Anda di halaman 1dari 59

Klinik Dokter Keluarga FK UWKS

No Berkas :

Berkas Pembinaan Keluarga

No RM

: 0308

Puskesmas Trosobo, Sidoarjo

Nama KK

: Tn. S

Tanggal kunjungan pertama kali 07 April 2015


Nama pembina keluarga saat kunjungan : Ibu. Istiqomah
Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai satu periode
pembinaan )
Tanggal

Tingkat

Paraf

Paraf

Pemahaman

Pembimbing

Keterangan

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Alamat

: Desa Kebon Agung Permai RT RW , Kec. Sukodono

Bentuk Keluarga

: Nuclear Family

Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah


No
1.

Nama

Kedudukan

L/P

Umur

Pendidikan

Suami

50

SD

Pekerjaan Pasien
-

Klinik
K

Ket
Post
CVA
Dextra

2.

Istri

44

SD

Buruh

pabrik
benabg

Anak

29

Tamat

Buruh

SMK

Pabri

sederajat

Minu
4

Anak

14

SMP

man
-

.
5

Anak

12

SD

.
Sumber : Data Primer, 07 April 2015

BAB I
STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN
Laporan ini dibuat berdasarkan kasus poli Balai Pengobatan Puskesmas
Sukodono dengan mengambil pasien lama yang telah menjalani pengobatan di
Puskesmas Sukodono. Pasien tersebut adalah seorang laki-laki berusia 50 tahun yang
menderita CVA.
Berdasarkan anamnesa, pasien telah menderita CVA sejak kurang lebih 10
tahun yang lalu. Pasien telah menjalani pengobatan sejak tahun 2005 dan rutin kontrol
ke Puskesmas. Pembiayaan pengobatan pasien menggunakan biaya sendiri.
Pemilihan kasus home visite CVA ini dikarenakan penyakit tersebut merupakan
kasus yang sering dijumpai di masyarakat dan sering juga menimbulkan komplikasi.
Diharapkan dengan adanya kegiatan home visite ini, kita dapat lebih mengenal
kehidupan pasien seperti mengetahui keadaan lingkungan rumah dan perilaku pasien
beserta keluarga dalam proses terjadinya penyakit dan proses penyembuhannya,
disamping itu juga lebih meningkatkan pemahaman kita terhadap pasien sebagai
dokter. Dengan kegiatan ini juga diharapkan dapat memotivasi pasien untuk
kesembuhannya.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Tn. S

Umur

: 50 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Pendidikkan

: SD

Alamat

: Desa Kebon Agung Permai RT 25/ RW 03

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Tanggal Pemeriksaan

: 07 April 2015

C. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama

: Badan terasa lemas

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Tn. S seorang laki-laki umur 50 tahun saat ini mengeluhkan seluruh badan
sebelah kanan terasa lemas, kaki sebelah kanan sering kesemutan. Pasien mengeluh
seluruh badan bagian kanan sulit untuk digerakkan. Kadang terasa nyeri dibagian
leher belakang dan juga mengeluh pusing.
Pasien frekuensi BAK lancar, BAB lancar, dan berat badan pasien lebih
menurun di bandingkan dengan sebelum terkena CVA.
Pasien rutin kontrol ke Puskesmas Sukodono tiap 1 minggu sekali untuk
kontrol hipertensi. Tetapi pasien hanya mengkonsumsi obat juka memiliki biaya
untuk membeli obat , dan sudah 5hari ini pasien tidak minum obat karena tidak ada
biaya dan tidak ada yang mengantar ke Puskesmas.
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat Imunisasi

: Tidak tahu

- Riwayat batuk lama

: Tidak ada

- Riwayat tekanan darah tinggi

Ada,

diketahui sejak 10 tahun yang lalu.


- Riwayat anemia : Tidak ada
- Riwayat kelainan jantung
- Riwayat asma

: Tidak ada

: Tidak ada

- Riwayat diabetes melitus

: Tidak ada

- Riwayat kejang : Ada, diketahui 1,5 tahun yang


lalu saat serangan stroke lagi.
- Riwayat alergi obat/ makanan : Tidak ada
4. Riwayat Penyakit Keluarga:
-

Riwayat keluarga sakit batuk lama

: Tidak ada

Riwayat sakit gula

: Disangkal

Riwayat sakit sesak nafas

: Tidak ada

Riwayat alergi obat/makanan

: Tidak ada

Riwayat hipertensi

: Ada, Ayah pasien

5. Riwayat penyakit jantung

: Tidak ada

6. Riwayat Kebiasaan:
- Riwayat merokok

: Tidak ada

- Riwayat ayah/ibu merokok

: Ayah pasien merokok

- Riwayat penggunaan obat-obatan maupun alkohol : Tidak ada


- Riwayat olahraga

: Saat ini pasien tidak bisa beraktivitas

- Pasien mengaku jarang minum obat untuk CVA dan hipertensi, karena pasien
membeli obat jika memiliki biaya. Pasien sebelum terkena CVA , pasien suka
mengkonsumsi makanan berlemak dan minuman yang manis. namun saat ini
pasien menghindari makanan berlemak dan minuman manis sejak mengetahui
terkena CVA dan juga telah mengurangi konsumsi makanan yang mengandung
garam.
7. Riwayat Gizi:
-

Pasien makan 2-3 kali sehari pagi dan siang dengan porsi seperti biasa, dengan
menu nasi dengan lauk pauk tahu, tempe , dan sayur. Kesan status gizi baik.
Pasien malam hari tidak makan.

8.

Riwayat Sosial Ekonomi:


Penderita tinggal serumah dengan istri dan ke-3 anak kandung. Pasien
sudah tidak bisa bekerja lagi sejak terkena CVA di karenakan keadaannya sudah
tidak seperti dulu lagi. Pasien kesehariannya hanya di rumah, dari pagi sampai sore
hanya di rumah sendiri. Istri pasien bekerja sebagai buruh pabrik benang. Anak
pertama pasien bekerja sebagai buruh pabrik minuman.

D. ANAMNESIS SISTEM
1.Kulit

warna kulit sawo matang

2.Kepala

rambut botak, sakit kepala (+), pusing (-),

rambut botak
3.Mata

pandangan

mata

berkunang-kunang

(-),

penglihatan kabur (-), ketajaman baik.


4.Hidung

tersumbat (-), mimisan (-)

5.Telinga

pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar

sariawan (-), mulut kering (-), lidah tidak

cairan (-)
6.Mulut

terasa pahit

7.Tenggorokan

8.Pernafasan :

sesak nafas (-), mengik (-), batuk lama (-)

9.Kardiovaskuler

10. Gastrointestinal :

sakit menelan (-), serak (-)


berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
mual (+), muntah (-), diare (-), nafsu

makan menurun (-), nyeri perut (-)


11. Genitourinaria

BAK lancar, 1 kali/malam, warna

Neurologik

kuning jernih
12. Neuropsikiatri
Psikiatrik

: kejang (-), lumpuh (-)

: emosi stabil, mudah marah (-)

13. Muskuloskeletal :

kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki

(+), nyeri otot (+)


14. Ekstremitas

Atas

: Kanan

bengkak (-), sakit (-)


Kiri

: bengkak (-), sakit (-)

Bawah : Kanan : bengkak (-), sakit (-)


Kiri

: bengkak (-), sakit (-)

E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum:
Cukup, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan baik.
2. Tanda Vital:
TD

: 160/100 mmHg

HR

: 86 x/ menit
RR

: 20 x/menit

Suhu : 36,7C
3. Perhitungan Status Gizi dengan Body Mass Index (BMI) :
BB : 72 kg
TB : 170 cm = 1,70 meter
BMI =

BB
TB2
=

72

1,702
=

72

2,89
24,9 kg/m2

=
Tabel I.1. BMI
Nilai BMI

Penilaian

berat

> 30

badan
Obesitas

25 29,9

kegemukan
Berat

18,5 24,9
<18,5

berlebihan
Berat badan ideal
Berat badan kurang

badan

Berdasarkan

tabel BMI di atas maka status gizi penderita masuk dalam kategori berat badan
ideal.
4. Kulit:
Warna

: Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)

Kelembaban

: baik

Turgor

: baik

5. Kepala:
Bentuk

: dalam batas normal

Wajah

: edema (-)

6. Mata:
Cekung

: (-)

Bulu mata

: hitam, rontok(-)

Palpebra

: oedem -/-

Conjunctiva

: anemis (-/-)

Sklera

: ikterik (-/-)

Pupil
Reflek cahaya

: Bulat isokor (3mm/3mm)


: (+/+)

7. Hidung:
Bentuk

: normal

Sekret

: (-)

Epistaksis

: (-)

8. Mulut:
Bau

: tidak didapatkan

Bibir

: sianosis (-), pucat (-), kering (-)

Lidah

: kotor (-), tepi hiperemis (-), tremor (-), papil atrofi (-)

Mukosa

: basah, kandidiasis (-)

9. Telinga:
Bentuk daun telinga

: dalam batas normal

Kelainan pada MAE

: (-)

Serumen

: (-)

Nyeri tekan mastoid

: (-)

Pendengaran berkurang : (-)


10. Leher:
JVP

: tidak meningkat

Trakea

: ditengah

Pembesaran kel. Tyroid : (-)


Pembesaran kel. Limfe : (-)
11. Tenggorok:
Tonsil

: tidak membesar

Pharing

: hiperemis (-)

12. Thorak
- Jantung
Inspeksi
Palpasi

: Ictus cordis tidak tampak.


: Ictus cordis teraba pada ICS V 1 cm medial midclavicularis line
sinistra.

Perkusi

: Kesan batas jantung tidak melebar.

Auskultasi

: S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-).

- Paru
Inspeksi

: pengembangan dada kanan = kiri, Retraksi ICS (-)

Palpasi

: fremitus raba kanan = kiri

Perkusi

: sonor seluruh lapang pandang paru


Batas paru hepar

: ICS VI Dekstra

Batas paru lambung : ICS VII Sinistra

Redup relatif di

: Batas paru hepar

Redup absolut di

: hepar

Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+)

- Payudara
Inspeksi : puting susu kesan normal, luka (-)
Palpasi : tumor (-), nyeri tekan (-)
13. Abdomen
Inspeksi

: dinding perut sejajar dengan dinding dada.

Palpasi

: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.

Perkusi

: timpani (+)

Auskultasi : peristaltik usus (+) normal.


14. Collumna Vertebralis:
Inspeksi

: deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

Palpasi

: nyeri tekan (-)

15. Urogenital: kesan normal


16. Ekstremitas
Ekstremitas

Superior
Kanan

Kiri

Inferior
Kana

Kiri
norm
al
+

Bentuk

Norm

Norm

n
norm

Luka
Eritema
Oedema
Akral hangat

al
+

al
+

al
+

17. Neurologi:
A. Kesan Umum :
Kesadaran : GCS 456, Compos Mentis
B. Pemeriksaan Khusus
1.Rangsangan selaput otak

Kaku tengkuk

: (-)

Laseque

: (-)

Kerniq

: (-)

Brudzinski I

: (-)

Brudzinski II

: (-)

2. Saraf Otak
Nervus VII
Kerutan dahi
Tinggi alis
Sudut mata
Pengecapan 2/3

Dextra
Simetris
Simetris
Simetris
normal

Sinistra
Simetris
Simetris
Simetris

Nervus XII
Kedudukan

Dextra
tengah

Sinistra

lidah waktu
istirahat
Kedudukan

tengah

lidah waktu
gerak
Atrofi
Fasikular /

(-)
(-)

(-)
(-)

tremor
Kedudukan

normal

Normal

lidah menekan
bagian dalam
3.Fungsi motorik

Kekuatan otot

4
4

5
5

Tonus otot

N N

N N

Reflex fisiologis + 2 +

Reflex patologis -

+2 +

18. Psikiatrik:
Penampilan

: sesuai umur, perawatan diri baik

Kesadaran

: kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis

10

Afek

: appropriate

Psikomotor

: normoaktif

Proses pikir

: bentuk : realistik

Insight

isi

: waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

arus

: koheren

: baik

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak Dilakukan
G. RESUME
Seorang laki-laki umur 50 tahun mengeluh seluruh badan sebelah kanan terasa
lemas, kaki sebelah kanan sering kesemutan. Pasien mengeluh seluruh badan bagian
kanan sulit untuk digerakkan. Kadang terasa nyeri dibagian leher belakang dan juga
mengeluh pusing. Pasien frekuensi BAK lancar, BAB lancar, dan berat badan pasien
lebih menurun di bandingkan dengan sebelum terkena CVA
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum kesan normal, compos mentis, status
gizi kesan cukup. Tanda vital TD: 160/100 mmHg, N: 86 x/menit, RR: 20 x/menit,
S:36,70C, BB:72 kg, TB:170 cm, BMI = 24,91 (status gizi penderita masuk dalam
kategori berat badan ideal).
H. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS
1. Diagnosa Biologis:
a. Post CVA
b. Hipertensi Stage II
2. Diagnosa Psikologis: 3. Diagnosa Sosial Ekonomi dan Budaya:
a. Status ekonomi kurang.
b. Penyakit mengganggu aktifitas sehari-hari.
I. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa:
1. Pasien dianjurkan untuk menjaga pola makan dengan membatasi konsumsi
makanan berlemak atau minuman manis, mengurangi asupan karbohidrat yang

11

berlebihan dan membatasi konsumsi garam sebanyak 6 gr/hari, serta


menghindari makanan yang berkolesterol, seperti : gorengan, seafood, daging
kambing dan lain-lain. Selain itu pasien dianjurkan diit tinggi serat dengan
memperbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan serta memperbanyak minum
air putih.
2. Pasien dianjurkan untuk minum obat teratur sesuai dengan aturan, baik obat
untuk hipertensi. Serta pasien disarankan untuk berobat rutin ke Puskesmas.
3. Mengurangi stress tertentu
Diharapkan penderita mendapat motivasi yang adekuat dari keluarga untuk
kesembuhan penderita salah satunya dengan cara lebih banyak meluangkan
waktu lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Medikamentosa :
Brain act 2x500 mg
Ranitidine 2x1
Neurosanbe 2x1
Follow Up
Nama

: Tn. S

Diagnosis : Post CVA dan Hipertensi grade II


No.

Tanggal

TD

Nadi

RR

Keadaan

Penanganan

1.

07/05/2015

160/100

86

20

penyakit
Pola minum

Motivasi

obat yang

pentingnya

tidak teratur

minum obat
yang teratur

2.

10/05/2015

150/100

84

18

12

BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI KELUARGA SECARA HOLISTIK


1. Fungsi Biologis
Dalam satu rumah, Penderita tinggal serumah dengan isrti dan ketiga anak
perempuannya. Pasien sudah tidak bisa bekerja lagi sejak terkena CVA di
karenakan keadaannya sudah tidak seperti dulu lagi. Pasien kesehariannya hanya di
rumah, dari pagi sampai sore hanya di rumah sendiri. Istri pasien bekerja sebagai
buruh pabrik benang. Anak pertama pasien bekerja sebagai buruh pabrik minuman.
Dari wawancara dengan pasien didapatkan informasi bahwa pasien sudah
menyadari sedang menderita penyakit Stroke dan hipertensi, pasien juga
termotivasi untuk sembuh dan menjaga agar tidak berlanjut lebih parah.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan penderita dengan keluarganya baik istri, anak. Pasien sudah tidak
bisa bekerja lagi sejak terkena CVA di karenakan keadaannya sudah tidak seperti
dulu lagi. Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara
musyawarah dengan istri/anak dan dicari jalan tengah, serta dibiasakan sikap saling
tolong menolong baik fisik, mental, maupun jika terdapat salah satu diantara
mereka yang menderita kesusahan.
2. Fungsi Sosial
Letak kediaman pasien berada di dalam perkampungan. Dalam masyarakat,
penderita hanya sebagai anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan
sosial tertentu dalam masyarakat. Penderita dan mengaku sering mengikuti kegiatan
yang dilaksanakan di wilayah pemukiman tersebut. Dalam kesehariannya penderita
bergaul akrab dengan beberapa tetangga yang menaruh perhatian pada penderita.
3. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Pasien sudah tidak bisa bekerja lagi sejak terkena CVA di karenakan
keadaannya sudah tidak seperti dulu lagi. Pasien kesehariannya hanya di rumah,

13

dari pagi sampai sore hanya di rumah sendiri. Istri pasien bekerja sebagai buruh
pabrik benang. Anak pertama pasien bekerja sebagai buruh pabrik minuman.
Untuk biaya pengobatan ke Puskesmas, pasien menggunakan biaya sendiri.
4. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Semua masalah yang terjadi, terkadang didiskusikan bersama istri, anak dan
sanak saudara untuk mencari pemecahannya.
B. FUNGSI FISIOLOGIS/ APGAR SCORE
Adaptation
Dalam menghadapi masalah selama ini penderita mendapatkan dukungan dari istri,
anak dan sanak saudara. Jika penderita menghadapi suatu masalah terkadang
menceritakan kepada istri. Dukungan dari istri, anak dan saudara serta petugas
kesehatan membuat penderita melakukan kontrol rutin ke puskesmas.
Partnership
Tn. S mengetahui tentang penyakit stroke dan hipertensi yang dideritanya. Sehingga
penderita dan keluarganya terkadang berkomunikasi tentang masalah yang
kemungkinan akan dihadapi sehingga mereka dapat waspada. Komunikasi di dalam
keluarga penderita berjalan cukup baik. Keluarga besar pun terkadang membantu bila
penderita ada masalah.
Growth
Tn. S selalu bersabar menghadapi penyakitnya, meskipun harus kontrol berobat
setiap bulannya. Namun dengan kondisi keluarga yang mendukung proses
kesembuhannya akhirnya Tn. S merasa bebannya menjadi lebih ringan dan saat ini
penderita menjalani hidup dengan bahagia.
Affection
Tn. S merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan istri anak maupun
saudara-saudaranya berjalan cukup baik, meskipun intensitas pertemuan dengan anak
jarang.

14

Resolve
Tn. S sudah merasa cukup puas dengan waktu yang diluangkan oleh istri dan anak.
APGAR Tn. S Terhadap Keluarga

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

Ser

Kad

ing

ang-

/sel

kada

alu

ng

Jarang/tidak

keluarga saya bila saya menghadapi


masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

saya
Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan saya


untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru


Saya puas dengan cara keluarga

saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan


merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll
Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama

Apgar Score nilai : 9, fungsi keluarga baik.


APGAR SCORE keluarga penderita : 9
Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga penderita baik.
C. FUNGSI PATOLOGIS
Fungsi patologis dari keluarga Tn. S dinilai dengan menggunakan SCREEM
sebagai berikut :
Sumber
Sosial

Patologis
Interaksi sosial yang baik antar anggota

Ket

keluarga juga dengan saudara partisipasi

mereka dalam masyarakat cukup meskipun


banyak keterbatasan

15

Cultural

Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya


terlihat baik, hal ini dapat dilihat dari

pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga


maupun lingkungan, banyak tradisi dan
budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti
acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan,
nyadran dll. Menggunakan bahasa jawa, tata
Religius

krama dan kesopanan.


Pemahaman agama cukup serta penerapan

Agama

ajaran agama cukup, hal ini dapat dilihat dari

menawar

penderita dan suami beserta cucunya sering

kan

kali

pengalam

mengingatkan bila waktu menjelang sholat

an

tiba.

sholat

berjamaah

dan

saling

spiritual
yang baik
untuk
ketenang
an
individu
yang
tidak
didapatka
n

dari

yang lain.
Economi

Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke


bawah. Untuk kebutuhan primer sudah bisa

terpenuhi, namun belum mampu mencukupi


kebutuhan sekunder karena ekonomi tidak
memadai, diperlukan skala prioritas untuk
Educatio

pemenuhan kebutuhan hidup.


Pendidikan anggota keluarga

nal

memadai.

Tingkat

pendidikan

kurang
dan

16

pengetahuan

orang

Kemampuan

tua

untuk

masih

rendah.

memperoleh

dan

memiliki fasilitas pendidikan seperti bukuMedical

buku, koran terbatas.


Tidak mampu membiayai

pelayanan

kesehatan yang lebih baik. Dalam mencari

pelayanan kesehatan, keluarga ini biasanya


pergi ke Puskesmas karena letaknya dekat
sehingga mudah dijangkau.
Keterangan: : Keluarga memiliki masalah dalam ekonomi yang masih berkekurangan,
pendidikan dan memiliki masalah dalam pengobatan.
D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Alamat

Bentuk Keluarga :

Desa Kebon Agung, Kecamatan Sukodono.


Nuclear Family

Diagram 1. Genogram Keluaraga Tn. S


Tanggal Pembuatan 07 April 2015

An. N
12th

Sumber Data
E.

Primer,07 April 2015


INFORMASI

INTERAKSI DALAM KELUARGA

17

Tn. K, 50 tahun
(Penderita)
Berdasarkan bagan informasi interaksi dalam keluarga Tn. S, dapat disimpulkan
bahwa komunikasi Tn. S dengan anak dan sanak saudaranya tergolong cukup efektif
F. PERTANYAAN SIRKULER DALAM KELUARGA
1. Ketika pasien jatuh sakit apa yang dilakukan istri?
Jawab : menolong
2. Ketika isrti bertindak seperti itu apa yang dilakukan anak-anak ?
Jawab : ikut serta membantu
3. Ketika istri bertindak seperti itu, apa yang dilakukan anggota keluarga lainnya ?
Jawab : memberi pertolongan
4. Kalau pasien membutuhkan perawatan atau operasi, ijin siapa yang diperlukan ?
Jawab : Istri
5. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan pasien ?
Jawab : Istri penderita
6. Selanjutnya siapa yang terdekat ?
Jawab : Anak penderita
7. Siapa yang secara emosional paling jauh dengan pasien ?
Jawab : Tidak ada.
8. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien ?
Jawab : Tidak ada.
9. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga yang lainnya ?
Jawab : Tidak ada

BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

18

A. Faktor Perilaku Keluarga dan Faktor Non Perilaku Keluarga


1. Faktor Perilaku Keluarga
Saat ini penderita memiliki kebiasaan makan teratur dengan frekuensi
makan 2-3x/hari. Sehari-hari pasien tidak bekerja. Saat ini pasien patuh minum
obat cva dan antihipertensi, serta rutin kontrol ke puskesmas tiap 1 bulan sekali
atau jika persediaan obat telah habis.
Penderita ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila sakit. Penderita
mengerti bahwa sakit diabetes mellitus kemungkinan disebabkan oleh pola makan
yang tidak benar, kurang olahraga, serta beberapa faktor lain. Aktifitas sehari-hari yang
berlebihan dan stress juga bisa menjadi pemicu penyakit hipertensi yang juga diderita.
Perabot rumah tertata dengan rapi, keluarga ini berusaha menjaga kebersihan
lingkungan rumahnya misalnya dengan menyapu rumah dan halaman paling tidak
sehari dua kali, pagi dan sore.
2. Faktor Non Perilaku
Dipandang dari segi ekonomi, penderita termasuk keluarga menengah ke
bawah. Dari penghasilan yang didapat dari istri penderita berusaha sekeras
mungkin untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Rumah yang dihuni penderita adalah milik sendiri, namun cukup memadai,
namun masih ada kekurangan dalam pemenuhan standar kesehatan. pencahayaan
ruangan cukup dan ventilasi cukup. Pembuangan limbah keluarga sudah memenuhi
sanitasi lingkungan karena limbah telah dialirkan ke saluran pembuangan. Sampah
keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah.
Kamar mandi sudah ada dan sudah dilengkapi dengan jamban jongkok.
Terdapat saluran permanen untuk pembuangan saluran limbah rumah tangga.
Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh penderita jika sakit adalah Puskesmas
Sukodono.

B. Identifikasi Lingkungan Rumah


1.

Gambaran Lingkungan Rumah


Tn. S tinggal ber-empat di sebuah rumah yang sederhana milik sendiri. Rumah

pasien terletak di pemukiman penduduk yang cukup padat, bentuk bangunan 1 lantai,

19

memiliki halaman rumah. Rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 dapur, 1
kamar mandi. Lantai masih beralaskan tanah, dinding terbuat dari tembok, atap rumah
dari genteng. Terdapat beberapa jendela, penerangan di tiap ruangan tergolong cukup.
Udara didalam ruangan terasa sejuk, dan kebersihan dalam dan luar kurang. Secara
keseluruhan kebersihan rumah masih kurang.
Denah Rumah

Halaman

Kamar
tidur
pasien

Ruang TV

Ruang
tamu

Kamar
tidur

Kamar
mandi

Dapur

Ket :
------ : tirai
____ :
tembok

BAB IV
DAFTAR PERMASALAHAN

20

1. Masalah Aktif :
a.

Post CVA
b. Hipertensi
c. Kurangnya pengetahuan mengenai CVA dan hipertensi beserta komplikasi yang
mungkin terjadi.
2. Faktor Resiko :
a. Usia
b. Pola makan
DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan
faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

1.

2. Pola Makan

Usia

Tn. S
50 th

4.kurangnya
pengetahuan
tentang CVA dan
HT

beserta

komplikasinya

BAB V
MANAJEMEN PASIEN

21

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT


1. Support Psikologis
Penderita memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada dokternya. Antara
lain dengan cara :
a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.
b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada.
c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan
kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.
Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa dan memohon hanya kepada Tuhan
YME.
Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal yang harus
dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi kondisi sosial, dapat
dijadikan titik tolak program terapi psikososial.
2. Penentraman Hati
Menentramkan hati diperlukan untuk penderita dengan problem psikologis
antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang pemasalahannya.
Faktor yang paling penting untuk mengurangi kecemasan adalah ketekunan dalam
menjalani pengobatan dan komunikasi sesuai petunjuk dokter. Selain itu juga
didukung dengan pola makan yang benar, olahraga teratur dan istirahat yang cukup.
Diharapkan penderita bisa berpikir positif sehingga membangun semangat
hidupnya sehingga bisa meningkatkan kualitas hidupnya.
3.

Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan


Pendekatan kepada penderita. Diberikan penjelasan yang benar dan menyeluruh
tentang kondisi penderita saat ini. Penderita perlu tahu tentang kondisi, pengobatannya,
pencegahan dan komplikasi yang mungkin timbul sehingga dimengerti kemungkinan
berat ringannya resiko. Juga harus dilakukan pendalaman terhadap berbagai masalah
penderita serta pemberian konseling jika dibutuhkan.

4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab

22

Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri penderita bahwa ia
bisa melewati berbagai kesulitan dan penderitaannya. Selain itu juga ditanamkan rasa
tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai kepatuhan dalam jadwal kontrol,
keteraturan vitamin, diet yang dianjurkan dan hal-hal yang perlu dihindari serta yang
perlu dilakukan.
5.

Pengobatan
Medikamentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam
penatalaksanaan.

6.

Pencegahan dan Promosi Kesehatan


Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi kesehatan
berupa : penjelasan tentang CVA, komplikasinya, terapi CVA termasuk peragaan
macam-macam diet dengan berbagai jenis kandungan kalorinya.

7. Perbaikan Status Gizi


Dengan memberikan makanan sesuai dengan keadaan penderita.
8. Deteksi terhadap penyakit lain yang mungkin menyertai
Dengan melakukan pemeriksaan penunjang sesuai dengan keluhan pasien,
sehingga dapat diketahui lebih dini kemungkinan komplikasi yang akan terjadi.
B. FAMILY CENTERED MANAGEMENT
1. Psikososial
Dilakukan edukasi terutama mengenai kegawatdaruratan yang mungkin dapat
terjadi. Sehingga keluarga terdekat dapat mengantisipasi komplikasi fatal yang
mungkin akan terjadi. Memberi dukungan kepada penderita, sehingga kecemasan
penderita berkurang.
2. Managemen Khusus Untuk Penderita
Penderita diharapkan selalu waspada terhadap kemungkinan komplikasi yang
akan terjadi. Apabila ada masalah atau sesuatu yang janggal segera konsultasi
dengan petugas kesehatan terdekat.

23

BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
A. LATAR BELAKANG
Stroke adalah istilah umum yang digunakan untuk satu atau sekelompok gangguan
cerebro vascular, termasuk infrak cerebral, perdarahan intracerebral dan perdarahan
subarahnoid. Menurut Caplan, Stroke adalah segala bentuk kelainan otak atau susunan

24

saraf pusat yang disebabkan kelainan aliran darah, istilah stroke digunakan bila gejala
yang timbul akut.
Klasifikasi stroke dibagi ke dalam stroke iskemik dan stroke hemoragik. Dimana
stroke iskemik memiliki angka kejadian 85% terhadap seluruh stroke dan terdiri dari
80% stroke aterotrombotik dan 20% stroke kardioemboli. Stroke hemoragik memiliki
angka kejadian sebanyak 15% dari seluruh stroke, terbagi merata antara jenis stroke
perdarahan intracerebral dan stroke perdarahan subaraknoid. Stroke adalah salah satu
penyebab kematian tertinggi, yang berdasarkan laporan tahunan tahun 2006 di RS. dr.
Saiful Anwar, Malang, angka kematian ini berkisar antara 16,31% (462/2832) dan
menyebabkan 4,41% (1356/30096) pasien dirawat inapkan. Angka-angka tersebut tidak
membedakan antara stroke iskemik dan hemoragik.
Proses primer yang terjadi mungkin tidak menimbulkan gejala (silent) dan akan
muncul secara klinis jika aliran darah ke otak turun sampai ketingkat melampaui batas
toleransi jaringan otak, yang disebut ambang aktivitas fungsi otak (threshold of brain
function activity).
B. PENGERTIAN
Stroke adalah sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara
fokal maupun global yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan yang menetap
lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular (WHO 1983). Stroke
pada prinsipnya terjadi secara tiba-tiba karena gangguan pembuluh darah otak
(perdarahan atau iskemik), bila karena trauma maka tak dimasukkan dalam kategori
stroke, tapi bila gangguan pembuluh darah otak disebabkan karena hipertensi, maka
dapat disebut stroke.

C. EPIDEMIOLOGI
Usia merupakan faktor risiko yang paling penting bagi semua jenis stroke.
Insiden stroke meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia.

Di

Oxfordshire, selama tahun 1981 1986, tingkat insiden (kasus baru per tahun) stroke
pada kelompok usia 45-54 tahun ialah 57 kasus per 100.000 penduduk dibanding 1987
kasus per 100.000 penduduk pada kelompok usia 85 tahun keatas. Sedangkan di

25

Aucland, Selandia Baru, insiden stroke pada kelompok usia 55 64 tahun ialah 20 per
10.000 penduduk dan di Soderhamn, Swedia, insiden stroke pada kelompok usia yang
sama 32 per 10.000 penduduk. Pada kelompok usia diatas 85 tahun dijumpai insiden
stroke dari 184 per 10.000 di Rochester, Minnesota, dan 397 per 10.000 penduduk di
Soderhamn, Swedia.
Berdasarkan jenis kelamin, insidens stroke di Amerika Serikat 270 per 100.000
pada pria dan 201 per 100.000 pada wanita. Di Denmark, insidens stroke 270 per
100.000 pada pria dan 189 per 100.000 pada wanita. Di Inggris insidens stroke 174 per
100.000 pada pria dan 233 per 100.000 pada wanita. Di Swedia, insidens stroke 221
per 100.000 pada pria dan 196 per 100.000 pada wanita.5
Data di Indonesia menunjukkan terjadinya kecendrungan peningkatan insidens
stroke. Di Yogyakarta, dari hasil penelitian morbiditas di 5 rumah sakit dari 1 Januari
1991 sampai dengan 31 Desember 1991 dilaporkan sebagai berikut : (1) angka
insidensi stroke adalah 84,68 per 10.000 penduduk, (2) angka insidensi stroke wantia
adalah 62,10 per 100.000 penduduk, sedangkan laki-laki 110,25 per 100.000 penduduk,
(3) angka insidensi kelompok umur 30 50 tahun adalah 27,36 per 100.000 penduduk,
kelompok umur 51 70 tahun adalah 142,37 per 100.000 penduduk; kelompok umur
> 70 tahun adalah 182,09 per 100.000 penduduk, (4) proporsi stroke menurut jenis
patologis adalah 74% stroke infark, 24% stroke perdarahan intraserebral, dan 2%
stroke perdarahan subarachnoid.2,3
Sedangkan pada penelitian di 28 rumah sakit di seluruh Indonesia diperoleh
data jumlah penderita stroke akut sebanyak 2065 kasus selama periode awal Oktober
1996 sampai dengan akhir Maret 1997, mengenai usia sebagai berikut : dibawah 45
tahun 12,9% , usia 45 65 tahun 50,5%, diatas 65 tahun 35,8% , dengan jumlah pasien
laki-laki 53,8% dan pasien perempuan 46,2%.
Di Amerika Serikat, perbandingan stroke antara pria dan wanita yakni 1,2 : 1
serta perbandingan stroke antara kulit hitam dan kulit putih yakni 1,8 : 1. Di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya, stroke menempati urutan pertama (52,5%) dari semua penderita
yang masuk rumah sakit di Bagian Ilmu Penyakit Saraf, dan angka kematiannya 18,4%
untuk stroke trombotik, serta 56,4% untuk perdarahan intraserebral.4
Sedangkan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, proporsi mortalitas stroke yang
tertinggi adalah stroke perdarahan intra-serebral. Mortalitas untuk stroke jenis ini
sebesar 51,2% dari seluruh penderita stroke jenis ini. Kemudian disusul oleh stroke

26

perdarahan subarakhnoidal (46,7%) dan stroke iskemik akut atau infark (20,4%) dari
jumlah masing-masing jenis stroke tersebut.
D. ETIOLOGI
Penyebab stroke antara lain adalah aterosklerosis (trombosis), embolisme,
hipertensi yang menimbulkan perdarahan intraserebral dan ruptur aneurisme sakular.
Stroke biasanya disertai satu atau beberapa penyakit lain seperti hipertensi, penyakit
jantung, peningkatan lemak dalam darah, diabetes mellitus atau penyakit vascular
perifer.
E. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik
maupun stroke hemorragik.

Jenis-Jenis Stroke
a. stroke iskemik
yaitu penderita dengan gangguan neurologik fokal yang mendadak karena obstruksi
atau penyempitan pembuluh darah arteri otak dan menunjukkan gambaran infark
pada CT-Scan kepala. Aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis
(penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang
telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau
sebesar 83% mengalami stroke jenis ini. Penyumbatan bisa terjadi di sepanjang
jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua
arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang
dari lengkung aorta jantung.

27

Stroke Iskemik
Penyumbatan ini dapat disebabkan oleh
:
Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam pembuluh darah arteri
karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat
serius karena setiap pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan normal
memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas
dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri

yang lebih kecil.


Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa
juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain,
misalnya dari jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli
serebral (emboli = sumbatan, serebral = pembuluh darah otak) yang paling
sering terjadi pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan
penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung (terutama

fibrilasi atrium).
Emboli lemak jarang menyebabkan stroke. Emboli lemak terbentuk jika lemak
dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya

bergabung di dalam sebuah arteri.


peradangan atau infeksi menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang

menuju ke otak.
Obat-obatan (misalnya kokain dan amfetamin) juga bisa mempersempit

pembuluh darah di otak dan menyebabkan stroke.


Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran
darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa
terjadi jika tekanan darah rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi
jika seseorang mengalami kehilangan darah yang banyak karena cedera atau

pembedahan, serangan jantung atau irama jantung yang abnormal.


Macam macam stroke iskemik :

28

i.

TIA
didefinisikan sebagai episode singkat disfungsi neurologis yang disebabkan
gangguan setempat pada otak atau iskemi retina yang terjadi dalam waktu
kurang dari 24 jam, tanpa adanya infark, serta meningkatkan resiko

ii.
iii.
iv.
v.

terjadinya stroke di masa depan.


RIND
Defisit neurologis lebih dari 24 jam namun kurang dari 72 jam
Progressive stroke
Complete stroke
Silent stroke

b. stroke hemorragik
Pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan
darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya contoh perdarahan
intraserebral, perdarahan subarachnoid, perdarahan intrakranial et causa AVM.
Hampir 70 persen kasus stroke hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi.

Stroke Hemorragic
Berikut ini adalah penjelasan lebih rinci mengenai jenis-jenis stroke hemoragik:
2.1 Intracerebral hemorrhage (perdarahan intraserebral)
Perdarahan intraserebral terjadi karena adanya ekstravasasi darah ke dalam
jaringan parenkim yang disebabkan ruptur arteri perforantes dalam. Stroke jenis ini
berjumlah sekitar 10% dari seluruh stroke tetapi memiliki persentase kematian lebih
tinggi dari yang disebabkan stroke lainnya. Di antara orang yang berusia lebih tua dari
60 tahun, perdarahan intraserebral lebih sering terjadi dibandingkan perdarahan
subarakhnoid.
Perdarahan intraserebral sering terjadi di area vaskularis dalam pada lapisan
hemisfer serebral. Perdarahan yang terjadi kebanyakan pada pembuluh darah
berkaliber kecil dan terdapat lapisan dalam (deep arteries). Perdarahan intraserebral
sangat sering terjadi ketika tekanan darah tinggi kronis (hipertensi) melemahkan arteri

29

kecil, menyebabkannya menjadi pecah. Korelasi hipertensi sebagai kausatif


perdarahan ini dikuatkan dengan pembesaran vertikel jantung sebelah kiri pada
kebanyakan pasien. Hipertensi yang menahun memberikan resiko terjadinya stroke
hemoragik akibat pecahnya pembuluh darah otak diakibatkan karena adanya proses
degeneratif pada dinding pembuluh darah.
Beberapa orang yang tua memiliki kadar protein yang tidak normal disebut
amyloid yang menumpuk pada arteri otak. Penumpukan ini (disebut amyloid
angiopathy) melemahkan arteri dan bisa menyebabkan perdarahan. Umumnya
penyebabnya tidak banyak, termasuk ketidaknormalan pembuluh darah yang ada
ketika lahir, luka, tumor, peradangan pada pembuluh darah (vaskulitis), gangguan
perdarahan, dan penggunaan antikoagulan dalam dosis yang terlalu tinggi. Gangguan
perdarahan dan penggunaan antikoagulan meningkatkan resiko sekarat dari perdarahan
intraserebral.
Perdarahan intraserebral ini merupakan jenis stroke yang paling berbahaya. Lebih
dari separuh penderita yang memiliki perdarahan yang luas, meninggal dalam
beberapa hari. Penderita yang selamat biasanya kembali sadar dan sebagian fungsi
otaknya kembali, karena tubuh akan menyerap sisa-sisa darah.
2.2 Subarachnoid hemorrhage (perdarahan subarakhnoid)
Perdarahan subarakhnoid adalah perdarahan ke dalam ruang (ruang subarachnoid)
diantara lapisan dalam (pia mater) dan lapisan tengah (arachnoid mater) para jaringan
yang melindungan otak (meninges). Penyebab yang paling umum adalah pecahnya
tonjolan pada pembuluh (aneurisma). Biasanya, pecah pada pembuluh menyebabkan
tiba-tiba, sakit kepala berat, seringkali diikuti kehilangan singkat pada kesadaran.
Perdarahan subarakhnoid adalah gangguan yang mengancam nyawa yang bisa cepat
menghasilkan cacat permanen yang serius. Hal ini adalah satu-satunya jenis stroke
yang lebih umum terjadi pada wanita.
Perdarahan subarakhnoid biasanya dihasilkan dari luka kepala. Meskipun begitu,
perdarahan mengakibatkan luka kepala yang menyebabkan gejala yang berbeda dan
tidak dipertimbangankan sebagai stroke. Perdarahan subarakhnoid dipertimbangkan
sebagai sebuah stroke hanya ketika hal itu terjadi secara spontan, yaitu ketika
perdarahan tidak diakibatkan dari kekuatan luar, seperti kecelakaan atau jatuh.

30

Perdarahan spontan biasanya diakibatkan dari pecahnya secara tiba-tiba


aneurisma di dalam arteri cerebral. Aneurisma menonjol pada daerah yang lemah pada
dinding arteri. Aneurisma biasanya terjadi dimana cabang nadi. Aneurisma
kemungkinan hadir ketika lahir (congenital), atau mereka berkembang kemudian,
setelah tahunan tekanan darah tinggi melemahkan dinding arteri. Kebanyakan
perdarahan subarakhnoid diakibatkan dari aneurisma sejak lahir.
Perdarahan subarakhnoid terkadang diakibatkan dari pecahnya jaringan tidak
normal antara arteri dengan pembuluh (arteriovenous malformation) di otak atau
sekitarnya. Arteriovenous malformation kemungkinan ada sejak lahir, tetapi hal ini
biasanya diidentifikasikan hanya jika gejala terjadi. Jarang, penggumpalan darah
terbentuk pada klep jantung yang terinfeksi, mengadakan perjalanan (menjadi
embolus) menuju arteri yang mensuplai otak, dan menyebabkan arteri menjadi
meradang. Arteri tersebut bisa kemudian melemah dan pecah.

F. FAKTOR RESIKO
Setiap orang selalu mendambakan hidup nyaman, sehat dan bebas dari berbagai
macam tekanan. Namun, keinginan tersebut tidak diimbangi dengan pola hidup yang
memadai. Pola hidup yang tidak baik tersebut dapat menyebabkan masalah kesehatan.
Faktor potensial kejadian stroke dibedakan menjadi 2 kategori besar yakni:
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
Usia
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa semakin tua usia, semakin besar pula
risiko terkena stroke. Hal ini berkaitan dengan adanya proses degenerasi (penuan)
yang terjadi secara alamiah dan pada umumnya pada orang lanjut usia, pembuluh
darahnya lebih kaku oleh sebab adanya plak (atherosklerosis).

Jenis kelamin
Laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan
perempuan. Hal ini diduga terkait bahwa laki-laki cenderung merokok. Rokok itu
sendiri ternyata dapat merusak lapisan dari pembuluh darah tubuh yang dapat
mengganggu aliran darah.

Herediter

31

Hal ini terkait dengan riwayat stroke pada keluarga. Orang dengan riwayat stroke
pada kelurga, memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan
dengan orang tanpa riwayat stroke pada keluarganya.

Ras/etnik
Dari berbagai penelitian diyemukan bahwa ras kulit putih memiliki peluang lebih
besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit hitam.

2. Faktor yang dapat dimodifikasi

Hipertensi (darah tinggi)


Orang yang mempunyai tekanan darah yang tinggi memiliki peluang besar untuk
mengalami stroke. Bahkan hipertensi merupakan penyebab terbesar (etiologi) dari
kejadian stroke itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada kasus hipertensi, dapat terjadi
gangguan aliran darah tubuh dimana diameter pembuluh darah akan mengecil
(vasokontriksi) sehingga darah yang mengalir ke otak pun akan berkurang. Dengan
pengurangan aliran darah otak (ADO) maka otak akan akan kekurangan suplai
oksigen dan juga glukosa (hipoksia), karena suplai berkurang secara terus menerus,
maka jaringan otak lama-lama akan mengalami kematian.

Penyakit jantung
Adanya penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner, infak miokard
(kematian otot jantung) juga merupakan faktor terbesar terjadinya stroke. Seperti
kita ketahui, bahwa sentral dari aliran darah di tubuh terletak di jantung. Bilamana
pusat mengaturan aliran darahnya mengalami kerusakan, maka aliran darah tubuh
pun akan mengalami gangguan termasuk aliran darah yang menuju ke otak. Karena
adanya gangguan aliran, jaringan otak pun dapat mengalami kematian secara
mendadak ataupun bertahap.

Diabetes melitus
Diabetes melitus (DM) memiliki risiko untuk mengalami stroke. Hal ini terkait
dengan pembuluh darah penderita DM yang umumnya menjadi lebih kaku (tidak
lentur). Adanya peningkatan ataupun penurunan kadar glukosa darah secara tibatiba juga dapat menyebabkan kematian jaringan otak.

Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia merupakan keadaan dimana kadar kolesterol didalam darah
berlebih (hiper = kelebihan). Kolesterol yang berlebih terutama jenis LDL akan

32

mengakibatkan terbentuknya plak/kerak pada pembuluh darah, yang akan semakin


banyak dan menumpuk sehingga dapat mengganggu aliran darah.

Obesitas
Kegemukan juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke. Hal tersebut
terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah pada orang
dengan obesitas, dimana biasanya kadar LDL (lemak jahat) lebih tinggi
dibandingkan dengan kadar HDLnya (lemak baik/menguntungkan).

Merokok
Berdasarkan penelitian didapatkan, bahwa orang-orang yang merokok ternyata
memiliki kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang
tidak merokok. Peningkatan kadar fibrinogen ini dapat mempermudah terjadinya
penebalan pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan kaku
dengan demikian dapat menyebabkan gangguan aliran darah.

G. PATOFOSIOLOGI

Trombosis (penyakit trombo oklusif) merupakan penyebab stroke yang paling


sering. Arteriosclerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab
utama trombosis selebral. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi, sakit kepala
adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan
kognitif atau kejang dan beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis
serebral tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau
parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralysis berat pada beberapa
jam atau hari.
Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan intima
arteria besar. Bagian intima arteria sereberi menjadi tipis dan berserabut , sedangkan sel
sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga
lumen pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung
terbentuk pada percabangan atau tempat tempat yang melengkung. Trombi juga
dikaitkan dengan tempat tempat khusus tersebut. Pembuluh pembuluh darah yang
mempunyai resiko dalam urutan yang makin jarang adalah sebagai berikut : arteria
karotis interna, vertebralis bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan

33

membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka
sehingga permukaan dinding pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan
melepasakan enzim, adenosin difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat
fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di
tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna
1. Embolisme. Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita
trombosis. Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus dalam jantung,
sehingga masalah yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit
jantung. Setiap bagian otak dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya
embolus akan menyumbat bagian bagian yang sempit.. tempat yang paling sering
terserang embolus sereberi adalah arteria sereberi media, terutama bagian atas.
2. Perdarahan serebri : perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua
penyebab utama kasus GPDO (Gangguan Pembuluh Darah Otak) dan merupakan
sepersepuluh dari semua kasus penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya
disebabkan oleh ruptura arteri serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak
dan /atau subaraknoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser
dan tertekan. Darah ini mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan
vasospasme pada arteria di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke
seluruh hemisper otak dan sirkulus wilisi. Bekuan darah yang semula lunak
menyerupai selai merah akhirnya akan larut dan mengecil. Dipandang dari sudut
histologis otak yang terletak di sekitar tempat bekuan dapat membengkak dan
mengalami nekrosis.

H. GEJALA KLINIS
Pada tingkat awal, masyarakat, keluarga dan setiap orang harus memperoleh
informasi yang jelas dan meyakinkan bahwa stroke adalah serangan otak yang secara
sederhana mempunyai lima tanda-tanda utama yang harus dimengerti dan sangat
dipahami. Hal ini penting agar semua orang mempunyai kewaspadaan yang tinggi
terhadap bahaya serangan stroke. Secara umum gejala stroke antara lain adalah:

Kelemahan atau kelumpuhan dari anggota badan yang dipersarafi.


Kesulitan menelan
Kehilangan kesadaran (Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh)

34

Nyeri kepala
Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
Penglihatan ganda.
Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
Pergerakan yang tidak biasa.
Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
Ketidakseimbangan dan terjatuh.
Pingsan.
Rasa mual, panas dan sangat sering muntah-muntah.

Berdasarkan lokasinya di tubuh, gejala-gejala stroke terbagi menjadi berikut:


1. Bagian sistem saraf pusat : Kelemahan otot (hemiplegia), kaku, menurunnya fungsi
sensorik
2. Batang otak, dimana terdapat 12 saraf kranial: menurun kemampuan membau,
mengecap, mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan, refleks menurun,
ekspresi wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah lemah.
3. Cerebral cortex: afasia, apraxia, daya ingat menurun, hemineglect, kebingungan.
Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam, dinyatakan
sebagai Transient Ischemic Attack (TIA), dimana merupakan serangan kecil atau
serangan awal stroke.
I. DIAGNOSIS
Stroke adalah suatu keadaan emergensi medis. Setiap orang yang diduga
mengalami stroke seharusnya segera dibawa ke fasilitas medis untuk evaluasi dan
terapi. Pertama-tama, dokter akan menanyakan riwayat medis pasien jika terdapat
tanda-tanda bahaya sebelumnya dan melakukan pemeriksaan fisik. Jika seseorang telah
diperiksa seorang dokter tertentu, akan menjadi ideal jika dokter tersebut ikut
berpartisipasi dalam penilaian. Pengetahuan sebelumnya tentang pasien tersebut dapat
meningkatkan ketepatan penilaian.
Hanya karena seseorang mempunyai gangguan bicara atau kelemahan pada satu
sisi tubuh tidaklah sinyal kejadian stroke. Terdapat banyak kemungkinan lain yang
mungkin bertanggung jawab untuk gejala ini. Kondisi lain yang dapat serupa stroke
meliputi:
Tumor otak
Abses otak
Sakit kepala migrain

35

Perdarahan otak baik secara spontan atau karena trauma


Meningitis atau encephalitis
Overdosis karena obat tertentu
Ketidakseimbangan calcium atau glukosa dalam tubuh dapat juga menyebabkan
perubahan sistem saraf yang serupa dengan stroke.
Pada evaluasi stroke akut, banyak hal akan terjadi pada waktu yang sama. Pada

saat dokter mencari informasi riwayat pasien dan melakukan pemeriksaan fisik,
perawat akan mulai memonitor tanda-tanda vital pasien, melakukan tes darah dan
melakukan pemeriksaan EKG (elektrokardiogram).
Bagian dari pemeriksaan fisik yang menjadi standar adalah penggunaan skala
stroke. The American Heart Association telah mempublikasikan suatu pedoman
pemeriksaan sistem saraf untuk membantu penyedia perawatan menentukan berat
ringannya stroke dan apakah intervensi agresif mungkin diperlukan.
Untuk membedakan stroke tersebut termasuk jenis hemoragis atau non
hemoragis. antara keduanya, dapat ditentukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
klinis neurologis, algoritma dan penilaian dengan skor stroke, dan pemeriksaan
penunjang.
1. Anamnesis
Bila sudah ditetapkan sebagai penyebabnya adalah stroke, maka langkah
berikutnya adalah menetapkan stroke tersebut termasuk jenis yang mana, stroke
hemoragis atau stroke non hemoragis. Untuk keperluan tersebut, pengambilan
anamnesis harus dilakukan seteliti mungkin.Berdasarkan hasil anamnesis, dapat
ditentukan perbedaan antara keduanya, seperti tertulis pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Perbedaan stroke hemoragik dan stroke infark berdasarkan anamnesis

2. Pemeriksaan klinis neurologis


Pada pemeriksaan ini dicari tanda-tanda (sign) yang muncul, bila dibandingkan
antara keduanya akan didapatkan hasil sebagai berikut :

36

Tabel 2. Perbedaan Stroke Hemoragik dan Stroke Infark berdasarkan tandatandanya.

3. Algoritma dan penilaian dengan skor stroke.


Terdapat beberapa algoritma untuk membedakan stroke antara lain dengan :
3.a.Penetapan Jenis Stroke berdasarkan Algoritma Stroke Gadjah Mada

37

Gambar 1. Algoritma Stroke Gadjah Mada


3.b.

Penetapan jenis stroke berdasarkan Djoenaedi stroke score


Tabel 3. Djoenaedi Stroke Score

38

Bila skor > 20 termasuk stroke hemoragik, skor < 20 termasuk stroke nonhemoragik. Ketepatan diagnostik dengan sistim skor ini 91.3% untuk stroke
hemoragik, sedangkan pada stroke non-hemoragik 82.4%. Ketepatan diagnostik
seluruhnya 87.5%
Terdapat batasan waktu yang sempit untuk menghalangi suatu stroke akut
dengan obat untuk memperbaiki suplai darah yang hilang pada bagian otak. Pasien

39

memerlukan evaluasi yang sesuai dan stabilisasi sebelum obat penghancur bekuan
darah apapun dapat digunakan.
3.c. Penetapan jenis stroke berdasarkan Siriraj stroke score
Tabel 4. Siriraj Stroke Score (SSS)

Catatan

: 1. SSS> 1 = Stroke hemoragik


2. SSS < -1 = Stroke non hemoragik

4. Pemeriksaan Penunjang
Computerized tomography (CT scan): untuk membantu menentukan
penyebab seorang terduga stroke, suatu pemeriksaan sinar x khusus yang disebut CT
scan otak sering dilakukan. Suatu CT scan digunakan untuk mencari perdarahan atau
massa di dalam otak, situasi yang sangat berbeda dengan stroke yang memerlukan
penanganan yang berbeda pula. CT Scan berguna untuk menentukan:

jenis patologi
lokasi lesi
ukuran lesi
menyingkirkan lesi non vaskuler
MRI scan: Magnetic resonance imaging (MRI) menggunakan gelombang

magnetik untuk membuat gambaran otak. Gambar yang dihasilkan MRI jauh lebih
detail jika dibandingkan dengan CT scan, tetapi ini bukanlah pemeriksaan garis depan
untuk stroke. jika CT scan dapat selesai dalam beberapa menit, MRI perlu waktu lebih
dari satu jam. MRI dapat dilakukan kemudian selama perawatan pasien jika detail

40

yang lebih baik diperlukan untuk pembuatan keputusan medis lebih lanjut. Orang
dengan peralatan medis tertentu (seperti, pacemaker) atau metal lain di dalam
tubuhnya, tidak dapat dijadikan subyek pada daerah magneti kuat suatu MRI.
Metode lain teknologi MRI: suatu MRI scan dapat juga digunakan untuk
secara spesifik melihat pembuluh darah secara non invasif (tanpa menggunakan pipa
atau injeksi), suatu prosedur yang disebut MRA (magnetic resonance angiogram).
Metode MRI lain disebut dengan diffusion weighted imaging (DWI) ditawarkan di
beberapa pusat kesehatan. Teknik ini dapat mendeteksi area abnormal beberapa menit
setelah aliran darah ke bagian otak yang berhenti, dimana MRI konvensional tidak
dapat mendeteksi stroke sampai lebih dari 6 jam dari saat terjadinya stroke, dan CT
scan kadang-kadang tidak dapat mendeteksi sampai 12-24 jam. Sekali lagi, ini
bukanlah test garis depan untuk mengevaluasi pasien stroke.
Computerized tomography dengan angiography: menggunakan zat warna
yang disuntikkan ke dalam vena di lengan, gambaran pembuluh darah di otak dapat
memberikan informasi tentang aneurisma atau arteriovenous malformation. Seperti
abnormalitas aliran darah otak lainnya dapat dievaluasi dengan peningkatan teknologi
canggih, CT angiography menggeser angiogram konvensional.
Conventional angiogram: suatu angiogram adalah tes lain yang kadangkadang digunakan untuk melihat pembuluh darah. Suatu pipa kateter panjang
dimasukkan ke dalam arteri (biasanya di area selangkangan) dan zat warna diinjeksikan
sementara foto sinar-x secara bersamaan diambil. Meskipun angiogram memberikan
gambaran anatomi pembuluh darah yang paling detail, tetapi ini juga merupakan
prosedur yang invasif dan digunakan hanya jika benar-benar diperlukan. Misalnya,
angiogram dilakukan setelah perdarahan jika sumber perdarahan perlu diketahui
dengan pasti. Prosedur ini juga kadang-kadang dilakukan untuk evaluasi yang akurat
kondisi arteri carotis ketika pembedahan untuk membuka sumbatan pembuluh darah
dipertimbangkan untuk dilakukan.
Carotid Doppler ultrasound: adalah suatu metode non-invasif (tanpa injeksi
atau penempatan pipa) yang menggunakan gelombang suara untuk menampakkan
penyempitan dan penurunan aliran darah pada arteri carotis (arteri utama di leher yang
mensuplai darah ke otak)
Tes jantung: tes tertentu untuk mengevaluasi fungsi jantung sering dilakukan
pada pasien stroke untuk mencari sumber emboli. Echocardiogram adalah tes dengan
gelombang suara yang dilakukan dengan menempatkan peralatan microphone pada

41

dada atau turun melalui esophagus (transesophageal achocardiogram) untuk melihat


bilik jantung. Monitor Holter

sama dengan electrocardiogram (EKG), tetapi

elektrodanya tetap menempel pada dada selama 24 jam atau lebih lama untuk
mengidentifikasi irama jantung yang abnormal.
Tes darah: tes darah seperti sedimentation rate dan C-reactive protein yang
dilakukan untuk mencari tanda peradangan yang dapat memberi petunjuk adanya arteri
yang mengalami peradangan. Protein darah tertentu yang dapat meningkatkan peluang
terjadinya stroke karena pengentalan darah juga diukur. Tes ini dilakukan untuk
mengidentifikasi penyebab stroke yang dapat diterapi atau untuk membantu mencegah
perlukaan lebih lanjut. Tes darah screening mencari infeksi potensial, anemia, fungsi
ginjal dan abnormalitas elektrolit mungkin juga perlu dipertimbangkan.

Tabel 5. Perbedaan jenis stroke dengan menggunakan alat bantu.

Tabel 6. Gambaran CT-Scan Stroke Infark dan Stroke Hemoragik

42

Tabel 7. Karakteristik MRI pada stroke hemoragik dan stroke infark

J. PENATALAKSANAAN
Terapi dibedakan pada fase akut dan pasca fase akut.

Fase Akut (hari ke 0-14 sesudah onset penyakit)

43

Sasaran pengobatan ialah menyelamatkan neuron yang menderita jangan


sampai

mati,

dan

agar

proses

patologik

lainnya

yang

menyertai

tak

mengganggu/mengancam fungsi otak. Tindakan dan obat yang diberikan haruslah


menjamin perfusi darah ke otak tetap cukup, tidak justru berkurang. Sehingga perlu
dipelihara fungsi optimal dari respirasi, jantung, tekanan darah darah dipertahankan
pada tingkat optimal, kontrol kadar gula darah (kadar gula darah yang tinggi tidak
diturunkan dengan derastis), bila gawat balans cairan, elektrolit, dan asam basa harus
terus dipantau.
Pengobatan yang cepat dan tepat diharapkan dapat menekan mortalitas dan
mengurangi kecacatan. Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki aliran
darah ke otak secepat mungkin dan melindungi neuron dengan memotong kaskade
1.

2.

iskemik. Pengelolaan pasien stroke akut pada dasarnya dapat di bagi dalam :
Pengelolaan umum, pedoman 5 B
- Breathing
- Blood
- Brain
- Bladder
- Bowel
Pengelolaan berdasarkan penyebabnya
Stroke iskemik
Memperbaiki aliran darah ke otak (reperfusi)
Prevensi terjadinya trombosis (antikoagualsi)
Proteksi neuronal/sitoproteksi
Stroke Hemoragik
Pengelolaan konservatif
Perdarahan intra serebral
Perdarahan Sub Arachnoid
Pengelolaan operatif
1. Pengelolaan umum, pedoman 5 B
1.a Breathing : Jalan nafas harus terbuka lega, hisap lendir dan slem untuk
mencegah kekurang oksigen dengan segala akibat buruknya.

Dijaga agar

oksigenasi dan ventilasi baik, agar tidak terjadi aspirasi (gigi palsu dibuka).Intubasi
pada pasien dengan GCS < 8. Pada kira-kira 10% penderita pneumonia (radang
paru) merupakan merupakan penyebab kematian utama pada minggu ke 2 4
setelah serangan otak.Penderita sebaiknya berbaring dalam posisi miring kiri-kanan
bergantian setiap 2 jam. Dan bila ada radang atau asma cepat diatasi.

44

1.b. Blood : Tekanan darah pada tahap awal tidak boleh segera diturunkan, karena
dapat memperburuk keadaan, kecuali pada tekanan darah sistolik > 220 mmHg dan
atau diastolik > 120 mmHg (stroke iskemik), sistolik > 180 mmHg dan atau
diastolik > 100 mmHg (stroke hemoragik). Penurunan tekanan darah maksimal 20
%.
Obat-obat yang dapat dipergunakan Nicardipin (0,5 6 mcg/kg/menit infus
kontinyu), Diltiazem (5 40 g/Kg/menit drip), nitroprusid (0,25 10 g/Kg/menit
infus kontinyu), nitrogliserin (5 10 g/menit infus kontinyu), labetolol 20 80 mg
IV bolus tiap 10 menit, kaptopril 6,25 25 mg oral / sub lingual.
Keseimbangan cairan dan elektrolit perlu diawasi
Kadar gula darah (GD) yang terlalu tinggi terbukti memperburuk outcome
pasien stroke, pemberian insulin reguler dengan skala luncur dengan dosis GD >
150 200 mg/dL 2 unit, tiap kenaikan 50 mg/dL dinaikkan dosis 2 unit insulin
sampai dengan kadar GD > 400 mg/dL dosis insulin 12 unit.
1.c. Brain : Bila didapatkan kenaikan tekanan intra kranial dengan tanda nyeri
kepala, muntah proyektil dan bradikardi relatif harus di berantas, obat yang biasa
dipakai adalah manitol 20% 1 - 1,5 gr/kgBB dilanjutkan dengan 6 x 100 cc (0,5
gr/Kg BB), dalam 15 20 menit dengan pemantauan osmolalitas antara 300 320
mOsm, keuntungan lain penggunaan manitol penghancur radikal bebas.
Peningkatan suhu tubuh harus dihindari karena memperbanyak pelepasan
neurotransmiter eksitatorik, radikal bebas, kerusakan BBB dan merusak pemulihan
metabolisme enersi serta memperbesar inhibisi terhadap protein kinase.Hipotermia
ringan 30C atau 33C mempunyai efek neuroprotektif.
Bila terjadi kejang beri antikonvulsan diazepam i.v karena akan memperburuk
perfusi darah kejaringan otak
1.d. Bladder : Hindari infeksi saluran kemih bila terjadi retensio urine sebaiknya
dipasang kateter intermitten. Bila terjadi inkontinensia urine, pada laki laki pasang
kondom kateter, pada wanita pasang kateter.
1.e. Bowel : Kebutuhan cairan dan kalori perlu diperhatikan, hindari obstipasi, Jaga
supaya defekasi teratur, pasang NGT bila didapatkan kesulitan menelan makanan.
Kekurangan albumin perlu diperhatikan karena dapat memperberat edema otak
2. Pengelolaan berdasarkan penyebabnya
2.a. Stroke iskemik

45

Memperbaiki aliran darah ke otak (reperfusi)


Usaha menghilangkan sumbatan penyebab stroke merupakan upaya
yang paling ideal, obat trombolisis yang sudah di setujui oleh FDA adalah
rt-PA (recombinan tissue plasminogen activator) dengan dosis 0,9 mg/kgBB
maksimal 90 mg (10% diberikan bolus & sisanya infus kontinyu dalam 60
menit).

Sayangnya bahwa pengobatan dengan obat ini mempunyai

persyaratan pemberian haruslah kurang dari 3 jam, sehingga hanya pasien


yang masuk rumah sakit dengan onset awal dan dapat penyelesaian
pemeriksaan darah, CT Scan kepala dan inform consent yang cepat saja
yang dapat menerima obat ini.
Cara lain memperbaiki aliran darah antara lain dengan memperbaiki
hemorheologi seperti obat pentoxifillin yang yang mengurangi viskositas
darah dengan meningkatkan deformabilitas sel darah merah dengan dosis 15
mg/kgBB/hari.

Obat lain yang juga memperbaiki sirkulasi adalah

naftidrofuril dengan memperbaiki aliran darah melalui unsur seluler darah


dosis 600 mg/hari selama 10 hari iv dilanjutkan oral 300 mg/hari.
-

Prevensi terjadinya trombosis (antikoagualsi)


Untuk menghindari terjadinya trombus lebih lanjut terdapat dua kelas
pengobatan yang tersedia yaitu anti koagulan dan anti agregasi trombosit.
Anti koagulan diberikan pada pasien stroke yang mempunyai risiko
untuk terjadi emboli otak seperti pasien dengan kelainan jantung fibrilasi
atrium non valvular, thrombus mural dalam ventrikel kiri, infark miokard
baru & katup jantung buatan.

Obat yang dapat diberikan adalah heparin

dengan dosis awal 1.000 u/jam cek APTT 6 jam kemudian sampai dicapai
1,5 2,5 kali kontrol hari ke 3 diganti anti koagulan oral, Heparin berat
molekul rendah (LWMH) dosis 2 x 0,4 cc subkutan monitor trombosit hari
ke 1 & 3 (jika jumlah < 100.000 tidak diberikan), Warfarin dengan dosis
hari I = 8 mg, hari II = 6 mg, hari III penyesuaian dosis dengan melihat INR
pasien.
Pasien dengan paresis berat yang berbaring lama yang berrisiko terjadi
trombosis vena dalam dan emboli paru untuk prevensi diberikan heparin 2 x
5.000 unit sub cutan atau LMWH 2 x 0,3 cc selama 7 10 hari.

46

Obat anti agregasi trombosit mempunyai banyak pilihan antara lain


aspirin dosis 80 1.200 mg/hari mekanisme kerja dengan menghambat jalur
siklooksigenase, dipiridamol dikombinasi dengan aspirin aspirin 25 mg +
dipiridamol SR 200 mg dua kali sehari dengan menghambat jalur
siklooksigenase, fosfodiesterase dan ambilan kembali adenosin, cilostazol
dosis 2 x 50 mg mekanisme kerja menghambat aktifitas fosfodiesterase III,
ticlopidin dosis 2 x 250 mg dengan menginhibisi reseptor adenosin difosfat
dan thyenopyridine dan clopidogrel dosis 1 x 75 mg dengan menginhibisi
reseptor adenosin difosfat dan thyenopyridine.
-

Proteksi neuronal/sitoproteksi
Sangat menarik untuk mengamati obat-obatan pada kelompok ini karena
diharapkan dapat dengan memotong kaskade iskemik sehingga dapat
mencegah kerusakan lebih lanjut neuron.

Obat-obatan tersebut antara

lain :
o CDP-Choline bekerja dengan memperbaiki membran sel dengan
cara

menambah

sintesa

phospatidylcholine,

menghambat

terbentuknya radikal bebas dan juga menaikkan sintesis asetilkolin


suatu neurotransmiter untuk fungsi kognitif.

Meta analisis

Cohcrane Stroke Riview Group Study(Saver 2002) 7 penelitian 1963


pasien stroke iskemik dan perdarahan, dosis 500 2.000 mg sehari
selama 14 hari menunjukkan penurunan angka kematian dan
kecacatan yang bermakna. Therapeutic Windows 2 14 hari.
o Piracetam, cara kerja secara pasti didak diketahui, diperkirakan
memperbaiki integritas sel, memperbaiki fluiditas membran dan
menormalkan fungsi membran. Dosis bolus 12 gr IV dilanjutkan 4
x 3 gr iv sampai hari ke empat, hari ke lima dilanjutkan 3 x 4 gr
peroral sampai minggu ke empat, minggu ke lima sampai minggu ke
12 diberikan 2 x 2,4 gr per oral,. Therapeutic Windows 7 12 jam.
o Statin, diklinik digunakan untuk anti lipid, mempunyai sifat
neuroprotektif untuk iskemia otak dan stroke. Mempunyai efek anti
oksidan downstream dan upstream.

Efek downstream adalah

stabilisasi atherosklerosis sehingga mengurangi pelepasan plaque

47

tromboemboli dari arteri ke arteri.

Efek upstream adalah

memperbaiki pengaturan eNOS (endothelial Nitric Oxide Synthese,


mempunyai sifat anti trombus, vasodilatasi dan anti inflamasi),
menghambat iNOS (inducible Nitric Oxide Synthese, sifatnya
berlawanan dengan eNOS), anti inflamasi dan anti oksidan.
o Cerebrolisin, suatu protein otak bebas lemak dengan khasiat anti
calpain, penghambat caspase dan sebagai neurotropik dosis 30 50
cc selama 21 hari menunjukkan perbaikan fungsi motorik yang
bermakna.
2.b. Stroke Hemoragik
-

Pengelolaan konservatif Perdarahan Intra Serebral


Pemberian anti perdarahan : Epsilon aminocaproat 30 - 36 gr/hari,
Asam Traneksamat 6 x 1 gr untuk mencegah lisisnya bekuan darah
yamg sudah terbentuk oleh tissue plasminogen.

Evaluasi status

koagulasi seperti pemberian protamin 1 mg pada pasien yang


mendapatkan heparin 100 mg & 10 mg vitamin K intravena pada
pasien yang mendapat warfarin dengan prothrombine time
memanjang.
Untuk mengurangi kerusakan jaringan iskemik disekeliling
hematom dapat diberikan obat-obat yang mempunyai sifat
neuropriteksi.
-

Pengelolaan konservatif Perdarahan Sub Arahnoid


o Bed rest total selama 3 minggu dengan suasana yang tenang, pada
pasien yang sadar, penggunaan morphin 15 mg IM pada umumnya
diperlukan untuk menghilangkan nyeri kepala pada pasien sadar.
o Vasospasme terjadi pada 30% pasien, dapat diberikan Calcium
Channel Blockers dengan dosis 60 90 mg oral tiap 4 jam selama
21 hari atau 15 30 mg/kg/jam selama 7 hari, kemudian dilanjutkan
per oral 360 mg /hari selama 14 hari, efektif untuk mencegah
terjadinya vasospasme yang biasanya terjadi pada hari ke 7 sesudah
iktus yang berlanjut sampai minggu ke dua setelah iktus.

Bila

terjadi vasospasme dapat dilakukan balance positif cairan 1 2 Liter


diusahakan tekanan arteri pulmonalis 18 20 mmHg dan Central

48

venous pressure 10 mmHg, bila gagal juga dapat diusahakan


peningkatan tekanan sistolik sampai 180 220 mmHg menggunakan
dopamin.
-

Pengelolaan operatif
Tujuan pengelolaan operatif adalah : Pengeluaran bekuan darah,
Penyaluran cairan serebrospinal & Pembedahan mikro pada pembuluh
darah.
Yang penting diperhatikan selain hasil CT Scan dan arteriografi adalah
keadaan/kondisi pasien itu sendiri :
Faktor faktor yang mempengaruhi :
1. Usia

Lebih 70 th

tidak ada tindakan operasi

60 70 th

pertimbangan operasi lebih ketat

Kurang 60 th operasi dapat dilakukan lebih aman


2. Tingkat kesadaran

Koma/sopor

tak dioperasi

Sadar/somnolen

tak dioperasi kecuali kesadaran atau

keadaan neurologiknya menurun


Perdarahan serebelum : operasi kadang hasilnya memuaskan
walaupun kesadarannya koma
3. Topis lesi

Hematoma Lobar (kortical dan Subcortical)


Bila TIK tak meninggi tak dioperasi
Bila TIK meninggi disertai tanda tanda herniasi (klinis
menurun) operasi

Perdarahan putamen
Bila hematoma kecil atau sedang

tak dioperasi

Bila hematoma lebih dari 3 cm

tak

dioperasi,

kecuali kesadaran atau defisit neurologiknya memburuk

Perdarahan talamus

49

Pada umumnya tak dioperasi, hanya ditujukan pada


hidrocepalusnya akibat perdarahan dengan VP shunt bila
memungkinkan.

Perdarahan serebelum
Bila perdarahannya lebih dari 3 cm dalam minggu pertama
maka operasi
Bila perjalanan neurologiknya stabil diobati secara medisinal
dengan pengawasan
Bila hematom kecil tapi disertai tanda tanda penekanan
batang otak operasi

4. Penampang volume hematoma

Bila penampang hematoma lebih 3 cm atau volume lebih dari 50 cc


------------- operasi
Bila penampang kecil, kesadaran makin menurun dan keadaan
neurologiknya menurun ada tanda tanda penekanan batang otak
maka ---------- operasi
5. Waktu yang tepat untuk pembedahan

Dianjurkan untuk operasi secepat mungkin 6 7 jam setelah


serangan sebelum timbulnya edema otak , bila tak memungkinkan
sebaiknya ditunda sampai 5 15 hari kemudian.
Indikasi pembedahan pasien PSA adalah pasien dengan grade Hunt
& Hest Scale 1 sampai 3, waktu pembedahan dapat segera (< 72
jam) atau lambat (setelah 14 hari). Pembedahan pasien PSA dengan
Hunt &Hest Scale 4 5 menunjukkan angka kematian yang tinggi
(75%).
2

Fase Pasca Akut


Setelah fase akut berlalu, sasaran pengobatan dititik beratkan tindakan rehabilitasi

penderita, dan pencegahan terulangnya stroke.


Terapi Preventif
Tujuannya, untuk mencegah terulangnya atau timbulnya serangan baru stroke,
dengan jalan antara lain mengobati dan menghindari faktor-faktor resiko stroke:
Untuk stroke infark diberikan :
a
b

Obat-obat anti platelet aggregasi


Obat-obat untuk perbaikan fungsi jantung dari ahlinya

50

Faktor resiko dikurangi seminimal mungkin

Menghindari rokok, obesitas, stres


Berolahraga teratur

K. KOMPLIKASI
Komplikasi pada stroke sering terjadi dan menyebabkan gejala klinik stroke
menjadi semakin memburuk. Tanda-tanda komplikasi harus dikenali sejak dini
sehingga dapat dicegah agar tidak semakin buruk dan dapat menentukan terapi yang
sesuai.1 Komplikasi pada stroke yaitu:
1. Komplikasi Dini (0-48 jam pertama):
1. Edema serebri: Merupakan komplikasi yang umum terjadi, dapat
menyebabkan defisit neurologis menjadi lebih berat, terjadi peningkatan
tekanan intrakranial, herniasi dan akhirnya menimbulkan kematian.
2. Abnormalitas jantung: Kelaianan jantung dapat menjadi penyebab, timbul
bersama atau akibat stroke,merupakan penyebab kematian mendadak pada
stroke stadium awal.sepertiga sampai setengah penderita stroke menderita
gangguan ritme jantung.
3. Kejang: kejang pada fase awal lebih sering terjadi pada stroke hemoragik
dan pada umumnya akan memperberat defisit neurologis.
4. Nyeri kepala
5. Gangguan fungsi menelan dan asprasi
6.
2. Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama):
1. Pneumonia: Akibat immobilisasi yang lama.2 merupakan salah satu
komplikasi stroke pada pernafasan yang paling sering, terjadi kurang lebih
pada 5% pasien dan sebagian besar terjadi pada pasien yang menggunakan
pipa nasogastrik.
2. Emboli paru: Cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke, seringkali pada saat
penderita mulai mobilisasi.
3. Perdarahan gastrointestinal: Umumnya terjadi pada 3% kasus stroke. Dapat
merupakan komplikasi pemberian kortikosteroid pada pasien stroke.
Dianjurkan untuk memberikan antagonis H2 pada pasien stroke ini.
4. Stroke rekuren
5. Abnormalitas jantung
Stroke dapat menimbulkan beberapa kelainan jantung berupa:

51

- Edema pulmonal neurogenik


- Penurunan curah jantung
- Aritmia dan gangguan repolarisasi
6. Deep vein Thrombosis (DVT)
7. Infeksi traktus urinarius dan inkontinensia urin

3. Komplikasi jangka panjang


1. Stroke rekuren
2. Abnormalitas jantung
3. Kelainan metabolik dan nutrisi
4. Depresi
Gangguan vaskuler lain: Penyakit vaskuler perifer

L. PROGNOSIS
Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara
sempurna asalkan ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari itu. Hal ini
penting agar penderita tidak mengalami kecacatan. Kalaupun ada gejala sisa seperti
jalannya pincang atau berbicaranya pelo, namun gejala sisa ini masih bisa
disembuhkan.
Sayangnya, sebagian besar penderita stroke baru datang ke rumah sakit 48-72
jam setelah terjadinya serangan. Bila demikian, tindakan yang perlu dilakukan adalah
pemulihan. Tindakan pemulihan ini penting untuk mengurangi komplikasi akibat stroke
dan berupaya mengembalikan keadaan penderita kembali normal seperti sebelum
serangan stroke.
Upaya untuk memulihkan kondisi kesehatan penderita stroke sebaiknya
dilakukan secepat mungkin, idealnya dimulai 4-5 hari setelah kondisi pasien stabil.
Tiap pasien membutuhkan penanganan yang berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan
pasien. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 6-12 bulan.

52

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1.

Biologis
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, didapatkan:
Tn. S (5 0tahun), menderita Stroke dan hipertensi stage II.
Status gizi Tn. S berdasarkan BMI termasuk dalam kategori berat badan ideal
Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Tn. S tergolong tidak sehat
2. Psikologis
Keluarga Tn. S memiliki APGAR score 9 menunjukkan fungsi keluarga
yang baik.
Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat terjalin baik,
walaupun intensitas pertemuan dengan anak kandung tidak sering.
Pengetahuan tentang stroke dan hipertensi cukup
3. Sosial
Tn. S dan keluarga tidak mempunyai masalah komunikasi antar anggota
keluarga, sedangkan komunikasi dengan masyarakat sekitar berjalan dengan
lancar.

4.

Ekonomi
Fungsi ekonomi keluarga Tn. S masih tergolong kurang, karena saat ini Tn.
S untuk memenuhi kebutuhan seharinya tidak bekerja, penghasilan keluarga
didapatkan dari pekerjaan istri dan anak pertamanya.

53

B. SARAN

Promotif : Edukasi pada penderita dan keluarga.


Pasien dianjurkan untuk menjaga pola makan dengan membatasi konsumsi
makanan berlemak atau minuman manis, serta menghindari makanan yang
berkolesterol, seperti : gorengan, seafood, daging kambing dan lain-lain. Selain
itu pasien dianjurkan diit tinggi serat dengan memperbanyak konsumsi sayur
dan buah-buahan serta memperbanyak minum air putih.
Pasien dianjurkan untuk olahraga atau latihan fisik ringan teratur setiap hari
pada saat 1 atau 1,5 jam sesudah makan.
Kontrol gula darah dan tekanan darah secara rutin ke Puskesmas atau sarana
kesehatan terdekat, bila ada kelainan sebaiknya segera diobati karena akan
mempercepat terjadinya komplikasi.
Tidak stres fisik maupun psikologis (banyak pikiran) dalam mengahadapi suatu
masalah.
Penderita DM sebaiknnya kontrol secara teratur dan tidak putus obat. Edukasi
mengenai pengenalan tanda-tanda terjadinya ancaman komplikasi diberikan
selama perawatan dan kontrol berobat.

Kuratif

Brain act 2x500 mg


Ranitidine 2x1
Neurosanbe 1x1
Rehabilitatif : menyakinkan kepercayaan pasien, sehingga tetap memiliki semangat
untuk sembuh dan beraktifitas seperti biasa lagi.

54

DAFTAR PUSTAKA
1. Kelompok studi serebrovaskuler & Neurogeriatri, PERDOSSI : Konsensus Nasional
Pengelolaan Stroke di Indonesia, Jakarta, 1999.
2. Kelompok studi serebrovaskuler & Neurogeriatri, PERDOSSI : Guideline Stroke 2000
Seri Pertama, Jakarta, Mei 2000.
3. National Institute of Neurological Disorders and Stroke: Classification of
cerebrovascular disease III. Stroke 1990, 21: 637-76.
4. Goldszmidt AJ, Caplan LR. Stroke Essentials. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran,
2009.
5. Misbach HJ. Stroke: Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 1999.
6. Gofir A. Manajemen Stroke: Evidence Based Medicine. Jakarta: Pustaka Cendekia
Press, 2009.
7. Brass LM. Stroke. Available at http://www.med.yale.edu/library/heartbk/18.pdf.
Accessed on 10th January 2012.
8. Smith WS, Johnston SC. Cerebrovascular Diseases. In: Harrisons Neurology in
Clinical Medicine. California: University of California, San Framsisco, 2006: 233-271.
9. Primary Prevention of Stroke, AHA/ASA Guideline, Stroke, June 2006; 1583-1633.
10. Guidelines Stroke 2004. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, Seri Ketiga.
Jakarta, 2004.
11. Rasyid A, Soertidewi L. Unit Stroke: Manajemen Stroke Secara Komprehensif.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

55

LAMPIRAN
FOTO-FOTO RUMAH PASIEN

Rumah tampak depan

Kamar penderita + Ruang TV

56

Dapur

Kamar Mandi + Tempat Cuci

Foto bersama Pasien


FOTO PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

57

58

59

Anda mungkin juga menyukai