Anda di halaman 1dari 34

KESADARAN MENGELOLA SAMPAH UNTUK

MENDUKUNG PROGRAM MAKASSAR TIDAK RANTASA


DI KECAMATAN TAMALATE

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan Negara berkembang yang masuk dalam salah satu
Negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat besar. Tak lepas dari pada
itu semakin banyak jumlah penduduk resiko menghasilkan limbah atau sampah
sangat besar baik itu berupa sampah organik maupun sampah anorganik.
Permasalahan yang mendasar adalah mengenai kesadaran bagaimana
pemerintah ataupun masyarakat mengelola sampah dalam artian pentingnya
kesadaran ini agar mereka mengerti jika sampah merupakan masalah yang
sangat besar yang harus dihadapi karena akibat yang ditimbulkan dapat
merugikan kita semua. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor :
18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan seharihari manusia, sampah adalah bahan yang tidak berharga untuk maksud biasa atau
utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau bercatat dalam
pembuatan manufaktur atau materi berkelebihan yang ditolak dan dibuang
(Istilah Lingkungan 1994).
Manusia setiap harinya menghasilkan sampah baik itu sampah organik
nataupun anorganik. Sistem persampahan memiliki tahap-tahap dalam
mengamplikasikan sehari-hari. Tahap pertama ialah tahap timbulan,tahap kedua

ialah tahap perwadahan, tahap ketiga ialah pengumpulan, tahap keempat ialah
pengangkutan dan pengolahan kembali serta tahp kelima ialah tahap pembungan
akhir.
Kota Makassar merupakan salah satu kota yang memilki tingkat kepadatan
penduduk yang cukup besar. Kota Makassar terdiri dari 14 kecamatan dan 143
kelurahan salah satunya adalah
kecamatan dengan

kecamatan tamalate yang merupakan

jumlah penduduk yang sangat padat. Padatnya jumlah

penduduk mengakibatkan volume sampah yang dihasilkan sangat besar.


Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah kota untuk mengatasi hal ini
salah satu usaha yang dilakukan pemerintah kota membuat program Makassar
Tidak Rantasa sebagai bentuk solusi menangani permasalahan kebersihan yang
ada.
Kebijakan atau program Makassar Tidak Rantasa merupakan kebijakan
yang mengatur tentang tata kebersihan kota dimulai dari kesadaran semua warga
kota Makassar untuk mengedepankan aspek kebersihan dalam kehiduan seharihari.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka penulis ingin menuangkan
ketertarikan tersebut ke dalam sebuah penelitian yang berjudul Kesadaran
mengelola sampah untuk mendukung program Makassar Tidak Rantasa di
Kecamatan Tamalate
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian memiliki
permasalahan pokok yang akan di rumuskan, yakni:

1. Bagaimana pemerintah kota mengatasi sampah yang ada di Kecamatan


Tamalate dalam program Makassar Tidak Rantasa?
2. Bagaimana peran masyarakat Kecamatan Tamalate dalam mendukung
pemerintah kota terhadap program Makassar Tidak Rantasa?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian merupakan sasaran utama yang ingin dicapai dalam
melaksanakan suatu penelitian. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimanakah pemerintah kota mengatasi sampah yang ada
di Kecamatan Tamalate dalam program Makassar Tidak Rantasa?
2. Untuk mengetahui bagaimanakah peran masyarakat Kecamatan Tamalate
dalam mendukung

pemerintah kota terhadap program Makassar Tidak

Rantasa?
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti:
Menambah pengetahuan dan wawasan serta melatih dalam
mengungkapkan berbagai pikiran secara ilmiah dan sistematis.
2. Bagi pemerintah :
Sebagai bahan informasi, dalam menentukan kebijakan dalam
meningkatkan kualitas lingkungan yang bersih dari sampah.
3. Perguruan tinggi :
Sebagai bahan referensi dan sumber bacaan bagi peneliti berikutnya.
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Program Makassar Tidak Rantasa


Program Makassar tidak Rantasa (2014 ) merupakan bagian dari visi dan
misi walikota Makassar Muh. Ramadhan Pumanto yang ingin menjadikan kota
Makassar sebagai kota yang nyaman ditempati yang jauh dari sampah.
Pemerintah Kota Makassar menghimbau dan mengajak seluruh masyarakat
berpartisipasi aktif untuk bersama melakukan pengawasan dilingkungan
masing-masing guna mewujudkan Makassar Tidak Rantasa (MTR) .
Menurut Abdullah

(2015), Program

MTR suatu gerakan yang

mengedepankan aspek kebersihan, keindahan dan kenyamanan, tidak hanya


faktor kebersihan gerakan tersebut juga diharapkan mengubah sikap dan prilaku
masyarakat mengenai pentingnya hidup bersih bebas dari sampah. Program
MTR merupakan gerakan yang mengatur tentang tata kebersihan kota dimulai
dari kesadaran semua warga kota Makasar untuk mengedepankan aspek
kebersihan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan UU RI no 18 Tahun 2008 serta pelaksanaan program MTR
didukung oleh Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 4 Tahun 2011 tentang
pengelolaan sampah dan langkah teknis pelaksanaan Program Makassar Tidak
Rantasa yaitu melaksanakan Kerja Bakti disetiap kelurahan, mengumpulkan
sampah, membawa sampah ke TPS, membungkus sampah pada kantongan,
menempatkan sampah pada tempat sampah, memisahkan sampah basah dan
sampah kering, menanggapi pelayanan pemerintah (Abdullah, 2015 ).

B. Pentingnya Memiliki Kesadaran Mengelola Sampah

Sampah bukanlah hal yang terlampau sulit untuk dilakukan oleh individual
secara mandiri. Kunci yang harus dipegang adalah kemauan yang kuat untuk
memulai dan melestarikannya kepada kelompok masyarakat lainnya. Pentingnya
kepemilikan kesadaran untuk melakukan pengelolaan sampah terletak pada efek
yang dihasilkan oleh sampah terhadap lingkungan. Pendeknya, pengelolaan
sampah akan meminimalisir atau bahkan menghilangkan dampak negatif yang
selama ini lebih sering tertuju pada pencemaran yang berujung kerusakan
lingkungan. Dengan mengetahui cara pengelolaan sampah yang baik dan benar,
kita bisa mengambil langkah tepat terkait bagaimana memperlakukan sampah
sehingga tidak merugikan orang per orang berikut lingkungannya.

Poin berikutnya terkait pentingnya kesadaran pengelolaan sampah adalah


fakta bahwa di sekitar kita atau dalam cakupan yang lebih luas di negara
kita, sebagian besar tempat pembuangan dan pengelolaan sampah belumlah bisa
dikatakan memenuhi persyaratan untuk membangun kesehatan dan keamanan
lingkungan berikut penghuninya. Banyak yang bahkan bisa membahayakan
masyarakat dengan gunungan sampahnya yang terlampau tinggi. Oleh karena
itu, jika orang per orang telah memiliki kesadaran untuk mengelola sampah di
lingkungannya sendiri dan/atau sekitarnya, kerja berat pusat-pusat pembuangan
dan pegelolaan sampah ini menjadi lebih ringan. Paling tidak, potensi
pencemaran dan kerugian lainnya bisa diperkecil ( Abdullah, 2015 ).

C. Peran Serta Masyarakat

Pengumpulan dan pengangkutan sampah tidak dapat berjalan dengan baik, jika
tidak adanya partisipasi masyarakat (Pramono, 2008:12) sebagaimana yang
dilakukan di kota-kota di Indonesia, masyarakat terlibat dalam pengumpulan
sampah. Sedangkan peran serta masyarakat adalah sistem pengumpulan sampah atas
kesadaran masyarakat sendiri untuk membawa sampahnya ke TPS terdekat
Pramono (2008:5).
Organisasi terasteral (rukun tetangga dan rukun warga) merupakan organisasi
penting yang mengkoordinir pengumpulan sampah dipermukiman-permukiman
yang tidak memiliki akses ke jalan utama (Nurmandi 2006:298).
Berdasarkan hal tersebut, menurut e-dukasi.net (2008), sistem pengumpulan
sampah, khususnya sampah rumah tangga yang saat ini dilakukan didasarkan pada
kondisi dan kultur masyarakat. Salah satu pendekatan kepada masyarakat untuk
dapat membantu program pemerintah dalam kebersihan adalah bagaimana
membiasakan masyarakat kepada tingkah laku yang sesuai dengan tujuan program
tersebut, yang menyangkut:
1. Bagaimana merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib,
lancar, dan merata.
2. Faktor-faktor sosial, struktur, dan budaya setempat.
3. Kebiasaan dalam pengelolaan sampah selama ini.
Tanpa adanya partisipasi masyarakat, semua program pengelolaan sampah
(kebersihan) yang direncanakan akan sia-sia.
Menurut Rukmana, et. all, (1993), partisipasi masyarakat akan
membangkitkan semangat kemandirian dan kerjasama diantara masyarakat

akan meningkatkan swadaya masyarakat, yang pada gilirannya akan


mengurangi kebutuhan sumber daya pemerintah.

D. Kriteria Tingkat Dukungan Pengelolaan Sampah


Didalam sistem pengelolaan sampah terdapat beberapa kriteria tingkat
dukungan masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari yaitu :
Membersihkan sampah di pekarangan rumah
Mengumpulkan sampah
Membawa sampah ke TPS
Membungkus sampah pada kantongan
Menempatkan sampah pada tempat sampah
Memisahkan sampah basah dan sampah kering
Menanggapi pelayanan pemerintah
Kerja Bakti
E. Sarana pengelolaan sampah di Makassar
1. Pengangkutan sampah
Keberhasilan penanganan sampah bisa dilihat dari efektivitas dan efisiensi
pengangkutan sampah dari sumber ke TPA. Pengangkutan tidak boleh
ditunda karena hal ini akan menambah beban pengangkutan berikutnya dan
beresiko menimbulkan gangguan kenyamanan lingkungan di sekitar tempat
penyimpanan. Tahap ini istimewa karena dibutuhkan banyak porsi biaya,
waktu, tenaga, koordinasi, evaluasi dan perencanaan terhadap jenis sarana,
jadwal operasi, serta rute pengangkutan merupakan hal penting dalam

pengangkutan. Ada beberapa jenis sarana pengangkutan sampah yang


digunakan di Kota Makassar, yaitu:
Truck biasa. Kendaraan jenis ini masih digunakan di Kota Makassar.
Pemakaiannya tidak praktis karena proses bongkar muat sampah perlu waktu
lama dan tenaga manusia lebih banyak. Kelebihannya adalah pada kapasitas
tampung yang besar (16 m3) dan harga yang relatif lebih murah dari jenis
lainnya.
Operasionalisasi1-2 rit/hari.

Dump Truck. Kendaraan ini merupakan modifikasi dari truck biasa, bak
truck dapat digerakkan secara hidrolik sehingga proses bongkar sampah bisa
fektif, sedangkan lama operasionalisasi sama dengan truck biasa. Bak
terbuat dari baja dengan kapasitas bervariasi 8 m3, harganya relatif lebih
mahal dari truck biasa. Kapasitas operasional adalah 2-3 rit perhari. Untuk
jenis kendaraan ini digunakan pada pola operasional sistem door to door,
jemput bola, transfer depo, dan juga sistem TPSS atau container yang
berfungsi sebagai TPSS.

Arm-Roll Truck. Yaitu truck tanpa bak dengan lengan hidrolik untuk
menggerakkan Dengan kendaraan ini, operasi pengangkutan dan
pembuangan sampah menjadi lebih praktis. Bentuk dan ukurannya
bervariasi menurut container. Harga kendaraan relatif lebih mahal dari
dump truck. Kapasitas operasional adalah 3-4 rit perhari, tergantung pada
jarak pengangkutan. Jenis kendaraan ini digunakan pada pola operasional
sistem transfer depo dan container.

Lain-lain (mobil pick-up, motor roda 3 dan sepeda sampah. Sarana


pengangkutan lainnya yang biasa digunakan untuk pengangkutan sampah di
Kota Makassar adalah mobil jenis pick-up, motor roda 3 dan sepeda sampah,
yang biasanya digunakan secara insidental dan untuk melayani sampah pada
wilayah yang sulit dijangkau kendaraan pengangkut sampah pada
umumnya.

1.

Jenis pewadahan yang ada di Kota Makassar adalah sebagai berikut:

1. Tong (Bin)

Penggunaan wadah dari tong besi ataupun plastik, juga digunakan


dalam pewadahan sampah di Kota Makassar. Wadah ini masuk kategori
cukup baik, terutama yang terbuat dari plastik. Hal ini karena tong ini
mempunyai kelebihan yaitu tidak mudah rusak serta kedap air, harganya
ekonomis serta mudah diperoleh. Karena biasanya tong ini menggunakan
penutup, maka sampah yang ada tidak akan menjadi media penyebaran
penyakit sehingga dapat memenuhi aspek kesehatan dan dari sisi estetika
dapat memenuhi sisi keindahan lingkungan. Penggunaan tong sampah juga
memudahkan operasional pengumpulan sampah oleh petugas karena mudah
dikosongkan. Tong sampah yang terbuat dari besi juga mempunyai
kekurangan yaitu mudah berkarat yang menyebabkan kerusakan dan sulit
atau bahkan tidak dapat diperbaiki.

Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangannya, wadah


dari tong sampah terutama yang terbuat dari plastik sangat dianjurkan.

Gambar 1,Tong sampah

2. Bak terbuka (Pasangan batu bata)

Salah satu wadah sampah yang sering digunakan oleh masyarakat di Kota
Makassar adalah menggunakan bak sampah dari pasangan batu bata, yang pada
umumnya digunakan pada daerah permukiman. Disamping sebagai wadah
individual, beberapa bak sampah juga merupakan wadah komunal sebelum
sampah diangkut ke TPS atau kontainer.

10

Penggunaan bak pasangan batu bata sebenarnya mempunyai kelebihan


karena sudah memenuhi aspek kesehatan dan keindahan lingkungan. Hal ini
karena sampah tidak mudah berserakan dan tidak menjadi sarang penyakit.
Disamping itu bak pasangan batu bata mempunyai keuntungan tidak mudah
rusak dan kedap air.

Gambar 2, Bak sampah terbuka

Namun demikian, wadah jenis ini mempunyai kekurangan yaitu sulit


dioperasionalkan serta membutuhkan waktu yang lebih lama dalam operasional
pengumpulan sampah. Selain itu, seringkali bak sampah ini disamping untuk
menampung sampah juga digunakan untuk membakar sampah oleh masyarakat.
Hal ini terjadi karena waktu pengambilan sampah oleh petugas terlalu lama
sehingga sampah menumpuk dan busuk. Dari sisi harga bak jenis ini sebenarnya

11

juga kurang ekonomis. Dari beberapa dan kelebihan dan kekurangan sistem ini,
maka penggunaan bak batu bata kurang dianjurkan.

3. Kantong plastik

Bagi masyarakat yang tidak mempunyai wadah/tempat sampah yang


permanen biasanya menggunakan kantong plastik sebagai wadah sampah untuk
diambil langsung oleh petugas pengumpul sampah. Penggunaan kantong plastik
di Kota Makassar, biasanya digunakan pada daerah permukiman maupun non
permukiman.

Kantong plastik mempunyai keunggulan yaitu dari sisi ekonomis, karena


harganya murah serta mudah diperoleh. Disamping itu mudah dalam operasional
pengumpulan/pengambilan sampah oleh petugas. Namun dari sisi kesehatan dan
keindahan, wadah ini kurang memenuhi karena mudah terkoyak sehingga
menyebabkan sampah mudah berserakan.

Gambar 3,tempat sampah kantong plastik

12

Dengan

mempertimbangkan

kelebihan

dan

kekurangannya

maka

penggunaan kantong plastik ini kurang dianjurkan.

4. Lubang tanah/penimbunan

Selain menggunakan wadah seperti tersebut di atas, masyarakat Kota


Makassar yang tidak mempunyai wadah sampah tetapi mempunyai lahan yang
cukup luas, membuat lubang di tanah sebagai sarana pembuangan sampah.
Penggunaan lubang tanah maupun penimbunan ini, merupakan sarana
pengelolaan sampah secara langsung (on site) oleh masyarakat yang tidak
mendapatkan pelayanan sampah. Biasanya lubang sampah ini juga digunakan
sebagai sarana pembakaran sampah.

Gambar 4, lubang atau penimbunan

Penggunaan sistem ini baik apabila digunakan pada daerah yang


memiliki kepadatan kurang dari 50 jiwa per hektar. Hal ini karena daerah

13

tersebut memiliki daya dukung lingkungan yang masih cukup tinggi, namun
apabila digunakan pada daerah yang cukup padat dapat mencemari lingkungan.

F. Sistem pengelolaan sampah


Sistem pengelolaan sampah kota yang saat ini umum dilakukan adalah
sistem 3P (Pengumpulan, Pengangkutan, dan Pembuangan) sampah
dikumpulkan dari sumbernya, kemudian diangkut ke Tempat Penampungan
Sementara Sampah (TPS) dan kemudian dibuang di Tempat Pembuangan Akhir
(TPA).
Sumber sampah kota antara lain pasar tradisional, industri pemukiman,
perkantoran dan sebagainya. Di tingkat sumber biasanya fasilitas persampahan
yang biasa ditemui adalah wadah sampah. Wadah penampungan sampah di
sumbernya berbeda-beda tergantung tipe sumber sampahnya. Wadah tersebut
dapat terbuat dari kotak plastik, bak tembok, kotak kaleng,keranjang (plastik,
bambu dan kayu ) atau hanya sekedar kantong plastik Umumya sampah
dimasukkan kedalam kantong plastik sebelum dibuang di tempat sampah. Di
daerah keramaian tempat sampah biasanya disediakan oleh pemerintah.
Dari sumbernya, sampah dapat diangkut secara langsung ke TPA atau
secara tidak langsung ke TPS dahulu. Frekuensi pengangkutan bervariasi, ada
yang harian ada yang dua atau tiga hari sekali. Pengangkutan harian umumnya
dilakukan di pusat-pusat kota, area umum dan komersial, pengangkutan dua
atau tiga hari sekali dilakukan di daerah pemukiman.

14

Jenis jenis kendaraan yang biasa digunakan untuk mengangkut


sampah antara lain adalah truk kompaktor, dump truck, truck terbuka untuk
pengumpulan dari sumber ke TPS sebagian besar menggunakan gerobak dorong
atau truk berukuran kecil, selanjutnya sampah dari TPS diangkut dengan dump
truck atau kompaktor ke TPA (Cecep, 2012 : 12 ).
Pengelolaan sampah di kota besar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
sitem sentralisasi dan system desentralisasi. Kedua system ini dapat digunakan
sebagai langkah pengelolaan. Dari keduanya terdapat kelebihan dan kekurangan
sebagai bahan pertimbangan untuk memilihnya.
1. Sistem Sentralisasi
Kebanyakan pemukiman masih menerapkan pola pengelolaan secara
sentralistik. Sistem sentralisasi pengelolaan sampah adalah pengelolaan sampah
yang terpusat dari daerah yang cakupannya luas. Pengelolaan sampah dilakukan di
tingkat TPA. Di setiap sub-area tidak adakan pengelolaan sampah tiap aktivitas
pengumpulan sampah. Kelebihan system ini terlihat dari cara dikelolanya sampah
dengan beberapa alternative seperti system aerob. Kelemahan pengelolaan sampah
dengan sisitem sentralisasi yaitu biaya pengangkutan sampah, dan lahan yang
dibutuhkan untuk pengumpulan dan pengelolaan cukup luas.

15

Bagan pengelolaan sampah secara Sentralisasi

RT

RT

RT

RT

RT

RT

TPS
TPS

TPA

Gambar 2.1 bagan pengelolaan sampah, Tempat Pembuangan Akhir (TPA),


Tempat Pembuangan Sampah (TPS), Sampah Rumah Tangga (RT)
Dari bagan pengelolaan sampah secara sentralisasi tersebut terlihat bahwa
sampah

rumah

tangga

dikumpulkan

di

tempat

penampungan

sampah

semetara.setealh itu,sampah kan diangkut menuju tempat pembuangan akhir .


Di TPA kegiatan yang dilakukan diantaranya sebagai berikut :
a.

Sanitaly landfill, sampah digunakan sebagai bahan pengisi tanah yang akan
diurung

b.

Pembakaran sampah, Kegiatan ini dilakukan terutama untuk membakar sampah


organik kering dan anorganik. Alat yang digunkan untuk membakar yaitu

16

incerenator. Di Eropa, panas yang dihasilkan dari pembakaran digunakan


sebagai pembangkit listrik.
c.

Pengomposan dilakukan untuk sampah organik. Kegiatan ini dilakukan secara


terbuka (aerob) maupun tertutup (anaerob).

d.

Pemanfaatan kembali sampah-sampah yang masih apat diolah kembali seperti


plastik, besi, atau almunium.
Selama ini sering diberitakan adanya konflik antara pihak pengelola
sampah dengan warga sekitar TPA. kelambatan dalam pengelolaan sampah
setiap hari terus bertumpuk dari berbagai daerah membuat lingkungan menjadi
tidak nyaman untuk ditinggali. Oleh sebab itu pengelolaan dengan system ini
membutuhkan banyak tenaga, teknologi tinggi serta biaya besar.
2. System desentralisasi
Berbeda dengan system sentralisasi, system desentralisasi mensyaratan
pengelolaan sampah pada area hulu atau pangkal sampah pertama. Pada setiap ini,di
setiap sub-area tidak hanya aktivitas pengumpulan sampah, tetapi juga
pengolahannya sampai menjadi produk yang bisa dimanfaatkan lagi. Kelebihan
system desentralisasi memungkinkan luas lahan yang dibutuhkan untuk
pengumpuan dan pengolahan tidak terlalu luas. Selain itu, biaya pengangkutan
sampah yang besarnya rata-rata 75% dari total biaya untuk megolah sampah bisa
dikurangi. Sentra pengumpulan dan penampungan sampah dilakukan pada tingkat
cakupan daerah yang kecil, misalnya tingkat kelurahan atau kecamatan (Cecep
2012 : 6 ).

17

G. Sumber sampah
1. Sampah dari Rumah Tangga
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga antara lain berupa
sisa hasil pengolahan makanan, barang bekas dari perlengkapan rumah
tangga, kertas, kardus, gelas, kain, tas bekas, sampah dai kebun dan
halaman,batu baterai dan lain lain.terdapat jenis sampah rumah tangga yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3), yang perlu penanganan
khusus, agar tidak berdampak pada lingkungan,seprti batu baterai, bekas
kosmetik, pecahan lampu, bekas semir sepatu dan lain-lain.
2. Sampah dari Pertanian
Sampah yang berasal dari kegiatan pertanian pada umumnya berupa
sampah yang mudah membusuk, seperti rerumputan dan jerami.Penanganan
sampah dari kegiatan pertanian pada umumnya dilakukan pembakaran,yang
dilakukan setelah panen. Jerami dikumpulkan di pojok sawah, kemudian
dibakar. Masih sedikit petani yang memanfaatkan jerami untuk pupuk.
Selain sampah yang mudah membusuk, kegiatan pertanian menghasilkan
sampah yang masuk kategori B3 sepeti petisida, dan pupuk buatan, sehingga
perlu

dilakukan

penanganan

khusus

agar

tidak

mencemari

lingkungan.Sampah pertanian lainnya dalah plastik yang digunakan sebagai


penutup tumbuh-tumbuhan yang berfungsi untuk mengurangi penguapan
dan penghambat pertumbuhan gulma, seperti pada penanaman cabai.
3. Sampah Sisa Bangunan

18

Pembangunan gedung-gedung yang dilakukan selama ini,akan


menghasilkan sampah, seperti potongan kayu, triplek, bambu . Kegiatan
pembangunan juga menghasilkan sampah seperti semen bekas, pasir, spesi,
batu bata, pecahan ubin/keramik, potongan besi, pecahan kaca, kaleng
bekas. Semakin banyak pembangunan gedung atau bangunan, maka akan
semakin banyak jumlah sampah yang dihasilkan.
4. Sampah dari Perdagangan dan Perkantoran
Kegiatan pasar tradisional, warung,supermarket, took, pasar
swalayan, mall, menghasilkan jenis sampah yang beragam. Sampah dari
perdagangan banyak menghasilkan sampah yang mudah membusuk, seperti
sisa makanan,dedaunan,dan menghasilkan sampah yang tidak membusuk
seperti kertas, plastik, kaleng, dan lain-lain. Kegiatan perkantoran termasuk
fasilitas pendidikan menulis, toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer,
film, komputer rusak dan lain-lain.
5. Sampah dari Industri
Kegiatan

di

Industri

menghasilkan

jenis

sampah

yang

beragam,tergantung dari bahan baku yang digunakan, proses produksi, dan


out produk yang dihasilkan, Penerapn produksi bersih (clean production) di
Industri perlu dilakukan untuk meminimisasi jumlah sampah yang
dihasilkan (Bambang, 2012 : 9 ).
Menurut data dari Departemen Pekerjaan Umum (1989) dalam Tri
Bangun (2006), menunjukkan bahwa persentase jumlah sampah rumah
19

tangga sebanyak 48%, paliang tinggi dari sumber-sumber sampah lainnya,


dimana persentase sampah pasar 24%, sampah perkantoran 1%, industry
1%, fasilitas umum 5%, jalan 6%, drainase 0%, fasilitas komersial 9%, dan
sumber sampah lainnya 6%.
Cara-cara pengelolaan sampah yang memperhatikan keindahan
lingkungan yaitu sebagai berikut:
a. Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Pengumpulan sampah merupakan tanggung jawab dari masingmasing rumah tangga yang menghasilkan sampah. Oleh sebab setiap rumah
tangga harus membangun tempat kuhsus untuk mengumpulkan sampah.
b. Pemusnahan dan Pengolahan Sampah
Pemusnahan dan pengolahan sampah padat dapat dilakukan melalui
berbagai cara, antara lain dengan cara ditanam, dibakar dan dijadikan pupuk
(composting).
H. Klasifikasi sampah berdasarkan jenisnya
Pengelolaan sampah yang benar mensyaratkan adanya keterpaduan dari
berbagai aspek mulai dari hulu sampai hilir. Aspek hulu meliputi pengelolaan
sampah pada tingkat penghasil sampah tahap pertama, diantaranya rumah
tangga, hotel, maupun rumah makan. Langkah yang bisa diambil pada aspek
hulu adalah pemilihan sampah berdasarkan jenisnya.
Berdasarkan bahan asalnya, sampah dibagi menjadi dua jenis yaitu
sampah organik dan sampah anorganik. Dinegara yang sudah menerapkan
20

pengolahan sampah secara terpadu, tiap jenis sampah ditempatkan sesuai


dengan jenisnya. Untuk mempermudah pengangkutan sampah di TPA, sampah
dipilih berdasarkan klasifikasinya. Kegiatan pemilihan sampah harus dilakukan
pada tingkan penghasil sampah pertama, yaitu perumahan maupun perhotelan
(Cecep 2012 : 2 ).
Sampah dibagi menjadi dua jenis yaitu sampah organik dan anorganik

Sampah organik
Sampah organik bersifat biodegrable, yaitu sampah yang dapat

didegradasi ataupun diuraikan secara sempurna melalui proses biologis baik


secara aerob maupun secara anaerob. Beberapa contoh yang termasuk sampah
organik adalah bearsal dari pertanian dan perkebunan.

Sampah Anorganik
Sampah anorganik bersifat non biodegrable,yaitu sampah yang tidak

dapat didegradasi atau diuraikan secara sempurna melalui proses biologis baik
secara aaerob maupun secara anaerob. Sampah anorganik ada yang dapat diolah
dan digunakan kembali karena memiliki nilai ekonomi, seperti plastik, kertas
bekas, kain perca, Styrofoam. Namun demikian sampah anorganik ada juga
yang tidak dapat diolah sehingga tidak memiliki nilai secara ekonomi seperti
kertas karbon, pamers, pembalut, dan lain-lain (Bambang, 2012 : 12 ).
I. Masalah Sampah

21

Masalah sampah di Indonesia adalah masalah yang rumit karena


kurangnya pengertian masyarakat terhadap akibat yang ditimbulkan sampah
serta kurangnya biaya pemerintah untuk mengusahakan pembuangan sampah
yang baik dan memenuhi syarat (Rohani, 2007).
Sampah adalah barang atau material sisa yang tidak diinginkan dari hasil
akhir dari suatu proses tertentu. Sampah ada karena adanya aktivitas manusia,
hamper setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia menghasilkan sampah.
Sampah dapat dalam bentuk padat ataupun dalam bentuk cair.
Secara umum sampah dapat dibagi menjadi dua,yaitu sampah organic
(sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah basah adalah
sampah yang berasal dari mahluk hidup seperti daun-daunan, sampah dapur,
dan lain-lain. Sebaliknya sampah kering misalnya kaleng, kertas dan lain-lain
yang tidak dapat terurai secara alami.
Di kota-kota besar sampah merupakan masalah yang harus diatasi
karena jumlahnya semakin banyak dan sering menimbulkan masalah.
Perubahan terhadap Lingkungan tempat pembuangan sampah yang tidak
memenuhi persyaratan pada umumnya dapat menimbulkan dampak negative
berupa pencemaran lingkungan, meliputi lingkungan darat, udara, maupun
perairan. Bentuk pencemaran darat ditinjau dari segi kesahatan sebagai tempat
bersarang dan menyebarnya bibit penyakit, sedangkan ditinjau dari segi
keindahan adalah menurunnya estetika kawasan. Pencemaran udara yang
ditimbulkan adalah menyebarnya bau tidak sedap, debu dan gas-gas beracun,

22

sedangkan pencemaran perairan berupa terjadinya perubahan warna dan bau,


penyebaran bahan kimia dan mikroorganisme yang terbawa air hujan dan
meresapnya bahan-bahan berbahaya sehingga mencemari sumur dan sumber
air
Misalnya saja masyarakat yang berada di dekat kali banyak yang
membuang sampah langsung ke kali dan akibatnya sampah menumpuk dan
aliran sungai menumpuk (Nugraha, 2009 : 23 ).
Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota dan tidak
termasuk sampah berbahaya dan beracun. Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa sampah adalah limbah yang padat yang terdiri dari bahan
organik dab anorganik yang dipandang oleh pemiliknya sudah tidak berguna
dan telah dibuang,sehingga harus dikelola dengan baik agar tidak membah
yakan lingkungan (Mufidah, 2012).

KERANGKA PIKIR

Pemerintah Kota Makassar

23

Makassar Tidak Rantasa

Petunjuk Teknis Program (MTR)

Membersihkan sampah di pekarangan rumah

Mengumpulkan sampah

Membawa sampah ke TPS

Membungkus sampah pada kantongan

Menempatkan sampah pada tempat sampah

Memisahkan sampah basah dan sampah kering

Menanggapi pelayanan pemerintah

Kerja Bakti

Pelaksanaan di
Masyarakat

Evaluasi

Kesadaran Mengelola Sampah Di Kecamatan Tamalate

Gambar 2.2 Skema Kerangka piker

METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian

24

Lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Tamalate. Pemilihan lokasi


penelitian di Kecamatan tamalate berdasarkan pertimbangan yakni padatnya
jumlah penduduk yang akan berpotensi terkait meningkatanya volume
sampah yang dihasilkan cukup besar dan sejalan dengan program kebijakan
pemerintah kota Makassar mengenai program Makassar tidak rantasa
B. Jenis Penelitian
Penyusunan dalam skripsi ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif.
Dimana jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif.
Penelitian ini akan mendeskripsikan kesadaran mengelola sampah untuk
mendukung program Makassar tidak Rantasadi Kecamatan Tamalate.
Kemudian digunakan pula penelitian kualitatif yang dihasilkan dari data
deskriptif oleh orang-orang yang menjadi objek penelitian, baik tertulis
maupun lisan.
Dalam penelitian ini, data yang dihasilkan kemudian dinilai secara
kualitatif dan selanjutnya dideskripsikan secara logis dan sistematis, Jadi
penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel


a) Variabel penelitian

25

Variabel merupakan elemen dasar teori, dan setiap elemen perlu


dirumuskan (disefinisikan) secara cermat. Teori disebut teori jika dan
hanya jika berbicara menjelaskan tentang hubungan antara dua atau
lebih variabel (Prasad, 2013).
Jadi variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 2013). Adapun Variabel yang akan ditliti dalam penelitian ini
adalah
1. Tingkat kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah.
2. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap program Makassar
Tidak Rantasa
b) Definisi Opersional Variabel
Fungsi operasional variabel adalah menegaskan kepada pembaca
(penguji, pemesan) bahwa calon peneliti benar-benar tahu tentang apa
konsep yang akan diteliti dan bagaimana (melakukan) operasi
menelitinya Merumuskan defenisi operasional vaiabel ditentukan dan
dituntun oleh kerangka pikir, model dan teknik-teknik analisis data yang
akan digunakan. Dalam konteks ini, definisi artinya konsep (konstruk)
yaitu kalimat (paragraf) abstraksi tentang ralita empirik variable yang
akan diobservasi suatu konsepsi yang menyatakan tentang target objek
pengamantan (Prasad, 2013).

26

Untuk memperjelas arah dan ruang lingkup penelitian , maka


perlu didefinisikan secara operasional variabel yang akan diteliti.
1.

Kesadaran masyarakat dalam megelola sampah. Variabel ini


didefinisikan sebagai daya, kemampuan atau kemauan masyarakat
dalam mengelola sampah sesuai dengan kriteria tingkat dukungan
masyarakat dan arahan yang tertuang dalam program gerakan
Makassar tidak rantasa. Kesadaran masyarakat diukur dengan
membandingkan antara arahan program gerakan Makassar tidak
rantasa dengan kondisi nyata pengelolaan sampah yang dilakukan
di masyarakat.

2. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap program Makassar


Tidak Rantasa. Yaitu sampai mana pengetahuan atau pemahaman
masyarkaat mengenai program Makassar Tidak Rantasa yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah kota Makassar.
D. Desain Penelitian
Desain penelitian dikemukakan dengan maksud agar proses
penelitian dapat berjalan lancar dan terarah. Setelah dirumuskan
beberapa variabel yang menjadi sasaran penelitian maka dibuatlah suatu
desain penelitian berupa langkah-langkah metode ilmiah dimaksudkan
agar mulai dari persiapan hingga pelaporan hasil-hasil penelitian dan
penarikan kesimpulan hasil penelitian dapat berlangsung efektif dan
efisien sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
a. Tahap Persiapan

27

Tahap ini dimulai dengan menentukan masalah kemudian disusun


kerangka konseptual yang berhubungan dengan masalah. Tahapan ini
dimaksudkan untuk memperoleh landasan berpikir guna untuk
pengembangan penelitian.
b.

Tahap Pengumpulan Data


Kegiatan pengumpulan data dan informasi dilakukan di lapangan
baik menggunakan teknik observasi, wawancara, dan kuesioner.

c.

Tahap Pengolahan dan Analisis Data


Pada tahap ini, semua data yang diperoleh di lapangan diperiksa
kembali dan selanjutnya dianalisis

d.

Tahap Penyusunan Hasil Penelitian dalam Bentuk Skripsi


Pada tahap ini data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis
sesuai dengan rencana analisis yang telah ditentukan sebelumnya,
sehingga menghasilkan kesimpulan penelitian yang disusun dalam
bentuk skripsi.

E. Populasi dan Sampel


Populasi digunakan untuk menyebutkan serumpun atau
sekelompok objek/subyek (fenomena) yang menjadi sasaran penelitian.
Populasi penelitian merupakan keseluruhan objek penelitian yang dapat
berupa unsure-unsur alam fisik,manusia hewan,tumbuh-tumbuhan,
udara, tanah, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya sehingga
objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Prasad, 2013 ).

28

Penelitian ini mengkaji tentang keasadaran pengelolaan sampah


di kecamatan Tamalate. Berdasarkan tujuan tersebut maka populasi dari
penelitian ini adalah masyarakat di kecamatan Tamalate. Sampel
dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili
keseluruhan gejala yang diamati. Ukuran dan keragaman sampel yang
diambil. Karakteristik yang dimiliki sampel dipandang sama dengan
karakteristik yang dimiliki populasi, artinya kesimpulan dari hasil
pengamatan yaitu pengolahan dan analisis data tentang sampel
digeneralisasikan sebagai sifat-sifat atau karakteristik populasi (Prasad,
2013).
Populasi adalah himpunan individu atau obek yang banyaknya
terbatas atau tidak terbatas. Himpunan individu atau objek yang terbatas
adalah himpunan individu atau objek yang dapat diketahui atau diukur
dengan jelas jumlah maupun batasnya (Pabundu, 2005 ).

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan Teknik


Stratified Proportional Random Sampling.
No.

Kelurahan

RW

Sampel

1.

Tanjung Merdeka

29

2.

Manuruki

3.

Barombong

12

4.

Maccini Sombala

5.

Balang Baru

10

6.

Jongaya

14

7.

Bongaya

12

8.

Mangasa

12

9.

Pabaeng baeng

10

10.

Parang tambung

16

111

34

Jumlah

yaitu menggunakan dua tahapan pengambilan sampel, Tahap yang


pertama yaitu dengan cara menstratakan kelurahan dan RW. Dari 10
kelurahan terdapat 111 RW yang ada, kemudian diambil secara acak 30%
dari populasi menghasilkan 34 RW, kemudian di proporsikan berdasarkan
jumlah RW tiap kelurahan. Setiap RW yang akan dijadikan sampel yaitu
ketua RW dan masyarakat setempat masing-masing 1 sampel, jadi jumlah
keseluruhan sampel yang ada yaitu 68 sampel.

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Teknik Observasi

30

Teknik ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lokasi


yang menjadi objek penelitian, baik yang menyangkut gejala fisik
maupun non fisik. Dalam penelitian ini digunakan cara plotting pada
peta kerja (peta dasar) atau pada buku catatan observasi dengan
menentukan titik-titik posisi yang akan diteliti.
2. Teknik Wawancara
Metode/

teknik

wawancara

adalah

proses

memperoleh

keterangan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka dengan


responden baik wawancara lepas maupun menggunakan daftar
pertanyaan atau kuesioner. Materi atau tema wawancara yang
ditanyakan kepada orang yang dianggap tahu atau ahli (Prasad, 2013).
yaitu sikap masyarakat mengelola sampah dan mendukung program
Makassar Tidak Rantasa beserta tujuan penelitian
3. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan salah satu metode pengumpulan
data yang digunakan dalam metode penelitian sosial. Yang mencakup
data dokumentasi adalah surat-surat pribadi, buku-buku, buku kas,
klipping, pengambilan gambar (pemotretan), pemerintah maupun
swasta, dst sebagai sumber informasi dalam penelitian.
G.

Teknik Analisis Data


Teknik analisis data adalah penyerdehanaan data dalam bentuk
yang mudah dibaca. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu analisis deskriptif kualitatif, Jenis Penelitian

31

deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan


kesadaran mengelola sampah untuk mendukung program Makassar
tidak Rantasadi Kecamatan Tamalate. Kemudian digunakan pula
penelitian kualitatif yang dihasilkan dari data deskriptif oleh orang-orang
yang menjadi objek penelitian, baik tertulis maupun lisan.
Berdasarkan kriteria tingkat dukungan masyarakat untuk
mengukur kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah terdapat
beberapa aspek dan skor penilaian.
Berikut adalah kriteria tingkat dukungan masyarakat:
1. Membersihkan sampah di pekarangan rumah
2. Mengumpulkan sampah
3. Membawa sampah ke TPS
4. Membungkus sampah pada kantongan
5. Menempatkan sampah pada tempat sampah
6. Memisahkan sampah basah dan sampah kering
7. Menanggapi pelayanan pemerintah
8. Kerja Bakti
Keterangan: Setiap kriteria tingkat dukungan masing-masing akan
diberi skor = 1.
Adapun kriteria tingkat kesadaran masyarakat dibagi menjadi 3
kelas yaitu:
1. kurang sadar : 0 - 2

32

2. Sadar

:3-5

3. Sangat sadar : 6 - 8
Perhitungan data menggunakan klasifikasi Equal interval yaitu Nilai
tertinggi Nilai terendah + 1 dibagi jumlah kelas sehingga menghasilkan
interval 3
Dalam penelitian ini, data yang dihasilkan kemudian dinilai secara
kualitatif dan selanjutnya dideskripsikan secara logis dan sistematis.
Berikut adalah kriteria tingkat pengetahuan masyarakat terhadap
Program Makassar Tidak Rantasa.
1. Masyarakat tahu atau tidak tentang progran MTR.
2. Dapat menjelaskan tentang tujuan program MTR.
3. Mengetahui apakah pemerintah setempat pernah mengadakan
program MTR.
4. Mengetahui apa-apa saja yang harus dilakukan untuk mendukung
program MTR.
5. Mengetahui cara mengatasi sampah yang tertuang dalam program
MTR.
6. Mengetahui kendala-kendala tentang pelaksanaan program MTR.
7. Mengetahui pentingnya program MTR dilaksanakan.
8. Mengetahui sarana dan prasaran yang disediakan pemerintah.
Keterangan: Setiap kriteria tingkat pengetahuan tentang MTR akan diberi skor = 1
Adapun kriteria tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kelas yaitu:

33

1. Kurang Tahu : 0 - 2
2. Cukup Tahu

:3-5

3. Sangat Tahu : 6 8
Perhitungan data menggunakan klasifikasi Equal interval yaitu Nilai
tertinggi Nilai terendah + 1 dibagi jumlah kelas sehingga menghasilkan
interval 3
Dalam penelitian ini, data yang dihasilkan kemudian dinilai
secara kualitatif dan selanjutnya dideskripsikan secara logis dan
sistematis.

34

Anda mungkin juga menyukai