke-10.

H. DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A., J. B. Reece & L. G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi Keloma Jilid 1.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Ganong, W. F., 2001, Fisiologi kedokteran, penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.
Kimball, J.W. 1983. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Nurcahyo, Heru. 2015. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan Dasar. Yogyakarta:
FMIPA UNY.
Pearce, Evelyn. 1993. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia.
Sadikin,M., 2001 Biokimia Darah. Widya Medika: Jakarta
Sturkie, P. D. and P. Griminger. 1976. Blood: Physical Characteristics, Formed
Wulangi, S. Kartolo. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta: Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai