Drop Paracetamol
Kelompok 3
Destia C.H`
904008
Nursela Hijriani
201110410311112
201110410311115
201110410311136
Aprilia Widyastuti
201110410311143
201110410311153
Dewi Ratnawati
201110410311167
Irsita Trisiyana P.
201110410311173
201110410311236
Siti Robiatul
201110410311237
Rizkie Zaqiyah
201110410311255
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi Parasetamol
Parasetamol adalah metabolit aktif dari fenasetin yang bertanggungjawab
akan efek analgesiknya. Merupakan penghambat prostaglandin lemah dalam jaringan
perifer dan tidak memiliki efek inflamasi yang signifikan. Efek antipiretik
ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Parasetamol mengandung tidak kurang dari
98% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2 di hitung zat yang telah dikeringkan.
Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen,
Parasetamol tidak memiliki sifat anti radang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam
obat jenis NSAID. Parasetamol tidak menimbulkan iritasi pada lambung atau
mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arterious pada janin.
a. Karakteristik Parasetamol
Sinonim
: N-Acetil-P-Aminofenol, Acetaminofen
BM
: 151,16
Kemurnian
dari 101%C8H9NO2
Efek teraupetik
: Analgesik, antipiretik
Pemerian
Warna
: Putih
Bau
: tidak berbau
Rasa
: Pahit
Bentuk Kristal
Titik Lebur
: 163 0 c 172 0 c
Higroskopisitas
: tidak higroskopis
Kelarutan menurut ( FI III, 37) : larutan dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian
etanol(95%)P, dalam 40 bagian Gliserol P, dan 9 bagian propilenglikol.
Kelarutan menurut (FI IV,649) : Larut dalam air mendidih, dan dalam NaOH
1 N, mudah larut dalam etanol.
Stabilitas
Bahan Padat :
Terhadap Suhu
: stabil
Terhadap Cahaya
: tidak stabil
Bahan Larutan :
Terhadap pelarut
: stabil
f. Higroskopisitas
Pka
Nama Kimia
N Asetil 4 aminofenol
agak sukar larut dalam eter, larut dalam larutan alkali hidroksida membentuk
larutan jenuh dalam air dengan pH 5,1 sampai 6,5.
h. Khasiat dan Penggunaan : analgetikum dan antipiretikum
i. Penyimpanan
j. Titik Lebur
k. Stabilitas :
Parasetamol sangat stabil dalam aquades. Waktu paruhnya yang di dapar
pada pH 6 diperkirakan 21,8 tahun; degradasi dikatalisis oleh asam dan basa dan
waktu paruhnya 0,73 tahun pada pH 2 dan 2,28 tahun pada pH 9. Hasil
degradasinya adalah P-amini fenol dan asam asetat (Martindale: Ekstra
Pharmacopeia 28th ed)
Dalam larutan, Parasetamol membutuhkan proteksi dari cahaya. Dalam
keadaan kering Parasetamol murni stabil pada temperatur sampai 45C. Jika hasil
hidrolisis parasetamol P aminofenol terdapat sebagai contaminan atau sebagai
hasil pemaparan kondisi yang lemah. P aminofenil dapat terdegradasi dengan
oksidasi pada Quinnonimine. Parasetamol relatif stabil terhadap oksidasi. (The
pharmaceutical Codex)
Hidrolisis parasetamol baik yang di katalisis oleh asam maupun basa
mengikuti reaksi orde 1 karena dipengaruhi oleh satu reaktan. Degradasi
Parasetamol tergantung pada konsentrasi dan tidak berikatan dengan kekuatan
ionik.
Farmakologi
Parasetamol merupakan salah satu derivat aminofenol. Derivat Paminofenol yang lain adalah fenasetin. Asetaminofen merupakan metabolit
fenasetin, parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik
yang sama. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen.
Parasetamol di Indonesia lebih dikenal dengan nama Parasetamol dan tersedia
dalam obat bebas. Walaupun demikian laporan kerusakan fatal hepar akibat
Efek Samping
Reaksi
alergi
terhadap
derivat
para-aminofenol
jarang
terjadi.
Manisfestasinya berupa aritema atau urtikaria dan gejala yang lebih berat
berupa demam dan lesi pada mukosa penggunaan semua jenis analgesik dosis
besar secara menahun terutama dalam kombinasi berpontensi menyebabkan
nefropati analgesik.
Toksisitas Akut
Akibat dosis toksik yang paling sering ialah nekrosis hati. Nekrosis tubuh
renalis serta koma hipoglikemik dapat juga terjadi hepatotoksisitas dapat
terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15 mg (200-250 mg/kg BB)
parasetamol. Gejala pada hari pertama keracunan akut parasetamol belum
mencerminkan bahaya yang mengancam. Anoreksia, mual dan muntah serta
sakit perut terjadi dalam 24 jam pertama dan dapat berlangsung selama
seminggu atau lebih. Gangguan hepar dapat terjadi pada hari kedua, dengan
gajala peningkatan aktivitas serum transminase, laktat dehidrogenase, kadar
bilirubin serum serta pemanjangan masa protobin. Aktivitas alkali fosfatase
dan kadar albumin serum tetap normal. Kerusakan hati dapat mengakibatkan
ensefalopati, koma dan kematian. Kerusakan hati yang tidak berat pulih dalam
beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Kerusakan ini tidak hanya disebabkan oleh Parasetamol, tetapi juga oleh
radikal bebas, metabolit yang sangat reaktif yang berikatan secara kovalen
dengan makromolekul vital sel hati. Karena itu hepatotoksisitas Parasetamol
meningkat pada pasien yang juga mendapat barbiturat. Antikonvulsi lain atau
pada alkoholik yang kronis. Kerusakan yang timbul berupa nekrosis
sentrilobularis. Kerusakan akut ini biasanya diobati secara simtomatik dan
suportif, tetapi pemberian senyawa sulfhidril tampaknya dapat bermanfaat,
yaitu dengan memperbaiki cadangan glutation hati. N-asetilsistein cukup
efektif bila diberikan peroral 24 jam setelah minum dosis toksik Parasetamol.
Farmakodinamik
Efek analgesik Parasetamol dan fenasetin serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya
menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan
efek sentral seperti salisilat.
Efek anti inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol dan
fenasetin tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan
penghambat biosintesis PG yang lemah. Efek iritasi, erosi dan pendarahan
lambung tidak terlihat pada kedua obat ini., demikian juga gangguan
pernafasan dan keseimbangan asam basa.
(Farmakologi FK UI, edisi 5 hal. 238)
Farmakokinetik
Parasetamol dan fenasetin diabsorbsi cepat dan sempurna melaui saluran
cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan
masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh.
Dalam plasma 25% Parasetamol dan 30% fenasetin berikatan dengan protein
plasma. Kedua obat ini di metabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian
asetaminofen (80%) di konjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian kecil
lainnya dengan asam sulfat. Selain itu kedua obat ini di ekskresi melalui
ginjal, sebagian kecil parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk
terkonjugasi.
(Farmakologi dan Terapi, FK UI, ed 5 hal 238)
Indikasi
Di Indonesia penggunaan Parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik
telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik lainnya,
Parasetamol sebaiknya tidak di berikan terlalu lama karena kemungkinan
menimbulkan nefropati. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya
dosis lebih besar tidak menolong. Karena hampir tidak mengiritasi lambung,
Parasetamol sering di kombinasi dengan AINS untuk analgesik.
(Farmakologi dan Teraoi, FK UI, ed 5 hal 238)
Kontra Indikasi
Penggunaan Parasetamol tidak diperkenalkan pada penderita yang
hipersensitif terhadap asetaminofen dan penderita yang mempunyai gangguan
fungsi hati.
BAB II
PRA FORMULASI
Efek / Khasiat
Efek Samping
Analgesik
Gangguan pencernaan
Antipiretik
Hipersensitifitas
Kelainan darah
Hepatotoksisitas
Mual, muntah, anorexia
Bentuk
Serbuk hablur, putih, tidak
berbau, rasa seperti pahit
Keterangan Khusus
Digunakan untuk peroral
Tahan pemanasan
Mudah terbasahi
2. Karakteristik Kimia
pKa 9,5
TL : 169-172
BJ : 1,21-1,23
Dari daftar tabel di atas, bahan dan sediaan yang kami pilih adalah:
Bahan aktif terpilih
: Paracetamol
Alasan
: drop
Alasan
sehingga
dapat
mempermudah
Usia
PRIA
WANITA
Rata-rata
dalam
Tahun
Bobot (kg)
Bulan
Bobot
Panjang
Bobot
Panjang
(kg)
(cm)
(kg)
(cm)
3,1
48
3,0
48
3,05
4,2
52
3,8
52
4,0
5,2
56
4,8
56
5,0
5,9
59
5,4
57
5,65
6,4
61
6,1
61
6,25
6,9
63
6,5
62
6,7
7,3
64
6,8
63
7,05
7,5
65
7,1
64
7,3
7,6
66
7,4
66
7,5
7,7
67
7,5
67
7,6
10
8,0
69
7,6
68
7,8
11
8,0
70
7,8
69
7,9
12
8,2
71
8,0
70
8,1
8,1
71,3
7,6
71,3
7,85
Lebih efektif dan efisien untuk semua konsumen yang dituju dan karena
pertimbangan jumlah pemakaian (untuk 3 hari), dibuat dalam jumlah 120ml
karena memperhitungkan stabilitas bahan aktif pada saat penyimpanan.
Sirup (Larutan)
90% - 110%
Dosis
30 mg/0,6 ml
pH sediaan
6,0
Kemasan terkecil
60ml
Warna
Ungu
Bau
Anggur
Rasa
Manis
Wadah Penyimpanan
Botol
Fungsi
Bahan terpilih,
Bahan
Karakteristiknya
PELARUT
Propilen glikol,
Bentuk :
400 karena
berdasarkan
perbandingan
kelarutan, ketiga
Bentuk :
bahan di atas
memiliki kelarutan
terhadap bahan
aktif asetaminofen.
Kelarutan :
dilarutkan dalam
propilen glikol,
400 dilarutkan
dalam
(Berdasarkan
Bentuk :
perhitungan)
Pemerian :
jernih, tidak berwarna, kental, tidak
karena konsentrasi
yang kita
gliserin.
tambahkan 15-30%
Kelarutan :
yang digunakan
untuk pengawet.
PEMANIS
Propilen glikol,
E. Formula Terpilih
Formula 1
Nama bahan
Fungsi
Kadar
% digunakan
Jumlah
15mL
Parasetamol
Bahan aktif
750mg
Propilen glikol
Pelarut
15% 30%
23%
3,45mL
Glyserin
Pelarut
< 50%
40%
6mL
PEG 400
Pelarut
20%
3mL
NaH2PO4. 2H2O
Dapar
269,42mg
Na2HPO4. 2H20
Dapar
19,60mg
Saccharosa
Pemanis
5mg
Saccharin
Pemanis
Essense Anggur
Perasa
0.02%
3mg
1 tetes
Aquadest
Ad 15mL
pH
2,55% (ml)
0,97% (ml)
7,6
7,3
7,05
6,85
6,65
6,45
6,25
6,05
5,7
9,5
0,5
5,3
Larutan
Larutan Na2HPO4
NaH2PO4
0.97% (ml)
pH
isotonis (g/100ml)
90
10
5,9
0,52
80
20
6,2
0,51
70
30
6,5
0,50
60
40
6,6
0,40
50
50
6,8
0,48
40
60
7,0
0,46
30
70
7,2
0,45
20
80
7,4
0,44
10
90
7,7
0,43
95
8,0
0,42
80% (ml)
2,55% (ml)
0,97% (ml)
pH
9,05
8,95
8,80
8,65
8,50
8,30
8,05
7,65
7,00
9,5
0,5
6,80
9,85
0,15
6,30
Dapar fosfat-sitrat pH 7,6 Campur 6,35 ml asam sitrat 0,1 M dengan natrium
fosfat dibasa dodekahidrat 0,2 M secukupnya hingga 100 ml.
Pemerian
Kelarutan
Incompatibilitas :
ADI
2. NaH2PO4
Pemerian
Kelarutan
Incompatibilitas :
ADI
b. Perhitungan Dapar
Sediaan yang digunakan pH 6,0
Menggunakan dapar phosphat, phosphat memiliki pKa dalam suhu 25 C.
pKa1
= 2,15 (H2PO4)
Na3HPO4
pKa2
= 7,20 (H2PO4-)
Na2HPO4
pKa3
= 12,38 (HPO42-)
NaH2PO4
pKa yang digunakan adalah pKa2 karena paling dekat dengan pH sediaan (pH 6,0)
dengan H2PO4- sebagai asam dan Na2HPO4 sebagai garam.
pH
6,0
-1,21
0,0617
= [Na2HPO4] / [H2PO4-]
= 7,21
Ka = 6,17 x 10-8
pH
= 6,0
[H3O+] = 10-6
0,02
0,02
= 2,3 C (0,0547)
0,02
= 0,1260 C
= 0,1589 M
= [garam] + [asam]
= [Na2HPO4] + [H2PO4-]
0,1589
0,1589
= massa x 1000
Mr
0,1497 M
gram
vol
x
15
119,98
gram
1000
x 0,1497
= 0,2694 g
= massa x 1000
Mr
vol
= 3,31 tahun
Jadi masa kadaluwarsa parasetamol kurang lebih 3,31 tahun dari tanggal pembuatan
90mg/ml
Propilenglikol
73,9 %
Etanol
6,5 %
Aqua
19,6 %
I. Koefisien Dielektrik
Propilenglikol
= 32
Etanol
= 24
PEG
= 12,5
Gliserin
= 43
Aquadest
= 78,5
J. Tetapan Dielektrik
(
) (
) (
) (
K. Perhitungan ADI
Nama bahan
Fungsi
Kadar
% digunakan
Jumlah
15mL
Parasetamol
Bahan aktif
750mg
Propilen glikol
Pelarut
15% 30%
23%
3,45mL
Glyserin
Pelarut
< 50%
40%
6mL
PEG 400
Pelarut
20%
3mL
NaH2PO4. 2H2O
Dapar
269,42mg
Na2HPO4. 2H20
Dapar
19,60mg
Saccharosa
Pemanis
5mg
Saccharin
Pemanis
Essense Anggur
Perasa
0.02%
3mg
1 tetes
Aquadest
Ad 15mL
FORMULA 1
Perhitungan ADI =
ADI
Umur
BB (kg)
ADI ( 25 mg /kg.BB )
0 3 bulan
3,05 kg 5,65 kg
76,25 mg 141,25 mg
3 bulan 1 tahun
5,65 kg 7,85 kg
141,25 mg 196,25 mg
Umur
BB (kg)
ADI (1,0-1,5g/kg.BB )
0 3 bulan
3,05 kg 5,65 kg
3,05g-4,575g/5,65g-8,475g
3 bulan 1 tahun
5,65 kg 7,85 kg
5,65g-8,475g/7,85g-11,775 g
Umur
BB (kg)
ADI (10mg//kg.BB )
0 3 bulan
3,05 kg 5,65 kg
30,5mg-56,5mg
3 bulan 1 tahun
5,65 kg 7,85 kg
56,5mg-78,5mg
Konstanta Dielektrik :
Aquadest
78,5
Etanol
24
PEG
12,5
Gliserin
43
Propilenglikol =
KD
32
) (
) (
) (
FORMULA 2
No Bahan
Fungsi
% Rentang
Kadar
Untuk
Pemakaian
ml
1.
Paracetamol
Zat aktif
2.
Gliserin (HPE,301)
Pelarut
<50%
25 %
3,75 ml
3.
Propilenglikol
Pelarut
10-25 %
10 %
12 ml
pelarut
20%
16 %
2,4 ml
15
750mg
(HPE,624)
4.
PEG 400
5.
q.s
641)
6.
Red cherry
pewarna
q.s
7.
Aqua
pelarut
q.s
Ad 60 ml
Perhitungan ADI =
ADI
Umur
BB (kg)
ADI ( 25 mg /kg.BB )
0 3 bulan
3,05 kg 5,65 kg
76,25 mg 141,25 mg
3 bulan 1 tahun
5,65 kg 7,85 kg
141,25 mg 196,25 mg
Umur
BB (kg)
ADI (1,0-1,5g/kg.BB )
0 3 bulan
3,05 kg 5,65 kg
3,05g-4,575g/5,65g-8,475g
3 bulan 1 tahun
5,65 kg 7,85 kg
5,65g-8,475g/7,85g-11,775 g
Umur
BB (kg)
ADI (10mg//kg.BB )
0 3 bulan
3,05 kg 5,65 kg
30,5mg-56,5mg
3 bulan 1 tahun
5,65 kg 7,85 kg
56,5mg-78,5mg
Konstanta dielektrik
Aquadest
78,5
Etanol
24
PEG
12,5
Gliserin
43
Propilenglikol =
32
KD
CARA PERACIKAN
a. Formula I
1. Timbang Parasetamol
2. Ukur PEG di beaker gelas yang telah di kalibrasi sebanyak
3. Ukur propilenglikol di beaker gelas yang telah di kalibrasi sebanyak
4. Ukur gliserin di beaker glass yang telah dikalibrasi sebanyak
5. Masukkan PEG ke dalam beaker glass kemudian tambahkan propilen glikol
dan gliserin campur ad larut
6. Masukkan Parasetamol sedikit demi sedikit ke dalam campuran no. 5 aduk ad
larut dan homogen
7. Timbang sukrosa sebanyak kemudian larutkan dengan air hingga larut kirakira sebanyak
b. Formula II
1. Timbang Parasetamol
2. Ukur PEG di beaker gelas yang telah di kalibrasi sebanyak
3. Ukur propilenglikol di beaker gelas yang telah di kalibrasi sebanyak
4. Ukur gliserin di beaker glass yang telah dikalibrasi sebanyak
5. Masukkan PEG ke dalam beaker glass kemudian tambahkan propilen glikol
dan gliserin campur ad larut
6. Masukkan Parasetamol sedikit demi sedikit ke dalam campuran no. 5 aduk ad
larut dan homogen
7. Timbang sukrosa sebanyak kemudian larutkan dengan air hingga larut kirakira sebanyak
8. Masukkan larutan sukrosa ke dalam campuran no. 6 aduk ad homogeny
9. Timbang NaH2PO4. 2H2O dan Na2HPO4.2H2O dan larutkan dalam air
sebanyak
10. Campurkan larutan dapar ke dalam no 8 aduk ad larut dan tercampur semua
11. Timbang essence leci larutkan dengan air kira-kira
12. Teteskan essence leci ke dalam larutan no. 10 sedikit demi sedikit hingga
warna yang diinginkan telah sesuai
L. Skema Pembuatan
Cara 1
PEG
PROPILENGLIKOL
GLICERIN
aduk ad homogen
PARASETAMOL
AQUA 5 ML
Aduk ad homogen
NaH2PO4. 2H2O
AQUA 5 ML
Aduk ad larut
Na2HPO4. 2H2O
Aduk ad larut
Saccharin
Aduk ad homogen
ESSENSE Anggur
Aduk ad homogen
Masuk botol
AQUA 5ML
Nama Bahan
Jumlah 60ml
Jumlah 150ml
Parasetamol
3g
9g
Propilen glikol
18,02g
45,05g
PEG 400
13,56g
33,9g
Gliserin
29,98g
74,94g
NaH2PO42H2O
78,4mg
0,20g
Na2HPO122H2O
1,77g
2,69g
Saccarin
12mg
30mg
Essence Anggur
q.s
q.s
Sukrosa
50mg
125
Aquadest
Ad 60 ml
Ad 150ml
BAB III
EVALUASI
A. Parameter Evaluasi
1. Organoleptis
Bau
: Anggur
Rasa
Warna
: Ungu
: Piknometer
kerja
3. Penetapan pH
Alat
: pH meter
Cara kerja
: Viskometer
Cara kerja
B. Hasil Evaluasi
1. Organoleptis
Warna
: Ungu
Rasa
Bau
: Anggur
2. Berat Jenis
Penimbangan Botol
Botol kosong : 33,39 gram
Botol + air
: 57,53 gram
Berat jenis
Drop 1
Dtop 2
Drop 3
Rata-rata
: 1,1670 g/mL
Standart deviasi :
3. pH
pH Drop 1 : 5,73
pH Drop 2 : 5,73
pH Drop 3 : 5,73
Rata-rata : 5,73
4. Viskositas
Drop 1 : 1,3
Drop 2 : 1,3
Drop 3 : 1,3
Rata-rata : 1,3
C. Perencanaan Kemasan
Brosur
BAB IV
PEMBAHASAN
(Parasetamol) ada yang tidak larut sempurna. Faktor-faktor yang menyebabkan hasil
pada volume 300 ml tidak sebaik pada volume 60 ml antara lain :
1. Pada volume kecil (60 ml) partikel-partikel dari bahan aktif (Parasetamol)
yang tidak larut tidak nampak sehingga sediaan terlihat lebih jernih.
Sedangkan pada volume besar (300 ml) partikel-partikel dari bahan aktif yang
tidak larut bisa terlihat jelas.
2. Dalam pengadukan pada volume 60 ml waktu yang diperlukan cukup lama,
sehingga pada volume 150 ml waktu yang diperlukan untuk pengadukan lebih
lama lagi.
3. Adanya faktor penuangan bahan (pelarut) dalam wadah sediaan sehingga
mempengaruhi kelarutan Parasetamol. Pada saat penuangan pelarut ke dalam
wadah sediaan masih ada sisa pelarut yang menempel pada beker glass
sehingga jumlah pelarut yang tertuang ke dalam wadah sediaan menjadi
berkurang.
4. Terjadinya larutan jenuh dalam sediaan, sehingga tidak dapat melarutkan
Parasetamol.
Namun dengan bantuan alat ultrasonik selama 5 menit paracetamol yang tadinya
tidak larut akhirnya melarut dan sediaan menjadi jernih seperti yang di harapkan.
Pada pengamatan pH yang dilakukan diperoleh pH 5,73 sedangkan pH yang
direncanakan adalah 6 0,5 namun pH ini masih masuk dalam rentang pH stabil
paracetamol. pH yang tidak sesuai ini di karenakan beberapa alasan, yaitu :
1. Adanya penimbangan yang kurang akurat, maka mempengaruhi pH.
2. Adanya penambahan essense yang tidak teratur (berlebihan) sehingga dapat
mempengaruhi pH.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Formula yang terpilih adalah formula I, karena memberikan hasil yang
lebih baik daripada formula lainnya. Pada formula 1 ini tidak terjadi pengendapan
karena pelarut yang ditambahkan sudah cukup banyak dan tidak mengalami
kejenuhan sehingga bisa larut sempurna.
Namun pada saat volume 60 ml formula I cara 2 kami buat lebih besar
menjadi 300 ml, hasilnya tidak sebaik formula I cara 2 sebelumnya karena terjadi
pengendapan. Hal ini di sebabkan antara lain karena:
1. Pada volume kecil partikel dari bahan aktif (Parasetamol) yang tidak larut
tidak nampak jelas sehingga pada volume yang lebih besar baru terlihat.
2. Lamanya pengadukan
3. Adanya pelarut yang tidak ikut tertuang pada waktu pencampuran
4. Terjadinya larutan jenuh
Selain itu pH yang kami peroleh juga tidak sesuai dengan pH yang kami
rencanakan (6 0.5) yaitu 5,73, hal ini terjadi karena:
1. Penimbangan yang kurang akurat
2. Penambahan essence yang tidak teratur.
Dari hasil formulasi yang kita buat diperoleh data sebagai berikut :
1. Organoleptis
Warna : ungu
Rasa
Bau
: Anggur
2. Berat Jenis
Rata-rata : 1,1461 + 1,1488 + 1,1474 = 3.4423 / 3 = 1,1474
Standart deviasi : 0,0013
3. pH rata-rata = 6,67
B. SARAN
1. Untuk mengatasi pengendapan yang timbul seperti yang telah kami lakukan,
hendaknya konsentrasi pelarut yang akan di gunakan di buat lebih tinggi agar
tidak terjadi larutan jenuh. Atau bisa dengan bantuan alat ultrasonik.
2. Dilakukan optimasi berkali-kali agar formula yang di peroleh benar-benar
bagus dan sesuai dengan yang di rencanakan.
3. Untuk mengatasi pH yang tidak sesuai bisa dengan cara menimbang bahanbahan secara akurat dan teliti sehingga jumlah bahan obat yang telah di
rencanakan sesuai, tidak kurang dan lebih. Penambahan essence secara teratur
dan di hitung dengan benar karena essence bersifat asam sehingga
penambahan essence yang berlebih bisa mempengaruhi pH.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.