LAPSUS Meningitis
LAPSUS Meningitis
Nama/ Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Agama
Status Pernikahan
Suku Bangsa
Tanggal Masuk
Dirawat yang ke
Tanggal Pemeriksaan
: Nn. NR
: Perempuan
: Guru
: Islam
: Belum Menikah
: Sunda
: 1/11/2014
: I (Pertama)
: 1/11/2014
ANAMNESIS (Alloanamnesis)
Keluhan uama
terkadang kaku berkurang sedikit namun tidak hilang total. Sedangkan demamnya
agak turun bila dikompres, namun tidak lama demam muncul lagi. Walaupun
demam sempat turun, namun tidak diikuti dengan hilangnya kaku pada tubuh.
Diare disangkal, batuk pilek disangkal, BAK normal, bintik-bintik merah di tubuh
disangkal.
Riwayat Trauma disangkal, Riwayat Kelahiran dan tumbuh kembang :
tidak pernah vaksin dan atau imunisasi, Riwayat Campak (+) usia 12 tahun,
Riwayat Cacar air (+) usia 8 tahun, Riwayat Kejang demam disangkal, Riwayat
penurunan berat badan drastis disangkal Riwayat sakit kepala disangkal, Riwayat
batuk lama disangkal, Riwayat sering keringat malam hari disangkal, Riwayat
Pengobatan : belum pernah minum obat apapun. Dalam keluarga pasien tidak ada
yang memiliki keluhan serupa, dan pasien baru pertama kali mengalami keluhan
seperti ini.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :
Hipertensi
: disangkal
Diabetes melitus
: disangkal
Sakit jantung
: disangkal
Trauma kepala
: disangkal
: disangkal
Kegemukan
: disangkal
Gizi
: Kesan Underweight
Tanda vital
: 100/70 mmHg
Nadi kanan
: 88 x/menit
Nadi kiri
: 88 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 38,9 C
Limfonodi
: Tidak teraba
Jantung
Paru
Hepar
Lien
Ekstremitas
STATUS PSIKIATRI
Tingkah laku : tak dapat dinilai
Perasaan hati : tak dapat dinilai
Orientasi
Jalan fikiran
Daya ingat
STATUS NEUROLOGI
Kesadaran
: GCS : 15 ( E4M1V1 )
Sikap tubuh
Cara berjalan
: Tidak dilakukan
Gerakan abnormal
: Tidak ada
Kepala
Bentuk
: Normocephal
Simetris
: Simetris
Nyeri tekan
: Tidak ada
Leher
Sikap
: Normal
Gerakan
: terbatas
Vertebrae
Nyeri tekan
: Tidak ada
Pulsasi a. Carotis
: Teraba
Kiri
Kaku kuduk
(+)
Laseque
(+)
(+)
Kernig
(+)
(+)
Brudzinsky I
(-)
(-)
Brudzinsky II
(-)
(-)
Kanan
Kiri
NERVI KRANIALIS
N I ( Olfactorius )
Daya penghidu
N II ( Optikus )
Kanan
Kiri
Ketajaman penglihatan
Pengenalan warna
Lapang pandang
Fundus
: Tidak dilakukan
Kanan
Kiri
:(-)
(-)
Strabismus
:(-)
(-)
Nistagmus
:(-)
(-)
Exopthalmus
:(-)
(-)
Enopthalmus
:(-)
(-)
Ukuran pupil
: 3 mm
3 mm
Bentuk pupil
: Bulat
Bulat
Isokor/anisokor
: Isokor
Posisi
: ditengah
ditengah
:(+)
(+)
(+)
Reflek akomodasi/konvergensi: ( - )
(-)
N V ( Trigeminus )
Kanan
Menggigit
Membuka mulut
Sensibilitas atas
Tengah
Bawah
Reflek masseter
Reflek zigomatikus
Reflek kornea
:(+)
Reflek bersin
: Tidak dilakukan
Kiri
(+)
N VII ( Facialis )
Pasif
Kerutan kulit dahi
: Simetris
Kedipan mata
: Simetris
Lipatan nasolabial
: Simetris
Sudut mulut
: Simetris
Aktif
Mengerutkan dahi
Mengerutkan alis
Menutup mata
Meringis
Mengembungkan pipi
Gerakan bersiul
: Tidak ada
Lidah kering
N VIII ( Vestibulocochlearis )
Kanan
Kiri
Test rinne
: Tidak dilakukan
Test weber
: Tidak dilakukan
Test swabach
: Tidak dilakukan
N IX ( Glossopharyngeus )
Arcus pharynx
Posisi uvula
: Tidak dilakukan
Reflek muntah
: Tidak dilakukan
N X ( Vagus )
Denyut nadi
: Teraba, Reguler
Arcus pharynx
Bersuara
Menelan
N XI ( Accesorius )
Memalingkan kepala
Sikap bahu
Mengangkat bahu
N XII ( Hipoglossus )
Menjulurkan lidah
Kekuatan lidah
Atrofi lidah
Artikulasi
Tremor lidah
MOTORIK
Gerakan :
Terbatas Terbatas
Terbatas Terbatas
Kekuatan :
Tonus
Bentuk
1111
1111
1111
1111
hiperton
hiperton
us
Hiperto
us
hiperton
nus
Eutrofi
us
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
REFLEK FISIOLOGI
Reflek tendon
Kanan
Kiri
Reflek tricep
Reflek brachioradialis
Reflek patella
Reflek achilles
Reflek periosteum
Reflek permukaan
Dinding perut
: Tidak dilakukan
Cremaster
: Tidak dilakukan
Spincter ani
: Tidak dilakukan
REFLEK PATOLOGIS
Kanan
Kiri
Hoffman tromer
Babinski
:(-)
(-)
Chaddok
:(-)
(-)
Oppenheim
:(-)
(-)
Gordon
:(-)
(-)
Schafer
:(-)
(-)
Klonus paha
:(-)
(-)
Klonus kaki
SENSIBILITAS
Kanan
Eksteroseptif
Nyeri
Suhu
Taktil
Propioseptif
Posisi
Vibrasi
Kiri
Tekanan dalam :
KOORDINASI DAN KESEIMBANGAN
Test romberg
: Tidak dilakukan
Test tandem
: Tidak dilakukan
Test fukuda
: Tidak dilakukan
Disdiadokokenesis
: Tidak dilakukan
Rebound phenomen
: Tidak dilakukan
Dismetri
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
FUNGSI OTONOM
Miksi
Inkontinentia
Retensi
Anuria
Defekasi
Inkontinentia
Retensi
FUNGSI LUHUR
Fungsi bahasa
Fungsi orientasi
Fungsi memori
Fungsi emosi
Fungsi kognisi
RESUME
ANAMNESIS
Pasien datang dengan keluhan kaku dan kadang gemetar pada seluruh
tubuh sejak 4 hari SMRS muncul mendadak diikuti demam tinggi yang juga
muncul mendadak. Pasien juga tidak respon bila diajak komunikasi, tidak mau
bicara dan sering melamun. Muntah disangkal, kejang kelojotan disangkal, mata
mendelik keatas disangkal, sakit kepala tidak diketahui. 10 hari SMRS pasien
dirampok dan semenjak itu menjadi pendiam, 4 hari SMRS tiba tiba seluruh
tubuh pasien kaku disertai demam. Keluhan kaku terus menerus namun sempat
hilang sedikit. Demam turun bila dikompres, namun setelah itu naik lagi. Bila
demam turun, tidak diikuti dengan hilangnya kaku pada tubuh. Diare (-), batuk
pilek (-), bintik-bintik merah di tubuh (-), trauma (-), kejang demam (-), vaksin
imunisasi (-), Riwayat batuk lama disangkal, Riwayat sering keringat malam hari
disangkal, RPO (-), RPK tak ada yang punya keluhan serupa, pasien baru pertama
kali mengalami keluhan seperti ini.
PEMERIKSAAN
Status Internus
Keadaan Umum
Gizi
: Kesan Underweight
: 100/70 mmHg
: 88x/menit
Nadi kiri
: 88x/menit
Pernapasan
: 20 x/menit
Suhu
: 38,9 0 C
Status Psikiatris
Status Neurologis
Kesadaran
: GCS = 6 ( E4M1V1 )
Nn. CRANIALES
N.III
: baik
N. V
(+)
Laseque
(+)
(+)
Kernig
(+)
(+)
Motorik
Kekuatan :
Tonus
Bentuk
Kiri
1111
1111
1111
1111
hiperton
hiperton
us
Hiperto
us
hiperton
nus
Eutrofi
us
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Kiri
Hoffman tromer
Babinski
:(-)
(-)
Chaddok
:(-)
(-)
Oppenheim
:(-)
(-)
Gordon
:(-)
(-)
Schafer
:(-)
(-)
Klonus paha
:(-)
(-)
Klonus kaki
Hematologi
50
20 50 mg/dL
Jenis Pemeriksaan
HASIL
Rujukan
HB
HT
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
14.9
45
5.3
12840
163000
85
28
33
12-16 g/dL
37-47 %
4.3-6.0 juta/uL
4.800-10.800/ uL
150.000-400.000/uL
80-96 fL
27-32 pg
32-36 g/dL
0.9
96
152
4.0
117
KIMIA KLINIK
Ureum
Kreatinin
GDS
Natrium
Kalium
Klorida
Kesan : tak tampak kelainan radiologis pada jantung dan paru saat ini
Kesan
o Penyangatan kontras gyri lobus parietal sugestif meningitis
o Tak tampak SOL pada hemisfer cerebri/cerebelli kanan kiri
maupun batang otak
o Tak tampak peninggian tekanan intrakranial
o Tak tampak sinusitis maupun mastoiditis
Warna
Berat Jenis
None
Pandy
Jumlah Sel
Glukosa
Protein
Klorida
DIAGNOSIS
Diagnosis klinis
Diagnosis topik
: Meningens
Diagnosis etiologi
: Meningitis Viral
Diagnosa Banding
: Meningoensefalitis Viral
TERAPI
Non medikamentosa :
Tirah baring
NGT
Konsul psikiatri
Medikamentosa
: Ad malam
Ad fungtionam
: Ad dubia
Ad sanam
: Ad malam
Ad cosmeticum
: Ad dubia
Follow up 3.11.2014
S
:
Masih kaku namun sedikit berkurang, demam turun, sudah ada respon mata
bila diajak komunikasi namun belum bisa bicara atau mengeluarkan suara
O
STATUS INTERNUS
Keadaan Umum
: sakit sedang
V.signs
TD
: 110/70 mmHg
: 70 x/m
RR
: 18 x/m
: 37.6 0C
: GCS : 9 ( E4M4V1 )
Sikap tubuh
Cara berjalan
: Tidak dilakukan
Gerakan abnormal
: Tidak ada
: terbatas
: Tidak dilakukan
Kiri
Kiri
Reflek kornea
:(+)
(+)
Reflek bersin
: Tidak dilakukan
: Tidak ada
: Simetris
Terbatas Terbatas
Terbatas Terbatas
Kekuatan :
Tonus
Bentuk
1111
1111
1111
1111
hiperton
Hiperto
us
Hiperto
nus
Hiperto
nus
Eutrofi
nus
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
REFLEK FISIOLOGI
Reflek tendon
Kanan
Kiri
Lain-lain
:(-)
Klonus kaki
Kiri
(-)
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topis
: Meningens
Diagnosis Etiologi
: Meningitis Viral
Tirah baring
NGT
Medikamentosa
Follow up 4.11.2014
S
:
Kaku berkurang dibanding kemarin, demam (-), sudah ada respon mata bila
diajak komunikasi, sudah bisa menengok kanan kiri namun belum bisa bicara atau
mengeluarkan suara
O
STATUS INTERNUS
Keadaan Umum
: sakit sedang
V.signs
TD
: 90/70 mmHg
: 70 x/m
RR
: 20 x/m
: 37.2 0C
: GCS : 9 ( E4M4V1 )
Sikap tubuh
Cara berjalan
: Tidak dilakukan
Gerakan abnormal
: Tidak ada
: terbatas
Lain-lain
Kiri
: Tidak dilakukan
:(+)
(+)
Reflek bersin
: Tidak dilakukan
Lain-lain
N VII ( Facialis )
Pasif : dalam batas normal
Aktif
Hiperlakrimasi
: Tidak ada
Lain-lain
: Teraba, Reguler
Sikap bahu
: Simetris
Terbatas Terbatas
Terbatas Terbatas
Kekuatan :
Tonus
Bentuk
1111
1111
1111
1111
hiperton
Hiperto
us
Hiperto
nus
Hiperto
nus
Eutrofi
nus
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
REFLEK FISIOLOGI
Reflek tendon
Kanan
Kiri
Lain-lain
:(-)
Klonus kaki
Kiri
(-)
HASIL
Rujukan
12.7
37
4.5
7760
83000
12-16 g/dL
37-47 %
4.3-6.0 juta/uL
4.800-10.800/ uL
150.000-400.000/uL
0
0
4
88
6
2
84
29
34
0-1%
1-3%
2-6%
50-70%
20-40%
2-8%
80-96 fL
27-32 pg
32-36 g/dL
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topis
: Meningens
Diagnosis Etiologi
: Meningitis Viral
:
Non medikamentosa :
Tirah baring
NGT
Medikamentosa
Follow up 5.11.2014
S
:
Perlahan dapat menggerakan kedua pergelangan tangan dan menekuk kedua
tungkai, Demam (-), sudah bisa senyum namun belum bisa bicara atau mengeluarkan
suara
O
STATUS INTERNUS
Keadaan Umum
: sakit sedang
V.signs
TD
: 100/70 mmHg
: 80 x/m
RR
: 18 x/m
: 36.8 0C
: GCS : 11 ( E4M6V1 )
Sikap tubuh
Cara berjalan
: Tidak dilakukan
Gerakan abnormal
: Tidak ada
Gerakan
: terbatas
Kiri
: Tidak dilakukan
Kiri
(+)
N V ( Trigeminus )
Kanan
Reflek kornea
:(+)
Reflek bersin
: Tidak dilakukan
Kiri
(+)
: simetris
Hiperlakrimasi
: Tidak ada
Memalingkan kepala
Sikap bahu
: Simetris
Mengangkat bahu
Denyut nadi
: Teraba, Reguler
Terbatas Terbatas
Terbatas Terbatas
Kekuatan :
Tonus
Bentuk
2222
2222
2222
2222
Hiperto
nus
Hiperto
Eutrofi
Hiperto
nus
Hiperto
Eutrofi
nus
Eutrofi
nus
Eutrofi
REFLEK FISIOLOGI
Reflek tendon
Kanan
Kiri
:(+)
(+)
Kanan
Kiri
:(-)
( -)
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topis
: Meningens
Diagnosis Etiologi
: Meningitis Viral
:
Non medikamentosa :
Tirah baring
NGT
Medikamentosa
:
Jam 2 pagi demam tinggi dan seluruh tubuh kaku lagi, pasien tidak membuka
mata saat dipanggil. Kaku mulai agak hilang jam 5 pagi, demam belum turun
O
STATUS INTERNUS
Keadaan Umum
V.signs
: sakit sedang
TD
: 110/70 mmHg
: 90 x/m
RR
: 22 x/m
: 39.6 0C
: GCS : 4 ( E1M1V2 )
Sikap tubuh
Cara berjalan
: Tidak dilakukan
Gerakan abnormal
: Tidak ada
: terbatas
Kiri
: Tidak dilakukan
:(+)
Reflek bersin
: Tidak dilakukan
(+)
N VII ( Facialis )
Pasif dalam batas normal
Aktif tak dapat dinilai
N VIII ( Vestibulocochlearis) tak dapat dinilai
N IX ( Glossopharyngeus) tak dapat dinilai
N X ( Vagus ) tak dapat dinilai
N XI ( Accesorius )
Sikap bahu
: Simetris
Terbatas Terbatas
Terbatas Terbatas
Kekuatan :
Tonus
Bentuk
1111
1111
1111
1111
Hiperto
Hiperto
nus
Hiperto
nus
Hiperto
nus
Eutrofi
nus
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
REFLEK FISIOLOGI
Reflek tendon
Kanan
Kiri
: Tidak dilakukan
Kanan
Hoffman tromer
Klonus kaki
Kiri
Warna
Berat Jenis
None
Pandy
Jumlah Sel
Glukosa
Protein
Klorida
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topis
: Meningens
Diagnosis Etiologi
: Meningitis Viral
Follow up 7.11.2014
06.40
S
Nafas pasien terputus-putus, seluruh tubuh kaku, dipanggil tidak berespon, demam
tinggi (+)
O
Keadaan Umum
: sakit berat
V.signs
TD
: 80/palpasi mmHg
RR
: 18 x/m
: 40.2 0C
: +/+
07.00
V.signs
TD
: - mmHg
: tak teraba
RR
:-
: -/-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
dari infeksi SSP. Istilah viral digunakan karena merupakan agen penyebab, dan
penggunaan meningitis saja mengimplikasikan tidak terlibatnya parenkim otak dan
medula spinalis. Namun, patogen virus dapat menyebabkan kombinasi dari infeksi
yaitu meningoencephalitis atau meningomielitis.
Pada meningitis viral, perjalanan klinis biasanya terbatas, dengan pemulihan
komplit pada 7-10 hari. Lebih dari 85% kasus disebabkan oleh enterovirus non polio;
maka, karakteristik penyakit, manifestasi klinis, dan epidemiologi menunjukkan
infeksi enteroviral. Campak, polio, dan limfositik choriomeningitis virus (LCMV)
saat ini merupakan ancaman untuk negara berkembang. Polio tetap merupakan
penyebab utama dari mielitis pada beberapa daerah di dunia
II.2
Epidemiologi
Di Amerika Serikat, lebih dari 10,000 kasus dilaporkan setiap tahunnya,
diperkirakan untuk anak lebih muda dari 1 tahun. Virus encephalitis B Japaneese,
patogen tersering pada meningitis virus di dunia, menyebabkan lebih dari 35,000
infeksi setiap tahunnya melalui Asia tetapi diperkirakan menyebabkan 200-300 kali
penjumlahannya dari infeksi subklinis. Distribusi dan karakteristik penyerangan oleh
vector arthropod, menunjukkan variabilitas geografis yang kuat. Kurangnya aturan
vaksinasi yang efektif pada Negara dunia ketiga memainkan peranan pada
ketimpangan geografis dari agen infeksi lain.
II.3
Faktor Risiko
Diluar periode neonatal, angka mortalitas dikaitkan dengan meningitis viral
kurang dari 1%; angka morbiditas juga rendah. Dokter harus menyadari virus yang
dapat menyebabkan meningitis juga dapat menyebabkan infeksi yang lebih serius
pada CNS sama halnya dengan organ lain. Laporan statistik World Health
Organization (WHO) dari tahun 1997 melaporkan meningitis enteroviral dengan
sepsis merupakan penyebab ke-5 tersering dari mortalitas pada neonatus. Komplikasi
seperti edema otak, hidrosefalus, dan kejang dapat timbul pada periode akut.
Ras
Tidak ada predileksi rasial spesifik telah diidentifikasi
Sex
Tergantung dari patogen viral, rasio yang mempengaruhi wanita dan pria
dapat bervariasi. Enterovirus diduga untuk mempengaruhi pria 1.3-1.5 kali lebih
sering dibandingkan wanita. Kebanyakan arbovirus mempunyai karakteristik
penyerangan yang beragam, mempengaruhi kedua gender tetapi pada usia berbagi.
Usia
o Insidensi meningitis viral menurun sesuai dengan usia
o Neonatus berada pada resiko terbesar dan mempunyai resiko signifikan akan
morbiditas dan mortalitas.
o Beberapa serangan arbovirus sangat ekstrem pada beberapa usia, dengan
orang yang lebih tua berada pada risiko terbesar untuk infeksi, sementara
puncak campak dan cacar timbul pada usia remaja akhir.
II.4
Etiologi
pemilik binatang peliharaan, atau orang yang hidup dia area non higienis.
Adenovirus: Adenovirus merupakan penyebab jarang dari meningitis pada
individu immunocompeten tetapi merupakan penyebab utama pada pasien
AIDS, Infeksi dapat timbul secara simultan dengan infeksi saluran nafas
atas.
Campak: Morbili virus ini merupakan penyebab yang paling jarang saat ini.
Karakteristik
ruam
makulopapular
membantu
dalam
diagnosis.
II.5
Patofisiologi
Patogen virus dapat mencapai akses SSP melalui 2 jalur utama: hematogen
atau neural. Hematogen merupakan jalur tersering dari viral patogen yang diketahui.
Penetrasi neural menunjukkan penyebaran disepanjang saraf dan biasanya terbatas
pada herpes viruses (HSV-1, HSV-2, dan varicella zoster virus [VZV] B virus), dan
kemungkinan beberapa enterovirus.
Pertahanan tubuh multiple mencegah inokulum virus dari penyebab infeksi
signifikan secara klinis. Hal ini termasuk respon imun sistemik dan local, barier
mukosa dan kulit, dan blood-brain barrier (BBB). Virus bereplikasi pada system
organ awal (ie, respiratory atau gastrointestinal mucosa) dan mencapai akses ke
pembuluh darah. Viremia primer memperkenalkan virus ke organ retikuloendotelial
(hati, spleen dan nodus lymph) jika replikasinya timbul disamping pertahanan
imunologis, viremia sekunder dapat timbul, dimana dipikirkan untuk bertanggung
jawab dalam CNS. Replikasi viral cepat tampaknya memainkan peranan dalam
melawan pertahanan host.
Mekanisme sebenarnya dari penetrasi viral kedalam CNS tidak sepenuhnya
dimengerti. Virus dapat melewati BBB secara langsung pada level endotel kapiler
atau melalui defek natural (area posttrauma dan tempat lainyang kurang BBB).
Respon inflamasi terlihat dalam bentuk pleocytosis; polymorphonuclear leukocytes
(PMNs) menyebabkan perbedaan jumlah sel pada 24-48 jam pertama, diikuti
kemudian dengan penambahan jumlah monosit dan limfosit. Limfosit CSF telag
dikenali sebagai sel T, meskipun imunitas sel B juga merupakan pertahanan dalam
melawan benberapa virus.
Bukti menunjukkan bahwa beberapa virus dapat mencapai akses ke CNS
dengan transport retrograde sepanjang akar saraf. Sebagai contoh, jalur ensefalitis
HSV-1 adalah melalui akar saraf olfaktori atau trigeminal, dengan virus dibawa oleh
serat olfaktori ke basal frontal dan lobus temporal anterior.
II.6
Manifestasi Klinis
Riwayat Penyakit
tidak biasa
Gejala konstitusional lain adalah muntah, diare, batuk dan mialgia yang
tuberculosis,
sama
halnya
dengan
penggunaan
medikasi,
seksual.
Bagian yang penting dari riwayat adalah penggunaan antibiotic sebelumnya,
ini, dan nyeri kepala hamper selalu timbul. Pemeriksaan menunjukkan tidak
and 40C.
Rigiditas nuchal atau tanda lain dari iritasi meningea (tanda Brudzinski atau
Kernig) dapat terlihat lebih pada setengah pasien tetapi secara umum kurang
berat dibandingkan dengan meningitis bakterial.
(9)
(10)
Gambar 5 disorientasi,
Tanda Brudzinski
Gambar
6 Tanda
Iritabilitas,
dan perubahan status
mental
dapatKernig
terlihat.
Nyeri kepala lebih sering dan berat.
Photophobia secara ralatif adalah sering namun dapat ringan, Fonofobia juga
dapat timbul.
Kejang timbul pada keadaaan biasanya dari demam, meskipun keterlibatan
dari parenkim otak (encephalitis) juga dipertimbangkan, Encephalopathy
global dan deficit neurologis fokal adalah jarang tetapi dapat timbul. Refleks
II.7
Pemeriksaan Penunjang
Studi Laboratorium
Pemeriksaan hematologi dan kimia harus dilakukan
Pemeriksaan CSF merupakan pemeriksaan yang penting dalam pemeriksaan
penyebab meningitis. CT Scan harus dilakukan pada kasus yang berkaitan
dengan tanda neurologis abnormal untuk menyingkirkan lesi intrakranial
atau hidrosefalus obstruktif sebelum pungsi lumbal (LP). Kultur CSF tetap
kriteria standar pada pemeriksaan bakteri atau piogen dari meningitis
aseptic. Lagi-lagi, pasien yang tertangani sebagian dari meningitis bakteri
dapat timbul dengan pewarnaan gram negative dan maka timbul aseptic. Hal
berikut ini merupakan karakteristik CSF yang digunakan untuk mendukung
diagnosis meningitis viral:
o Sel: Pleocytosis dengan hitung WBC pada kisaran 50 hingga >1000 x
109/L darah telah dilaporkan pada meningitis virus, Sel mononuclear
predominan merupakan aturannya, tetapi PMN dapat merupakan sel
utama pada 12-24 jam pertama; hitung sel biasanya kemudian
didominasi oleh limfosit pada pole CSF klasik meningitis viral. Hal ini
menolong untuk membedakan meningitis bakterial dari viral, dimana
mempunyai lebih tinggi hitung sel dan predominan PMN pada sel pada
perbedaan sel; hal ini merupakan bukan merupakan atran yang absolute
bagaimanapun.
o Protein: Kadar protein CSF biasanya sedikit meningkat, tetapi dapat
bervariasi dari normal hingga setinggi 200 mg/dL.
Studi Pencitraan
o Pencitraan untuk kecurigaan meningitis viral dan ensefalitis dapat
termasuk CT Scan kepala dengan dan tanpa kontras, atau MRI otak
dengan gadolinium.
o CT scan dengan contrast menolong dalam menyingkirkan patologi
intrakranial. Scan contrast harus didapatkan untuk mengevaluasi untuk
penambahan sepanjang mening dan untuk menyingkirkan cerebritis,
abses intrakranial, empyema subdural, ataulesi lain. Secara alternative,
dan jika tersedia, MRI otak dengan gadolinium dapat dilakukan.
o MRI
dengan
contrast
merupakan
standar
kriteria
pada
Tes Lain
o Semua pasien yang kondisinya tidak membaik secara klinis dalam 24-48
jam harus dilakukan rencana kerja untuk mengetahuo penyebab
meningitis.
o Dalam kasus ensefalitis yang dicurigai, MRI dengan penambahan
kontras dan visualisasi yang adekuat dari frontal basal dan area temporal
adalah diperlukan.
o EEG dapat dilakukan jika ensefalitis atau kejang subklinis dicurigai
pada pasien yang terganggu, Periodic lateralized epileptiform
Diagnosis Banding
II.9
Viral Meningoencephalitis
Aseptic Meningitis
Brucellosis
Cytomegalovirus Encephalitis
Herpes Simplex Encephalitis
Penatalaksanaan
Perawatan Medis
Terapi untuk meningitis viral kebanyakan suportif. Istirahat, hidrasi,
antipiretik, dan medikasi nyeri atau anti inflamasi dapat diberikan jika
diperlukan, Keputusan yang paling penting adalah baik memberikan terapi
antimikroba awal untuk meningitis bakteri sementara menunggu penyebabnya
untuk bias diidentifikasi. Antibiotik intravena harus diberikan lebih awal jika
meningitis bakterial dicurigai. Pasien dengan tanda dan gejala dari
meningoensefalitis harus menerima asiklovir lebih awal untuk mencegah
encephalitis HSV. Terapi dapat dimodifikasi sebagai hasil dari pewarnaan gram,
kultur dan uji PCR ketika telah tersedia. Pasien dalam kondisi yang tidak stabil
membutuhkan perawatan di critical care unit untuk menjaga saluran nafas,
pemeriksaan neurologis, dan pencegahan dari komplikasi sekunder.
Enterovirus dan HSV keduanya mampu menyebabkan septic shock
viral pada bayi baru lahir dan bayi. Pada pasien muda ini, broad spectrum
antibiotic dan asikloviar harus diberikan secepatnya ketika diagnosis
dicurigai. Perhatian khusus harus diberikan terhadap cairan dan keseimbangan
elektrolit (terutama natrum(, semenjak SIADH telah dilaporkan. Restriksi
cairan, diuretic, dan secara jarang infuse salin dapat digunakan untuk
(Zofran)
Antagonis
selektif
5-HT3-receptor
yang
menghentikan
stimulasi
dopamine
dari
zona
pemicu
kedua HSV-1 and HSV-2. Dewasa: 30 mg/kg/d IV dibagi q8h for 10-14
hari. Pediatrik: 30 mg/kg/d IV dibagi q8h untuk 10 hari.
II.10
Prognosis
Penderita dengan penurunan kesadaran memiliki resiko tinggi mendapatkan
sekuele atau risiko kematian. Adanya kejang dalam suatu episode meningitis
merupakan faktor resiko adanya sekuele neurologis atau mortalitas.
BAB III
ANALISIS KASUS
Diagnosis topik
: Meningens
Diagnosis etiologi
: Meningitis Viral
Diagnosa Banding
: Meningoensefalitis Viral
dan bisa terjadi epistotonus. Selain itu, kaku pada keempat ekstremitas,
disertai demam kemungkinan bisa diebabkan meningitis tb.
Keluhan kaku terus menerus, terkadang kaku berkurang sedikit namun tidak
hilang total. Sedangkan demamnya agak turun bila dikompres, namun tidak lama
demam muncul lagi. Walaupun demam sempat turun, namun tidak diikuti dengan
hilangnya kaku pada tubuh. Muntah-muntah disangkal, kejang kelojotan disangkal,
mata mendelik keatas disangkal, sakit kepala tidak diketahui. 10 hari SMRS pasien
bercerita kepada keluarga bahwa pasien sempat mau dirampok dijalan oleh 10 orang,
semenjak itu pasien menjadi lebih pendiam, sering ketakutan, jarang makan dan
sering melamun. Diare disangkal, batuk pilek disangkal, BAK normal, bintik-bintik
merah di tubuh disangkal
Disini menunjukan bahwa keluhan kaku tidak berkaitan dengan demam, tanda
tanda kejang tonik maupun klonik juga tidak didapatkan begitu juga dengan
peningkatan TIK. Adanya riwayat peristiwa traumatik yang diikuti perubahan
kepribadian sampai mengganggu aktivitas sehari-hari perlu dipastikan apakah
benar-benar terjadi setelah peristiwa terkait atau sebelumnya pernah
mengalami hal serupa. Keluarga mengaku sudah 10 hari pasien jarang makan,
dapat dipikirkan keluhan pasien dikarenakan kurangnya asupan nutrisi,
khususnya elektrolit dan glukosa yang dapat mempengaruhi status
neurologisnya.
Inflamasi SSP yang bisa disebabkan infeksi, khususnya virus karena
onsetnya akut dan demam langsung tinggi, maka kita cari apakah ada gejala
prodormal sebelumnya.
Riwayat Trauma disangkal, Riwayat Kelahiran dan tumbuh kembang : tidak pernah
vaksin dan atau imunisasi, Riwayat Campak (+) usia 12 tahun, Riwayat Cacar air (+)
usia 8 tahun, Riwayat Kejang demam disangkal, Riwayat penurunan berat badan
drastis disangkal Riwayat sakit kepala disangkal, Riwayat batuk lama disangkal,
Riwayat sering keringat malam hari disangkal
Tidak dilakukanya vaksin maupun imunisasi meningkatkan kerentanan
tubuh terinfeksi virus. Dimana seharusnya infeksi virus umumnya bersifat
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonym. Meningitis Bakterial. [serial online] 2011 [cited 2011 Jan 27]; Available
from: URL: http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/meningitisbakterial.html
2. Baehr M, Frostcher M. Duus : Topical Diagnosis in Neurology 4 th ed. New York : Thieme
: 2005
3. Longo, D.L., Kasper, D.L., Jameson, J.L., Fauci, A.S., Hauser, S.L., Loscalzo, J.
eds., 2012. Harrison's Principles of Internal Medicine [pdf]. 18th ed. The
McGraw-Hill Companies.
7. Satria. Meningitis viral. [serial online] 2011 [cited 2011 Jan 27]; Available from:
URL: http://satriaperwira.wordpress.com/2010/07/06/meningitis-viral/